Anda di halaman 1dari 10

DIRECT EFFECTS OF THE INTERNALIZATION OF CHARACTER EDUCATION

BASED ON LOCAL WISDOM ON THEMATIC


LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL

Umi Sholichah†
Program potsgraduate, faculty of teacher traning and education
Sebelas Maret Univeristy
Indonesia
umisholichahumisholichah@gmail.com

Mintasih Indriayu
Program potsgraduate, faculty of teacher traning and education
Sebelas Maret Univeristy
Indonesia
mientasihindiayu@yahoo.com

Idam Ragil Widianto


Program potsgraduate, faculty of teacher traning and education
Sebelas Maret Univeristy
Indonesia
idamragil@fkip.uns.ac.id

Abstrak: Pendidikan karakter menjadi sebuah kunci yang perlu ditanamkan dalam
sebuah pondasi berbangsa dan bernegara agar terciptanya karakter yang unggul pada
kualitas sumber daya manusianya (SDM). Namun perlu disadari saat ini, banyak peserta
didik yang kehilangan karakter berbudi yang sesuai dengan norma agama dan
bernegara sehingga tindakan tersebut menjadi menyimpang. Kemunduran ini terjadi
karena ketidak berhasilan pendidikan dalam membentuk karakter yang baik pada
peserta didik. Menstransformasi nilai-nilai budaya lokal setempat menjadi suatu kunci
untuk membangun dan memperbaiki potensi kehilangan karakter peserta didik agar
kembali pada norma dan karakter yang berlaku dilingkungannya dengan
mengintegrasikan pada pembelajaran tematik di sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan
di kota Sragen dengan melibatkan nilai karakter kearifan lokal masyarakat sragen.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal
kedalam pembelajaran tematik di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian ini menggunakan partisipasi masyarakat
sragen, observasi, informan dan arsip dokumen untuk memperoleh data serta
relevansinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai-nilai kearifan lokal setempat
mempunyai potensi untuk meningkatkan karakter peserta didik serta relevansinya
dengan pembelajaran tematik khususnya pada kelas IV yang berkaitan dengan
beberapa mata pelajaran yakni; Bahasa indonesia, IPS, dan IPA. Penelitian ini
menyiratkan bahwa pendidik atau seluruh pemangku kepentingan harus menyadari
pentingnya kearifan lokal untuk memperbaiki potensi kekurangan dan mendorong
pemanfaatan kearifan lokal setempat menjadi model dalam meningkatkan karakter
peserta didik ditiap wilayah.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Kearifan Lokal, Pembelajaran Tematik
Abstract: Character education is a key that needs to be instilled in the foundation of the
nation and state in order to create unique characters in the quality of their human
resources (HR). However, it needs to be realized at this time; many students have lost
their virtuous character by religious and state norms so that these actions become
deviant. This setback occurs because of the failure of education in forming good
character in students. Transforming local cultural values is a key to building and
repairing the potential loss of student character. They return to the norms and
characters that apply in their environment by integrating them into thematic learning in
elementary schools. This research was conducted in the city of Sragen by involving the
character values of the local wisdom of the Sragen community. This study aims to
analyze and integrate the values of local wisdom into thematic learning in elementary
schools. This research uses a case study qualitative research type. This study uses the
participation of the Sragen community, observations, informants, and document
archives to obtain data and their relevance. The study results show that the values of
local wisdom can improve students' character and their relevance to thematic learning,
especially in class IV related to several subjects, namely, Indonesian, IPS, and IPA. This
research implies that educators or all stakeholders must be aware of the importance of
local wisdom to correct potential deficiencies and encourage the use of local wisdom as
a model to improve students' character in each region.
Keywords:Character of Education, Local Wisdom, Thematic learning
1. Pendahuluan
Pendidikan karakter menjadi sebuah kunci yang perlu ditanamkan dalam sebuah
pondasi berbangsa dan bernegara agar terciptanya karakter yang unggul pada kualitas
sumber daya manusianya (SDM). Pendidikan karakter ialah pilihan strategi dalam
usaha membentuk karakter peserta didik di beberapa negara (Berkowitz & Hoppe,
