Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan isolasi dan analisis KLT piperin

ISOLASI DENGAN KLT

- Alasan penyarian piperin menggunakan alat sokhlet: karena senyawa piperin tahan terhadap
pemanasan tinggi pada soxhletasi (suhu lebur piperin 129oC) dan dengan metode soxhletasi
dapat diperoleh hasil isolate yang reprodusibel.
- Serbuk piperin ditimbang dan dimasukkan ke dalam kertas saring yang sudah dijahit :
tujuannya agar pada saat proses penyarian berlangsung, serbuk tidak terbawa pelarut turun
ke dalam labu alas bulat.
- Alasan penambahan etanol 95%: piperin mudah larut dalam etanol (kelarutan piperin 1
gram dalam 15 ml alcohol), dan etanol 96% yang digunakan sebagai cairan penyari memiliki
sifat mudah menguap (suhu didih etanol 70oC) sehingga pemanasan yang digunakan masih
jauh dari suhu lebur piperin. Selain itu, etanol 96% juga dapat mencegah pertumbuhan
kapang dan bakteri.
- Etanol 96% yang digunakan sebanyak 300 ml (sebanyak 2 x sirkulasi) : tujuannya agar pada
saat penyarian berlangsung, labu alas bulat tidak kerig atau tetap ada etanol 96% yang
tersisa.
- Proses penyarian dengan soxhletasi: Proses penyarian dilakukan di atas pemanas mantel
sehingga pemanasan yang terjadi menyebabkan etanol menguap. Uap etanol akan
mengembun menjadi cairan setelah melewati pendingin yang dirangkai di atas Soxhlet.
Cairan ini akan menetes melewati serbuk dan turun ke dalam labu alas bulat sambal
membawa piperin. Karena piperin berwarna kuning, proses penyarian yang berlangsung
berulang kali dinyatakan selesai jika pelarut sudah jernih. Hal ini menandakan bahwa seluruh
piperin dalam serbuk sudah terekstraksi.
- Pendinginan dan pisahkan sari dari bagian yang tidak larut
- Masukkan sari yang jernih ke dalam flakon
- Diuapkan diatas penangas air sampai kental: hasil ekstraksi yang telah disaring dilanjutkan
evaporasi untuk menguapkan larutan hasil ekstraksi sehingga mendapatkan larutan yang
lebih pekat.
- Ditambahkan 10 ml KOH -etanolik 10% sambil diaduk-aduk sampai timbul endapan: tujuan
dari penambahan KOH etanolik adalah untuk menghidrolisis senyawa yang didapat agar
menghasilkan kalium piperinat dan piperin. Selain itu penambahan KOH etanolik bertujuan
untuk mencegah terjadinya pengendapan Bersama antara piperin dengan asam resin.
Dengan penambahan koh etanolik maka asam resin dalam filtrat menjadi bentuk garam
(resina) yang larut, membentuk larutan seperti sabun, atau membentuk suspense koloid.
Suspense koloid ini dapat dpisahkan dari filtrat dengan cara penyaringan .
- Pisahkan sari dari bagian yang tak larut menggunakan gelas wool
- Dimasukkan sari jernih ke dalam lemari pendingin dimasukan kelemari pendingin dari untuk
proses kristalisasi.
- Pisahkan kristal yang terbentuk
- Dicuci kristal menggunakan etanol 96% dingin : untuk menghilangkan zat pengotor yang
masih menempel poada kristal piperin
- Dikeringkan dalam lemari pengering pd suhu 40oc selama 30-45 menit: tujuannya untuk
menguapkan etanol sehingga didapatkan kristal piperin murni.

