Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN VAGINITIS

DI SUSUN OLEH :

ALBERTUS DUA: 2122011

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkanrahmat dan hidayahNya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN

VAGINITIS”.Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang

maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dankemampuan yang

kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

MAKASSAR,11 MARET 2024

PENULIS

DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR................................................................................................. II

BAB. I PENDAHULUAN....................................................................................... IV

A. Latar Belakang....................................................................................... IV

B. Rumusan Masalah.................................................................................. V

C. Tujuan .................................................................................................. V

BAB. II PEMBAHASAN......................................................................................... VI

A. Pengertian VAGINITIS............................................................................ VI

B. Etiologi.................................................................................................. VI

C. Patofisiologi........................................................................................... VII

D. Manifestasi Klinik.................................................................................... VII

E. PATHWAY.............................................................................................. VIII

F. Klarifikasi............................................................................................... IX

G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... X

H. Penatalaksanaan.................................................................................... XI

BAB. III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VAGINITIS....................................... XII

A. PENGKAJIAN.......................................................................................... XII

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................... XVIII

C. Intervensi.............................................................................................. XVIII

D Implementasi......................................................................................... XXIII

E Evaluasi................................................................................................. XXIII

BAB. IV PENUTUP................................................................................................ XIV

A. KESIMPULAN......................................................................................... XIV

B. SARAN.................................................................................................. XIV

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di pelayanan

primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis

bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah

terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkunang vagina yang

memungkinkan mikroorganisma patogen berkembang biak/berproliferasi. Pemeriksaan untuk

vaginitis meliputi penilaian risiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada

adanya dan karakteristik dari discharge vagina. Pemeriksaan laboratorium diantaranya: metode

sediaan basah garam fisiologis ( Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH discharge vagina dan

"whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniosis adalah metronidazol,

sementara untuk kandidias vaginal, pilihan pertama adalah obat anti jamur topical.

Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka memiliki cairan dari

vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina lembab.Tetapi tidak hanya

itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur

serta virus yang bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan

penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis.

Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi secara

langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan

kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.Vaginitis di

sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis biasanya di

sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal,di katakan abnormal karena keputihan

tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga di

sebabkan bawaan pada saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari henskun si

penolong yang kurang seteril.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan

masalah yaitu :

1. Bagaimana tinjauan teori dari vaginitis ?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan Vaginitis ?

C.TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan vaginitis dan dapat

memberikan asuhan keperawatan yang tepat

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengertian dari PMS / IMS

2) Mengetahui klasifikasi dari PMS

3) Mengetahui etiologi dari PMS

4) Mengetahui patofisiologi dari PMS

5) Mengetahui manifestasi klinis dari PMS

6) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari PMS

7) Mengetahui penatalaksanaan dari PMS

8) Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan PMS


BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN

Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,

parasit atau jamur (Manuaba. 2001).

Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi secara

langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan

kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.

( Bobak, 2004)

Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis

biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal,dikatakan abnormal karena

keputihan tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga

di sebabkan bawaan pada saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari henskun si

penolong yang kurang seteril. ( Bobak, 2004 )

B.ETIOLOGI

Vaginitis dapat disebabkan oleh:

1. Infeksi

a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)

b. b.Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita hamil

serta pemakai antibiotic.

c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis)

d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)

2. Zat atau benda yang bersifat iritatif

Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons, pembilas vagina,

pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan tidak menyerap keringat.

3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.

4. Perubahan hormona

Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial :

1. Pasangan seksual yang baru


2. Merokok

3. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

4. Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah laktobaksil

penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri

lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.

5. Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana dalam

C.PATOFISIOLOGI

Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein, streptokokkus,

stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam simbiosis diantara mereka. Jika

simbiosis ini terganggu, dan jika kuman-kuman seperti streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan

lain-lain dapat berkembang biak, timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan

seksual, stress dan hormone dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan

organism pathogen tumbuh. Pada vaginosis bacterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang

provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang diproduksi C. acidophilus organism. Hasil

dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai organism yang

biasanya ditekan pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.