2009). Jika seseorang mempunyai intelektual tinggi tetapi karakternya rendah dapat
menjadi orang berbahaya bagi masyarakat. Adanya banyak kasus sosial dalam
masyarakat yang tidak sejalan dengan moralitas, sopan santun, etika disebabkan
rendahnya karakter seseorang.
Di Indonesia ada banyak permasalahan dalam pendidikan, proses dan hasil
pendidikan masih berfokus pada aspek kogntif sedangkan aspek afektif belum dapat
dikembangkan secara optimal sehingga pendidikan karakter merupakan kebutuhan
yang harus dikembangkan disekolah (Permatasari & Hakam, 2018). Namun perlu
disadari saat ini, banyak peserta didik yang kehilangan karakter berbudi yang sesuai
dengan norma agama dan bernegara sehingga tindakan tersebut menjadi menyimpang.
Krisis multidemensi telah berakar pada turunnya moralitas. Perilaku yang telah banyak
menyimpang yang dilakukan peserta didik telah berada pada tingkat yang sangat
mengkhawatirkan (Hasibuan et al., 2018). Oleh karena itu Kemendikbud menetapkan
pendidikan karakter agar diintegrasikan ke dalam kurikulum (Kementrian   
Pendidikan    Nasional, 2010)
Menstransformasi nilai-nilai budaya lokal setempat keddalam pembelajaran
tematik di sekolah dasar menjadi suatu kunci untuk membangun dan memperbaiki
potensi kehilangan karakter peserta didik agar kembali pada norma dan karakter yang
berlaku dilingkungannya dengan mengintegrasikan pada pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Kearifan merupakan kebudayaan manusia yang dimiliki oleh
kelompok/etnis tertentu diwilayah tertentu. Kearifan lokal menjadi suatu nilai, norma
dan menjad simbol interaksi antara hubungan seseorang dengan kepercayaan yang
berkaitan dengan unsur-unsur kearifan lokal (Meliono, 2011; Persada, 2018). Nilai-nilai
kearifan lokal dapat menjadi suatu perlindungan dalam kehidupan masyarakat yang
tergerus oleh arus globalisasi (Rukiyati Sugiyo & L. Andriani Purwastuti, 2017). Karena
kearifan lokal menganut tentang cara bertahan hidup, mulai dari kuliner, mata
pencarian bahkan tradisi lainnya yang telah ada sejak dulu hingga diwariskan dari
generasi kegenrasinya hingga akhirnya dijadikan sebagai warisan (Selasih & Sudarsana,
2018)
Penelitian ini berfokus pada internalisasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal yang dilaksanakan di kabupaten Sragen, jawa tengah dengan menstranformasi
kearifan lokal untuk diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tematik sekolah dasar.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Fajarini, 2014; Priyowidodo, 2017; Ramdani,
2018; Ruyadi, 2010). Namun penelitian dapat dibedakan bahwa integrasi pendidikan
karakter berbasis kearifan lokal dijadikan relevansinya ke dalam mata pelajaran
tematik sehingga nlai-nilai yang dimuat pada kearifan lokal dapat selalu dibaca dan
dicontohkan dari usia sejak dini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan lokal kedalam pembelajaran tematik di sekolah dasar. Penelitian ini penting
untuk diteliti guna untuk memperbaiki potensi kekurangan karakter pada peserta didik
di kabupaten Sragen khususnya berbasis kearifan lokal setempat. Kontribusi penelitian
ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk selalu mengaitkan
kearifan lokal kedalam pembelajaran baik dari tingkat SD-SMA serta untuk mempelajari
kearifan lokal setempat agar tidak luntur/hilang begitu saja.

2. Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan desain penelitian
deskriptif yaitu dengan mendeskripskan secara rinci dan mendalam tentang proses
unternalisaasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada masyarakat sragen
melelui pendidikan formal. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian dasar studi
kasus dengan etnopedagogi. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara
utuh, tidak mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis tetapi
dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Objek penelitian ini dilaksanakan di
empat sekolah dasar yang berbeda yakni SD Negeri Pendem, kecamatan sumberlawang;
SD Negeri Mojo 58 Sragen, kecamatan Gondang; SD Negeri Gondang 01, kecamatan
Kalijambe dan SD Negeri Banaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni
menggunakan observasi; wawancara; dokumentasi. Adapun kisi-kisi instrumen dan alur
kerangka berfikir dapat dilihat pada Tabel 1,2 dan Gambar 1.
Table 1. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Budaya Larap Slambu

