Anda di halaman 1dari 54

Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 1

Kata Pengantar
Puji Tuhan. Setelah melewati berbagai macam perbaikan akhirnya STFSP bisa
menghasilkan Buku Pedoman Teknis Penulisan Skripsi seperti ini.

Buku pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku pedoman serupa yang
pernah dipakai oleh STF Seminari Pineleng dan disusun oleh para pendahulu
kami. Karena perkembangan jaman dirasa perlu untuk memperbaiki dan membuat
penyesuaian seperlunya bagi buku Pedoman Teknis Penulisan Skripsi itu. Untuk
itu disampaikan kepada semua pihak, baik dosen maupun mahasiswa yang telah
terlibat aktif dalam proses itu. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih
kepada Om Welly Lumi yang telah mengerjakan pengetikan awal, Sdr. Isye Rares
yang telah memperhatikan kesalahan ketik, dan kepada Prof. Dr. Johanis
Ohoitimur yang telah memperhatikan finalisasi teks secara keseluruhan. Berkat
kerjasama yang baik ini buku ini telah menjadi buku pedoman bersama yang
dapat diberlakukan di STF Seminari Pineleng.

Harapan kami Pedoman Teknis ini dapat membantu segenap civitas akademika,
khususnya mahasiswa, dalam penulisan skripsi secara baik dan benar.

Pineleng, 11 Mei 2013

Tim Revisi
Gregorius Hertanto Dwi Wibowo
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 2

DAFTAR ISI
I. KETENTUAN UMUM............................................................5

A. Pengertian ‘Skripsi’..........................................................5

B. Memilih tema skripsi........................................................5

C. Penulisan Proposal Skripsi...............................................6

D. Prosedur Pengajuan Proposal Skripsi...............................8

E. Hal Pindah Pembimbing...................................................9

F. Hal Ganti Judul/Topik/Proposal.......................................9

G. Pendaftaran Ujian Skripsi.................................................9

H. Ujian Skripsi...................................................................10

II. KETENTUAN TEKNIS.....................................................12

A. Kertas..............................................................................12

B. Pengetikan......................................................................12

C. Penomoran Halaman......................................................13

D. Angka.............................................................................14

E. Satuan.............................................................................17

F. Simbol.............................................................................18

G. Tabel...............................................................................18
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 3

H. Gambar...........................................................................20

I. Cetak Miring...................................................................22

J. Penulisan Rumus dan Perhitungan Numerik..................22

K. Cara Penulisan Judul Bab dan Judul Sub Bab................23

L. Sistem Penomoran (Numbering System).......................24

M. Membuat Kutipan...........................................................26

N. Catatan Kaki...................................................................29

III. MEMBUAT KEPUSTAKAAN/DAFTAR PUSTAKA.....45

A. Cara Penyusunan............................................................45

B. Penulisan Daftar Pustaka................................................46

KEPUSTAKAAN..........................................................................57
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 4

I. KETENTUAN UMUM

A. Pengertian ‘Skripsi’

1. Skripsi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa yang dibuat untuk


memenuhi sebagian syarat-syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Strata-1 pada STF Seminari Pineleng

2. Skripsi ditulis di bawah bimbingan satu atau dua orang dosen


pembimbing yang ditunjuk oleh rapat dosen STF.

B. Memilih Tema Skripsi

Tema skripsi yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Tema dipilih sesuai dengan bidang keahlian yang menjadi


spesialisasi studi di STF.

2. Fokus dari tema dapat dijabarkan menjadi topik yang dapat


dikembangkan menjadi pokok-pokok bahasan sebuah skripsi.

3. Tema dan topik skripsi didukung oleh kepustakaan yang


tersedia.

4. Judul skripsi dengan tema dan topik yang kurang lebih sama, hanya
boleh diambil setelah jangka waktu 5 (lima) tahun.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 5

C. Penulisan Proposal Skripsi

1. Proses pengolahan tema menjadi proposal skripsi harus


dilakukan di bawah bimbingan seorang dosen STF Seminari
Pineleng, walaupun dosen yang bersangkutan belum tentu menjadi
dosen pembimbing skripsi.

2. Proposal skripsi paling kurang memuat unsur-unsur berikut:

I. Tema dan Judul. Diberikan judul dan subjudul tentatif.


Judul menyatakan pokok atau inti skripsi, sedangkan subjudul
menyatakan perspektif studi/kajian (: obyek formal).

II. Latar-belakang Masalah. Penulis mengemukakan masalah


pokok yang hendak dikaji dalam skripsi dan latar-belakang
munculnya masalah tersebut. Dengan kata lain, di sini penulis
menjawab pertanyaan, “Apa masalah atau pertanyaan pokok
skripsi?” dan “Mengapa pertanyaan tersebut muncul atau
dikemukakan?”

III. Fokus Masalah. Apa yang menjadi fokus perhatian dari


permasalahan skripsi penulis. Biasanya akan sangat
membantu bila dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Jadi
pertanyaan-pertanyaan dasar apakah yang mau dijawab oleh
skripsi ini.

IV. Hipotesis. Dengan hipotesis dimaksudkan jawaban


sementara yang diberikan oleh penulis terhadap masalah
pokok skripsi. Hipotesis tidak boleh mengulangi apa yang
sudah dikemukakan oleh penulis lain sebelumnya.

V. Tujuan. Penulis menjelaskan apa yang menjadi tujuan


penulisan skripsi. Tujuan berhubungan maksud penulis
mengeksplorasi tema. Bisa saja tujuan ini berhubungan
dengan latar belakang penulis memilih tema. Mungkin juga
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 6

berhubungan dengan keingintahuan penulis, atau


berhubungan dengan persyaratan menjadi sarjana. Tujuan
dapat berupa (a) kajian kritis tentang konsep atau pandangan
hidup tertentu, (b) sintesis mengenai beberapa pandangan, (c)
komparasi dua atau lebih pandangan, (d) upaya mencari
pemahaman baru mengenai konsep tertentu, (e) gabungan dari
beberapa tujuan tersebut.

VI. Sistematika skripsi. Penulis menyebut bab-bab skripsi yang


akan ditulis. Masing-masing bab diberikan judul tentatif dan
uraian singkat mengenai isi bab.

VII. Metodologi. Metodologi meliputi dua hal: metode penelitian


dan metode penulisan. Metode penelitian meliputi bagaimana
penulis akan mendapatkan data: misalnya dengan studi
kepustakaan, atau dengan sebuah penelitian sosial, penelitian
lapangan. Metode ini juga bisa dibedakan atas cara kualitatif
atau cara kuantitatif. Sebagai contoh, bila penulis
mengumpulkan data, membuat persentase tentang data suatu
keadaan tertentu, misalnya, penulis telah menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Namun, bila penulis mencoba
menggali permasalahan, mencoba menarik nilai dalam
penelitian itu, baik melalui studi kepustakaan ataupun
wawancara, diskusi, penulis sudah masuk dalam metode
kualitatif. Tentu saja dua metode ini dapat dipakai secara
saling melengkapi. Sehubungan dengan metode penulisan,
mahasiswa menjelaskan cara yang akan dipakai dalam
penulisan skripsinya. Unsur-unsur metodis berikut dapat
disebut dalam metodologi penulisan: (a) deskripsi, (b)
interpretasi, (c) koherensi internal, (d) holistika, (e)
kesinambungan historis, dan (f) komparasi.

VIII. Relevansi/Manfaat. Penulis menjelaskan apa saja manfaat


penulisan skripsinya, baik bagi penulis sendiri maupun bagi
masyarakat akademik atau masyarakat umum. Dengan
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 7

menunjukkan manfaat ini penulis menawarkan (propose)


sebuah bahasan baru yang akan mengembangkan masyarakat.
Tapi di bidang apa, itulah kira-kira isi dari bagian ini.

IX. Kepustakaan. Penulis menyebut pustaka-pustaka yang


digunakan untuk menyusun proposal skripsi.

3. Proposal skripsi ditulis dengan spasi ganda (2), diketik pada kertas
berukuran A4 (kuarto), sebanyak-banyaknya 10 halaman, dan
ditandatangani oleh mahasiswa calon penulis dan dosen
pembimbing proposal skripsi, serta ditanda-tangani sebagai
persetujuan oleh Ketua Program Studi.

D. Prosedur Pengajuan Proposal Skripsi.

1. Proposal skripsi (lengkap) diajukan kepada Ketua Program Studi.

2. Ketua Program Studi mempelajari proposal skripsi dan memberikan


rekomendasi tentang calon dosen pembimbing, disertai catatan
yang perlu mengenai proposal.

3. Proposal diajukan oleh Ketua Program Studi dalam Rapat Dosen


STF.

