Anda di halaman 1dari 12

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU kehamilan ektopik pada 9%.

Angka
Tingkat Kemampuan 2 kejadian dari kehamilan ektopik adalah
4,73%, paling banyak pada graviditas
kedua yaitu 34,34%, dan pada pasien
Masalah Kesehatan
yang belum mempunyai anak
sebanyak 39,39%. Beberapa faktor
Kehamilan ektopik dapat diartikan
risiko yang dapat mempengaruhi, yaitu
sebagai suatu kehamilan yang terjadi
riwayat operasi sebanyak 10,34%,
di luar rongga uterus. Di negara maju,
pasien yang memakai KB sebanyak
angka kejadian kehamilan ektopik
20,69%, pasien yang memiliki riwayat
yaitu 1% sampai 2% dari semua
abortus sebanyak 41,38%, pasien
kehamilan. Insiden diperkirakan lebih
yang memiliki riwayat operasi dan
tinggi terjadi di negara berkembang,
abortus sebanyak 6,90%, dan pasien
tetapi untuk berapa jumlah spesifik
dengan KB yang memiliki riwayat
tidak diketahui. Pertengahan abad ke-
abortus sebanyak 20,69%. Komplikasi
20, di Amerika Serikat diperkirakan
paling umum dari kehamilan ektopik
0,4% dari semua kehamilan adalah
adalah ruptur, yang terjadi pada 15%-
kehamilan ektopik dan data terbaru
20% kehamilan ektopik. Hal tersebut
menunjukkan angka saat ini lebih
dapat mengancam jiwa jika terjadi
tinggi dari 1,4%. Diperkirakan di
perdarahan dan seringkali
Jerman terdapat 20 kehamilan
membutuhkan pembedahan segera.
ekstrauterin untuk setiap 1.000
Berdasarkan hal tersebut, kehamilan
kelahiran.
ektopik ini penting dibahas dan
Meningkatnya frekuensi kehamilan dipahami agar masyarakat lebih
ektopik disebabkan oleh sejumlah waspada terhadap kehamilannya.
faktor, diantaranya riwayat kerusakan
tuba, baik karena sebelumnya pernah
mengalami kehamilan ektopik maupun
pembedahan tuba. Riwayat infeksi
tuba, penyakit menular seksual, dan
meningkatnya usia ibu juga
merupakan faktor risiko umum. Satu
kali serangan salpingitis (radang pada
tuba fallopi) dapat diikuti oleh
Faktor Resiko pengkajian data subjektif (anamnesa),
dan data objektif (Pemeriksaan umum,
1. Peningkatan prevalensi penyakit
pemeriksaan fisik, kebidanan, dan
tuba – penyakit menular seksual
penunjang)
(PMS) menyebabkan oklusi parsial
a. Pengkajian data subjektif
tuba. Salpingitis menyempitkan lumen
1) Biodata: nama, umur, agama,
tuba dan mengurangi silia mukosa
pendidikan, pekerjaan, alamat istri dan
tuba akibat infeksi
suami
2) Keluhan utama: amenore dapat
2. Adhesi peritubal – pascainfeksi
disertai dengan tanda-tanda hamil
apendisitis atau endometriosis. Terjadi
muda (morning sickness, mual
penekukan tuba atau penyempitan
muntah, dan ngidam), adanya nyeri
lumen menyempit
abdomen (nyeri dapat menjalar ke
3. Riwayat kehamilan ektopik seluruh abdomen, diafragma, dan
