Modul 4
Modul 4
AKUNTANSI
FORENSIK
DAN AUDIT
INVESTIGASI
Memerangi Fraud, Sebuah Tinjauan
04
Fakultas Ekonomi dan Akuntansi S1 Tim Dosen
Bisnis
Abstract Kompetensi
Mata kuliah ini memberikan pendalaman kepada Setelah mengikuti mata kuliah ini,
mahasiswa tentang fraud dan tindakan korupsi dan mahasiswa di harapkan lebih up to
implementasi audit investigasi baik disektor korporasi date dan enrich pada konsep audit
maupun Lembaga Publik.. investigasi di maksud dalam
membuat perencanaan audit
investigasi, melaksanakan audit
investigasi dan menyusun laporan
audit investigasi
Pokok Bahasan
Efektivitas pengendalian fraud dalam bisnis proses merupakan tanggung jawab pihak
manajemen, sehingga diperlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh tentang fraud oleh
manajemen agar dapat memberikan arahan dan menumbuhkan kesdaran untuk pengendalian
risiko fraud pada perusahaan. Strategi anti fraud merupakan wujud komitmen manajemen
dalam mengendalika fraud yang diterapkan dalam bentuk sistem pengendalian fraud.
Struktur strategi anti fraud secara utuk menggabungkan prinsip dasar dari Manajemen
Risiko khususnya pengendalian internal dan tata kelola yang baik.
Ada 4 (empat) aktivitas perusahaan untuk memerangi kecurangan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan, yaitu:
1. Pencegahan kecurangan/fraud
2. Metode pendeteksian kecurangan/fraud
3. Tindakan investigasi setelah dicurigai adanya kecurangan/fraud
4. Tindak lanjut secara hukum terhadap pelaku kecurangan/fraud
Pencegahan Fraud
E. Steve Albercht dalam bukunya Fraud Examination (2003); menjelaskan bahwa terdapat 4
pilar utama dalam memerangi fraud, yaitu:
1. Pencegahan Fraud (fraud prevention)
2. Pendeteksian Fraud (fraud detection)
3. Investigasi Fraud (fraud Investigation)
4. Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up legal action)
Metode pencegahan yang lazim ditetapkan oleh manajemen mencakup beberapa langkah,
sebagai berikut :
4. Teknik pengendalian
Fraud timbul selain karena adanya niat pelaku juga karena adanya kesempatan atau peluang
(opportunity) yang dapat dieksploitasi oleh pelaku. Oleh karena itu, tahap awal pencegahan
fraud adalah menghilangkan kesempatan atau peluang melakukan fraud dengan membangun
dan menerapkan manajemen risiko, pengendalian internal dan tata kelola perusahaan yang
jujur. Selain itu, pencegahan fraud yang berhasil harus melibatkan soft control yaitu
penciptaan lingkungan yang mampu menghalangi timbulnya bibit-bibit fraud yaitu
menciptakan budaya (culture) yang sehat, jujur\ terbuka dan saling tolong menolong.
Faktor-faktor untuk dapat mencitpakan budaya (culture) yang sehat, jujurm terbuka dan
saling tolong menolong terdiri dari:
1. Menyusun dan mengkomunikasikan Kode etik yang mudah dipahami dan dihormati
yang selanjutnya adalah memantau keefektifan implementasi kode etik dan
menegakkan aturan bagi yang melanggar
2. Memilih mempekerjakan orang-orang yang jujur melalui penyaringan latar belakang
perilaku dan riwayat penyimpangan serta mendidik pegawai tentang kesadaran bahya
fraud dan program anti fraud di perusahaan (fraud awareness).
3. Menyediakan program yang membantu masalah finansial, psikologi atau sosial
pegawai
4. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Untuk memahami lingkungan kerja yang
positif, berikut ini adalah contoh karakteristik budaya yang dapat menyebabkan
terjadinya fraud sehingga dapat menyusun program pencegahannya, yaitu:
a) Manajer yang tidak peduli atau tidak menaruh perhatian pada kejujuran
b) Bayaran remunerasi yang tidak memadai terutama untuk memenuhi
kebutuhan
c) Tidak ada pengakuan yang adil dan objektif atas kinerja
d) Anggaran yang disediakan tidak beralasan/tidak masuk akal
e) Harapan atau gaya hidup pegawai yang tinggi mendorong pegawai
melakukan fraud untuk membiayai harapan dan gaya hidup
f) Manajemen yang otokratis
g) Loyalitas perusahaan yang rendah
h) Fokus manajemen perusahaan jangka pendek
i) Peraturan yang keras dan sanksi yang berlebihan
j) Lingkungan kerja yang tidak ramah
k) Kesempatan yang rendah dalam mendapatkan pendidikanm pelatihan,
promosi dan pengembangan diri
2) Penilaian risiko
Penilaian risiko (risk assessment) atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang
dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK. Sebagai
contoh, jika suatu perusahaan sering menjual produk dengan harga di bawah harga
pokok persediaan karena pesatnya perubahan teknologi, perusahaan itu harus
menyelenggarakan pengendalian yang memadai untuk mengatasi risiko
melebihsajikan persediaan.
Auditor menilai risiko untuk memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit. Jika
manajemen secara efektif menilai dan merespons risiko itu, biasanya auditor akan
mengumpulkan lebih sedikit bukti ketimbang jika manajemen gagal
mengidentifikasi atau merespons risiko yang signifikan. Auditor akan memperoleh
pengetahuan tentang proses penilaian risiko oleh manajemen dengan kuesioner dan
diskusi dengan manajemen untuk menentukan bagaimana manajemen
mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan.
3) Aktivitas pengendalian
Adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa tindakan yang
diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas,
termasuk di dalanya pengendalian manual dan terotomasi. Ada lima jenis aktivitas
pengendalian sbb:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen
5) Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian internal
secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahwa
pengendalian itu telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi
sesuai dengan perubahan kondisi. Agar efektif, fungsi audit internal itu harus
dilakukan oleh staf yang independen dari departemen operasi maupun departemen
akuntansi, dan mereka melapor langsung ke tingkat otoritas yang lebih tinggi dalam
organisasi, entah itu manajemen puncak atau komite audit dewan direksi.
2. Mengurangi kerjasama di antara pegawai dan pelanggan atau pemasok dan
menginformasikan secara jelas kepada pemasok dan pihak lain diluar perusahaan
mengenai kebijakan perusahaan terkait kecurangan
Kecurangan yang melibatkan kerjasama (kolusi) ini biasanya paling sulit dideteksi dan
sering kali melibatkan jumlah yang sangat besar.
Kompleksitas bisnis dan meningkatnya frekuensi pemasok (dimana perjanjian lisan
menggantikan dokumentasi secara tertulis dan terjalin hubungan yang lebih dekat
antara pembeli dengan pemasok) mengakibatkan banyak terjadinya fraud terkait
kerjasama antar pegawai dengan pemberi maupun pemasok.
Tindakan pencegahan terkait dalam mengurangi kecurangan kolusi adalah dengan
mencetak klausul “hak audit” pada bagian belakang semua faktur pembelian. Klausul
tersebut menginformasikan kepada pemasok bahwa perusahaan memiliki hak untuk
mengaudit pembukuan mereka.