Anda di halaman 1dari 12

1

ESSAY
MANAJEMEN INTELEGENSI DALAM MENYIKAPI PAHAM RADIKALISME DI
INDONESIA

Pendahuluan

Manajemen merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana


mengatur suatu usaha atau memimpin suatu usaha berdasarkan kesepakatan
yang telah di tetapkan. Di dalam manajemen di kenal istilah mengatur yang
pelaksanaan melalui proses perencanaan sesuai dengan urutan yang telah di
buat untuk mencapai hasil yang maksimal. Sehingga setiap menginginkan suatu
keberhasilan dalam setiap usaha apabila dilakukan dengan manajemen yang
baik akan mengakibatkan dampak perubahan yang besar terhadap usaha
tersebut. Perubahan yang besar disini adalah perubahan terhadap diri manusia
yang bersifat pemahaman yang berasal dari hasil pemikiran manusia terhadap
suatu keadaan atau peristiwa. Untuk mewujudkan perubahan ini diperlukan
kecerdasan yang baik yang dimiliki oleh setiap individu. Kecerdasan adalah
kemampuan alamiah (fitrah) yang sudah ada di dalam diri manusia. Sebagai
anugerah terbesar dari Allah swt dan yang membedakan manusia dengan
makhluk yang lain.

Salah satu kecerdasan atau intelegensi yang ada di dalam diri manusia
adalah intelegensi spiritual. Intelegensi spiritual merupakan kecerdasan yang
berasal dari dalam hati, membuat manusia menjadi kreatif apabila mereka
berhadapan dengan masalah pribadi, dan mencoba menemukan makna yang
tersirat didalamnya, serta mencari jalan keluar dengan tenang sehingga
mendapatkan kedamaian hati. Dengan adanya kecerdasan spiritual ini akan
membuat seseorang dapat mengenal dan memahami diri nya sepenuhnya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Oleh
karenanya, kecerdasan spiritual ini akan membuat seseorang apabila ia
bertindak akan memperhitungkan makna dan akibat dari tindakannya tersebut.
Untuk itu di masa sekarang ini kecerdasan spiritual sangat di perlukan untuk
membentengi diri dari pemikiranpemikiran yang ada dimasyarakat yang
merusak yang bisa mengakibat perbuatan yang negatif dan merugikan banyak
orang. Salah satu pemikiran yang berkembang di masyarakat yaitu paham
radikalisme.

Radikalisme adalah suatu paham yang di ciptakan oleh sekelompok orang


yang mengharapkan perubahan atau pembaharuan di bidang sosial politik
secara signifikan dengan menggunakan tindakan kekerasan. Di indonesia
radikalisme selalu dikaitkan kepada agama, namun apabila dipandang dari sudut
keagamaan dapat dijelaskan sebagai paham keagamaan yang mengarah
kepada fondasi agama yang paling mendasar dengan fanatisme keagamaan
yang begitu besar, sehingga tidak sedikit pengikut dari paham radikalisme
menggunakan kekerasan terhadap orang-orang yang berbeda pemahaman
untuk mengaktualisasikan paham keagamaan dan dipercayainya agar diakui
secara paksa

Dengan demikian paham radikalisme merupakan masalah yang harus bisa


di cari jalan keluarnya agar paham tersebut bisa di bendung, dan tidak
menimbulkan dampak negatif bagi diri, orang lain ataupun masyarakat. Oleh
karenanya di perlukan perencanan yang tepat untuk membendung paham-
paham yang masuk baik keindonesia, kekeluarga, terlebih yang masuk kedalam
diri secara pribadi. Untuk itu di perlukan kecerdasan yang besar untuk mengelola
setiap pemahaman terutama yang masuk kedalam diri sehingga kita bisa
menyaring apakah ini pemahaman yang baik atau pemahaman yang negatif.
Kecerdasan yang besar yang perlu dimiliki itu adalah kecerdasan yang berasal
dari hati yaitu kecerdasan spiritual. Sehingga sangat penting melakukan
perencanan kecerdasan spiritual yang baik agar bisa membentengi diri dari
paham-paham yang berasal dari luar terutama paham radikalisme.
3

Manajemen Intelegensi atau Kecerdasan Spiritual

Manajemen menurut Stoner adalah suatu kegiatan yang di mulai dari


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Pendapat ini
hampir sama dengan yang di kemukakan oleh Terry yang dikutip Aronaga,
bahwa manajemen merupakan proses identik yang berasal dari upaya-upaya
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang
semuanya itu di pakai baik dalam bidang ilmu pengetahuan ataupun
keterampilan dan diikuti secara bergantian untuk menggapai apa yang telah di
tetapkan sejak awal.