Aspek Indikator Butir Jumlah


Pertanyaan
Mendiskripsikan a. Sejarah 1,2 2
tentang budaya kehadiran
larap slambu budaya larap 1
slambu
b. Fungsi dari 3
budaya larap 1
slambu
c. Makna dari 4
budaya larap
1
slambu
hubungan 5 1
dengan
lingkungan
sosial
Mempelajarai a. Proses ritual 1 1
mengenai tradisi budaya larap
budaya larap slambu
slambu b. pandangan 2,3 2
masyarakat
waktu, dan 1 1
tempat
diadakan
Jumlah 9 9

Aspek Indikator Butir Jumlah Table 2. Kisi-Kisi


Pertanyaan Instrumen
Mengenal karakter a. Perilaku 1,2 2 walimurid
anak dilingkungan anak
keluarga dilingkungan
keluarga
b. Peran 3,4 2
orangtua
dalam
pendidikan
5 1
karakter
a. Peran
orangtua
sebagai
controling
Disiplin a. Disiplin 1 1
dalam waktu
b. Disiplin 2,3 2
dalam ibadah
c. Disiplin 4 3
dalam sikap
dan
berperilaku 5 4
d. Disiplin
dalam
mengerjakan
tugas
Jumlah 10 10
Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Masyarakat Sragen

Etnografi pelaksanaan tradisi


adat masyarakat Kabupaten
Sragen

Tradisi Larap
Bersih Desa Cembengan Tradisi Ahlen
Slambu

zz
KD: Bahasa Indonesia 3.1 Menujukan
gagasan pokok dan gagasan pendukung
Integrasi melalui
yang diperoleh dari teks lisan, tulis atau
Pembelajaran Tematik
visual. 4.1 menata informasi yang didapat
dari tek berdasarkan keterhubungan antar
gagasan ke dalam kerangka tulis.
IPS 3.2 Memahami keragaman sosial,
Meningkatnya karakter ekonomi, budaya, etnis dan agama di
peserta didik provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia. 4.2 menceritakan keragaman
sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia
IPA 3.6 Memahami sifat-sifat bunyi dan
keterkaitannya dengan indera
pendengaran. 4.6 Menyajikan laporan hasil
pengamatan atau percobaan tentang sifat-
sifat bunyi
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti didapatkan hasil tentang
kearifan lokal yang ada dikabupaten Sragen, uraian dapat dilihat berikut.
3.1 Deskripsi Wilayah
Kabupaten Sragen merupakan salah satu yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten ini menjadi pintu masuk paling timur di wilayah jawa tengah
berbatasan langsung dengan jawa timur. Sebutan Sragen digunakan karena pusat
pemerintahan berada di Sragen. Pemerintahan Sragen memiliki potensi yang luar
biasa, selain dikenal dengan potensi SDM nya, Sragen juga memiliki ciri khas dalam
bidang ekspresi yang beragam dan berbeda, salah satunya contohnya memiliki
banyak budaya.
3.1 Hasil Observasi Kearifan Lokal Masyarakat Sragen
3.1.1 Budaya Larap Sumbu
Upacara Larap Sumbu atau dikenal dengan istilah pergantian kain penutu
makan Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Kabupaten Sumberlawan Sragen
diadakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Syuro). Upacara Larap Sumbu memili
makna filosiofis sebagai media untuk membersihkan diri. (Wiratsasongko, 2008)
berpendapat bahwa Larap Slambu yakni upacara mencuci slambu atau kain
penutup makam, hal ini merupakan bentuk dekontaminasi makan dan mengganti
beberapa gambar yang harus diganti sekaligus untuk menghormati para leluhur.
Proses upacara di mulai dengan pencopotan klambu oleh juru kunci kemudian
di bawa menuju anak sungai sarang untuk di cuci, upacara ini di iringi oleh
pengawal berkostum ala prajurit. Sementara sebanyak tujuh tandon air telah di
siapkan untuk pembilasan slambu makam pangeran samudro, air tersebut
berasal dari sejumlah sendang dan mata air tua. Upacara ini di jadikan sebagai
wadah untuk mencari berkah atau tuah, maka tidak heran jika sejumlah
peziarah yang datang di makam pangeran samudro rela berdesak-desakan untuk
mendapatkan sisa air yang di gunakan untuk mencuci slambu penutup makam
pangeran samudra.
3.1.2 Cembengan
Tradisi Selamatan Cembengan merupakan tradisi sesuatu yang membawa
hasil dalam perubahan sosial dalam masyarakat untuk memulai sebuah gerakan.
Tradisi Selamatan Cembengan dilakukan di salah satu pabrik gula yakni PG-PS
Madukismo. Tradisi ini sudah berangsung lama dan dilakukan oleh semua pabrik
gula di Jawa Tengah. Selamatan Cembengan pada awalnya merupakan upacara
adat yang dilakukan oleh para ahli di lingkungan pabrik gila untuk menanyakan
keamanan dan kelancaran dalam proses pengolahan sehingga menghasilkan
generasi yang hebat. Konvensi tersebut akhirnya dilaksanakan dari zaman ke
zaman hingga saat ini sejak diterima untuk dapat menghindarkan masyarakat
dari dampak buruk akulturasi konvensi Tionghoa. Tradisi Selamatan Cembengan
saat ini menjadi sibol rasa syukur ddan meminta berkah kepada Tuhan yang Esa.