ANALISIS DENGAN KLT


- Alasan Fase diam : silika gel 254
- Alasan Fase gerak : benzene:eti asetat (70:30)
- Penjelasan proses KLT
- Pengamatan bercak dengan sinar UV
- Penyemprotan dengan pereaksi warna dragendroff
- Pengamatan lagi dengan sinar UV

- Proses ekstraksi buah lada putih dan lada hitam dilakukan dengan metode soxhlet
menggunakan pelarut etanol 96%. Piperin diekstraksi dengan metode soxhletasi dikarenakan
piperin tahan terhadap pemanasan tinggi (suhu lebur piperin 129 oC) dan dengan metode
soxhletasi dapat diperoleh hasil isolate yang reprodusibel. Simplisia yang diekstrak
ditimbang 38,3 gram menggunakan neraca analitik. serbuk simplisia tersebut dimasukkan ke
dalam kertas saring yang sudah dijahit agar pada saat proses penyarian berlangsung, serbuk
tidak terbawa pelarut turun ke dalam labu alas bulat. Kemudian diambil pelarut etanol 96%
sebanyak 300 ml (sebanyak 2 x sirkulasi) dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat dalam
system rangkaian Soxhlet. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96% karena piperin mudah
larut dalam etanol (kelarutan piperin 1 gram dalam 15 ml alcohol), dan etanol 96% yang
digunakan sebagai cairan penyari memiliki sifat mudah menguap (suhu didih etanol 70 oC)
sehingga pemanasan yang digunakan masih jauh dari suhu lebur piperin. Selain itu, etanol
96% juga dapat mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri. Etanol 96% yang digunakan
sebanyak 2 x sirkulasi agar pada saat penyarian berlangsung, labu alas bulat tidak kerig atau
tetap ada etanol 96% yang tersisa. Kemudian dimasukkan kertas saring ke dalam selonsong
alat Soxhlet yang telah dirangkai. Kemudian dihidupkan alat Soxhlet yang telah dirangkai dan
disambungkan ke dalam air es serta diamati siklus penyarian pada alat Soxhlet. Proses
penyarian dilakukan di atas pemanas mantel sehingga pemanasan yang terjadi
menyebabkan etanol menguap. Uap etanol akan mengembun menjadi cairan setelah
melewati pendingin yang dirangkai di atas Soxhlet. Cairan ini akan menetes melewati serbuk
dan turun ke dalam labu alas bulat sambal membawa piperin. Karena piperin berwarna
kuning, proses penyarian yang berlangsung berulang kali dinyatakan selesai jika pelarut
sudah jernih. Hal ini menandakan bahwa seluruh piperin dalam serbuk sudah terekstraksi.
Pada praktikum yang dilakukan Proses ekstraksi berjalan dan tersari sampel sebanyak 3
siklus, yakni: siklus 1 selama 35 menit, siklus 2 selama 26 menit dan siklus 3 selama 26
menit. Kemudian setalah 3 siklus, dimatikan alat Soxhlet dan diperoleh hasil penyarian
sampel lada di dalam alas bulat yang berwarna orange kecoklatan. Kemudian diambil hasil
penyarian dari labu alas bulat dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60oC
dengan kecepatan 70 rpm. Pada proses ini dihasilkan ekstrak kental yang berwarna orange
kecoklatan. Kemudian, dimasukkan ekstrak kental kedalam beaker glass dan ditambahkan
KOH etanolik lalu dihomogenkan. Tujuan penambahan KOH adalah untuk tujuan dari
penambahan KOH etanolik adalah untuk menghidrolisis senyawa yang didapat agar
menghasilkan kalium piperinat dan piperin. Selain itu penambahan KOH etanolik bertujuan
untuk mencegah terjadinya pengendapan Bersama antara piperin dengan asam resin.
Dengan penambahan koh etanolik maka asam resin dalam filtrat menjadi bentuk garam
(resina) yang larut, membentuk larutan seperti sabun, atau membentuk suspense koloid.
Suspense koloid ini dapat dpisahkan dari filtrat dengan cara penyaringan menggunakan
