Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DI PUSKESMAS


PEKAN LABUHAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pada Remaja

Oleh :
Zia Kaddihan
NIM : -

PEMBIMBING INSTITUSI
Jujuren Sitepu, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2021/2022

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DI
PUSKSMAS PEKAN LABUHAN
Oleh:
Zakiah Azmi Simamora

Menyetujui,
No. Nama Pembimbing Tanda Tangan

1. Kartina Tarigan S.Tr.Keb

NIP : 198004212006042013

(Pembimbing Lahan Praktik)

2. Jujuren Sitepu, SST,M.Kes

NIP : 196312111995032002

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu Ibu Jujuren Sitepu, SST,M.Kes dan CI
Lahan ibu Kartina Tarigan S.Tr.Keb yang telah membimbing penulis.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki.Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, 2022

Zia Kaddihan

iii

DAFTAR ISI

Hal
Halaman Pengesahan..............................................................................................ii
..................................................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................iv
..................................................................................................................................

BAB I TINJAUAN TEORI


A. Pengertian ..........................................................................................
... 1
B. Etiologi ..............................................................................................
... 1
C. Patofisiologi ......................................................................................
... 3
D. Tanda dan
Gejala.................................................................................. 4
E.Akibat ................................................................................................... 5
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Anamnesis Lengkap ............................................................................. 9
B. Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 10
C. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 10
D. Diagnosa/Masalah kebidanan............................................................... 10
E. Intervensi .............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

LAMPIRAN .................................................................................................... 12
iv
BAB I TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Keputihan
Keputihan atau fluor albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan
atau lendir yang menyerupai nanah (Manuba, 2009). Selain itu, keputihan
merupakan keluarnya cairan yang tidak normal agak kental dan berbau tidak
sedap melalui liang vagina. Cairan ini terkadang menyebabkan rasa gatal
(Kusmiran, 2012). Keputihan terdiri dari keputihan normal (fisiologis) dan
keputihan abnormal (patologis).

B. Etiologi Keputihan
B.1 Keputihan Normal (Fisiologis)
Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,
mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil, atau
mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau
kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak
disertai rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan semacam ini merupakan
sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu
(Manuba, 2009).

B.2 Keputihan Abnormal (Patologis)


Keputihan patologis disebabkan oleh beberapa hal meliputi bakteri,
jamur, benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan, air yang
tidak bersih, pemakaian tampon atau panty liner. Berikut adalah penyebab
umum dari keputihan pada wanita usia reproduksi:
1) Infektif ( Non - menular seksual)
a. Bacterialvaginosis
Bacterial vaginosis merupakan penyebab terbanyak penderita
keputihan abnormal pada wanita usia produktif. Telah dilaporkan
prevalensi jenis kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku
dan/atau sosiodemografi. Hal ini dapat terjadi secara langsung yang
ditandai oleh tergantinya lactobacilli normal sehingga menyebabkan