3.1.3 Bersih Desa

Upacara adat bersih di Desa Kebon Agung selalu diadakan tiap tahun guna
menghormati roh-roh, nenek moyang. Upacara ini tidak terlepad dari sikap dan
keyakinan bahwa kerukunan dan tata kehidupan akan membawa dan
mengarahkan mereka pada keberhasilan hidup bersama. Masyarakat Desa Kebon
Agung memiliki citra sosial dalam bingkai slametan secara khusu menjaga jarak
dari peristiwa bahya dan resiko yang dianggap membawa bahaya bagi kehidupan
masyarakat Desa Kebon Agung. Adat bersih desa mengandung komponen khas
yang memiliki makna klaim. Biasanya ada gambar yang memang sengaja dibuat
oleh prekursor yang di dalamnya terkandung pesan-pesan tertentu yang
ditujukan kepada orang atau kelompok.
Gambar-gambar ini tidak secara langsung interaksi mereka dan Tuhan.
Upacara adat tersebut juga sangat dipengaruhi oleh adanya pemahaman tentang
mitologi, animisme, dan dinamisme yang telah dianut sejak zaman nenek moyang.
Mitos yang ada masih bawaan sejak lahir dalam identitas individu pada
daerah tersebut.
3.1.4 Ahlen

Tradisi Ahlen yang muncul dari kombinasi dua kata khusus "tradisi" dan
"Ahlen". Tradisi itu sendiri menurut Ahmad Fahmi Abu Sunnah adalah “sesuatu
yang tertanam dalam jiwa karena dianggap bijaksana dan pengakuan karakter
suara di atasnya”. Sementara itu, Wahbah al-Zuhayli mengungkapkan konvensi
(urf') itu. adalah "kebiasaan yang awalnya diulang berulang. Tradisi Ahlen
merupakan tradisi yang memiliki nilai positif yang mengandung nilai-nilai luhur
yang harus dilindungi. Nilai itu yakni; pembacaan firman Tuhan oleh pihak yang
terlibat dalam acara Ahlen yang diadakan di rumah keprabon, biasanya dilakukan
oleh anak sulung atau yang tertua dalam dikeluarga besar; kedua, pembacaan
tahlil bagi para pendahulu; ketiga, pengajian dunia lain dan orang-orang yang
menyampaikan sapaan yang saleh diambil dari keturunan yang memenuhi syarat
dalam bidang agama.