Intelegensi spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam diri


seseorang mengenai cara mengelola hati supaya sanggup memaknai
kehidupan, serta yakin bahwa ada kekuatan yang lebih besar diluar kekuatan
manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual sanggup melihat setiap
kejadian dengan kacamata yang lebih luas dan hikmat, selalu berpikiran positif,
sanggup meminimalisirkan masalah, dan yang paling utama selalu
menyandarkan perbuatanya kepada perkataan yang tersirat di dalam hatinya,
“tuhan ridho atau tidak terhadap perbuatan yang dilakukannya itu”. Kemudian
menurut Zakiah Kecerdasan spiritual adalah kesanggupan individu dalam
memaknai kehidupan, memaknai nilai, moral dan sikap terhadap sesama
makhluk hidup serta bisa membuat dirinya menjadi pribadi yang positif, penuh
kedamaian serta bijaksana kepada sesamanya sehingga mampu membuat
kehidupannya menjadi lebih baik. Kecerdasan spiritual seseorang dimaknai
sebagai kemampuan pribadinya yang mempunyai keahlian transenden, serta
kesadaran yang besar untuk melewati kehidupan dengan menggunakan
pengetahuan spiritual untuk mencari jalan keluar tentang permasalahan hidup,
dan berbudi luhur. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan baik
dalam berinteraksi dengan tuhan, manusia, alam, dan bahkan diri sendiri.

Dengan demikian Intelegensi spiritual adalah dasar kesadaran setiap


orang. Kecerdasan spiritual itu menjadikan seseorang mengetahui siapa
dirinya sebenarnya dan bagaimana dirinya memberi makna terhadap hidup
4

orang lain untuk selalu berinteraksi agar hidup lebih bermakna. Kecerdasan
Spiritual bisa menolong seseorang memperbaiki dan membangun dirinya
secara menyeluruh dengan selalu berfikiran baik dalam menanggapi setiap
peristiwa yang dialaminya, Serta membuat seseorang mempunyai kemampuan
untuk mengetahui yang mana yang termasuk perbuatan baik dan yang mana
termasuk perbuatan jahat.

Dari pemaparan tentang manajemen dan intelegensi spiritual di atas dapat


ditarik kesimpulan bahwa manajemen Intelegensi spiritual yaitu:

1. Proses untuk membangun diri menjadi pribadi yang selalu berpikiran positif,
penuh kedamaian, serta berpandangan luas dan bijaksana dalam menyikapi
setiap peristiwa yang terjadi.
2. Upaya mengarahkan setiap perbuatan yang dilakukan untuk selalu mengikuti
kemampuan pribadinya yang mempunyai keahlian transenden, serta kesadaran
yang besar untuk melewati kehidupan dengan menggunakan pengetahuan
spiritual untuk mencari jalan keluar tentang permasalahan hidup.
3. Suatu sikap bertanggung jawab kepada diri sendiri maupun orang lain dalam
mengatur cara berhubungan dengan tuhan, manusia, alam, dan bahkan diri
sendiri, untuk menggapai hasil yang baik sesuai dengan apa yang di harapkan
sejak awal.
4. Cara pengawasan terhadap diri dalam melakukan suatu tindakan, dimana
tindakan tersebut apakah perbuatan yang baik atau perbuatan yang jahat.

Radikalisme

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti "akar“.