4. Pembantu Ketua Bidang Akademik menerbitkan Surat Keputusan


mengenai penerimaan proposal skripsi yang disetujui oleh Rapat
Dosen STF dan mengumumkannya kepada dosen pembimbing dan
para mahasiswa.

5. Penelitian dan penulisan skripsi dapat dimulai.


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 8

E. Hal Pindah Pembimbing

Mahasiswa yang pindah pembimbing harus membuat surat


permohonan pindah pembimbing yang ditujukan kepada Puket I Bidang
Akademik. Dalam surat permohonan tersebut sudah harus dicantumkan
persetujuan dan tandatangan dari pembimbing yang lama dan pembimbing
yang baru. Ini berarti penulis skripsi harus membicarakan perpindahan
tersebut dengan pembimbing lama dan baru. Permohonan kemudian
disampaikan kepada Ketua Program Studi yang kemudian akan
menyampaikannya kepada Rapat Dosen STF sebagaimana Ketentuan di
atas no. 3.

F. Hal Ganti Judul/Topik/Proposal

Ketentuan yang sama pada no. E berlaku juga untuk pergantian


judul/topik. Namun demikian, pada permohonan pergantian judul semacam
ini harus pula disertakan sebuah proposal baru yang ditandatangani oleh
mahasiswa, pembimbing proposal baru tersebut dan Ketua Prodi (lihat no.
C3 dan D).

G. Pendaftaran Ujian Skripsi

1. Ujian skripsi adalah ujian terakhir di STFSP, maka syarat-syarat


yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

- Mahasiswa sudah menyelesaikan semua mata kuliah selain


skripsi

- Tidak ada nilai D dalam KHS

- Hal-hal yang berhubungan dengan administrasi umum (BPP,


SPP dsb) sudah dibereskan sampai dengan semester dimana
ujian skripsi akan dilaksanakan.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 9

2. Setiap bulan dibuka kesempatan untuk ujian skripsi bagi mahasiswa


yang telah menyelesaikan semester VIII.

3. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian skripsi harus memasukkan


naskah skripsi sebanyak tiga (3) eksemplar di Kantor Program Studi
masing-masing satu bulan sebelum hari pelaksanaan ujian atau pada
tanggal yang ditentukan oleh Tim Penguji Skripsi.

4. Naskah skripsi yang akan diuji harus dalam bentuk final sesuai
dengan ketentuan teknis sebagaimana diatur dalam pedoman ini dan
setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing dan ketua
program studi.

5. Hendaknya disertakan juga resume skripsi yang bersangkutan, yang


ditulis seturut kaidah ilmiah sesuai ketentuan pedoman ini pula.
Namun Panitia Skripsi bisa menentukan entah Resume Skripsi ini
dimasukkan pada saat pendaftaran atau waktu sesudahnya. Resume
dibuat dengan spasi dua (2) di atas kertas A4. Panjang Resume
adalah 6-10 halaman.

H. Ujian Skripsi

1. Ujian Skripsi diselenggarakan oleh Panitia Skripsi yang ditentukan


dengan Surat Keputusan Ketua STF Seminari Pineleng.

2. Tim Penguji setelah menerima pendaftaran Skripsi Mahasiswa akan


menentukan entah sebuah Skripsi layak atau tidak untuk diuji.

3. Selambat-lambatnya tiga minggu sebelum tanggal ujian jadwal


ujian Skripsi akan diumumkan kepada mahasiswa dan pembimbing.

4. Ujian Skripsi pada umumnya dilaksanakan secara terbuka di


hadapan 3 orang dosen sebagai team penguji.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 10

5. Dosen Pembimbing biasanya turut menjadi penguji dalam team


penguji tersebut.

6. Untuk setiap ujian skripsi akan dibuatkan berita acaranya yang


memuat hasil penilaian dari setiap anggota team penguji, catatan-
catatan mengenai skripsi, catatan mengenai perbaikannya, dan nilai
final dari skripsi tersebut.

7. Nilai Final dari sebuah skripsi yang sudah diuji berlaku sah bila
mahasiswa selambat-lambatnya satu bulan sesudah ujian
dilaksanakan menyerahkan skripsi final hasil perbaikan, dengan
ditandatangani oleh ketiga dosen penguji.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 11

II. KETENTUAN TEKNIS

A. Kertas

1. Kertas yang digunakan untuk pembuatan skripsi adalah kertas


HVS berwarna putih berukuran A4 (29,7cm X 21cm) dengan berat
70 mg. Untuk halaman tertentu, seperti batas antar bab, dapat
digunakan kertas HVS berwarna.

2. Bagian dari kertas yang memuat naskah ketik mempunyai batas


(margin) atas 3,8 cm (= 1,5 Inch), bawah 2,5 cm (= 1 Inch), kiri 3,8
cm, dan kanan 2,5 cm.

3. Naskah asli skripsi dapat diperbanyak dengan membuat fotocopy


pada kertas HVS dengan ukuran dan berat yang sama.

B. Pengetikan

1. Skripsi harus diketik menggunakan komputer dengan pilihan jenis


huruf Times New Roman, Arial, atau Calibri dengan ukuran 12
point (fonts). Pilihan huruf tersebut harus konsisten untuk seluruh
bagian skripsi. Untuk judul bab, dapat digunakan huruf dengan
ukuran point yang lebih tinggi (misalnya 14). Naskah diketik dalam
satu muka halaman kertas (tidak bolak-balik).

2. Jumlah halaman skripsi minimal 60 halaman dan maksimal 80


halaman, belum termasuk halaman judul, pengesahan, daftar isi,
daftar pustaka dll.

3. Pengetikan dilakukan dengan format 2 (dua) spasi, kecuali judul


tabel, keterangan gambar, daftar pustaka, dan kutipan sesuai aslinya
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 12

yang melebihi (3) tiga baris, diketik dengan spasi tunggal (satu
spasi).

4. Awal suatu paragraf dan catatan kaki, yaitu catatan di bagian bawah
suatu halaman, dimulai dengan tabulasi (indent) 1,27 cm (0,5 Inch)
ke dalam.

5. Kutipan yang melebihi tiga (3) baris diketik dengan tabulasi 1,27
cm (0,5 Inch) ke dalam dari batas margin kiri dan kanan.

6. Kalimat lanjutan setelah koma, titik, titik ganda, titik koma diketik
satu ketukan setelah tanda-tanda tersebut.

7. Kalimat diketik dengan alignment rata kiri dan kanan (justified)


kecuali judul bab, judul tabel, dan judul gambar yang diketik
dengan aligment tengah (centered).

8. Skripsi dicetak dengan warna huruf hitam.

C. Penomoran Halaman

1. Halaman-halaman bagian awal skripsi diberi nomor yang terpisah


dari nomor halaman bagian utama skripsi. Halaman-halaman
bagian awal skripsi diberi nomor dengan angka Romawi kecil
ⅰ,ⅱ,ⅲ, ……. dst. Nomor halaman diketik di tepi kanan atas
kertas.

2. Halaman bagian utama skripsi diberi angka Arab 1,2,3, …. dan


seterusnya. Yang dimaksud dengan bagian utama Skripsi adalah
Pendahuluan, Bab-bab, Penutup serta Daftar Pustaka. Nomor
halaman ditulis di tepi kanan atas kertas kecuali halaman pertama,
yang tidak diberi penomoran halaman.

3. Penomoran halaman bagian akhir skripsi (indeks dan lampiran)


adalah kelanjutan dari penomoran halaman bagian awal skripsi.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 13

Cara menuliskan nomor halaman pada bagian akhir skripsi sama


dengan cara menuliskan nomor halaman bagian awal skripsi,
misalnya, x, xi, xii... dst.

D. Angka

1. Kecuali ditentukan lain, penulisan angka menggunakan angka


Arab. Angka digunakan untuk menyatakan besaran tertentu dari
ukuran variabel (panjang, massa, suhu), nomor halaman, tanggal,
waktu, bilangan dalam perhitungan aljabar dan dalam rumus
termasuk bilangan pecahan, dan lain-lain.

2. Tanda desimal ditentukan dengan koma (contoh: dua


setengah = 2,50).

3. Besaran bilangan tak tentu yang digunakan untuk menyatakan


jumlah secara umum sebaiknya ditulis dengan kata-kata (contoh:
sepuluh tahun yang lalu, usia empat puluh tahun, setengah jam
mendatang, lima kali sehari, beberapa ratus sentimeter).

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya. Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

5. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 seterusnya.

Nomor gironya 5645678.


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 14

6. Bila diperlukan angka-angka sangat besar, gantilah sebagian dari


angka tersebut misalnya: 1.600.000 menjadi 1,6 juta atau tambahan
kata-kata lainnya seperti: mega, kilo, mikro dan mili pada satuan
ukuran.