Table 3. Rekap Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Sragen

Nama budaya Nilai karakter yang terkandung


Larap Slambu Menjadi sebuah upacara mencucui slambu atau kain penutup
makan pangeran Samudro untuk dekontaminasi, upacara ini
memiliki makna Filosofis sebagai media untuk membersihkan
diri.
Cembengan Menjadi sebuah kegiatan ritual untuk keselamatan. Ritual atau
upacara ini digunakan sebagai simbol rasa syukur dan
meminta berkah kepada Tuhan yang memberikan rezeki dan
keselamatan.
Bersih Desa Upacara bersih desa dapat dikatakan sebagai perwujudan
keyakinan masyarakat setempat dalam hadirat kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa
Ahlen Tradisi ini dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi
antar anggota keluarga yang biasanya susah untuk dilakukan.
Ahlen juga diyakini dapat mengakrabkan kembali keluarga
yang mungkin sudah kurang mengenal karena jarak

3.2 Integrasi Pembelajaran Tematik berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Sragen


Hasil temuan penelitian di SD Negeri Pendem, SD Negeri Mojo, SD Negeri
Gondang dan SD Negeri Banaran 02 tentang integrasi pembelajaran nilai kearifan
lokal pada pembelajaran tematik. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik
diberi pengetahuan mengenai pola interaksi masyarakat dengan lingkungan sekitar,
lingkungan alam dan budaya setempat. (Tran, 2020) mengemukakan bahwa
pembelajaran tematik memainkan peran penting dalam memfasilitasi adopsi dan
penyebaran pengalaman dan eksperimental. Integrasi nilai-nilai kearifan lokal
melalui pendidikan menjadi sebuah rangka dalam mengembangkan empati kepada
peserta didik dalam menghormati tradisi yang sudah terjadi sejak turun-temurun.
Hal itu berarti bahwa generasi sejak dini mempunyai peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai kearifan lokal salahsatu melalui integrasi pembelajaran
tematik berbasis kearifan lokal.
Proses integrasi guru yakni guru membuat peta konsep kemudian peserta
didik mengidentifikasi contoh interakasi dari pola kehidupan masyarakat Sragen
yang didasarkan pada kearifan lokal setempat yang terkandung dari nilai-nilai larap
slambu, cembengan, bersih desa dan ahlen. Peserta didik mengidentifikasi nilai-
nilai yang terkandung di dalam pola interkasi dan memaparkan melalui presentasi
diskusi kelompok kemudian guru bertndak sebagai moderator dan memberikan
evaluasi diakhir pembelajaran, agar peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai
kearifan yang telah dipelajari maka guru memberikan tugas untuk mengaplikasikan
nilai-nilai tersebut pada kegiatan sehari-hari kemudian ditulis dibuku catatan.
Proses integrasi nilai kearifan lokal masyarakat Sragen disesuaikan dengan
pembelajaran tematik yang relevan dengan kearifan lokal yakni Kompetensi Dasar
(KD): Bahasa Indonesia 3.1 Menujukan gagasan pokok dan gagasan pendukung
yang diperoleh dari teks lisan, tulis atau visual. 4.1 menata informasi yang didapat
dari tek berdasarkan keterhubungan antar gagasan ke dalam kerangka tulis. IPS 3.2
Memahami keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di provinsi
setempat sebagai identitas bangsa Indonesia. 4.2 menceritakan keragaman sosial,
ekonomi, budaya, etnis dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia. IPA 3.6 Memahami sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera
pendengaran. 4.6 Menyajikan laporan hasil pengamatan atau percobaan tentang
sifat-sifat bunyi. Adpun nilai-nilai budaya lokal yang dikembangkan dalam
perencaan dan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Table 4. Pengembngan Nilai Kearifan Lokal melalui Pembelajaran Tematik

Nama Nilai yang Indikator Ketercapaian


budaya dikembangkan
Larap Membersihkan diri Peserta didik melakukan ibadah sesuai
Slambu dengan perintah agamanya masing-
masing dan senntiasa memohon
ampunan kepada Tuhan.

Peserta didik mampu menjalankan nilai-


nilai spiritual yang bercermin pada
agama yang dianutnya dengan baik
Cembengan Rasa Syukur Peserta didik mempunyai immbol yang
mencerminkan rasa syukur telah diberi
rezeki kepada TuhanNya, seperti tidak
membuang makanan dan mampu berbagi
kepada orang lain
Bersih Desa Rasa di Lindungi Peserta didik mampu melakukan
kegiatan spritual dengan senantiasa
meminta pertolongan dari macam
gangguan
Ahlen Bersilaturahmi Peserta didik tiap pagi melakukan baris
bebais dan memperaktekan kegiatan
bersalaman antar anggota kelas

Nilai-nilai luur dipegang teguh oleh masyarakat Sragen menjadi pedoman dalam
pelaksanaan kehidupan sehari-hari. Budaya lokal menjadi manifestasi ide dan kegiatan
serta cerminan masyarakat adat yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal sebagai peran
pendidikan khususnya bagi peserta didi di sekolah dasar yang merupakan generasi
penerus bangsa.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, integrasi nilai-nilai
kearifan lokal melalui pendidikan menjadi sebuah upaya yang nyata untuk
mengembangkan rasa empati peserta didik kepada yang lainnya. Mengembangkan
kearifan lokal berbasis budaya setempat mampu menanamkan nilai-nilai yang positif
bagi peserta didik sebagai penerus generasi bangsa kedepan. Impelementasi nilai
kearifan lokal masyarakat Sragen dalam pembelajaran tematik berjalan baik, hal
tersebut dubuktikan dengan dari upayan peran guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan lokal yang dilakukan secara dekat dengan situasi nyata dan dihadapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, integrasi pembelajaran tematik berbasis kearifan lokal
mempunyai relevansi yang positif bagi peserta didik untuk senantiasa berkembang dan
tumbuh berdasarkan nilai dan aturan adat setempat. Namun penelitian ini menyiratkan
bahwa pendidik atau seluruh pemangku kepentingan harus menyadari pentingnya
kearifan lokal untuk memperbaiki potensi kekurangan dan mendorong pemanfaatan
kearifan lokal setempat menjadi model dalam meningkatkan karakter peserta didik
ditiap wilayah.
Daftar Pustaka
Bambang Wiratsasongko. (2008). PERILAKU WISATA RITUAL GUNUNG KEMUKUS.
Berkowitz, M. W., & Hoppe, M. A. (2009). Character education and gifted children. High
Ability Studies, 20(2). https://doi.org/10.1080/13598130903358493
Fajarini, U. (2014). PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER. SOSIO
DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(2).
https://doi.org/10.15408/sd.v1i2.1225
Hasibuan, A. A., Syah, D., & Marzuki, M. (2018). MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER DI
SMA. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 4(02).
https://doi.org/10.32678/tarbawi.v4i02.1230
Kementrian    Pendidikan    Nasional. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter.
Kemendikbud Press.
Meliono, I. (2011). Understanding The Nusantara Thought and Local Wisdom as an Aspect of
the Indonesian Education. 221–234.
Permatasari, I., & Hakam, K. A. (2018). The Development of Character Education Based on
Sundanese Local Wisdom. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
145(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/145/1/012124
Persada, N. P. R. , M. F. M. , T. I. S. (2018). Sasi sebagai Budaya Konservasi Sumber Daya Alam
di Kepulauan Maluku. Ilmu dan Budaya.
Priyowidodo, G. & Y. D. S. (2017). Model Komunikasi dan Strategi Kebijakan Kesadaran Anti
Korupsi melalui Pendekatan Character Building Berbasis Literasi Media. Andi.
Ramdani, E. (2018). Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal sebagai
Penguatan Pendidikan Karakter. JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 10(1).
https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.8264
Rukiyati Sugiyo, & L. Andriani Purwastuti. (2017). Local Wisdom-Based Character Education
Model in Elementary School in Bantul Yogyakarta Indonesia. Sino-US English Teaching,
14(5). https://doi.org/10.17265/1539-8072/2017.05.003
Ruyadi, Y. (2010). Model of Character Education Based on Local Cultural Wisdom (Research
on Indigenous Peoples of the Kerep Village in Cirebon, West Java Province for the
Development of Character Education in Schools). . 576–594.
Selasih, N. N., & Sudarsana, I. K. (2018). Education Based on Ethnopedagogy in Maintaining
and Conserving the Local Wisdom: A Literature Study. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6(2).
https://doi.org/10.26811/peuradeun.v6i2.219
Tran, L. T. (2020). Teaching and engaging international students: People-to-people
connections and people-to-people empathy. Journal of International Students, 10(3), xii–
xvii. https://doi.org/10.32674/jis.v10i3.2005
 

Anda mungkin juga menyukai