1
peningkatan pH vagina (> 4,5). Tanda-tanda dan gejala khas adalah
keputihan sedikit, berbau amis, tidak gatal, keputihan pada daerah vagina
dan vestibula, tidak ada peradangan pada vulva (Wiijayanti, 2009).
b. Candida albicans
Penyebabnya berasal dari jamur Candida albicans. Gejalanya
adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi,
disertai rasa gatal, dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya. PH
pada vagina ≤ 4,5. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit
maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun pada keadaan tertentu
jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan yang disebabkan
oleh Candida albicans berwarna putih, tidak berbau atau berbau asam,
terkadang disertai dengan rasa panas atau terbakar, disuria dan
dispareuni (Wiijayanti, 2009). c. Gardnerellavaginis
Keputihan yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis, encer,
homogen, berwarna putih hingga abu-abu terkadang kekuningan dengan
bau busuk atau bau amis dan melekat pada dinding vagina, sering
muncul di daerah labia (Wiijayanti, 2009).
2) Infektif ( menular seksual)
a. Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya
keputihan berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,
kecoklatan. PH pada vagina >4,5. Biasanya disertai dengan gejala gatal
di bagian labia mayor (bibir kemaluan), nyeri saat kencing, dan
terkadang sakit pinggang. Keputihan yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis biasanya tanpa gejala atau muncul keputihan
yang kental, berbau tidak sedap, warna kuning kehijauan, dan disertai
dengan pruritus pada vulva. Selain ada infeksi juga terjadi peradangan
vagina dan leher rahim, terkadang juga ditemukan pada perdarahan
minor dengan ulserasi serviks (Wiijayanti, 2009). b.
Chlamydiatrachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri yang paling umum
ditemukan di negara Inggris, biasanya tanpa gejala ( sekitar 70 % ).
Akan tetapi, wanita dapat memiliki gejala keputihan karena servisitis,
2
perdarahan abnormal (postcoital atau intermenstrual) karena servisitis
atau endometritis, nyeri perut bagian bawah, dispareunia atau disuria
(Wiijayanti, 2009). c. Neisseriagonorrhoeae
Keputihan yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae memiliki
ciri keputihan berwarna putih susu, tipis dan agak berbau. Selain
keluhan keputihan, infeksi disertai dengan keluhan disuria, dyspareunia
dan nyeri perut bagian bawah, demam, mual dan muntah (Wiijayanti,
2009).

C. Patofisiologi
Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam tiga tahapan, yaitu proliferasi,
sekresi, dan menstruasi. Pada masing-masing poses mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap endometrium. Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum
menstruasi karena pengaruh dari proses menstruasi yang melibatkan hormon
estrogen dan progesteron. Pada proses proliferasi terjadi pembentukan hormon
estrogen oleh ovarium yang menyebabkan pengeluaran sekret yang berbentuk
seperti benang, tipis dan elastis. Hormon estrogen berperan dalam produksi sekret
pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran sekret pada saat wanita terangsang
serta menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen digunakan
untuk proses metabolisme pada bakteri Lacto bacillus doderlein. Sisa dari proses
metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman vagina
yaitu 3,8-4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi pada endometrium yang
dipengaruhi oleh hormon progesteron. Hormon progesteron menyebabkan penge-
luaran sekret yang lebih kental seperti jeli. Kemaluan wanita merupakan tempat
yang paling sensitif dan merupakan tempat yang terbuka sehingga kuman sangat
mudah masuk. Secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan
uretra sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat mudah
masuk. Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi
sehingga dapat menyebabkan keputihan patologis yang ditandai dengan gatal,
berbau, dan berwarna kuning kehijauan.
Vagina wanita dilengkapi dengan barrier alami yaitu epitel yang cukup tebal,
glikogen, dan bakteri Lactobacillus doderlein yang menghasilkan asidum
laktidum sehingga vagina menjadi asam dan memperkuat daya tahan vagina.
3
Vagina normal mempunyai bakteri Lactobacillus doderlein lebih banyak yaitu
95% dan bakteri lainnya yaitu 5%.Wanita yang memakai sabun vagina secara
terus menerus dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan pencuci
vagina besifat basa. Berkurangnya bakteri Lacto bacillus doderlein dalam vagina
menyebabkan bakteri dan jamur lain mudah berkembang dalam vagina hingga
dapat menyebabkan infeksi. (Manuba, 2009).

D. Tanda dan Gejala


D.1 Tanda Keputihan
a. Keputihan bukan karena penyakit
(Fisiologi) 1) Cairan keputihan berwarna
jernih.
2) Tidak berbau, tidak gatal. Jumlah cairan sedikit, tidak terlalu banyak.
b. Keputihan karena penyakit (Patologi) 1)
Cairan keputihan keruh dan kental.
2) Warna kekuningan atau kehijauan.
3) Berbau busuk, anyir, amis dan gatal.
4) Jumlah cairan keputihan banyak.
5) Rasa seperti terbakar divagina terutama saat berhubungan seksual atau
berkemih.
6) Kemerahan dan bengkak di vulva dan rasa nyeri di vagina
(Purwoastuti,Endang. 2015).
D.2 Gejala Keputihan
Menurut (Wiijayanti, 2009), gejala yang timbul akibat keputihan
beraneka ragam sesuai dengan faktor penyebabnya. Cairan yang keluar bisa
saja sangat banyak, sehingga harus berkali-kali mengganti celana dalam,
bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula sangat sedikit. Sebagian
penderita mengeluhkan rasa gatal, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lembab
karena banyaknya cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit dibagian
itu mudah mengalami lecet. Keputihan juga berpengaruh terhadap kondisi
psikologis dikarenakan rasa malu, sedih atau rendah diri, sehingga
mengakibatkan kehilangan rasa percaya diri dan mulai menarik diri dari