7. Awal sebuah kalimat tidak boleh dimulai dengan sebuah angka.


Jika awal kalimat memerlukan bilangan atau angka, tulislah
bilangan tersebut dengan kata-kata, atau ubahlah susunan kalimat
sedemikian rupa sehingga bilangan tadi tidak lagi terletak pada
awal kalimat.

Misalnya:

Tujuh ratus ekor itik dicuri pada malam itu.

Bukan: 700 ekor itik dicuri pada malam itu.

atau

Pada malam itu tujuh ratus ekor itik dicuri.

Pada malam itu 700 ekor itik dicuri.

8. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara


berikut.

Misalnya:

Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan abad


ke-20 ini; lihan Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di
daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2
itu; kantor di tingkat II itu.

9. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti


cara seperti berikut.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 15

Misalnya:

tahun ’50-an atau tahun lima puluhan

uang 5000-an atau uang lima ribuan

lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan

10. Besaran bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang


tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

E. Satuan

1. Satuan yang digunakan dalam skripsi adalah satuan SI (satuan


internasional). Singkatan satuan yang digunakan adalah seperti
yang dianjurkan oleh SI, yaitu singkatan satuan ditulis dengan
huruf kecil tanpa titik di belakangnya. Singkatan satuan tidak
dituliskan dengan huruf italic (cetak miring). Singkatan satuan
dapat terdiri dari satu, dua atau sebanyak-banyaknya empat huruf
Latin. Untuk pedoman lebih lanjut lihat Standar Nasional Indonesia
SNI 19-2746/ISO 1000, Satuan Sistem Internasional.

2. Singkatan satuan dapat dibubuhi huruf awal yang menyatakan μ


(miu), m (mili), c (senti), d (desi), h (hekta), k (kilo), atau m
(mega).
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 16

3. Satuan sebagai kata benda ditulis lengkap, demikian juga satuan


yang terdapat pada awal kalimat ditulis lengkap. Satuan yang
menunjukkan jumlah ditulis di belakang bilangan dan ditulis
dengan singkatannya.

F. Simbol

1. Simbol variabel digunakan untuk memudahkan penulisan variabel


tersebut dalam rumus dan dalam pernyataan aljabar lainnya. Semua
huruf dalam abjad Latin dan abjad Yunani, baik huruf besar
maupun huruf kecil, dapat digunakan sebagai simbol variabel.

2. Simbol dapat terdiri dari satu atau dua huruf. Simbol dapat diberi
subskrip atau superskrip atau keduanya. Subskrip dapat berupa
huruf atau angka atau keduanya, demikian juga superskrip.
Beberapa simbol ditulis dengan cetak miring. Sebagai petunjuk
umum, pilihan simbol yang sudah lazim digunakan pada bidang
anda.

3. Simbol satuan derajat (o), menit (’), dan detik (‘’) untuk ukuran
diketik mengikuti angkanya tanpa spasi. Contoh 5o, 10’, 20’’.
Simbol satuan lainnya didahului dengan satu spasi, misalnya 4 kg,
5 cm, 6 %

G. Tabel

1. Tabel dibuat pada kertas naskah. Huruf dan angka tabel harus
diketik. Kolom-kolom tabel disusun sedemikian rupa sehingga
tabel mudah dibaca. Jarak suatu angka dengan angka di bawah atau
angka di atasnya boleh satu atau dua spasi. Yang penting adalah
agar tabel mudah dibaca. Dalam program komputer dapat
digunakan program Lotus atau Microsoft Excell atau menggunakan
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 17

fungsi ‘tabel’ pada program Microsoft Word dengan penyesuaian


jarak.

2. Tabel mempunyai garis batas yang pada umumnya berupa garis


semu. Tabel diletakkan pada halaman naskah sedemikian rupa
sehingga garis batas tidak melampaui batas kertas yang boleh
diketik dan tabel terletak simetrik di dalamnya.

3. Kolom tabel dapat diletakkan sejajar dengan panjang kertas, atau


sejajar dengan lebar kertas. Dalam hal terakhir ini sebaiknya
seluruh halaman diisi dengan tabel tanpa teks naskah.

4. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-baris


kalimat teks bagian utama skripsi. Dalam hal ini maka garis batas
bawah tabel harus terletak dua spasi di atas kalimat teratas di bawah
tabel.

5. Di atas garis batas atas tabel dituliskan nomor dan judul tabel.
Jika tabel terdiri atas dua baris atau lebih, maka baris-baris tersebut
dipisahkan dengan satu spasi. Penomoran tabel harus bebas dari
penomoran bab.

6. Baris pertama judul tabel harus terletak tiga spasi di bawah garis
terakhir teks, sedangkan baris terakhir judul harus terletak dua spasi
di atas garis batas atas tabel.

7. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih besar dari halaman


naskah dapat diterima. Tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika
dilipat satu kali sudah mencapai ukuran halaman naskah saja yang
dimasukkan dalam teks bagian utama. Tabel yang lebih besar
diletakkan pada lampiran teks.

8. Pada tabel data sekunder yang berasal dari satu sumber


dicantumkan nama penulis atau nama majalah beserta nomor
urutnya dalam daftar pustaka di belakang atau di bawah tabel.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 18

9. Tabel yang memuat data yang dikutip dari beberapa sumber, tiap
kumpulan data dari satu sumber diberi superskrip, dan superskrip
tersebut dijelaskan pada catatan kaki di bawah tabel. Sumber
tersebut dapat pula dituliskan pada satu kolom khusus pada tabel,
dalam hal ini tidak diperlukan superskrip.

H. Gambar

Istilah gambar pada buku pedoman ini mencakup gambar, ilustrasi,


grafik, dena peta, bagan, monogram, diagram alir, termasuk photo.

1. Gambar sebaiknya digunakan untuk menyatukan informasi dengan


cara yang lebih mudah dan luas.

2. Gambar harus dibuat pada kertas yang dipakai untuk naskah


skripsi. Huruf, angka dan tanda baca lain yang dipakai pada gambar
harus jelas.

3. Gambar diletakkan sedemikan rupa sehingga tidak melampaui


batas kertas yang boleh diketik. Gambar diletakkan di tengah
(horizontally centered), simetrik terhadap batas kertas yang boleh
diketik.

4. Sisi terpanjang dari garis batas gambar dapat diletakkan sejajar


lebar kertas (potrait atau sejajar panjang kertas landscape). Untuk
posisi landscape, gambar sebaiknya dibuat pada halaman tersendiri
tanpa teks naskah untuk memudahkan pembacaan.

5. Gambar dengan posisi potrait boleh diletakkan di tengah halaman


di antara baris-baris kalimat teks. Dalam hal ini maka garis batas
atas gambar harus terletak dua spasi di bawah garis batas bawah.

6. Kalimat pertama pada gambar adalah nomor dan judul gambar yang
tercantum pada halaman daftar gambar dan ilustrasi.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 19

7. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih besar dari halaman


naskah dapat diterima. Gambar yang memerlukan satu lipatan
untuk mencapai ukuran halaman naskah dapat dimasukkan ke
dalam teks bagian utama skripsi. Gambar yang lebih besar dari itu
sebaiknya dimasukkan ke dalam lampiran skripsi.

8. Setiap gambar harus diberi nomor dengan angka Arab diakhiri


dengan tanda titik, dimulai dengan nomor 1, sampai nomor gambar
terakhir pada skripsi. Penomoran ini harus bebas dari penomoran
bab dan tabel.

9. Judul atau nama gambar ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf
pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar. Baris-baris
judul gambar dipisahkan oleh jarak atau spasi. Untuk judul gambar
yang lebih dari satu baris menggunakan jarak satu spasi. Judul
gambar diletakkan di tengah secara simetrik, dua spasi di bawah
gambar.

10. Potret hitam putih dan potret warna yang dicetak dengan komputer
langsung pada kertas yang digunakan untuk skripsi dapat diterima.
Potret ditempatkan pada kertas naskah. Potret dianggap gambar
karena itu diberi nomor dan judul seperti halnya gambar.

11. Gambar yang dikutip dari sumber lain dijelaskan dengan


mencantumkan nama penulis atau nama majalah beserta nomor
urutnya di daftar pustaka di belakang dan di bawah gambar itu
sendiri.

I. Cetak Miring

1. Huruf miring (italic) harus sama besar dengan huruf untuk naskah.

2. Cetak miring digunakan untuk judul buku dan untuk nama majalah
ilmiah.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 20

3. Pada umumnya cetak miring digunakan pada kata atau istilah untuk
memberi penekanan khusus, menarik perhatian. Dalam hal ini,
cetak miring pada suatu istilah hanya dipakai pada waktu istilah itu
muncul untuk pertama kali dalam naskah. Perlu ditambahkan,
bahwa cetak miring seperti ini jangan terlalu sering dipakai sebab
akan menghilangkan arti penekanan khusus tadi. Istilah atau bahasa
asing dalam teks, dituliskan dengan cetak miring.

