Anda di halaman 1dari 7

VERBATIM KONSELING KELOMPOK

Konseling Naratif
Ema adalah seorang mahasiswa baru sebuah universitas di Surabaya, Ema tinggal di
lingkungan yang agamis dan religius, Sebelumnya Ema adalah seorang siswa Madarasah Aliyah
di Surabaya. Ema bercita-cita ingin menjadi seorang penulis sehingga ia melanjutkan kuliah di
Fakultas Bahasa dan Sastra sebuah Universitas di Surabaya. Ketika ia memulai lingkungan baru
di perkuliahan, ia mengalami kesulitan beradaptasi karena lingkungan kampusnya berbeda jauh
dengan lingkungan sebelumnya yang kental dengan nilai-nilai religius. Begitu juga dengan
Fakiha yang mempunyai latarbelakang keluarga yang religius. Akhirnya Ema dan Fakiha
memutuskan untuk menemui seorang Konselor di kampusnya berharap ia bisa menyelesaikan
permasalahannya dengan mengikuti konseling.
Dewi juga merupakan mahasiswa baru di sebuah universitas di Surabaya, Dewi juga
mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar karena Dewi memiliki style
dalam berpakaian berbeda dengan teman – temannya. Teman – temannya kebanyakan selalu
mengikuti trend terbaru sedangkan Dewi tetap dengan style yang dia suka. Sedangkan Brilian
mempunyai masalah sulit beradaptasi dengan teman – temannya, karena menurut dia kegiatan
yang dilakukan oleh teman – temannya tersebut tidak bermanfaat dan membuang – buang waktu
saja. Untuk mengatasi masalah tersebut mereka berniat untuk menemui seorang Konselor untuk
melakukan konseling.
Konseli : “Assalamu’alaikum…”
Konselor : “Wa’alaikum salam….silakan masuk mbak…”
Konseli : “Iya terimakasih,Bu”
Konselor : “Sebelumnya dengan Mbak siapa ya?”
Ema : “Saya Ema Bu.”
Fakiha : “Saya Fakiha Bu.”
Konselor : “Bagaimana Kabarnya mbak Ema?”
Ema : “Alhamdulillah sehat Bu”
Konselor : “Alhamdulillah kalau begitu, kalau mbak Fakiha?”
Fakiha : “Alhamdulillah sehat juga Bu, walau agak batuk – batuk sedikit”
Konselor : “Alhamdulillah…. Ada yang bisa ibu bantu?”
Ema : “Begini Bu, kita kesini ingin melakukan konseling dengan ibu, apakah ibu
ada waktu?”
Konselor : “Oh iya mbak…saya ada waktu, kebetulan hari ini saya tidak sibuk,
Sebelumnya apakah mbak Ema dan Mbak Fakiha masalahnya sama dan
sudah saling kenal?”
Ema : “Iya Bu…masalah kami sama dan kami saling mengenal.”
Tok…Tok….
Konseli : “Assalamu’alaikum.”
Konselor : “Wa’alaikum salam.”
Dewi : “Maaf mengganggu Bu. Apakah Ibu sedang sibuk? Saya ingin melakukan
konseling.”
Konselor : “Apakah Mbak ema dan Mbak Fakiha tidak keberatan?”
Ema : “Tidak Bu”
Konselor : “Baiklah silahkan Mbak Mas”
“Sebelum kita melakukan konseling bagaimana kalau kita perkenalan
terlebih dahulu agar kita saling mengenal.”
Dewi : “Iya Bu….Perkenalkan nama saya Dewi”
Brilian : “Nama saya Brilian”
Ema : “Nama saya Ema”
Fakiha : “Dan nama saya Fakiha”
Konselor : “Apakah sebelumnya kalian pernah melakukan konseling?”
Fakiha : “Belum Bu…”
Ema : “Kalau saya sudah Bu.”
Dewi : “Saya juga belum Bu”
Brilian : “saya juga…”
Konselor : “Baiklah…dalam konseling ini nanti kita membuat kesepakatan masalah
apa saja yang telah kita bahas nanti tidak akan kalian bicarakan diluar
karena ini adalah rahasia kita bersama. Dan dalam konseling ini nati kita
akan mendengarkan apa saja yang sedang kalian alami dan nanti kita
membahas masalah tersebut bersama – sama. Bagaimana apakah sampai
disini jelas?”
Ema : “Iya bu jelas.”
Konselor : “baiklah kalau begitu sekarang kita mulai konselingnya. Boleh tahu apa
masalah yang sedang kalian alami?”
Fakiha : “hmmmm….”(ragu – ragu)
Konselor : “Sepertinya mbak Fakiha merasa takut untuk mengungkapkannya.”