4
pergaulan. Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yang
berlebihan karena takut akan terkena penyakit kanker.
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan
cairan atau lendir yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman.
Terkadang, keputihan tersebut dapat menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak,
dan berwarna putih susu atau hijau yang membuat penderita merasa tidak
nyaman (Sari, 2012).

E. Akibat
Keputihan yang patologis dapat berdampak ke perasaan tidak nyaman dan
dalam jangka waktu lama yang dapat menyebabkan beberapa penyakit serius yang
dapat membahayakan organ reproduksi wanita, diantaranya adalah infeksi pada
panggul dan juga bisa mengakibatkan infertilitas atau kemandulan. Dampak dari
keputihan patologis juga bisa menyebabkan infeksi oleh kuman atau bakteri yang
masuk ke vagina sehingga terjadi keputihan yang berlanjut ke tahap lebih parah
dan berisiko untuk terjadi kasus Infeksi Menular Seksual (IMS), hal ini begitu
buruk bagi remaja putri yang kelak akan menikah dan sebagai penular kepada
suaminya sebagai pasangan seksual .
Sejumlah gejala yang dapat menandakan individu dengan pengalaman
traumatis. Beberapa gejala yang umum adalah mempunyai kenangan menyakitkan
yang tidak mudah dilupakan, mimpi buruk berulang akan kejadian traumatis,dan
timbulnya kenangan akan kejadian traumatis ketika melihat hal-hal yang terkait
dengan kejadian tersebut. Dari segi kognitif, kenangan akan kejadian traumatis
dapat memicu perasaan cemas, Dampak dari keputihan yang tidak ditangani dan
berlangsung terus- menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita
dengan terjadinya penyakit menular seksual (PMS) khususnya pada remaja tidak
dapat diabaikan begitu saja, sehingga mengalami trauma karena saat terjadi
keputihan dapat menyebabkan sulit untuk memulai tidur, tiba-tiba terbangun pada
malam hari, merasa kurang nyaman ataupun saat tidur dan sering kali tidur larut
malam (Kasdu, 2008).

F. Penatalaksanaan
F.1.Pencegahan
5
Keputihan normal atau fisiologis tidak perlu diobati tetapi yang harus
diwaspadai. Keputihan yang harus diwaspadai yaitu keputihan patologis
yang jika dirasa mulai mengganggu seperti munculnya rasa gatal dan nyeri
maka harus segera dikonsultasikan kedokter sebab, gangguan ini dapat
menyebabkan kemandulan dan kanker (Kusmiran, 2012).
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalksanaan dilakukan sedini mungkin seperti melalui personal highiene
yang baik dan perawatan pada genetalia eksterna. Menjaga kebersihan saat
menstruasi merupakan salah satu cara aman untuk mencegah kuman dan
infeksi pada vagina yang dapat mengakibatkan penyakit gangguan
reproduksi. Hal ini karena keputihan berasal dari organ reproduksi, maka
kondisi ini harus ditangani dengan benar dan hati-hati sehingga kebersihan
daerah pribadi menjadi hal yang penting (Kusmiran, 2012).
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan upaya pencegahan dini
menurut (Kasdu, 2008) dilakukan dengan upaya sebagai berikut :
a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat
sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau
membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih
mudah menyerap.

b. Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air
dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan
kering.

c. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian


celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat..
Pemakaian celana jins terlalu ketat juga meningkatkan kelembapan
daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
d. Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau
larutan antiseptic khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan
berlebihan karena hanya akan mematikan flora normal vagina dan