Organism tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine, yang akan

meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel vagina. Amine inilah yang

menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bacterial dengan fisiologi yang

sama, perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan

dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral memperkuat penempelan C.albikans ke sel epitel

vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan ini dapat mentransformasi kondisi

kolonissi organism yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada pasien dengan

trikomoniasis perubahan tingkat estrogen dan progesterone sebagaimana juga peningkatan pH

vagina dan tingkat glikogen dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi trikomonas vaginalis.

D.MANIFESTASI KLINIK

Beberapa tanda dan gejala dari vagintis antara lain :

1. Fluor albus yang amat berbau (bau amis)

2. Cairan vagina yang berlebih


3. Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna

keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan

masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria.

4. Disuria

5. Gatal sekitar vulva dan terasa seperti terbakar

6. Iritasi vagina

7. Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

8. Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva

9. Nyeri abdomen

E.PATHWAY
F.KLASIFIKASI

1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans.

Penyebab :

a. Hygiene yag kurang.

b. Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang tinggi, dan

pemberian antibiotik berspektrum luas.

Tanda dan gejala :

a. Pruritus vulvae.

b. Nyeri vagina yang hebat.


c. Disuria eksterna dan interna.

d. Rash pada vulva.

e. Eritematosa.

f. Sekret khas seperti keju lembut.

2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Penyebab : penularan melalui hubungan seksual.

Tanda dan gejala :

a. Secret banyak dan bau busuk.

b. Disuria eksterna dan interna.

c. Pruritus vulva.

d. Edema vulva.

3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.

Penyebab :

a. Hygiene yang kurang.

b. Hubungan seksual.

Tanda dan gejala :

a. Vagina berbau busuk dan amis.

b. Sekret encer, kuning sampai abu-abu.

4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen. Penyebab

: pasca menopause rentan terhadap infeksi.

Tanda dan gejala :

a. Pendarahan pervaginam.

b. Disuria eksterna.

c. Pruritus.

d. Dispareunia.

e. Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis vaginitis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5 kriteria dibawah ini :

1. Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi

2. PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper(nitrazine paper).


3. Uji Amin (+)

Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina diatas gelas

objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy / musty odor ), bau amis

muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob

4. Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillusyang padat) > 20%

pada preparat basah atau pewarnaan Gram.

Cara pemeriksaannya :

Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan

NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan coverslip.

Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali)

untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan

bakteri (terutama Gardnerella vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai

sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells

adalah penanda bakterial vaginosis.

5. Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.

Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan

Lactobacilli Gardnerella/
Bacteroides
(4+) : 0 (1+) : 1 (1+)-(2+) : 1
(3+) : 1 (2+) : 2 (3+)-(4+) : 2
(2+) : 2 (3+) : 3
(1+) : 3 (4+) : 3
(0) : 4

Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai

vaginosis bakterial.

Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram :

a.derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus

b.derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang

c.derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan beberapa kuman

tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya.

6.Uji H2O2 :
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas objek akan

segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang

karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis

bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi.

H.PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dan dapat

meredakan beberapa gejala:

a) Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital Anda

setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah iritasi. Jangan

gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.

b) Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.

c) Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari penyebaran

bakteri dari tinja ke vagina.

Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:

a) Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari

mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal yang

berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche

tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.

b) Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang ditularkan

melalui hubungan seksual.

c) Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya. Jika Anda

merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur

di lingkungan lembab.

2. Pengobatan

Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa

membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara

khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik,

anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk

mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air.
Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa

meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.

Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel

satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.Selain antibiotik, untuk

infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga

mengurangi pertumbuhan.bakteri.

Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan

seksual diobati pada saat.yang.sama.

Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen.

Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan

langsung ke vulva dan vagina. Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis

JENIS INFEKSI PENGOBATAN

JAMUR A.Miconazole, clotrimazole, atau terconazole (krim, tablet vagina

atau supositoria

B.Fluconazole atau ketoonazole (tablet)

BAKTERI Biasanya metronidazole atau c;indamycin (tablet vagina) atau


metronidazole. Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan
suntikan ceffriaxon dan tablet doxicylin.
KLAMIDIA Doxicylin atau ozithromycin (tablet)

TRIKOMONAS Metronidazole (tablet)

HPV (KUNTIL Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yang


berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan
GENETALIS)
dikutil)
VIRUS HERPES Acyclovir (tablet atau salep

Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu

ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari

katun) serta menjaga kebersihan vulva ( sebaiknya gunakan sabun gliserin )

Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva

atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh

infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim
atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi

herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang

diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan

pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari

pemeriksaan.