Fakiha : (Tersenyum malu - malu)
Konselor : “Dalam proses konseling itu terdapat asas kerahasian. Apa yang akan
Anda
ungkapkan dalam proses konseling maka tidak akan tersebar luas diluar
sana karena kita semua menjaga kerahasiaan tersebut. Jadi Anda tidak usah
ragu untuk mengungkapkan apa saja yang ada didalam benak Anda.”
Fakiha : “Baik Bu…jadi begini Bu, masalah kita itu hampir sama yaitu saya merasa
sulit beradaptasi di kampus Bu. Suasana kampus berbeda sekali dengan
suasana yang ada di lingkungan saya dahulu”
Ema : “Iya bu….saya juga merasa seperti itu. Saya ingin melakukan sesuatu jadi
terbatas karena saya sulit beradaptasi.”
Konselor : “Lalu masalah apa yang sedang mbak Dewi alami?”
Dewi : “Masalah saya juga tentang sulit beradaptasi Bu. Teman – teman saya
menjauhi saya karena saya aneh kata mereka”
Konselor : “Aneh bagaimana?”
Dewi : “Katanya dari cara saya berdandan Bu. Katanya pakaian saya jadul, cara
saya berdandan tidak jaman.”
Konselor : “Oww…jadi seperti itu…kalau mas Brilian?”
Brilian : “saya juga sama Bu. Masalah saya tidak bisa beradaptasi dengan baik,
saya
jarang ikut kegiatan yang biasanya diadakan oleh teman – teman.”
Konselor : “Apa yang menyebabkan anda jarang mengikuti kegiatan – kegiatan
tersebut?”
Brilian : “Karena menurut saya hal tersebut hanya membuang – buang waktu saja
bu.”
Konselor : “Baiklah….dari masalah yang sudah kalian ungkapkan tadi. Masalah
mana
yang akan terlebih dahulu ditangani?”
Dewi : “Sepertinya masalahnya Ema sama Fakiha bisa dibahas Bersama Bu…”
Brilian : “Iya bu…selain itu masalahnya Ema dan fakiha kan sama, jadi bisa
sekalian
mengatasi dua masalah sekaligus.”
Konselor : “Baiklah kalau begitu. Apakah Mbak Ema dan Mbak Fakiha Bersedia?”
Ema : “Iya Bu.”
Konselor : “Baiklah….kita akan membahas masalah yang sedang dialami oleh mbak
Ema dan mbak Fakiha. Dan karena masalah yang kalian alami hampir
sama yaitu tidak bisa beradaptasi, mungkin dengan ini kalian juga bisa
menarik kesimpulan apa yang seharusnya dilakukan dan menerapkan
pada diri. Apakah mengerti sampai disini?”
Brilian : “Jadi saat kita membahas masalahnya Ema dan Fakiha, saya dan juga
Dewi
bisa mencontohnya, seperti itu Bu.”
Konselor : “Iya benar sekali.”
Brilian : “Iya Bu…kami paham.”
Konselor : “Baiklah kalau begitu…Bisa kah kalian menceritakan kepada saya
bagaimana
suasana lingkungan kalian sebelumnya?”
Fakiha : “Lingkungan sekitar saya dahulu sebelum masuk universitas itu sangat
religious Bu. Orang – orang sekitar itu sopan dalam bertutur kata maupun
bertindak”
Ema : “Iya Bu, selain itu di lingkungan saya untuk berkata – kata kotor itu sudah
sangat memalukan tapi disini justru kebalikannya Bu, berkata – kata
kotor seakan menjadi hal yang biasa. Dan melihat tingkah laku mereka
juga Bu, seakan tidak punya malu.”
Konselor : “Maksudnya tidak punya malu itu seperti apa?”
Ema : “Contohnya ya Bu. Dalam berpacaran mereka tidak sungkan untuk
melakukan hal – hal yang semestinya dilakukan, dan hal tersebut
dilakukan di depan umum.”
Fakiha : “Iya Bu, selain itu kebanyakan dari teman – teman itu suka keluar malam.
Dan kita selalu diajak untuk keluar malam tapi kita menolak dan hal
tersebut membuat kami di olok – olok Bu. Katanya kita itu nggak Gaul,
sok suci, dan lain – lain Bu.”
Konselor : “Apakah semua teman kalian seperti itu?”
Fakiha : “Untuk teman sekelas kami, iya bu…kebanyakan mereka seperti itu. Jadi
kami seakan terasingkan Bu, karena saya tidak seperti mereka semua.”
Konselor : “Lalu apa yang akan kalian lakukan?”
Ema : “Saya tidak tahu Bu.”
Fakiha : “Saya serba salah Bu.”
Konselor : “Serba salah bagaimana?”
Fakiha : “Kalau saya mengikuti mereka saya akan terjerumus kelingkungan yang
salah tapi kalau saya menghindari mereka maka saya tidak punya teman.”