6
keasaman vagina juga terganggu. Jika perlu, konsultasikan dulu ke
dokter.
e. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum,
atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
f. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air
yang tidak bersih. Jadi bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn,
dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya
kuman.
g. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari
keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan
seks.
F.2.Pengobatan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Oleh karena
keputihan dapat menular melalui hubungan seksual, maka pengobatan tidak
hanya dilakukan pasien akan tetapi pasangan (Sari, 2012). Adapun
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Terapi farmakologi
Terapi yang dianjurkan untuk keputihan yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis yaitu, metronidazol 2 gram secara oral dosis tunggal
atau tinidazol 2 g oral dosis tunggal. Adapun alternatif regimen dapat
diberikan oral 2 x 500 mg metronidazol selama tujuh hari, atau tinidazol 2 x
500 mg selama lima hari. Pasien juga disarankan untuk menjauhkan diri dari
hubungan seks hingga sembuh (pengobatan telah selesai dan pasien/pasangan
tanpa gejala seksual) (Monalisa; Bubakar, 2012).
Metronidazol dan clindamycin diberikan secara oral atau pada vagina
efektif dalam pengobatan Bacterial Vaginitis. Wanita dengan gejala vulva
dari kandidiasis vulvovaginal dapat menggunakan obat antifungi topikal
(selain oral atau pengobatan vagina) hingga gejala hilang. Tidak diperlukan
untuk skrining rutin atau pengobatan mitra seksual dalam manajemen
kandidiasis . 2. Terapi Non- Farmakologi
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
organ kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram toilet sebelum
menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi mikroorganisme,
7
menggunakan air yang mengalir untuk membersihkan organ kewanitaan,
Membersihkan vagina dengan membersihkan bagian depan terlebih dahulu
setelah itu bagian belakang, tidak menyemprotkan sabun kedalam vagina,
menggunakan celana dalam berbahan katun tidak berbahan jeans tanpa
memakai celana dalam, mengganti pakaian dalam setiap hari, menghindari
pemakaian pembalut (panty liner) dapat menyebabkan jumlah lendir yang
dihasilkan lebih banyak, hanya memakai panty liner ketika lendir keluar
berlebihan, dan ketika menstruasi sebaiknya mengganti pembalut setiap 3-4
jam sekali.

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:
1) Biodata/Identitas Lengkap Klien
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian
2) Keluhan Klien
Pasien mengatakan saat ini mengalami keluhan adanya pengeluaran cairan
berwarna keputihan dari organ kewanitaannya, merasa tidak nyaman di
area organ kewanitaannya, gatal, berbau dan bahkan terkadang terasa perih
sehingga mengganggu aktifitasnya..
3) Riwayat Kesehatan Klien
Pasien mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
menular, menurun dan menahun seperti dada berdebar-debar (Jantung),
sering makan, minum dan kencing (DM), sesak nafas (Asma), tekanan

8
darah >140/90 mmHg (Hipertensi), Sakit kuning (Hepatitis), Kejang
sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan gatal-gatal (PMS). Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami operasi apapun. Pemeriksaan
keadaan umum secara lengkap sesuai dengan kebutuhan.
4) Keadaan umum :Untuk mengetahui keadaan umum pasien
a. Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
b. Sedang, maka pasien merasa tegang dan sedikit cemas.
c. Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung,
gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
5) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara
lengkap.

B. Pemeriksaan Fisik
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan semua data
dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan prihal yang
berkaitan dengan pengalaman klien dihasilkan dalam pengkajian.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium untuk mendukung diagnose kasus

D. Diagnosis Banding
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar
diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap
apalagi diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi.

9
E. Intervensi
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah
dibuat secara aman dan efesien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini
bidan harus berkolaborasi dan merujuk dengan tim kesehatan lain atau dokter.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara.


Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta Sekatan:
Salemba Medika.
Manuba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Sari, W. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Bogor: Penebar Plus.
Wiijayanti. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Book Marks.

Anda mungkin juga menyukai