Radikalisme adalah paham yang menginginkan suatu perubahan dan
pengaturan kembali untuk mencapai kemajuan. Dalam pandangan
pengetahuan sosial, radikalisme sangat berhubungan terhadap perilaku atau
kedudukan yang menginginkan perubahan terhadap status quo dengan cara
menghapuskan status quo secara keseluruhan, dan menggantinya dengan
5

sesuatu yang baru yang tidak sama. Radikalisme secara umum diketahui
sebagai pergerakan sosial yang menuju kepada sesuatu yang bersifat
menyimpang. Setidaknya pandangan itu yang dipaparkan oleh Lukman Hakim,
Wakil Kepala LIPI, di dalam buku “Islam dan Radikalisme di Indonesia” yang di
kemukakannya dalam bagian pengantar buku tersebut. Dari pemaparan
demikian, maka muncul istilah anti Barat, ekstrem, teroris, dan anti Amerika.

Kemudian secara sederhana radikalisme merupakan gagasan atau


perilaku yang ditandai oleh empat macam sekaligus dengan karakteristiknya
yaitu: pertama, sikap tidak peduli dan tidak bisa menghargai argumentasi atau
kepercayaan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yaitu sikap yang menganggap
bahwa dirinyalah yang paling benar dan orang lain salah semua. Ketiga, sikap
eksklusif, yaitu melakukan perbuatan yang berbeda dari kebiasaan orang
kebanyakan. Keempat, sikap revolusioner, yaitu selalu menggunakan kekuatan
fisik untuk mencapai tujuan.

Oleh karenanya, sejalan dengan perubahan dan adanya tanda pergerakan


kelompok- kelompok di masyarakat, menyebabkan radikalisme dan terorisme
menjadi satu arti, yaitu radikalisme adalah embrio dari munculnya terorisme.
Jika mempunyai paham yang radikal, maka berpotensi tinggi untuk melakukan
perbuatan teror. Banyak kejadian di Indonesia dimana terorisme dan
radikalisme bergabung sehingga membuat masyarakat umum tidak perlu
bersusah payah membedakan antara radikalisme dan terorisme.

Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa radikalisme adalah


suatu pemahaman yang menginginkan suatu perubahan yang besar terhadap
sesuatu, di mana perubahan itu di wujudkan dengan melakukan pergerakan
yang bersifat sosial, yang menyebabkan timbulnya perilaku seperti tidak
menghargai pendapat orang lain dan tidak peduli terhadap orang lain.
Radikalisme menimbulkan pandangan kepada diri seseorang bahwa dialah
yang paling benar sedangkan orang lain salah semua.
6

Dengan demikian di perlukannya upaya-upaya dalam menyikapi paham


radikalisme ini yang sekarang merejalela khususnya di indonesia. Dimana
paham ini bisa menimbulkan suatu gejolak yang luar biasa apabila tidak di
bendung. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan khusus yang berhubungan
dengan pengetahuan yang bersifat spiritual, untuk membenteng hati dan pikiran
kita agar kita tidak mudah terjerumus masuk kedalam paham radikalisme.

Radikalisme Di Indonesia

Radikalisme yang ada di Indonesia tidak lepas dari agama khususnya


agama islam. paham radikalisme yang ada di indonesia telah berkembang
semenjak masa penjajahan Belanda. Salah satu gerakan pemikiran
Salafiyah pertama di Indonesia adalah di Minangkabau. Gerakan ini mulai
berjalan seiring dengan timbulnya orang-orang gerakan pemikiran Salafiyah
di Timur Tengah antara lain Muhammad Abduh dan Jamaluddin al- Afgani,
yang pemikirannya di ambil oleh orang Indonesia yang melaksanakan ibadah
haji dan kemudian tinggal untuk menuntut ilmu tentang islam. Setelah kembali
kekampung halaman, mereka secara individu atau melalui perkumpulannya
melakukan gerakan pembaharuan Islam sesuai dengan aliran Salafiyah.
Pemikiran Salafiyah ini sangat di junjung tinggi oleh gerakan Wahabi yang di
perkasai oleh Muhammad ibn ‟Abd al-Wahhab. Tujuan dari gerakan Wahabi
ini yaitu untuk memurnikan ajaran Islam serta meminta kita kembali kepada
ajaran al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, sebagaimana yang
diamalkan oleh sahabatsahabat rasulullah terdahulu.
Timbulnya gerakan radikalisme di Indonesia sangat berkaitan dengan
pascaOrde Baru dari perubahan rezim yang semakin terbuka. Kemunculan
gerakan radikalisme agama, antara lain Jemaah Islamiyah (JI) ataupun yang
tampak jelas seperti Laskar Jihad, Laskar Jundulloh, FPI, MMI, HTI, adalah
akibat dari semakin terbukanya politik dan demokrasi karena jatuhnya Orde
Baru. Seandainya tidak ada era reformasi, maka kelompok-kelompok garis
keras tersebut tidak akan pernah muncul ke permukaan akibat represi politik
7