1. Identitas :
a. Nama : sebagai identitas, upayakan agar petugas kesehatan memanggil dengan

nama panggilan agar hubungan komunikasi menjadi lebih baik. Wanita lebih rentan

terkena vaginitis dari pada laki-laki karena pada laki-laki itu tidak memilki siklus

mentruasi yang berisiko mengalami keputihan.

b. Usia: Vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia

1) Anak : usia < 13 tahun

2) Pubertas : > 14 tahun

3) Reproduksi : 20 – 35 tahun

4) Menopuose : > 55 tahun

c. Pendidikan : untuk mengetahui tingkatan pengetahuan sehingga dalam memberikan

asuhan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan klien

d. Agama : sebagai dasar untuk memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap

klien dan keluarga

e. Suku : data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh klien dan

keluarga dan mempengaruhi pemberian konseling, informasi, dan edukasi

f. Status pernikahan : untuk mengetahui status pernikahan pada klien, supaya

memperoleh data yang spesifik

g. Alamat : data ini untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga memudahkan

pengkaji bila sewaktu-waktu memerlukan keterangan lebih lanjut tentang klien serta

keadaan lingkunan klien yang dapat mempengaruhi kejadian vulvovaginitis

2. Keluhan Utama

Merupakan jawaban terhadap pertanyaan, “ masalah atau gejala apa yang membuat

anda datang kesini saat ini?”. Jika klien menyebut dari satu alasan, maka fokus pada

salah satu hal yang menurutnya paling mengganggu.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan – keluhan yang mungkin dirasakan pada ibu dengan vaginitis diantaranya:
1) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna kekuningkuningan dan

agak berbau, keputihan yang meyebabkan rasa gatal yang membakar pada vulva

dan vagina, kadang-kadang sering sakit saat BAK. (Terjadi pada usia reproduksi

dengan pola seksual yang sering) → Trikomonas.

2) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva sangat gatal, pada dinding

vulva dan vagina juga terdapat membranmembran kecil berwarna putih (Terjadi

pada anak/pubertas dan juga pada masa reproduksi) → Kandida albicans.

3) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu, kadangkadang kekuningan

dengan bau yang kurang sedap, terasa gatal

→Hemofilus vaginalis vaginitis.

4) Terdapat leukorea dan rasa gatal hingga pedih, disuria dan sering kencing (Terjadi

pada masa menopuose) → Vulvovaginitis atrofikans.

4. Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit infeksi (campak, gondongan, batuk rejan, cacar air, demam rematik, difteria,

polio, tuberculosis, hepatitis, 33 meningitis), penyakit kronik dan sistemik (diabetes

mellitus, atritis, stroke, tiroid, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, kanker,

anemia, bulan sabit), kecelekaan dan perlukaan, operasi, pembedahan, hospitalisasi,

transfusi darah, riwayat imunisasi (BCG, polio, DPT, hepatitis, campak, MMR, Varicela,

influenza, vaksin pneumokokus, uji tuberkulin, TB terakhir), pemeriksaan skrinning

terakhir (tes pap, mamogram, uji samar darah tinja, sigmoidoskopi atau kolonoskopi,

hematokrit, hemoglobin, titer rubela, urinalisis, tes kolesterol, EKG, penglihatan terakhir,

gigi dan pemeriksaan pendengaran), pengobatan saat ini (nama obat, dosis, frekuensi,

durasi, alasan konsumsi, kepatuhan terhadap pengobatan, pengobatan rumah,

penggunaan obat yang dijual bebas, vitamin, suplemen/mineral herbal yang digunakan

dalam periode 24 jam.

5. Riwayat perkawinan

Usia perkawinan, lama perkawinan pernikahan ke berapa?

6. Riwayat kebidanan

a. Riwayat mensturasi (usia saat menarche,periode,mensturasi terakhir, pola mensturasi,

keluhan atau gejala yang dirasakan menjelang, saat dan setalah


mensturasi,panjangsiklus,durasi,jumlah darah, intermenstrual, pendarahan, sifat

darah (warna,bau,cair/gumpalan).

b. Perimenopause atau menupause (pola pendarahan, gejala vasomotor, terapi

penggantian hormon yang digunakan).

c. Kontrasepsi (metode sekarang,kepuasan dengan metode yang digunakan,metode

sebelumnya, termasuk komplikasi,alasan dihentikan).