nyeri pada saat buang air besar), dan
4. Peningkatan penggunaan
perdarahan pervaginam khas berwana
kontrasepsi
kecoklatan
3) Riwayat haid: umur menarche,
5. Pembedahan – perbaikan patensi
frekuensi atau siklus menstruasi,
tuba dan kegagalan sterilisasi
lamanya menstruasi, dismenorrhea
6. Abortus provokatus disertai infeksi – atau keluhan saat menstruasi, dan
peningkatan resiko salpingitis Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
untuk menghitung usia kehamilan
7. Fertilitas 4) Riwayat pernikahan: ibu menikah
berapa kali, lamanya, umur pertama
8.Tumor pengaruh bentuk tuba –
menikah
mioma uteri dan tumor adneksa
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
9. Teknik diagnosis sebelumnya: sering ditemukan riwayat
operasi caesar, riwayat operasi tuba
Diagnosis oleh karena riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, riwayat abortus berulang.
Diagnosis kehamilan ektopik
6) Riwayat kehamilan sekarang:
terganggu dapat ditegakkan melalui
berapa kali periksa dan dimana,
beberapa pemeriksaan meliputi
keluhan- keluhan dan tanda-tanda (1) Inspeksi: apakah ada luka bekas
bahaya yang dirasakan. operasi, apakah abdomen tampak
distensi atau perut tegang.
7) Riwayat penyakit: sering ditemukan
(2) Palpasi: Nyeri tekan pada
riwayat keputihan lama, infeksi
abdomen, posisi nyeri tekan bisa lebih
menular seksual seperti clamidya,
keras disatu sisi tergantung lokasi
gonorhoe, dan bakteri atau virus
kehamilan ektopik terganggu
lainnya, riwayat penyakit radang
panggul. 3) Pemeriksaan Kebidanan:
8) Riwayat kontrasepsi: jenis
a) Pemeriksaan inspekulo: tampak
kontrasepsi yang dipakai oleh ibu
perdarahan sedikit sampai sedang
sebelum hamil, sudah berapa lama ibu
berwarna kecoklatan.
menggunakan alat kontrasepsi
tersebut, apa yang ibu keluhkan
b) Pemeriksaan dalam: tidak ada
selama menggunakan alat kontrasepsi
pembukaan portio, ada nyeri goyang
tersebut. Hal tersebut untuk menilai
portio, kavum douglas menonjol
risiko alat kontrasepsi yang dipakai
4) Pemeriksaan Penunjang:
9) Kebiasaan berbahaya bagi
kehamilan seperti merokok baik a)  Laboratorium: haemoglobin,
perokok aktif maupun pasif, minum hematokrit, sel darah putih, dan tes
jamu dan obat-obatan terlarang. kehamilan.
b. Pengkajian data objektif
b)  Pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1) Pemeriksaan umum: Keadaan
tidak adanya kantong kehamilan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital
dalam kavum uteri, adanya kantung
bervariasi tergantung tingkatan syok,
kehamilan diluar kavum uteri, adanya
lama dan jumlah perdarahan
massa komplek di rongga panggul.
2) Pemeriksaan Fisik c) Laparoskopi.