J. Penulisan Rumus dan Perhitungan Numerik

1. Rumus diletakkan simetrik dalam batas kertas yang boleh diketik.


Rumus yang panjang ditulis dalam dua baris atau lebih dengan
menggunakan jarak satu spasi atau yang disesuaikan. Pemotongan
rumus panjang dilakukan pada tanda operasi aritmatik, yaitu tanda
tambah, kurang, kali atau bagi (bukan garis miring). Tanda operasi
aritmatik tersebut didahului dan diikuti oleh sedikitnya satu spasi.

2. Pangkat dituliskan setengah spasi di atas lambang variabel. Hindari


pemakaian tanda akar (√). Sebagai gantinya pakailah pangkat
pecahan. Penulisan bilangan pecahan sebaiknya tidak dilakukan
dengan menggunakan garis miring. Pakailah tanda kurung dalam
pasangan-pasangan secukupnya untuk menunjukkan hirarki operasi
aritmatik dengan jelas. Hirarki tanda kurung dalam buku pedoman
ini ditentukan sebagai berikut : [{( )}].

3. Setiap rumus diberi nomor yang dituliskan di antara dua tanda


kurung. Nomor rumus berurutan dari 1, 2, .... Nomor rumus
dituliskan dengan angka Arab.

4. Substitusi variabel dengan harganya untuk operasi aritmatik


dituliskan seperti pada penulisan rumus. Dalam hal ini, hindarilah
pemakaian titik sebagai tanda kali.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 21

K. Cara Penulisan Judul Bab dan Judul Sub Bab

Sebagian dari cara penulisan judul bab dan judul sub bab sudah
diterangkan di muka.

1. Judul bab didahului oleh bab yang ditulis dengan huruf besar
diikuti oleh nomor bab yang ditulis dengan angka Arab, ukuran
huruf 14 dan dicetak tebal (bold), seperti misalnya BAB 1 (tanpa
titik). Bab dan nomornya tersebut diketik empat spasi di bawah
batas tepi atas tanpa diakhiri titik di belakang angka dan diletakkan
secara simetrik (centered) dalam batas kertas yang boleh diketik.
Setiap bab baru harus ditulis pada halaman baru.

2. Judul bab diketik dua spasi di bawah nomor bab. Judul bab ditulis
dengan huruf besar (capital) ukuran 14 dan dicetak tebal (bold)
tanpa diakhiri titik di belakang huruf terakhir. Jika judul bab terdiri
dari dua baris maka baris kedua dimulai dengan baris baru dengan
jarak satu spasi. Judul bab diletakkan secara simetrik dalam batas
kertas yang boleh diketik.

L. Sistem Penomoran (Numbering System)

Cara penomoran yang digunakan dalam bagian-bagian skripsi di


dalam satu bab mengikuti urutan sebagai berikut:

1. Nomor Bab tidak disebut lagi

2. Nomor Judul Bagian 1 (heading 1), nomor Judul Bagian 2 (heading


2), Nomor Judul Bagian 3 (heading 3), dst.

3. Pada akhir nomor mulai judul bagian 2 (heading 2) tidak perlu


diberikan tanda titik.

Contoh:
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 22

1. Gandhi: Selayang Pandang

1.1 Riwayat Hidup Gandhi

1.2 Karya-Karya Gandhi

1.2.1 Karya Kemanusiaan Gandhi

1.2.2 Karya Tulis Gandhi

2. Penyebab Dampak Tindak Kekerasan dalam Hubungan Antar


Agama

2.1 Faktor-faktor Penyebab Kekerasan dalam Hubungan Antar umat


Beragama.

2.2 Dampak Tindak Kekerasan dalam Hubungan Antarumat Beragama

2.2.1 Pelecehan terhadap Martabat Manusia

2.2.2 Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia

Catatan:

- Kecuali kata depan dan kata hubung, setiap kata dalam judul bagian
(heading) dimulai dengan huruf besar.

- Namun bila kata depan itu merupakan awal dari judul, kata depan
itu diawali huruf besar.

M. Membuat Kutipan

Dengan “kutipan” dimaksudkan salinan satu atau beberapa kalimat


atau paragraf dari tulisan lain dan dimasukkan menjadi bagian dari skripsi
yang sedang dikerjakan.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 23

Kutipan merupakan salinan, dan karena itu berbeda dari “rujukan


terminologi” dan “rujukan ide”, yakni suatu istilah atau ide yang dipinjam
dari penulis lain tapi dibahasakan dengan kata-kata sendiri dalam naskah
yang sedang ditulis.

Referensi ke sumber “rujukan terminologi” dan “rujukan ide”


biasanya menggunakan “bandingkan” (disingkat: bdk.), maksudnya bahwa
uraian penulis tentang pokok tertentu dapat dibandingkan dengan uraian
penulis lain. Sebagai ganti “bdk.” sering digunakan pula “lihat” (disingkat:
lih.), tetapi jelas ini merupakan suatu kekhilafan karena “lihat” hanya bisa
dipakai untuk referensi-silang (cross-reference). Misalnya, pada akhir
suatu kalimat atau paragraf ditulis catatan kaki: Untuk diskusi yang lebih
luas dan mendalam mengenai pokok ini, lihat hlm. 12-45 di bawah. Atau,
Untuk diskusi yang lebih luas dan mendalam mengenai pokok ini, lihat
uraian Magnis-Suseno dalam ... [kemudian disebutkan data kepustakaan
yang dimaksudkan].

Pendeknya, perlu disadari bahwa kutipan selalu bersifat langsung


dan karena itu harus ditulis sesuai aslinya, sedangkan referensi lain dapat
menggunakan “bdk.” atau “lih.” sesuai keperluan.

1. Mengapa kutipan dibuat?

a. Materi kutipan mempunyai kualitas yang tinggi bagi


argumen sehingga akan hilang nilainya jika dikatakan dengan
kata-kata penulis sendiri.

b. Materi kutipan merangkumkan satu pokok bahasan yang


akan disetujui atau dibantah/disanggah.

c. Materi kutipan mengungkapkan satu pendapat atau evaluasi


yang menjadi bahan diskusi. Selain itu ada dua catatan lain
perlu diperhatikan: (a) jangan terlalu banyak membuat kutipan
yang terlalu panjang, dan (b) setiap kutipan semestinya
didahului atau disusul dengan komentar atau penjelasan
mengenai apa yang dikutip.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 24

2. Ketelitian pengutipan

a. Kutipan harus sesuai dengan aslinya dalam ejaan, kata,


kapitalisasi dan pungtuasi.

b. Jika kutipan itu secara gramatikal merupakan bagian dari


kalimat penulis, kutipan ini tidak berawal huruf kapital
(walaupun aslinya dalam huruf kapital).

c. Perhatikan tanda kutipan yang dipakai dan semua tanda baca


yang lain seperti koma, tanda tanya, tanda seru dan titik.

d. Jika kutipan itu anda kutip seutuhnya dan secara gramatikal


merupakan klausa, maka berilah koma dan mulailah dengan
huruf kapital. (Berbeda dengan cara lama ialah pemberian titik
dua).

Contoh:

Tentang konvensi ketatanegaraan Inggris, David Philips


mengatakan, “Convention is a mixture of roles based on custom
and expediency, but sometimes their source is express
agreement.”

e. Jika dalam kutipan anda menghilangkan beberapa kalimat atau


beberapa perkataan pada awal, berilah tiga titik ... Jika kalimat
kutipan anda mulai dengan kalimat baru dan ada kalimat di
depannya yang dihilangkan, maka berilah empat titik ....

f. Jika dalam kutipan itu terdapat bagian yang aneh dan anda ingin
memperbaikinya, maka perbaikan itu harus ditempatkan dalam
kurung-siku [....].

g. Setiap kutipan harus mendapatkan catatan kaki. Baca dan


periksalah kutipan anda itu sebaik-baiknya. Jangan ada yang
salah atau terganti.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 25

h. Kutipan yang berbahasa asing perlu diterjemahkan ke dalam


bahasa Indonesia. Teks kutipan menggunakan bahasa
Indonesia, sedangkan bahasa aslinya ditempatkan dalam kurung
langsung sesudah terjemahan bahasa Indonesianya atau
ditempatkan pada catatan kaki.

3. Pengetikan kutipan
a. Kutipan diketik dengan font yang sama dengan font teks skripsi
(font 12).

b. Jika kutipan tidak lebih dari tiga baris ketikan, kutipan tersebut
dimasukkan dalam paragraf yang sama dengan yang lain atau
paragraf regular. Teks kutipan harus diapit tanda petik pada
awal dan pada akhir (“....”). Jenis kutipan ini disebut “bentuk
kutipan biasa”.

c. Jika kutipan terdiri dari empat atau lebih baris ketikan, kutipan
harus diketik dengan spasi tunggal sebagai alinea baru yang
dikedalamankan pengetikannya (indentation 0,5”), dan tanpa
tanda petik. Jenis kutipan ini disebut “kutipan blok”

Contoh:

R. C. Kwant berpendapat tentang hubungan antara kritik dan


demokrasi sebagai berikut.

Demokrasi itu tidak mungkin kalau tanpa kritik. Tetapi


rakyat itu tentu dipimpin oleh pemimpin. Bagaimana
rakyat yang dipimpin itu bisa memimpin diri sendiri? Itu
bisa, karena rakyat mengontrol orang-orang yang
mereka pimpin, habislah demokrasinya. Padahal kritik
adalah bagian integral daripada kontrol. Maka kritik
termasuk dalam hakekat demokrasi.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 26

N. Catatan Kaki

Pedoman ini menganut sistem referensi catatan kaki, bukan


referensi catatan akhir (catatan ekor) atau catatan dalam teks.

1. Pentingnya Catatan Kaki

a. Pengakuan dan pertanggung-jawaban sumber informasi yang


dipakai.

b. Dukungan terhadap argumen.

c. Pemberian materi tambahan bagi pembaca.

d. Pembuktian kutipan naskah.

e. Perluasan makna yang dikemukakan dalam naskah.

f. Penunjukkan bagian lain dalam naskah bagi pembaca.

g. Penjelasan tambahan oleh penulis.

2. Tempat Catatan Kaki

Catatan kaki harus ditempatkan pada halaman yang sama pada


bagian bawah dengan nomor berurutan mulai dari no. 1 (satu) dan
seterusnya sampai akhir satu bab skripsi. Jadi, setiap bab dimulai
dengan nomor catatan kaki yang baru.

3. Pengetikan Catatan Kaki

a. Catatan kaki dipisahkan dari naskah halaman yang sama dengan


tiga spasi (line spacing 1.5).

b. Pada halaman yang sama, catatan kaki dipisahkan satu dari


yang lain dengan dua spasi (line spacing 1).
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 27

c. Catatan kaki yang lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi.

d. Catatan kaki diketik dengan font yang sama dengan font teks
skripsi, baris pertama agak ke dalam sejajar dengan baris
paragraf dan baris-baris berikutnya, diketik sejajar dengan
baris-baris yang lain dalam naskah.

e. Catatan kaki mendapatkan nomor urut berkelanjutan dari bab


satu ke bab lain. Jadi dalam bab yang baru tidak dimulai nomor
baru lagi melainkan melanjutkan nomor bab sebelumnya.

f. Nomor urut diberi dalam angka Arab dan tidak diberi tanda apa
pun juga.

g. Dalam naskah nomor urut catatan kaki diketik agak ke atas


(superscript) tanpa ada spasi.

4. Urutan Informasi dalam Catatan Kaki

a. Buku

1) Nama pengarang (tanpa dibalik urutannya; gelar


akademik dan/atau nama tarekat/ordo pengarang tidak
ditulis).

2) Diberi tanda koma (,)

3) Judul buku: dicetak miring/italic, diikuti dengan


koma, jika ada data berikut; jika tidak, tanpa koma
langsung ke butir 5)

4) Data tentang jilid atau cetakan tanpa diakhiri koma

5) Data buku ditempatkan dalam kurung dengan


urutan: nama kota, nama penerbit, angka tahun terbit.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 28

6) Diberi tanda koma (,)

7) Halaman, disingkat “hlm.” kemudian diikuti angka


Arab halaman.

8) Setelah itu diberi tanda titik (.).

Contoh:

Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif (Jakarta:


Galindra, 1985), hlm. 72.

Rachman Wirisudarmo, Komputer di Segala Bidang, cet.


ke-3 (Jakarta: Mutiara, 1980), hlm. 32.

b. Artikel

1) Nama pengarang (tanpa dibalik urutannya; gelar


akademik dan/atau nama tarekat/ordo pengarang tidak
tulis).

2) Diberi tanda koma (,)

3) Judul artikel (diapit tanda petik; tidak dicetak miring).

4) Diberi koma (,)

5) Nama majalah/jurnal (dicetak miring/italic)

6) Tanpa koma, langsung diikuti nomor volume/nomor


edisi.

7) Tanda koma (,), langsung diikuti bulan dan tahun terbit.

8) Diberi tanda koma (,)


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 29

9) Halaman, disingkat “hlm.” kemudian diikuti angka


Arab halaman.

10) Setelah itu diberi tanda (.)

Contoh:

Bhanu Viktorahadi, “Ratapan dari Sarang Mafia,” Hidup


No. 15 Tahun ke-59, 10 April 2005, hlm. 30-31.

c. Buku/Artikel

Buku/artikel sumber yang disebutkan dalam catatan kaki untuk


pertama kalinya, selalu harus ditulis secara lengkap menurut
ketentuan (a) dan (b) di atas. Rujukan-rujukan lain sesudah itu
dapat ditulis pada catatan kaki atas dua cara.

1) Tulislah nama pengarang (cukup nama keluarganya);


berilah tanda koma (,); tulislah judul utama buku/artikel;
hlm. ..... Misalnya, Bertens, Etika, hlm. 230; atau,
Magnis-Suseno, Etika Dasar, hlm. 23.

2) Jika data buku/artikel yang hendak dirujuk sama dengan


yang dicatat dalam catatan kaki yang langsung
mendahuluinya, maka pakailah “Ibid” seperti dijelaskan
dalam nomor berikut ini.

5. Penggunaan Ibid

a. “Ibid.” adalah singkatan dari “Ibidem” yang berarti “di tempat


yang sama”.

b. Dalam tradisi lama “ibid.” dipakai bersama-sama dengan “op.


cit” (opere citato, karya yang telah disebut) dan “loc. cit”
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 30

(loco citato, di tempat atau halaman yang sama yang baru saja
disebutkan). Dua singkatan terakhir ini sudah tidak lazim
dipakai oleh para penulis masa kini.

c. “Ibid.” dipakai untuk menyingkat informasi buku dalam


catatan kaki.

d. Penggunaannya mengenal beberapa syarat.

1) Ibid. adalah singkatan dari bahasa Latin ibidem dan yang


berarti ‘di tempat yang sama’.

2) Ibid. dipakai hanya pada catatan kaki yang menyatakan


sumber yang sama dengan sumber yang secara langsung
mendahuluinya.

3) Ibid. tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang
menyelinginya.

4) Ibid. harus diketik atau ditulis dengan huruf awal kapital,


diberi garis-bawah atau italic, dan diberi titik.

5) Apabila referensi kedua ini berasal dari jilid atau


halaman yang lain, maka di belakang ibid diberi koma, jilid
dan halaman.

Contoh pemakaian Ibid.

Edgar Johnson, Charles Dickens: His Tragedy and


3

Triumph (New York: Duell, Sloan and Pearce 1952), hlm. 34.
4
Ibid.
5
Ibid., hlm. 27.
6
Ibid., II. hlm. 95. (II = nomor volume).
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 31

6. Contoh Pembuatan Catatan Kaki

a. Satu Pengarang

H. B. Jassin, Surat-surat 1943-1983 (Jakarta: Gramedia,


1984), hlm. 61.

b. Dua Pengarang/Editor

J. M Sinclair and R. M. Coulthard, Towards an Analysis of


Discourse (London: Oxford University Press, 1957), hlm. 79.

c. Tiga Pengarang

Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi


Kepribadian (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 120.

d. Lebih dari tiga Pengarang

Soedjatmoko, dkk., An Introduction to Indonesian


Historiography (Ithaca: Cornell University Press, 1957), hlm.
127.

Catatan:

- Penggunaan singkatan “dkk.” (dan kawan-kawan) atau


et.al. (et alii) hanya diperkenankan dalam catatan kaki.
Dalam bibliografi empat atau lima penulis itu harus
ditulis lengkap.

- Kita boleh memilih satu singkatan et. al atau singkatan


bahasa Indonesia: dkk.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 32

- Antara nama penulis/pengarang dan singkatan dibubuhi


tanda koma.

e. Lembaga, Instansi dan sebagainya sebagai penulis

Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia


Sampai 2000 (Jakarta: B. P. S., 1982), hlm. 17.

f. Terjemahan

James C. Van Horne, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, terj.


Junius Tirok (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1984), hlm.100.

g. Artikel dalam buku yang diedit oleh orang lain

Adnan Buyung Nasution, “Interpretasi dan Implementasi UUD


1945,” dalam Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan,
diedit oleh Sindhunata (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 67.

Catatan:

- Kata “dalam” bisa dipakai dan boleh pula dihapus, tapi


harus konsisten.

- Perkataan “diedit oleh” boleh juga digantikan dengan


“disunting oleh”, tapi harus dipakai secara konsisten
baik dalam catatan kaki maupun dalam Daftar Pustaka.

h. Artikel dalam Jurnal dan Majalah

Natsumi Anaka, “Developing Paragraph Organization Skills at


the College Level,” English Teaching Forum 22/3 (1984), hlm.
4-12.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 33

Natsumi Anaka, “Developing Paragraph Organization Skills at


the College Level,” dalam English Teaching Forum 22 (July
1984), hlm. 4-12.

Catatan:

- Kata “dalam” bisa dipakai dan boleh pula dihapus,


tapi harus konsisten.

- Jurnal dan majalah biasanya diterbitkan mingguan,


bulanan, dua bulanan, dan tiga bulanan. Catatlah nomor
volume langsung setelah nama jurnal dan majalah (lihat
contoh pertama di atas) menyusul nomor terbitan.
Nomor volume dan nomor terbitan dipisahkan dengan
garis miring (/). Bulan dan tahun diletakkan dalam
kurung setelah nomor volume. Ingatlah bahwa tidak
digunakan tanda titik atau koma.

- Jika nomor volume tidak diberikan dan hanya ada


nomor urut penerbitan, maka dituliskan saja nomor
penerbitan. Bulan dan tahun dituliskan dalam kurung.
Dalam hal ini, singkatan halaman (hlm.) harus ditulis
mendahului angka Arab halaman.

i. Ensiklopedi

1) Jika nama penulis artikel (entri) dinyatakan:

A. MacIntyre, “Spinoza, Benedict (Baruch),” dalam The


Encyclopedia of Philosophy, edited by Paul Edwards (New
York: The Macmillan Company & The Free Press, 1967).

atau
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 34

A. MacIntyre, “Spinoza, Benedict (Baruch),” The Encyclopedia


of Philosophy, edited by Paul Edwards (New York: The
Macmillan Company & The Free Press, 1967).

2) Jika penulis artikel (entri) tidak dinyatakan, maka


langsung saja dituliskan nama entri menyusul data-data
kepustakaan.

Catatan:

Referensi pada artikel dari ensiklopedia ditulis tanpa


menyebutkan nomor halaman, karena menurut sistem
membaca ensiklopedia, suatu referensi akan ditemukan
dengan sendirinya pada entri yang disebutkan.

j. Surat Kabar

Juwono Sudarsono, “ASEAN: Pembangunan Ekonomi dan


Masalah Pertanian,” Kompas (10 Mei 1983), hlm. 4-5.

“Guru Harus Benar-benar Menguasai Bidangnya, Suara Karya


(21 Juli 1986), hlm. 11.

Catatan:

- Pada rujukan surat kabar, cukup disebutkan nama surat


kabar dan dicetak miring.

- Jika terdapat nama penulis/pengarang artikel, maka


nama penulis/pengarang ditulis. Jika tidak ada nama
pengarang/penulis, maka rujukan dimulai dengan judul
artikel. Misalnya: bila artikel itu terdapat dalam Tajuk
Rencana, Fokus, atau Surat Pembaca atau artikel berita.

- Jika nama surat kabar belum dikenal dan belum


diketahui umum, maka nama kota tempat penerbitan
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 35

sebaiknya disebutkan dalam kurung; misalnya: Pikiran


Rakyat (Bandung).

k. Traktat Kuliah, Skripsi/Tesis (yang tak diterbitkan)

J. Ohoitimur, “Ringkasan Sejarah Filsafat: Masa Yunani Kuno


dan Abad Pertengahan” (Traktat Kuliah STF Seminari
Pineleng, 1999/2000), hlm. 24.

J. Ohoitimur, “Beberapa Sikap Orang Kei: Antara Ketahanan


Diri dan Proses Perubahan” (Tesis Sarjana Lengkap Sekolah
Tinggi Seminari Pineleng, 1983), hlm. 12.

Valentino Lumowa, “Kemanusiaan dan Moralitas: Suatu Studi


tentang Humanisme Konfusius dari Perspektif Agenda
Reformasi Indonesia” (Skripsi S-1 STF Seminari Pineleng,
2000), hlm. 34.

Catatan:

Traktat kuliah dan skripsi/tesis/disertasi yang tidak


diterbitkan boleh dirujuk dalam catatan kaki tapi tidak
dimasukkan dalam Daftar Pustaka, kecuali jika menurut
dosen pembimbing perlu didaftarkan karena kontribusinya
yang penting.

l. “Terkutip dalam”

Kadang-kadang terjadi bahwa rujukan dibuat pada teks yang


sumber aslinya tidak dibaca oleh penulis, melainkan ditemukan
sebagai kutipan pada karya penulis lain. Misalnya, dalam
mempelajari pikiran Werner Stark, penulis tidak membaca
langsung bukunya, tapi menemukan sejumlah kalimat dari
tulisan Werner Stark dalam K. J. Veeger yang berjudul Realitas
Sosial. Jika kutipan itu mau dipakai, maka dalam naskah skripsi
perlu disebut secara eksplisit:
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 36

Menurut Werner Stark “…….menyusul kutipan…..”

Lalu rujukan dalam catatan kaki harus ditulis sebagai berikut:

Terkutip dalam K. J. Vegeer, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat


Sosial atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala
Sejarah Sosiologi (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 93-94.

Catatan:

Data yang ditulis dalam Daftar Pustaka adalah data buku


Vegeer saja!

m. Sumber dari Internet

Dewasa ini internet telah menjadi sumber informasi-informasi


ilmiah yang absah. Akan tetapi karena disadari perbedaannya
dengan pustaka yang menjadi sumber referensi, maka
diciptakan cara referensi yang khusus. Pada umumnya cara
berikut ini dipakai, baik untuk catatan kaki maupun Daftar
Pustaka.

Contoh:

Leslie Stephen, The English Utilitarians. Volume I: Jeremy


Bentham (aslinya: 1990), diambil dari:
http://www.ecn.bris.ac.uk/ bentham/stephenl.htm (30 April
2005). [buku ini diketahui terbit tahun 1900].

Bachtiar Sonar Siregar, “Bangkitlah Nasionalisme” (7 Februari


2006), diambil dari: http://www.waspada. Co.id/opini/ (6 Maret
2006). [artikel ini pertama kali terbit tanggal 7 Februari 2006].

n. Referensi pada karya-karya klasik dalam bidang Filsafat


dan Teologi
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 37

Yang dimaksudkan dengan karya-karya klasik Filsafat adalah


pustaka yang berisi tulisan dari para filsuf masa Yunani kuno,
Abad Pertengahan dan masa Modern. Juga para Teolog
termahsyur dan Bapa Gereja masa Patristik biasanya
mempunyai beberapa karya klasik, yang seringkali
dikumpulkan oleh orang lain untuk kepentingan studi.

Untuk memudahkan pembuatan referensi pada karya-karya asli,


maka penulis ataupun penerjemah sengaja menciptakan sistem
penomoran khusus pada karya-karya itu. Jika cara khusus tidak
diberikan, maka karya tersebut dirujuk dengan cara yang umum
atau yang sudah lazim. Referensi dengan cara yang khusus
memerlukan penjelasan tambahan tentang edisi karya tersebut
yang dipakai.

Contoh-contoh catatan kaki:

Plato, Phaedo 116b (Rujukan-rujukan pada karya Plato diambil


dari: Plato. The Collected Dialogues of Plato, edited by Edith
Haamilton and Huntington Cairs, Princeton, New Jersey:
Princeton University Press, 1989.)
Aristotle, Metaphysics 9.6, 1048a25ff. (Rujukan-rujukan pada
karya Aristoteles diambil dari: Aristotle. The Complete Works
of Aristotle, the revised Oxford translation, 2 vols., edited by
Jonathan Barnes, Princeton, New Jersey: Princeton University
Press, 1984.)
St. Augustine, The Confessions, Book 5, ch. 2. (Rujukan
diambil dari: St. Augustine, The Confessions of St. Augustine,
translated by John K. Ryan, New York: Image Books, 1960.)
St. Anselm, Proslogion, ch.1 [hlm. 99]. (Rujukan pada karya St.
Anselmus diambil dari: St. Anselm, Monologion and
Proslogion with the replies of Gaunilo and Anselm, trans.
Thomas Williams (Indianapolis/ Cambridge: Hackett
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 38

Publishing Company, 1995).


St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, I. q. 50, a. 4, ad. 3.
(Rujukan diambil dari: St. Thomas Aquinas, Summa
Theologica, translated by the Fathers of the English Dominican
Province. 5 vols., reprinted edition, Westminster, Maryland:
Christian Classics, 1981).
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, A 347. (Rujukan
diambil dari: Immanuel Kant, Critique of Pure Reason,
translated by Norman Kemp Smith, New York: St. Martin’s
Press, 1965.)

o. Membuat catatan kaki dari dokumen gereja

Ada dua kemungkinan membuat catatan kaki dari dokumen


Gereja:

1) Menulis dengan lengkap sumber rujukan itu.

Konsili Vatikan II, Konstitusi mengenai Liturgi Kudus


“Sacrosanctum Concilium” (4 Desember 1963), art. 8
(nomor artikel), AAS 56 (1964), hlm. 102.

Konsili Vatikan II, Dekrit mengenai Kegiatan Missioner


“Ad Gentes” (7 Desember 1965), art. 33, Dokpen KWI
(1993), hlm. 447-448.

BIRA V/2, A Call to Harmony, Buddhist and Christian in


Dialogue, dalam FABC Papers 72b (1995), hlm. 17.

2) Cukup saja menulis sigla dari nama dokumen dan nomor


artikelnya:

GS, art. 8 (Gaudium et Spes, artikel 8).


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 39

EN, art. 5 (Evangelii Nuntiandi, artikel 5).


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 40

III. MEMBUAT KEPUSTAKAAN/DAFTAR


PUSTAKA

A. Cara Penyusunan

1. Daftar Pustaka disusun secara alfabetis, tanpa nomor urut.

2. Susunan alfabetis ditata menurut nama keluarga. Nama orang Jawa


tak perlu dibalikkan, kecuali jika terdapat nama baptis atau nama
Islam yang berperan sebagai first name. Misalnya, dalam Daftar
Pustaka nama Philipus Seno Dewantoro harus menjadi Seno
Dewantoro, Philipus; atau Muhammad Soetjipto menjadi, Soetjipto,
Muhammad. Nama orang Cina tak perlu dibalik, karena biasanya
nama keluarga mendahului nama diri. Misalnya, Mao Tze-Tung
atau Chou Wen-Chuan.

3. Nama keluarga tak usah ditulis dengan huruf kapital. Jadi,


Choamsky, Noam. BUKAN: CHOAMSKY, Noam.

4. Jika pengarang yang sama mempunyai dua atau lebih karya yang
akan diurutkan, maka pada penyebutan pertama namanya ditulis
lengkap, sedangkan pada urutan kedua dan seterusnya boleh
diberikan garis datar yang diakhiri dengan titik (------------.).

5. Jika tidak ada nama pengarang, maka ditulis NN (Non Nomen):


Tanpa Nama

6. Judul buku dicetak miring.

7. Jarak antara butir pustaka adalah dua spasi.

8. Jarak antara garis dalam butir pustaka diketik dengan satu spasi jika
panjangnya lebih dari satu baris ketikan.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 41

9. Bila dalam urutan nama yang sama, terdapat buku yang ditulis oleh
penulis yang sama bersama orang lain, nam penulis tersebut ditulis
lagi.

B. Penulisan Daftar Pustaka

Bentuk dasar penulisan buku/artikel dalam Daftar Pustaka adalah


sebagai berikut:

1. Buku:

Nama Pengarang. [Titik] Judul Buku [dicetak miring]. [Titik] Jilid


ke-x [jika ada]. [Titik] Cetakan ke-x [jika ada]. [Titik] Tempat
Penerbitan: [Titik dua] Nama Penerbit, [Koma] Tahun Penerbitan.
[Titik].

Contoh :

a. Satu Pengarang
Hazairan. Demokrasi Pancasila. Jakarta: Tintamas, 1970.

Catatan:

1. Jika penulis adalah satu badan atau instansi, yayasan


departemen, komite, organisasi, maka nama badan-badan
tersebut menggantikan tempat nama pengarang/penulis.

Misalnya:

Departemen Penerangan RI. Undang-undang No. 1-2 tahun


1977. Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1979.

2. Jika tidak ada nama pengarang atau penulis, penulisan


kepustakaannya dimulai dengan nama buku.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 42

3. Nama buku dicetak miring. Dalam tulisan tangan atau


ketikan mesin ketik, nama buku mendapatkan garis bawah
masing-masing.

4. Urutan dan tanda baca seperti di atas itulah yang


dikehendaki.

5. Jika ada lebih dari satu nama kota, maka diambil nama
yang pertama.

6. Jika tidak ada angka tahun terbitan pertama, berilah angka


tahun terakhir. Angka tahun biasanya terdapat di balik halaman
judul dalam buku. Jika tidak ada juga berilah singkatan t.th.
(tanpa angka tahun).

b. Dua Pengarang
Sihombing, L. Herman dan Mahjudin Saleh. Hukum Adat
Minangkabau dalam Pengadilan Sumatra Barat. Bandung:
Alumni, 1957.

McKay, Saudara and Lis Rosenthal. Writing for a Specific


Purpose. New York: Prentice Hall, Inc., 1980.

Allen, Edward David and Rebecca M. Valette. Classroom


Techniques: Foreign Languages and English as a Second
Language. New York: Harcourt Brace Java-novich, 1977.

Catatan:

Judul dan sub-judul dipisahkan oleh tanda baca “titik dua” (:).
Hanya nama pertama yang diurutkan menurut ketentuan Daftar
Pustaka. Karena itu dalam contoh di atas Mahjudin Saleh, Lis
Rosenthal, dan Rebecca M. Valette tak dibalikkan sebagaimana
tata penyusunan Daftar Pustaka.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 43

c. Tiga Pengarang

Dulay, Heidi; Marina Burt; and Stephen Krashen. Language


Two. New York: Oxford University Press, 1982.

2. Artikel dari Majalah/Jurnal

Nama Pengarang. [Titik] “Judul artikel.” [diapit tanda petik].


[Titik] Nama Majalah/Jurnal [dicetak miring] Nomor
volume/nomor penerbitan (Bulan dan Tahun penerbitan), [Koma]
hlm. x-y. [angka nomor halaman dari seluruh artikel tersebut dalam
majalah]. Contoh:

Atmadja, Soeria P. Arifin. “Beberapa Aspek Yuridis suatu


Perjanjian,” Hukum dan Pembangunan 7/2 (September 1977), hlm.
344-347.

Anaka, Natsumi. “Developing Paragraph Organization Skill at the


College Level.” English Teaching Forum 22 (July 1962), hlm. 64-
70.

Catatan:

1. Judul artikel dalam tanda petik ganda.

2. Titik diberikan sebelum tanda petik ganda terakhir.

3. Petunjuk yang sama ini berlaku pula bagi pengutipan artikel


dari sebuah bunga rampai.

4. Nama buku, jurnal, majalah, dan ensiklopedia mendapat


garis bawah atau dicetak miring dan ditulis dengan huruf
kecil (bukan KAPITAL).

3. Artikel dalam buku yang diedit oleh orang lain


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 44

Nasution, Adnan Buyung. “Interpretasi dan Implementasi UUD


1945.” Dalam Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan.
Diedit oleh Sindhunata. Yogyakarta: Kanisius, 1999, hlm. 67-97.

Catatan: Pada akhir data kepustakaan perlu disebutkan nomor


halaman dari seluruh artikel tersebut.

4. Kumpulan, Bunga Rampai, Himpunan

Nazarudin (ed.). Kumpulan Peraturan-peraturan Perundang-


undangan Mengenai Pers, Radio, Televisi, dan Film. Jakarta:
Erlangga, 1974.

Kumpulan Peraturan-peraturan Agraria. Pengantar oleh Komara


Danaatmadja. Jakarta: Jasaguna, 1973.

Halim, Amran (ed.). Politik Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976.

5. Terjemahan

Fokker, A. A. Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia.


Diindonesiakan oleh Djonhar. Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.

Van Horne, James. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


Terjemahan Juni Tirok. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983.

Catatan:

1. Dalam terjemahan nama penulis/pengarang asli buku


ditempatkan dalam bibliografi. Sesudah itu, baru diketik/dicetak
judul terjemahan dan nama penerjemah.

2. Jika ada nama pengarang asli dalam terjemahan, judul buku


terjemahan ditulis di tempat nama pengarang.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 45

3. Pilihlah salah satu dari istilah “Diindonesiakan oleh”, atau


“Alihbahasa oleh”, atau “Terjemahan” dan pakailah secara
konsisten.

6. Ensiklopedia

MacIntyre, Alasdair. “Spinoza, Benedict (Baruch).” The


Encyclopedia of Philosophy. Edited by Paul Edwards. New York:
The Macmillan Company & The Free Press, 1967.

Catatan:

Rujukan pada ensiklopedia tak bisa diberikan nomor halaman,


karena rujukan langsung menunjuk kepada entri. Dalam contoh di
atas, entrinya adalah “Spinoza, Benedict (Baruch)”.

7. Tajuk Rencana dan Artikel tanpa nama penulis

“Mengangkat Martabat Seniman.” Tajuk Rencana. Kompas, 22


Maret 1980.

Kompas, 22 Maret 1980, hlm. 4, kolom 1.

“Lagi, Soal Barang Bukti.” Kompas, 22 Maret 1980, hlm. 3.

8. Wawancara/Interview Radio dan TV.

Smahers, George, Senator. “Television interview on the role of


Indonesia in Southeast Asia.” WDC-TV. Washington, D. C., June
16, 1965.

Pearson Willis. “The Outlook for Viet-Nam.” Radio Talk. WQXR,


New York, October 15, 1965.

9. Disertasi yang diterbitkan


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 46

Keraf, Gregorius. Morfologi Dialek Lamaler. Disertasi UI, 1978.


Ende/Flores: Arnoldus, 1978.

Catatan:

Disertasi, tesis, dan skripsi yang diterbitkan diberi notasi


sebagai buku. Akan tetapi keterangan tentang disertasi,
tesis, atau skripsi harus diberikan: nama perguruan tinggi
dan tahun ujian disertasi.

10. Disertasi yang tidak diterbitkan

Karibin, Maryono Akhadiyah Sabarti. “Pengaruh Materi


Pengajaran Bahasa Indonesia: Lokasi Sekolah dan Jenis Kelamin
terhadap Kemampuan Penalaran Siswa SMP.” Disertasi IKIP
Jakarta, 1983.

Catatan:

Disertasi, tesis, dan skripsi yang tidak diterbitkan ditulis


dalam tanda petik ganda. Harus dituliskan pada disertasi,
tesis, atau skripsi, nama perguruan tinggi dan tahun.

11. Sumber internet:

Stephen, Leslie. The English Utilitarians. Volume I: Jeremy


Bentham (aslinya: 1990). Diambil dari: http://www.ecn.bris.ac.uk/
bentham/stephenl.htm, 30 April 2005.

Siregar, Bachtiar Sonar. “Bangkitlah Nasionalisme” (7 Februari


2006). Diambil dari: http://www.waspada. Co.id/opini/, 6 Maret
2006.

12. Karya-karya klasik dalam bidang Filsafat dan Teologi

Plato. Phaedo. Dalam The Collected Dialogues of Plato edited by


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 47

Edith Hamilton and Huntington Cairs. Princeton, New Jersey:


Princeton University Press, 1989.)
Aristotle. Metaphysics. Dalam The Complete Works of Aristotle,
the revised Oxford translation, 2 vols., edited by Jonathan Barnes,
Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1984.
St. Augustine, The Confessions of St. Augustine. Translated by John
K. Ryan. New York: Image Books, 1960.
Anselm, St. Proslogion. Dalam Monologion and Proslogion with
the replies of Gaunilo and Anselm. Translated by Thomas
Williams. Indianapolis/Cambridge: Hackett Publishing Company,
1995.
Aquinas, St. Thomas. Summa Theologica. Translated by the Fathers
of the English Dominican Province. 5 vols. Reprinted edition.
Westminster, Maryland: Christian Classics, 1981.
Kant, Immanuel. Critique of Pure Reason. Translated by Norman
Kemp Smith. New York: St. Martin’s Press, 1965.

13. Dokumen-dokumen Gereja

Dokumen Resmi yang diterbitkan oleh Tahta Apostolik:

a. Konsili-konsili:

Konsili Vatikan II, Konstitusi mengenai Liturgi Kudus


“Sacrosanctum Concilium” (4 Desember 1963), AAS 56
(1964), hlm. 97-138.

Konsili Vatikan II, Dekrit mengenai Kegiatan Missioner “Ad


Gentes” (7 Desember 1965), AAS 58 (1966), hlm. 947-990.

b. Ensiklik paus-paus:
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 48

Paulus VI, Eksortasi Apostolik “Evangelii Nuntiandi” (8


Desember 1987), AAS 80 (1988), hlm. 513-586.

c. Dokumen yang dihasilkan oleh komisi kepausan:

Kongregasi untuk Ajaran Iman, Instruksi mengenai Euthanasia


“Iura et Bona” (5 Mei 1980), AAS 72 (1980), hlm ....

d. Dokumen uskup-uskup Asia

Dokumen uskup-uskup Asia biasanya berisi pernyataan-


pernyataan yang dikeluarkan oleh komisi-komisi yang ada
dalam Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC). Jika
dokumen yang dikeluarkan oleh uskup-uskup Asia diambil juga
sebagai sumber bacaan, maka daftar pustakanya dibuat dengan
urutan sbb: Judul Pernyataannya, disusul dengan nama komisi
yang mengeluarkan pernyataan itu, baru kemudian Sumber di
mana pernyataan itu diperoleh. Contoh sbb:

Lead me to the Real: The Hindu-Christian Dialogue. The Final


Statement of the Third Bishops’ Institute for Interreligious
Affair, dalam FABC Paper 36 (1982), hlm. 42-47.

e. Dokumen yang diterbitkan oleh KWI:

1. Konsili-konsili:

Konsili Vatikan II, Konstitusi mengenai Liturgi Kudus


“Sacrosanctum Concilium” (4 Desember 1963), Dokpen
KWI (1963), hlm. 1-50.

Konsili Vatikan II, Dekrit mengenai Kegiatan Missioner “


Ad Gentes” (7 Desember 1965), Dokpen KWI (1993, hlm.
399-458.

2. Ensiklik Paus-paus:
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 49

Johannes Paulus II, Surat Ensiklik “Sollicitudo Rei


Socialis” (30 Desember 1987), Dokpen KWI (1998).

3. Dokumen KWI

Konperensi Waligereja Indonesia, Pedoman Pastoral


tentang menghormati Hidup “Allah Penyayang
Kehidupan”, KWI, Jakarta, 1990.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 50

KEPUSTAKAAN

Parera, Jos Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik. Edisi kedua. Jakarta:
Erlangga, 1987.

Turambian, Kate L. Student’s Guide for Writing College Papers. Third


Edition (Revised and Expanded). Chicago and London: The University of
Chicago Press, 1980.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempernakan, Jakarta:


Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 51

Lampiran 1 – Contoh Halaman Cover

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG

ETIKA TANPA-KEKERASAN GANDHI


dan Relevansinya pada Hubungan Antarumat Beragama
di Indonesia

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 (S-1) Filsafat
pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Oleh:

Royani Yosefin Tombokan


NPM: 07-246-037

MANADO
2012

Lampiran 2 – Contoh Halaman Pengesahan


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 52

Diterima dan disetujui untuk diserahkan kepada Panitia Ujian Intern


Skripsi Sarjana Strata-1, Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Pineleng, 3 Maret 2012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Johanis Ohoitimur

Mengetahui,*

Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Ketua,

Amrosius Wuritimur, SS, Lic.Th.

* Dalam bagian ini ada perbedaan antara sebelum dan sesudah ujian. Sebelum ujian
yang bertanda tangan adalah Ketua Program Studi masing-masing. Setelah diuji, barulah
Ketua STF bertanda tangan.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 53

Lampiran 3 - Contoh Halaman Pengesahan Panitia Ujian

Diterima dan disetujui oleh Panitia Intern Skripsi Sarjana Strata-1 Sekolah
Tinggi Filsafat Seminari Pineleng
berdasarkan surat keputusan STF Seminari Pineleng
Nomor : 079 / K / X / 2011 tertanggal 03 Oktober 2011

Ujian diselenggarakan di Pineleng, pada tanggal 21 April 2012

PANITIA UJIAN INTERN SKRIPSI SARJANA STRATA-1

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG

Ketua : Dr. Gregorius Hertanto Dwi Wibowo, SS

Sekretaris : Barnabas Ohoiwutun, SS.,MA

Bendahara : Melky Malingkas, SS.,M.Ed

PENGUJI :

1. Prof. Dr. Johanis Ohoitimur

2. Barnabas Ohoiwutun, SS., MA

3. Damianus Pongoh, SS., Lic.Ar. Is.


Pedoman Teknis Penulisan Skripsi STFSP 54

Lampiran 4 – Halaman Persembahan

“Tanpa Allah
kita tidak dapat berbuat apa-apa”
(St. Agustinus)

Karya tulis ini kupersembahkan kepada:

Societas Jesus Maria Joseph Provinsi Makassar


Yang Mulia Mgr. Josef Suwatan MSC
Rekan-rekan Susterku Kom. Joseph Manado
Kedua Orangtuaku tercinta dan Adik-adikku
Para Imam, Biarawan/wati dan seluruh Umat Katolik Keuskupan Manado

Anda mungkin juga menyukai