yang dilakukan oleh rezim berkuasa. Selain itu menurut Ahmad Rizky,
penyebab munculnya radikalisme di Indonesia hampir semuanya terjadi akibat
munculnya kesenjangan sosial dan ekonomi yang disebabkan adanya pihak-
pihak tertentu yang menguasai akses pada modal dan kedudukan pada saat
era pergerakan
nasional.

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan


demokrasi setelah jatuhnya rezim orde baru. Karena kebanyakan kelompok
radikal menjunjung tinggi ideologi islamis yang dikampanyekan kepada semua
anggota masyarakat untuk merubah sistem demokrasi yang diangap berasal
dari Barat. Menurut mereka, sistem pemerintahan demokrasi terlihat tidak
mewakili Islam karena agama islam tidak pernah tahu istilah demokrasi.
Demokrasi diketahui sebagai hasil pemikiran manusia yang dianggap lebih
istimewa dibandingkan dengan agama. Inilah menurut kalangan radikal
dilukiskan sebagai “pemberontakan atas kekuasaan Tuhan” (the revolt against
God‟s sovereignty). Meskipun mereka mendapatkan sesuatu oleh iklim
demokrasi di Indonesia, tetapi agenda pergerakannya adalah untuk
menjatuhkan demokrasi itu sendiri, baik dengan cara kekerasan ataupun
dengan jalan damai, yang dikerjakan secara radikal revolusioner.
Suburnya paham radikalisme ini karena kurangnya pemahaman spiritual
yang dimiliki oleh masyarakat. Sehingga doktrindoktrin agama yang di peroleh
langsung diterima secara langsung tanpa harus melakukan penalaran terlebih
dahulu apakah doktrin tersebut baik atau baruk, salah satunya doktrin agama
yaitu jihat fisabilillah yang ada di dalam agama islam. Fakta yang ada di
Indonesia, adanya penyimpangan dalam memaknai jihad yang bersumber dari
salah pemahaman dan kemudian dimanfaatkan secara negatif oleh sekelompok
orang yang mempunyai pemahaman keras mengenai ajaran Islam sehingga
mengesahkan kekerasan dalam melaksanakan tindakannya. Ibnu Qayyim
memaparkan jika jihad dipandang dari aspek pelaksanaannya terdiri atas tiga
bentuk, yaitu jihad mutlaq (perang menghadapi musuh di medan pertempuran),
8

jihad hujjah (dilaksanakan dalam beradu pendapat dengan pemeluk agama lain
dengan mengemukakan argumentasi yang kuat). Pada tataran global
radikalisme sekarang ini, menurut Syamsul Rijal menuju kepada agama. Hal ini
disebabkan krisis identitas yang berakhir pada reaksi dan resistensi terhadap
barat yang memmbesarkan kolonialisasi di dunia muslim dan mulai terbaginhya
dunia muslim ke dalam berbagai negara bangsa (nation-state). Inti dari
radikalisme adalah menginginkan terciptanya perubahan terhadap suatu
pemerintahan di masyarakat. Tujuan dari radikalisme adalah kedudukan dan
mengambil alih politik dengan berpedoman atau memanfaatkan golongan,
kumpulankumpulan primordial (suku, bangsa, ras, keyakinan, keagamaan, dan
kepercayaan). Radikalisme tumbuh subur di indonesia juga disebabkan
minimnya jenjang pendidikan. Sehingga akibat dari minimnya pendidikan yang
diperoleh masyarakat mengakibatkan sedikit informasi pengetahuan yang
didapat, ditambah dengan pemahaman agama yang kurang mengakibatkan
seseorang dengan gampangnya menerima informasi keagamaan dari orang
yang dianggap tinggi keilmuannya tanpa dipahami dulu apakah informasi itu
benar atau salah, akibatnya dari hal ini akan menjadi bumerang jika informasi
didapat dari orang yang salah.
9