Ema : “Iya Bu, saya jadi binggung dengan hal tersebut. Saya harus bagaimana
Bu?”
Konselor : “Mungkin ketakutan kalian itu akan mempengaruhi pergaulan kalian.
Begini kalian bisa saja bergaul dengan mereka namun tidak melepaskan apa yang sudah menjadi
prinsip kalian.”
Fakiha : “Caranya bagaimana Bu?”
Konselor : “Begini…ibu mempunyai cerita. Dan dari cerita ini kalian bisa menarik
kesimpulan bagaimana seharusnya kalian mengatasi masalah yang sedang kalian alami
sekarang.”
Ema : “Iya Bu kami akan mendengarkannya”
(konselor mulai menceritakan sebuah cerita dan konseli mendegarkannya)
Konselor : “Dari cerita tersebut, apakah kalian bisa menyimpulkan bagaimana
mereka mengatasi masalah tersebut?”
Ema : “Iya bu. Saya bisa menyimpulkannya”
Konselor : “Coba mbak ema ungkapkan apa yang mbak ema ambil dari cerita tadi.”
Ema : “Jadi begini Bu. Dari cerita itu tadi mengisahkan bahwa tokoh cerita
tersebut
bergaul dengan siapa saja termasuk dengan orang – orang memiliki
perilaku yang kurang sopan, dia tidak membeda – bedakan akan bergaul
dengan siapapun namun dia bisa menjaga apa yang menjadi prinsip
hidupnya.”
Konselor : “Coba mbak Fakiha, ungkapkan?”
Fakiha : “Sama dengan Ema bu. Cerita tersebut mengambarkan seseorang yang
memiliki prinsip hidup yang berbeda dengan yang lain namun dia bisa
bergaul dengan yang lain. Karena dia tidak membeda – bedakan siapapun
yang bergaul dengan dia dan dia tetap teguh dengan prinsipnya walaupun
disekitarnya berlainan dengannya.”
Konselor : “Jadi bagaimana, apa yang akan kalian lakukan setelah ini?”
Ema : “Mungkin yang akan saya lakukan adalah memulai dengan membuka diri
terhadap lingkungan sekitar saya yang baru. Dan saya akan berusaha beradaptasi dengannya
tetapi saya tidak akan melepas apa yag sudah menjadi prinsip hidup saya Bu.”
Konselor : “Baiklah….kalau mbak Fakiha?”
Fakiha : “Saya juga sama dengan Ema Bu. Saya akan berusaha untuk beradaptasi
dengan teman – teman yang lain jadi saya bisa dapat teman yang banyak dan tidak melepaskan
apa yang sudah saya pegang selama ini.”
Konselor : “Nah sepertinya kalian sudah bisa menemukan cara bagaimana mengatasi
masalah yang sedang kalian alami sekarang.”
Ema : “Iya Bu….”
Konselor : “Baiklah dari kegiatan konseling kali ini apa yang kalian dapatkan?”
Brilian : “itu bu, saya jadi tahu bahwa dalam bergaul bisa dengan siapa saja.”
Ema : “menurut saya juga seperti itu, hanya saja kita perlu tetap memegang
teguh prinsip yang telah kita punya sebelumnya.”
Konselor : “Bagus…kalau mbak Fakiha?”
Fakiha : “Saya sependapat dengan Ema bu. Hasil dari kegiatan kita kali ini adalah
saya sebaiknya tetap beradaptasi dengan baik sama teman – teman yang lain walaupun mereka
itu prinsipnya berbeda dengan saya yang penting saya tetap pada pendirian saya.”
Konselor : “Kalau mbak Dewi?”
Dewi : “Saya sama dengan teman – teman Bu.”
Konselor : “Baiklah pertemuan kita kali ini cukup sampai disini. Mungkin kita akan
melakukan pertemuan lagi kapan?”
Brilian : “Pada hari dan waktu yang sama bagaimana Bu?”
Konselor : “Saya bisa…kalau yang lain?”
Ema : “Saya juga sependapat dengan Brilian Bu.”
Dewi : “Saya Juga Bu”
Fakiha : “Saya setuju Bu.”
Konselor : “Baiklah kalau begitu kita akan melanjutka pertemuan ini minggu depan
ELIpada hari yang sama dan jam yang sama. Baiklah Ibu tutup kegiatan
kali ini. Semoga kegiatan kita ini dapat bermanfaat dan membantu
masalah yang sedang kalian alami sekarang.”
Ema : “Iya Bu. Saya ucapkan terima kasih atas waktunya.”
Konselor : “Sama – sama.”
Konseli : “Assalamu’alaikum.” (Serempak)
Konselor : “Walaikum salam.”

Anda mungkin juga menyukai