7. Riwayat obstetrik

Riwayat kehamilan,riwayat persalinan, abortus dan nifas sebelumnya,masalah kesehatan

selama kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu,riwayat kehamilan sekarang ( klien

merasa hamil berapa bulan,keluhan waktu hamil,gerakan anak pertama dirasakan,

imunisasi, pembedahan BB selama hamil, pemeriksaan 34 kehamilan,teratur atau tidak

teratur, tempat pemeriksaan , dan hasil pemeriksaan).

8. Riwayat keluarga

Informasi mengenai usia, kesehatan dan kematian anggota keluarga yang digambarkan

melalui genogram. Anamnesa adanya riwayat diabetas, penyakit jantung, hipertensi,

stroke, atau masalah pernafasan, ginjal, tyroid, kanker dan gangguan perdarahan,

hepatitis, alergi,asma,ateritis, TB, epilepsy,penyakit mental, infeksi HIV.

9. Pemeriksaan terhadap terjadinya kekerasan

a. Pernakah klien dipukul,ditendang,ditampar,dipaksa berhubungan seks yang tidak

diinginkan?

b. Pernahkah klien mengalami kekerasan verbal/emosional?

c. Apakah klien mengalami kekerasan pada usia anak-anak? Jika iya sudahkah klien

menerima konseling ataukah klien perlu dirujuk?

10. Pola kebutuhan fungsional

a. Perubahan pemenuhan aktifitas sehari-hari (nutrisi; diet, kafein, nikotin, alkohol, obat-

obatan terlarang atau retreasional; eliminasi, personal hygine, istirahat tidur, bekerja,

aktifitas, olahraga regularitas, seksualitas; apakah klien aktif secara seksual?dengan

pria, wanita atau keduanya? Apakah perilaku seks yang mengurangi resiko?

b. Pola persepsi manajemen keperawatan kesehatan, pola koping dan stress, pola nilai

dan keyakinan yang dianut, pola konsep diri dan persepsi diri, pola komunikasi.

11. Lingkungan
Kondisi rumah,sekolah,tempat bekerja, tempat bermain,pajanan terhadap panas atau

dingin yang ekstrim, racun industri (asbes, timbal, pestisida), radiasi tinja kucing atau

asap rokok.

12. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang

dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang . Lampu sorot tambahan

diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan

sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan

terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic perempuan,

sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis

laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan

yang akan dilakukan:

a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus

selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan

sesudah memeriksa.

b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan

genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka seluruh

pakaiannya secara bertahap).

1) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam

posisi litotomi.

a) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi

mons pubis, labia, dan perineum.

b) Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan

adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh.

c) Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan

sekitarnya.

d) Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran

kelenjar getah bening setempat (regional).

e) Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan

bahan pemeriksaan

2) Pemeriksaan spekulum
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan

spekulum serta pengambilan spesimen

a) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar

pasien tidak merasa takut.

b) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan

NaCl.

c) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan speculum steril (sesuaikan

ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau

sengkelit steril.

d) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi

tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian

putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal.

Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci

spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi.

e) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan

specimen

1. Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian

ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron steril

untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron yang lain dibuat

sediaan biakan.

2. Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk

pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin.

3. Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan

hapus.

4. Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus

f) Cara melepaskan speculum : kunci spekulum dilepaskan, sehingga

spekulum dalam posisi tertutup, putar speculum 90 ̊ sehingga daun

spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.

Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan

pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya

sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari


vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum menikah namun

sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum

melakukan pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak

pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani menggunakan bagan alur

tanpa speculum

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Vaginitis adalah sebagai

berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay vaskularisasi

atau efek samping therapy/tindakan.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual. Muntah, intake tidak adekuat.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ( menggaruk) lesi pada

mukosa vagina.

4. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

muntah, intake nutrisi tidak adekuat.

5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses penyakit,

trauma).

7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

C. INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay vaskularisasi

atau efek samping therapy/tindakan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri

berkurang/dapat teratasi Kriteria Hasil :

a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)

b. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai situasi

individu.

Rencana tindakan :

a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan

upaya untuk mengurangi nyeri.