kertas saring dan dimasukkan ke dalam botol vial 100 ml, lalu dimasukkan ke dalam lemari
pendingin kurang lebih 6 hari sampai terbentuk kristal piperin yang berbentuk jarum
berwarna kuning. Kristal piperin yang terbentuk dapat dipisahkan dari senyawa pengotor
yang larut dalam filtrat dengan cara dicuci dengan etanol 96% dingin sehingga senyawa-
senyawa pengotor yang melekat pada kristal dapat dihilangkan. Pencucian dilakukan dalam
kondisi dingin supaya kristal piperin yang telah terbentuk tidak larut kembali. Disaring kristal
yang terbentuk menggunakan corong buchner lalu dioven kristal yang terbentuk pada suhu
50 derajat C selama 30 menit dan ditimbang kristal yang terbentuk. Maka didapatlah bobot
kristal piperin yaitu 0.0604 gram
Kristal piperin yang didapat hasil isolasi dilanjutkan dengan analisis kualitatif dengan
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis KLT kristal piperin dimulai dengan
memotong kertas saring yang berisi kristal kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
Potongan kertas saring yang terdapat Kristal piperin tersebut dilarutkan dengan pelarut yang
mudah menguap yaitu etanol sebanyak 2 kali pelarutan. kemudian masukan hasil pelarutan
tersebut ke dalam botol vial. Setelah itu, disiapkan fase diam polar yaitu silika gel GF254
(E.Merck) dengan panjang 6 cm dan lebar 2 cm lalu digaris masing-masing ujungnya 1 cm
sehingga jarak total eluen 4 cm lalu dimasukkan ke dalam oven. Tujuan pengovenan dari
fase diam ini yaitu untuk menghilangkan uap air yang terdapat pada silika yang dapat
menganggu pemisahan. Kemudian disiapkan juga fase gerak yaitu benzena : etil asetat
(70:30) v/v yang dimasukkan dalam chamber kemudian dijenuhkan. Tujuan dari penjenuhan
yaitu untuk menyamaratakan tekanan uap dari fase gerak yang digunakan sehingga
pemisahan dapat berjalan dengan baik. Fase gerak yang digunakan bersifat non polar
sehingga piperin dalam bentuk alkaloid bebas yang bersifat non polar akan cenderung
mengikuti fase gerak yang merambat sehingga piperin dapat terelusi. Kemudian, larutan
kristal piperin ditotolkan ke plat KLT. Sebelum plat KLT dimasukkan ke dalam bejana fase
gerak, bekas totolan harus kering untuk menghindari terjadinya pengekoran pada bercak.
Kemudian, Dimasukkan lempeng KLT tegak lurus ke dalam chamber dan ditutup kemudia
ditunggu hingga eluennya bergerak hingga batas garis yang telah ditetapkan. Setelah itu,
Lempeng KLT diangkat dan dilihat di bawah sinar UV 254 dan 366 nm. setelah itu dilanjutkan
dengan deteksi bercak menggunakan pereaksi Dragendroff ke atas lempeng secara merata,
maka pada plat KLT terdapat bercak berwarna jingga. hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa reaksi yang akan terjadi dengan menggunakan pereaksi dragendorff
yaitu pada gugus nitrogen akan berikatan dengan K+ yang merupakan ion logam yang akan
membentuk ikatan kovalen sehingga akan membentuk warna coklat hingga kuning (jingga).
kemudian dideteksi lagi bercak pada lempeng KLT menggunakan sinar UV 254 dan 366.
Bercak tidak terlihat pada sinar 254, tetapi terlihat samar pada UV 366 dan berada di tengah
lempeng KLT 2 cm , maka dapat dihitung nilai RF yang didapat yaitu 0.5 cm. nilai RF yang
didapat sesuai dengan studi literatur yang menyatakan bahwa nilai RF senyawa piperin
standar yaitu sekitar 0,49-0,5. Maka dapat disimpulkan bahwa senyawa lada putih dan lada
hitam mengandung senyawa piperin.

Anda mungkin juga menyukai