a)  Pada konjungtiva ditemukan pucat d) Laparotomi: dilakukan pada kasus


tergantung lama dan jumlah KET dengan gangguan hemostasis
perdarahan. (Tindakan diagnosis dan definitif)
e) Kuldosintesis.
b)  Pada abdomen:
Kehamilan Tuba pada ampula tuba) karena ampula
tuba bersifat kolumnar karena lipatan
- Patogenesis:
selaput lendir tinggi dan banyak.
Rongga tuba ampula besar sehingga
Kehamilan tuba dibagi menjadi:
telur tumbuh kea rah rongga tuba dan
1. kehamilan ampula menembus desidua kapularis yang
tipis dari lapisan otot tuba. Abortus
2. kehamilan istmus
tuba terjadi minggu 6-12. Keluarnya
abortus dari ujung tuba menimbulkan
3. kehamilan intersitial
perdarahan yang mengisi kavum
Implantasi telur bersifat kolumnar, douglas (hematokel retrouterine).
terjadi di puncak lipatan selaput tuba, Ujung tuba tertutup oleh perlekatan
dan telur terletak dalam lipatan selaput sehingga darah terkumpul dalam tuba
lendir. Bila kehamilan pecah, pecahan dan menggembukan tuba
masuk ke dalam lumen tuba (abortus (hematosalping)
tuber). Telur dapat menembus epitel
2. rupture tuba
dan terimplantasi intercolumnar, terjadi
dalam lipatan selaput lendir, telur
Implantasi telur dalam istmus
masuk ke dalam lapisan otot tuba
menyebabkan telur menembus lapisan
karena tuba tidak mempunyai desiuda,
otot tuba kearah kavum peritoneum.
bilakehamilan pecah, hasil konsepsi
Lipatan selaput endir di istmus tidak
masuk ke rongga peritoneum (rupture
banyak sehingga kemungkinan telur
tuba).
implantasi secara intercolumnar,
pertumbuhan kearah rongga tuba kecil
Kehamilan tuba tidak akan sampai
sehingga kearah rongga perut. Ruptur
cukup bulan, berakhir minggu 6-12,
istmus terjadi sebelum minggu ke 12
kehamilan tuba berakhir dengan 2
karena dinding tuba daerah ini tipis.
cara: abortus tuba dan rupture tuba
Rupture terjadi spontan.
1. abortus tuba
Tanda & Gejala
Telur menembus endosalping (selaput
Timbulnya gejala bila sudah
lendir tuba) masuk ke lumen tuba
ternganggu; nyeri perut (ke kiri atau ke
keluar ke infundibulum (sering terjadi
kanan perut), pusing, sesekali
pingsan, perdarahan pervaginam. 1. Salpingitis – tanda: Riwayat
Pemeriksaan fisik pucat, gejala syok, serangan nyeri perut, nyeri bilateral,
perut tegang, nyeri hebat pada demam, test kehamilan negative
pemeriksaan dalam, nyeri goyang
2. abortus biasa – volume perdarahan
portio, tumor lunak dan kenyal dapat
lebih banyak, pembukaan serviks,
teraba
uterus besar dan lunak
1. nyeri perut – bersifat uni/bilateral
3. perdarahan akibat rupture kista
bagian bawah perut, terasa sampai
folikel atau korpus luteum
bagian atas perut, nyeri tekan, usus
terdistensi, nyeri menjalar ke bahu dan
4. kista torsi atau apendisitis –
leher, nyeri goyang portio
ditemukan massa yang lebih jelas,
nyeri appendicitis terletak lebih tinggi
2. amenorea

5. gastroenteritis
3. perdarahan pervaginam – kematian
telur menyebabkan desidua
6. komplikasi AKDR
mengalami degenerasi dan nekrosis,
dikeluarkan dalam bentuk perdarahan Pemeriksaan Penunjang
dan volume sedikit (jika perdarahan
1. test kehamilan – positif
banyak: abortus biasa)
menggunakan immunoassay dan
4. syok hipovolemik ELISA

5. pembesaran uterus 2. pungsi douglas - jarum besar yang


dihubungkan dengan sempirt
6. tumor dalam rongga panggul –
dimasukkan ke kavum douglas di
teraba tumor lunak kenyal kumpulan
penonjolannya ke forniks posterior.
darah di tuba dan sekitarnya
Bila terisap darah:

7. perubahan darah – hb menurun


A) darah berasal dari kavum douglas –
karena perdarahan ke rongga perut,
perdarahan di rongga perut
leukosit meningkat
b) darah berasal dari vena (warna
Diagnosis Banding
darah kurang tua dan membeku)
pungsi douglas (+) jika ada Perdarahan sangat hebat karena
perdarahan dalam rongga perut, darah banyak pembuluh darah
merah tua tidak membeku, tersusun
Pengelolaan
gumpalan darah kecil.

Histerektomi
3. USG – Gerakan jantung janin diluar
uterus, tidak ada kantung kehamilan
KEHAMILAN ABDOMINAL
intrauterine
Jarang terjadi, hanya 1 antara 1.500
4. laparoskopi – melihat keadaan
kehamilan, dua macam kehamilan
rongga pelvis secara a vue
abdominal:

Prognosis
1. kehamilan abdominal primer – telur
dari awal berimplantasi dalam rongga
KET merupakan sebab kematian
perut
makan dari itu harus didiagnosis cepet
dan transfuse serta antibotik harus
2. kehamilan abdominal sekunder –
mencukupi. Prognosis baik jika
diawali oleh kehamilan tuba dan
menemukan KET dini. Diagnosis
setelah rupture baru menjadi
lambat menyebabkan prognosis buruk
kehamilan abdominal
akibat resiko perdarahan arterial
intraabdomen menyebabkan syok Kebanyakan adalah kehamilan
hipovolemik dan kematian abdominal sekunder. Plasenta ada di
daerah tuba, permukaan belakang
Pengobatan
Rahim dan ligamentum latum

Salpingektomi dan transfusi darah


Janin mati sebelum cukup bulan
(bulan ke 5 atau ke 6). Janin tumbuh
KEHAMILAN INTERSTISIAL
cukup bulan dengan prognosis janin
Implantasi telur terjadi di dalam pars kurang baik karena banyak yang mati
interstisialis tuba. Rupture lebih lambat setelah dilahirkan dan resiko kelainan
karena lapisan myometrium lebih kongenital lebih tinggi daripada
tebal. Rupture terjadi bulan ke 3 atau kehamilan intrauterine
ke 4
Kematian janin intraabdominal:
1. pernanahan – kantong kehamilan 5. bunyi jantung anak terdengar lebih
mengalami abses yang dapat pecah jelas
melalui dinding perut, ke usus atau
6. bagian tubuh anak lebih mudah
kandung kemih
teraba karena hanya terpisah oleh
2. kalsifikasi – anak mengapur, dinding perut
mengeras karena endapan garam
7. Rahim yang membesar
kapur, lalu berubah menjadi anak batu
(lithopedion)
8. rontgen abdomen atau USG,
kerangka anak terletak tinggi dan
3. perlemakan – janin berubah menjadi
berada dalam letak paksa
zat kuning seperti minyak kental
(adiopocere)
9. pada foto lateral, tampak bagian
janin menutupi vertebrae ibu
Pada pemeriksaan dalam, pebukaan
tidak membesar, serviks tidak merata.
10. terdapat shuffle vascular di sisi
Uterus teraba kosong
medial spina iliaka

Tanda & Gejala


11. jika sudah ada his, dapat terjadi
pembukaan sebesar 1 jari dan tidak
1. dijumpai tanda tanda kehamilan,
membesar, jari dimasukan ke kavum
rangsang peritoneum: sering mual,
uteri dan uterus kosong
muntah, gembung perut, obstipasi
atau diare, nyeri perut
Diagnosis

2. abdominal sekunder: nyeri perut


1. uji oksitosin – disuntikan 2 oksitosin
hebat disertai pusing, pingsan waktu
secara subkutan, tumor yang
terjadi rupture tuba
mengandung anak dipalpasi dengan
teliti, jika tumor mengeras kehamilan
3. tumor yang mengandung anak tidak
intrauterine
mengeras (tidak ada kontraksi Braxton
Hicks)
2. jika tidak ada pembulaan, dilakukan
sondasi untuk mengetahui kosong
4. Pergerakan anak dirasa nyeri oleh
tidaknya uterus. Selanjutnya dibuat
ibu
rontgen dengan sonde didalam Rahim
3. histerografi dikerjakan dengan Jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi
memasukan lipidol kedalam kavum dalam selaput lendir serviks,
uteri pertumbuhan telur menyebakan
serviks menggembung. Kehamilan
Pengelolaan
serviks berakhir pada kehamilan muda
karena menimbulkan perdarahan
Sudah didiagnosis > harus dioperasi
hebat yang mengharuskan Tindakan
secepat mungkin, tujuan operasi untuk
operasi
mengeluarkan anak, plasenta
dibiarkan dan lambat laun akan di
Plasenta sulit dilepaskan, dan akan
resorbsi. Karena perdarahan hebat
menimbulkan perdarahan sehingga
maka harus ada persediaan darah
serviks perlu ditampon, dan dilakukan
yang cukup
Tindakan histerektomi

KEHAMILAN OVARIAL

Jarang terjadi dan berakhir dengan


rupture pada hamil muda

Menegakan diagnosis kehamilan


ovarial harus memenuhi kriteria
spiegelberg:

1. tuba di sisi kehamilan masih tampak


utuh

2. kantung kehamilan menempati


daerah ovarium

3. ovarium dihubungkan dengan


uterus oleh ligamentum ovarii propium

4. pemeriksaan histopatologi
menemukan jaringan ovarium didalam
dinding kantung kehamilan

KEHAMILAN SERVIKAL
MOLA HIDATIDOSA ke arah keganasan, yang disebut sebagai
gestational trophoblastic neoplasma.
Tingkat Kemampuan: 2
Klasifikasi
Masalah Kesehatan
1. mola hidatidosa komplet (MHK)
Mola hidatidosa adalah tidak ditemukan
pertumbuhan janin dimana hampir seluruh 2. mola hidatidosa parsial (MHP)

vili korialis mengalami perubahan berupa


MOLA HIDATIDOSA KOMPLET
degenerasi hidrofobik sehingga terlihat
seperti sekumpulan buah anggur. Merupakan kehamilan abnormal tanpa
Keadaan ini tetap menghasilkan hormon embrio, seluruh villi korialis mengalami
human chononic gonadotrophin (HCG) degenerasi hidropik, yang secara
dalam jumlah yang lebih besar daripada makroskopik menyerupai buah anggur
kehamilan biasa.Penyakit trofoblas
mempunyai potensi yang cukup besar Insidens
untuk menjadi ganas dan menimbulkan
Di Indonesia insidensnya tinggi, factor
berbagai bentuk metastase keganasan
resiko banyak dan penyebarannya
dengan berbagai variasi.
merata. Insidens di beberapa negara:
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di
Amerika Serikat 1: 1000-1500 persalinan,
Asia, Afrika, dan Amerika Latin
Korea Selatan 1:429 persalinan, Malaysia
dibandingkan dengan negara-negera
1:357 persalinan, Jepang 1:538 kelahiran
Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan
hidup, Beberapa kabupaten di Jawa Barat
1:2000 kehamilan. Frekuensi mola
1:28-105 persalinan, beberapa kota di
umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi
Indonesia 1:51-141 kehamilan
sekitar 1: 120 kehamilan. Di Amerika
Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar
Etiologi
1 pada 1000- 1200 kehamilan. Di
Indonesia sendiri didapatkan kejadian Penyebabnya sampai sekarang belum
mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya diketahui, ada beberapa factor resiko yang
dijumpai lebih sering pada usia reproduktif meningkatkan MH:
(15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi
dengan meningkatnya paritas - Usia: resiko meingkat pada ibu
kemungkinan menderita mola akan lebih hamil berusia <20 tahun dan >35
besar. Sekitar 10% dari seluruh kasus tahun
akan cenderung mengalami transformasi
- Etnik: meningkat pada ras tetapi kedua kromosom X nya
mongoloid daripada kaukasus berasal dari ayah dan tidak ada
- Genetic: meningkat pada kaum factor ibu. Teori ini disebut Diploid
perempuan yang mengalami Androgenetik
translokasi seimbang
- Gizi: factor resiko meningkat pada Tanda & Gejala
orang yang ekurangan protein, 1. keluhan utama: amenorea, mual
asam folat dan histidine, beta muntah, perdarahan pervaginam
karoten 2. uterus lebih besar dari lamanya
amenorea
Pathogenesis 3. kadar beta HCG jauh lebih tinggi
- Teori hertig: MH disebabkan dari kehamilan biasa. Kehamilan
insufisiensi peredaran darah akibat biasa 100.000 mIU/ml, pada MHK
kematian embrio pada minggu ke 3 5.000.000 mIU/ml
hingga ke 5 (missed abortion), 4. kista lutein uni/bilateral akibat
cairan tertimbun dalam villi dan rangsangan Beta HCG yang tinggi
membentuk kista kecil yang
membesar dan terjadi gelembung Diagnosis
mola. Proliferasi trofoblas terjadi 1. amenorea
akibat tekanan vili yang 2. perdarahan pervaginam
membengkak 3. uterus lebih besar dari lamanya
- Teori park: penyebab MH adalah amenorea
abnormalitas jaringan trofoblas 4. tidak ditemukan tanda pasti
beserta fungsinya sehingga terjadi kehamilan (balotemen atau DJJ)
absorbsi cairan berlebih kedalam 5. kadar Beta HCG lebih tinggi
vili, keadaan ini menekan daripada normal
pembuluh darah dan akhirnya 6. Pemeriksaan USG ada
mematikan embrio gambaran vesikuler di kavum uteri
- Teori sitogenetika: MH terjadi
karena ovum yang tidak berinti Pemeriksaan patologi anatomi:
dibuahi oleh sperma haploid 23 X 1. stroma villi korialis yang
sehingga terbentuk hasil konsepsi membengkak
dengan kromosom 23 X. 2. ketiadaan vaskularisasi
kromosom ini mengadakan 3. hyperplasia sel sito dan
penggandaan sendiri menjadi 46 sinsitiotrofoblas
XX, kromosom ini menyerupai
kromosoom seorang perempuan Pengelolaan
1. perbaiki keadaan umum 1. metrotrexate 20 mg/hari selama
2. transfuse darah untuk 5 hari berturut turut
mengatasi syok atau anemia 2. asam folat sebagai antidotum
3. penanganan penyulit : 3. actinomycin D1 flakon/hari
preeklamsia atau tirotosikosis selama 5 hari berturut turut

a) evakuasi jaringan dengan Follow Up


kuretase vakum Tujuan:
kuretase segera dilakukan bila 1. menilai normal tidaknya involusi
gelembung mola sudah keluar, dan uterus, laboratoris, dan fungsional
keadaan umum penderita stabil 2. menentukan adanya
atau dapat dilakukan dengan transformasi keganasan
persiapan bila gelembung mola
belum keluar dan servuks masih Tiga bulan pertama tiap dua
tertutup. Setelah kuret dinding minggu, tiga bulan kedua tiap satu
uterus dibersihkan dengan kuret bulan, enam bulan terakhir tiap
tajam. Sediaan PA diambil dari dua bulan. Follow up dinyatakan
jaringan yang melekat ke dinding selesai bila:
uterus. Laporan pasca kuretase: 1. setelah satu tahun
jumlah jaringan, darah, diameter pascaevakuasi mola penderita
gelembung, ada tidaknya bagian tidak ada keluhan, kadar beta HCG
janin. <5 mIU/ml
2. ibu sudah Kembali mengalami
b) histerektomi totalis kehamilan yang normal
dikerjakan pada penderita Selama follow up ibu tidak
golongan resiko tinggi (usia >35 dianjurkan untuk hamil dulu, dan
tahun dengan jumlah anak hidup menggunakan kontrasepsi pila tau
cukup) sebagai profilaksis kondom
kemungkinan keganasan uterus.
HT dilakukan dengan jaringan Prognosis
mola in toto. Kista lutein tidak perlu Resiko kematian penderita mola
diangkat. meningkat akibat perdarahan,
perforasi uterus, preeklamsia
c) kemoterapi berat/eklamsia, tirotoksikosis atau
jika penderita golongan resiko infeksi. Mola dapat berulang meski
tinggi tidak dapat menjalani HT. jarang. 15-20% kasus pasca mola
dapat mengalami degenerasi
keganasan menjadi TTG

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL


Pada MHP hanya Sebagian vili
korialis mengalami degenerasi
hidrofik. Perkembangan janin
bergantung pada luas plasenta
yang mengalami degenerasi, tapi
janin tidak dapat bertahan dan mati
dalam Rahim
Insidensi MHP lebih rendah dari
MHK dan prognosisnya lebih baik.
Diagnosis melalui pemeriksaan
patologi anatomi yaitu ada
degenerasi hodropik vili korialis
setempat dan hyperplasia
sinsitiotrofoblas. Gambaran khas
MHP adalah crinkling atau
scalloping vili dan inklusi trofoblas
di stroma serta terdapat jaringan
embrionik atau janin.

Anda mungkin juga menyukai