Rasional : Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang

dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan

psikologi.

b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.

Rasional : Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus

c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi

therapeutik melalui sentuhan. Rasional : Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif

untuk meningkatkan kontrol

d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai

kebutuhannya

Rasional : Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada

keterlibatan dalam ADLs.

e. Kolaborasi: kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan

dokter. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat. Rasional : Rencana

terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien harus

berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, intake yang tidak adekuat.

Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan tindakan perawatan selama diharapkan kebutuhan

cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:

Kriteria Hasil :

a. TTV normal

b. Turgor kulit baik

c. Haluaran urin tepat secara individu

d. Kadar elektrolit dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a. Catat intake dan output secara akurat. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan

tanda vital.

Rasional : hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi

b. Kaji Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Rasional :

demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

c. Berikan Pantau masukan dan pengeluaran cairan.


Rasional : merupakan indicator dari dehidrasi, memberi perkiraan akan cairan pengganti,

fungsi ginjal, dan program pengobatan.

d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang

dapat ditoleransi jantung.

Rasional : mempertahankan volume sirkulasi.

e. Berikan terapi cairan parenteral, pantau pemeriksaan laboratorium(Ht,

BUN, Na, K)

Rasional : mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ( menggaruk) lesi pada

mukosa vagina.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat

teratasi.

Kriteria Hasil :

a. TTV dalam rentang normal

b. Turgor kulit baik

c. Tidak ada eritema

d. Lesi berkurang Rencana tindakan :

a. Ukur tanda-tanda vital.

Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan

intevensi selanjutnya.

a. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk area yang mengalami gatal.

Rasional: mencegah terjadinya luka dan infeksi.

b. Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan vulva hygiene.

Rasional : meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga tentang kebersihan genetalia.

c. Monitor tanda-tanda infeksi seperti bau, eritema, dan demam Rasional : mengetahui

tanda - tanda infeksi.

d. Kolaborasi pemberian antibiotic topical.

Rasional : mengatasi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab

vaginitis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

muntah, intake nutrisi tidak adekuat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Nafsu makan bertambah

b. Makan habis 1 porsi

c. Tidak ada tanda malnutrisi Rencana tindakan :

A Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan

Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.

b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering Rasional : Dilatasi

gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat

c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung

Rasional : Mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan mual dan

muntah.

d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan

Rasional : Menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik Rasional :

Menghilangkan mual.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.

5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 C – 37,5 ̊ C)

b. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi

Rencana tindakan:

a. Monitor temperatur suhu tubuh.

Rasional Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut


b. Observasi tanda– tanda vital (suhu,tensi, nadi, pernafasan, dan perubahan warna

kulit).

Rasional Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien

c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Rasional :

Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu

diimbangi dengan asupan yang banyak.

d. Berikan kompres pada lipatan axila dan paha.

Rasional menurunkan panas lewat konduks

e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis

Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses penyakit, trauma).

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan disfungsi seksual dapat teratasi.

Kriteria hasil

a. Menunjukkan dapat beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik.

Rencana tindakan

b. Diskusikan efek dari situasi penyakit atau kesehatan pada seksualitas.

Rasional mengetahui hal –hal yang dapat muncul akibat penyakit.

c. Dorong pasien untuk mengungkapkan kekhawatiran dan mengajukan pertanyaan

tentang seksualitasnya.

Rasional meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap pasangan.

d. Beri rujukan atau konsultasikan dengan tim kesehatan lain dan terapi seksual.

Rasional menentukan tindakan lanjutan.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.Tujuan Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat teratasi. Kriteria hasil

a. Tidak ada tanda-tanda infeksi Rencana tindakan

b. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering.

Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi

dalam mengatasi perasaan cemas.

a. Tingkatkan masukan cairan adekuat.


Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah

pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh

b. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien.

c. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.

Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,

1997).

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian adalah tahap yang menentukan

apakah tujuan tercapai


BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri

yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih

keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vagina dikatakan tidak normal

apabila jumlah cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan

nyeri. Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan

yang normal dan cairan vagina atau keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning

seperti warna keju, kuning kehijauan bahkan kemerahan.

Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri jahat atau bakteri

pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman ( pH

balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan

bakteri pathogen mati.

B.SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kata sempurna, maka dari itu bagi pembaca

yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini sangat

penulis harapkan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai