Anda di halaman 1dari 25

TAARUD

AL-ADILLAH
& TARJIH
Arinaldi Nugraha (ID: 2020405030)
Rendra Fahrurrozie (ID: 2020405016)
Zaid Muslim (ID: 2020405018)

Ushul Fiqh dan Maqoshid Syariah


Pengampu: Dr. Zulkarnain Muhammad Ali, M.Si.
Magister Ekonomi Syariah - Reg.17
2021
TAARUD AL-ADILLAH
Pengertian, Lingkup, Contoh
& Metode

Rendra Fahrurrozie
PERTENTANGAN ANTAR DALIL
Ta‘arud al-Adillah
Pengertian Ta‘arud
Secara Bahasa, ta‘arud:
berarti bertentangannya sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Secara Istilah, bertentangnya suatu hukum dengan hukum yang lain yang meng-
hendaki sebuah ketetapan yang sama pada satu waktu.
(Abdul Wahab Khallaf, 1989)

Ta‘arud Al-Adillah ketentuannya:


1. Adanya dua dalil
2. Keduanya memiliki martabat yang sama
3. Keduanya berbeda
4. Berkenaan dengan masalah yang sama
5. Menghendaki hukum yang sama dalam satu waktu
(Kamal Mukhtar, 1995)
Lingkup Cakupan Ta‘arud al-Adillah
Perbenturan dalil itu mencakup:
1. Dalil naqli dan dalil ‘aqli
2. Dalil qat‘i dan dalil zanni

Perbenturan dalil di antara naqli mencakup:


Pertama, dalil-dalil dari al-Qur’an. Kedua, dari hadis Nabi.

Perbenturan antara dalil ‘aqli mencakup:


dalil hukum berupa qiyas

Pertentangan antara dalil tersebut hanya sebatas dalam pemikiran para


mujtahid saja. Adapun dalam dalil-dalil itu sendiri tidak ada perbenturan.
(Abdul Wahab Khallaf, 1989 & Muhammad Abu Zahrah, 2000)
Ta’arud Dalil Qur’an

Al-Qur’an dengan Al-Qur’an


QS. Al-Maidah: 3 dengan QS. Al-An’am: 143
Diharamkan darah pada Al-Maidah, tetapi pada Al-An’am darah yang mengalir

Al-Qur’an dengan Al-Sunnah


QS. An-Nisa’: 11 dengan Hadist dari Usamah Bin Zaid HR. Bukhari-Muslim
Mengenai pembagian waris dan bagiannya pada An-Nisa’, akan tetapi pada
Hadist diharamkannya saling mewarisi antara Muslim dengan non Muslim.
Ta’arud Dalil Al-Hadist

Al-Sunnah dengan Al-Sunnah


Hadist Usamah HR. Bukhari 2090 dengan Hadist Ubaidah HR. Muslim 3066
Dihadist pertama tidak ada riba selain riba nasi’ah, pada hadist kedua terdapat
riba pada jual beli (pertukaran) antara emas dg emas, perak dg perak dll yang
disyaratkan sejenis, sama timbangan, dan satu majelis.

Al-Sunnah dengan Qiyas


Hadist Aisyah HR. Ahmad 231, Tirmidzi 1313, Ibnu Majah 3163 dengan
Qiyas dalam kitab Kifayatul Akhyar – Taqiyudin Al-Husni
Mengenai aqiqah bayi laki-laki 2 ekor kambing, dan bayi perempuan 1 ekor
kambing. Pada Qiyas, ada pendapat aqiqah dengan unta yang gemuk lebih
utama dari kambing, dan pada pendapat lain kambing lebih utama sesuai
syariah.
Ta’arud Dalil Qiyas

Qiyas dengan Qiyas


Ada hadist (HR. Bukhari 3713) bahwa ‘Aisyah ra. yang menikah dengan Nabi
SAW. diusia 6 tahun, yang diqiyas oleh Hanafiyah bahwa orang tua mempunyai
hak ijbar, tapi Syafi’iyah di khususkan lagi untuk anak yang sudah pernah
menikah memiliki hak untuk memilih pasangannya.

Bagaimana metode mengkompromikannya?


Metode Sikap terhadap
Ta’arud Al-Adillah
Ali Hasbullah, menawarkan empat buah opsi. (1) Jika terjadi pertentangan
antara dalil hukum, maka kompromikan dalil-dalil yang bertentangan tersebut
melalui jalan takwil. (2) Jika tidak ada kompromi, gunakan cara tarjih dengan
mencari dalil yang lebih utama. (3) Jika tidak bisa, lakukan nasakh, tentunya dengan
mencari tahu dulu sejarah pewahyuan dalil tersebut. (4) Jika masih tidak bisa,
maka dalil yang kontradiksi tersebut ditangguhkan.

Muhammad Abu Zahrah berpendapat, (1) jika terjadi pertentangan antara dua dalil,
maka carilah asbabul wurud dalil tersebut untuk melakukan nasakh di antara dalil
tersebut. (2) Jika tidak bisa, lakukan takhsis atau pengkhusuan. (3) Kalau masih ada
kontradiksi, dilakukan tarjih. (4) Kemudian kalau masih berbenturan, maka dalil-dalil
tersebut di-mawquf-kan atau ditangguhkan.
Metode Sikap terhadap
Ta’arud Al-Adillah
Mengenai perbenturan dalil-dalil qiyas:
Abdul Wahab Khallaf menyatakan bahwa perbenturan antara dalil-dalil qiyas adakal
anya merupakan kontradiksi yang sebenarnya. Akan tetapi, kadang-kadang juga salah
satu di antara dua dalil qiyas tersebut salah. Maka, menurutnya, jalan keluarnya
adalah dengan menguatkan salah satu di antara dua dalil tersebut.
Caranya adalah dengan melihat ‘illah dalil tersebut atau dengan menerapkan cara
tarjih. Abu Zahrah menyatakan bahwa perbenturan antara qiyas disebabkan karena
perbedaan pandangan tentang ‘illah.

Abu Hanifah menawarkan solusi melalui konsep istihsan.


Imam Malik mengunggulkan maslahah.
Imam asy-Syafi’i memilih cara tarjih.
MERAJIHKAN
SALAH SATU PENDAPAT
Definisi, Metode & Contoh

Arinaldi Nugraha
DEFINISI RAJIH
Raajih (‫ )راجح‬secara bahasa berasal dari ‫ رجح‬dengan bentuk isim fa’il bermakna yang unggul.
Istilah ini sering digunakan baik dalam bidang fiqh atau hadis.
Menetapkan qaul rajih ‫ قول الراجح‬bukan sembarangan dan tidak bisa serampangan.
Namun penetapan ini diambil melalui metodologi tarjih ketika terjadi ta’arudh al-adillah
(‫)تعارض األدلة‬.

Menurut bahasa, tarjih adalah ”melebihi” sesuatu, sedangkan menurut istilah tarjih
menguatkan salah satu dalil atas dalil lainnya. Dalil yang lebih kuat disbut rajih
dan dalil yang lemah disebut marjuh.

Para ahli Ushul Fiqih mendefinisikan Tarjih sebagai berikut :


"Tarjih adalah menguatkan salah satu dalil dari dua dalil yang bertentangan terhadap
yang lain sehingga dapat diketahui mana yang lebih kuat untuk diamalkan dan
dikesampingkan (ditinggalkan) yang lainnya (yang Iemah)".
MACAM MACAM PENTARJIHAN

ULAMA’ USHUL FIQH MENGATAKAN PENTARJIHAN DAPAT


DIBEDAKAN KEPADA DUA MACAM:

• Tarjih terhadap dalil-dalil nash yang masih berlawanan

• Tarjih terhadap Qiyas


METODE PEMILIHAN PENDAPAT
• Mengikuti pendapat yang dipandangnya lebih mendekati kebenaran.
yaitu berdasarkan keluasan ilmunya dan kekuatan imannya.
sebagaimana jika seseorang sakit, lalu ada dua dokter yang memberikan resep berbeda,
maka hendaknya ia mengikuti perkataan dokter yang dipandangnya lebih benar dalam
memberikan resep obat.
• Hendaknya mengikuti yang lebih mudah, karena demikianlah dasar hukum dalam syari’ at Islam.

karena hal itu sesuai dengan konsep mudahnya agama Islam, berdasarkan firman Allah

Subhanahu wa Ta’ala: “ ‫اَّللُ ِب ُك ُم ْاليُس َْر َو ََل ي ُِريدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر‬


‫ي ُِريدُ ه‬

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

[Al-Baqarah/2: 185]

(Kitabud Da’Wah, haL. 45-47, SyaikH Ibnu Utsaimin)


CONTOH MERAJIHKAN PENDAPAT
• Ketika seseorang di hadapkan oleh kebingungan terhadap menetapkan suatu
perkara, baik perkara ibadah ataupun muammalah, lalu ia bertanya kepada
masyaikh, apakah tepat untuk di amalkan atau kah tidak, karena ada yang
membolehkan ada yang tidak membolehkan!

Bagaimana cara masyaikh menyikapinya?


• Memaparkan pendapat Imam 4 mazhab
• Setelah memaparkan merajihkan satu pendapat (merekomendasikan)
TARJIH ANTAR NASH
Dari Segi Sanad, Matan, Hukum
& Dalil Di Luar Nash

Zaid Muslim
Tarjih Dari Segi Sanad

Ialah mentarjih dengan melihat jalur periwayatan sebuah matan

Macam-macamnya yaitu:
• Tarjih dengan memandang perawinya
• Tarjih dengan memperhatikan riwayatnya
• Tarjih dengan memperhatikan bagaimana cara menerima hadistnya
Tarjih Dari Segi Matan

Ialah mentarjih dengan melihat isi matannya yaitu isi teks dari Al Qur’an, Sunnah,
maupun Ijma’

Beberapa cara pentarjihan dari segi matan:


• Matan yang mengandung larangan lebih dikuatkan daripada matan yang
mengandung perintah
• Matan yang mengandung perintah lebih didahulukan daripada matan yang
sifatnya hanya membolehkan
• Dalil yang khusus lebih dikuatkan daripada dalil yang umum
Tarjih Dari Sisi Hukum

Al Amidi juga mengemukakan beberapa cara pentarjihan dengan metode ini,


diantaranya ialah:
• Teks yang mengandung hukum pengharaman lebih diutamakan dari matan yang
membolehkan
• Apabila isi suatu teks menghindarkan terpidana dari hukuman, dan teks lain
mewajibkannya, maka yang dipilih adalah yang pertama
• Hukuman yang lebih ringan lebih diutamakan daripada hukuman yang lebih
berat
Tarjih Menggunakan Dalil Di Luar Nash

Imam Asy Syaukani menyebutkan beberapa macam pentarjihan dengan


memperhatikan faktor luar, Di antaranya ialah:
• Lebih mengutamakan salah satu dalil yang didukung dengan dalil lain, baik
Al Qur’an, Sunnah, maupun Qiyas
• Lebih mendahulukan amalan ahli Madinah atau amalan Khulafaul Rasyidin
• Mengutamakan dalil yang diikuti dengan perkataan ataupun pengalaman dari
perawinya dari pada dalil yang tidak demikian
MENIMBANG TARJIH
Dari Sisi Asal, Cabang, Illat
& Perkara Luar

Rendra Fahrurrozie
Menimbang Tarjih
Dari sisi ushul (asal)

Qiyas yang hukum asalnya dengan dalil


qath’i (al-Quran atau hadis Mutawatir),
lebih di dahulukan dari qiyas yang
didasarkan pada dalil zhanni
(hadist ahad)
Menimbang Tarjih
Dari sisi furu’ (cabang)

Mendahulukan Qiyas yang cabang


(furu’)-nya datang lebih dahulu
diketahui secara pasti, dari pada
qiyas yang penyebabnya masih
zhanni (dugaan.)
Menimbang Tarjih
Dari sisi illat’ (alasan hukum)

1. Mendahulukan qiyas dengan Illat hakiki daripada qiyas yang illatnya


berdasarkan pertimbangan saja.
Illat hakiki ialah illat mansusah (dari sumber nash). Illat berdasarkan
pertimbangan disebut dengan mustanbatah (yang diperoleh melalui
ijtihad)

2. Menguatkan atau mendahulukan illat qiyas yang ditetapkan dengan


dalil yang zahir nash daripada al-sabr wa al-taqsim (penelitian dan
pengklasifikasian)
Menimbang Tarjih
Dari sisi perkara luar

1. Maslahah
Tarjih mashlahah ialah suatu cara untuk menguatkan salah satu dalil atas
dalil lainnya dengan melihat yang dapat mendatangkan kemashlahatan
yang lebih penting dan dapat memelihara tujuan syara.

2. Istihsan
Berpindah dari suatu hukum kepada hukum lainnya, atau memilih suatu
hukum dan mengenyampingkan (mengabaikan) hukum lainnya, atau
mengecualikan hukum yang bersifat kulli dengan hukum yang bersifat
juz’i, atau mengadakan takhsis terhadap hukum yang bersifat umum.

Anda mungkin juga menyukai