Manajemen Kecerdasan Spiritual Dalam Menyikapi Paham Radikalisme Di


Indonesia

Radikalisme merupakan tanggapan terhadap keadaan yang sedang terjadi.


Tanggapan itu muncul berupa evaluasi, pembangkangan, atau bahkan
pertikaian. Oleh karenanya diperlukan suatu proses untuk membangun pribadi
secara lebih baik yang selalu berpikiran positif, menanamkan rasa cinta damai,
dan menerima suatu keadaan dengan cara berpikir luas dan bijaksana dalam
menanggapi suatu permasalahan. Salah satu yang bisa di tawarkan dalam
menyikapi paham radikalisme yaitu kecerdasan berpikir secara spiritual dalam
menyikapi suatu keadaan tersebut.

Intelegensi spiritual merupakan kecerdasan dalam menyikapi


permasalahan makna, yaitu kecerdasan untuk meletakkan sikap dan pebuatan
kita dalam konteks makna yang lebih besar dan mewah, kecerdasan untuk
menilai apakah sikap atau perbuatan seseorang lebih berarti apabila
disandingkan dengan yang lain Dengan adanya Kecerdasan spiritual di dalam
diri, maka akan mudah membagikan keindahan, kebaikan, kebenaran, serta
kasih sayang dalam pergaulan sehari-hari baik itu di keluarga, organisasi dan
didalam lingkungan masyarakat pada umumnya. Kecerdasan spiritual juga bisa
membuat orang yang memilikinya bersikap fleksibel yang merupakan suatu
sikap yang wajib ada pada diri seseorang dimana sikap ini merupakan sikap
tetap tenang dalam menyikapi setiap peristiwa segenting apapun, dan tanpa
kehilangan kontrol.

Untuk itu di perlukan proses untuk membangun kecerdasan spiritual


dalam menyikapi paham-paham yang merebak dimasyarakat terutama paham
radikalisme ini, dimana proses membangun kecerdasan spiritual ini bisa
dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, pengarahan, pendidikan secara
tepat dalam upaya membentuk kepribadian, perkembangan intelektual,
emosional dan spiritual anak. Dalam memberikan bimbingan bisa kita lakukan
dengan cara mengajarkan alqur‟an, melatih pelaksanaan shalat, melatih
berpuasa, melatih pelaksanaan haji dan memanfaatkan metode dakwah
10

rasulullah s.a.w yaitu metode pendekatan keteladanan, memaksimalkan


pemanfaatan waktu, sikap adil, mendoakan kebaikan, mengaktifkan potensi
berpikir dan mengembangkan mental.
Selanjutnya dengan memberikan pendidikan yang tepat, pendidikan yang
sangat erat sekali dengan kecerdasan spiritual adalah pendidikan agama yang
berhubungan dengan pendidikan akhlak. Agama adalah referensi akhlak yang
tidak akan habis, karena agama melihat dan mengontrol semua perbuatan
manusia. Jadi mempelajari akhlak adalah sangat penting untuk semua manusia
yang beragama, rasanya agama apapun setuju dan beranggapan sama bahwa
pengikutnya haruslah berperilaku baik dan menjauhi perbuatan jahat, seperti
yang di anjurkan di dalam agama tersebut. Nilai akhlak tidak akan terlihat
kecuali dahulunya sudah pernah dipelajari karakteristiknya mengenai hakikat
pendidikan akhlak itu sendiri. Pengertian hakikat pendidikan akhlak mempunyai
berbagai pandangan. Kelompok pertama menyatakan bahwa pendidikan akhlak
adalah berhubungan dengan pengulangan atau pembiasaan. Keutamaan
akhlak tampak secara khusus karena kebiasaan dan perilaku. pendeknya
kelompok ini mengungkapkan bahwa pendidikan akhlak adalah dengan
pengulangan yang berkelanjutan untuk melakukan suatu tindakan. Pendapat
kedua yaitu menyatakan bahwa pendidikan bisa membentuk akhlak seseorang,
mampu memilih mana jalan yang baik dan buruk. Kelompok ketiga mengatakan
bahwa pendidikan akhlak berlanjut dengan penugasan-penugasan, yang
didalamnya terdapat kalimat teguran. Kelompok keempat menyatakan bahwa
pendidikan akhlak bukan hanya berbicara mengenai perilaku yang tampak
dengan kasat mata, namun juga berbicara mengenai pembersihan bathin atau
jiwa dari semua perbuatan yang jahat dan hina, bahkan memperindah dengan
semua sisi keutamaan secara lahir dan batin. Dan kelompok terakhir
menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang menciptakan
kesanggupan sikap berakhlak.
Dalam proses pembentukan dan pengembangan kecerdasan spiritual
adalah kita tidak terlepas dari faktor apa saja yang mempengaruhinya. Ada dua
faktor penting yang mempengaruhi inteligensi seseorang, yaitu faktor bawaan
11

dan faktor lingkungan. faktor bawaan ini adalah faktor yang sudah ada sejak
manusia lahir kedunia sebagaimana yang di tegaskan dalam hadits nabi yang
menyatakan “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah”. Para pakar hadits
menafsirkan kata ”fitrah” sebagai potensi bertuhan atau beragama. Sedangkan
faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia, seperti
pendidikan yang di berikan dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan
pendidikan pertama bagi seseorang dalam pembentukan serta pengembangan
jiwa keagamaan dan kecerdasan spiritual anak. Keluarga merupakan
lingkungan utama sebab seorang anak yang lahir pertamatama mendapat
bimbingan dan didikan adalah dari keluarga dan Sebagian besar kehidupannya
di habiskan di lingkungan keluarga

Penutup

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa paham radikalisme


yang ada diindonesia bisa debendung dengan cara membentuk manajemen
intelegensi atau kecerdasan spiritual yang baik. Untuk pendidikan dapat dimulai
dengan memberikan pendidikan agama yang berhubungan dengan akhlak yang
isinya berupa pembiasaan, memberikan pandangan tentang mana yang benar
dan yang salah, melakukan penugasan-penugaan yang berisi teguran,
pembersihan bathin atau jiwa dari semua perbuatan yang jahat dan hina, dan
menciptakan kesiapan untuk hidup berakhlak.

Selanjutnya yaitu melakukan metode pendekatan keteladanan,


memaksimalkan pemanfaatan waktu, sikap adil, mendoakan kebaikan,
mengaktifkan potensi berpikir dan mengembangkan mental. Sehingga apabila
kita melakukan manajemen intelegensi atau kecerdasan spiritual yang baik
akan bisa membentengi kita dari segala pahampaham yang bersifat negatif.
12

Daftar Pustaka

1. Arisanti, Devi. “Manajemen Lingkungan Pendidikan Dalam Perspektif


Islam.” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 1, No. 1 (24 Agustus
2017): 71–86.
2. Asrori, Ahmad. “Radikalisme Di Indonesia: Antara Historisitas Dan
Antropisitas.” Kalam 9, No. 2 (30
Desember 2015): 253–68.
3. Hilmy, Masdar. “Radikalisme Agama Dan Politik Demokrasi Di Indonesia
Pasca-Orde Baru.” Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 39, No. 2 (5 Desember
2015).
4. Laisa, Emna. “Islam Dan Radikalisme.” Islamuna: Jurnal Studi Islam 1, No. 1
(2 Januari 2014).
5. Laksmi, Rizky Ardewi, Dan I. Ketut Sujana. “Pengaruh Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Pemahaman Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai