Anda di halaman 1dari 5

KASUS 1.

Dokter Jenny merupakan dokter internship di salah satu rumah sakit (RS) tipe B. Saat ini Dokter
Jenny sedang bertugas di poliklinik umum dan bertemu dengan pasien lelaki berusia 37 tahun.
Pasien tersebut mengeluh batuk-batuk sejak 3 hari disertai demam mendadak tinggi serta hilangnya
kemampuan menghidu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 100 kali per menit, suhu 37,8 derajat Celsius, frekuensi pernapasan 20 kali/menit. Saturasi
oksigen didapatkan 96% tanpa suplementasi oksigen. Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal.
Dokter Jenny membuat formulir pemeriksaan laboratorium darah dan rontgen toraks
posteroanterior (PA). Dokter Jenny kemudian meminta pasien tersebut untuk dilakukan
pemeriksaan swab polymerase chain reaction (PCR) SARS-CoV-2. Tenaga kesehatan yang sedang
bertugas di ruang swab adalah Dokter Karina dan dia akan melakukan pemeriksaan tersebut.

Bagaimana persiapan prapengambilan swab PCR SARS-CoV-2 ?

MEMPELAJARI DATA PASIEN DENGAN BAIK SERTA MEMAHAMI PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
YANG BENAR

MELAKUKAN EDUKASI DAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN

MEMPERSIAPKAN ALAT DAN BAHAN YANG SESUAI

MEMAKAI APD DAN MELAKUKAN PROSEDUR YANG SESUAI

Jelaskan teknik pengambilan swab nasofaring !

1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus (Hanks BSS + Antibiotika), dapat juga
digunakan VTM komersil yang siap pakai (Pabrikan).

2. Berikan label yang berisi Nama Pasien dan Kode Nomer Spesimen. Jika label bernomer tidak
tersedia maka Penamaan menggunakan Marker/Pulpen pada bagian berwarna putih di dinding
cryotube.

3. Gunakan swab yang terbuat dari Dacron/rayon steril dengan tangkai plastic atau jenis Flocked
Swab (tangkai lebih lentur). Jangan menggunakan swab kapas atau swab yang mengandung Calcium
Alginat atau Swab kapas dengan tangkai kayu, karena dapat menghambat proses pemeriksaan
secara molekuler.

4. Pastikan tidak ada Obstruksi (hambatan pada lubang hidung).

5. Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab pada septum bawah
hidung.

6. Masukkan swab secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring.

7. Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan (SELAMA 10 DETIK)

8. Kemudian masukkan sesegera mungkin ke dalam cryotube yang berisi VTM

9. Putuskan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat.

10. Pastikan label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di formulir/Kuesioner.

11. Cryotube kemudian dililit parafilm dan masukkan ke dalam Plastik Klip. Jika ada lebih dari 1
pasien, maka Plastik Klip dibedakan/terpisah. Untuk menghindari kontaminasisilang.

12. Simpan pada suhu 4-8 ° C sebelum dikirim. Jangan dibekukan dalam Freezer

Jelaskan teknik pengambilan swab tenggorok !

1. Gunakan APD sesuai standar

2. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus

3. Gunakan swab yang terbuat dari Dacron/rayon steril dengan tangkai plastik.
4. Lakukan usap pada belakang tonsil dan hindarkan swab menyentuh bagian lidah.

5. Kemudian masukkan swab orofaring sesegera mungkin ke dalam cryotube yang berisi virus
transport medium.

6. Putuskan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat.

7. Cryotube kemudian dililit parafilm.

8. Cryotube yang sudah berisi swab dibungkus dalam tisu bersih lalu dimasukan ke dalam plastik klip.

9. Simpan dalam suhu 4-8°C sebelum dikirim. Jangan dibekukan dalam Freezer

Dokter Nikko sedang bertugas di ruang triase instalasi gawat darurat (IGD) RS tipe B. Menjelang
selesai dinas, dua pasien tiba-tiba datang ke ruangan triase.

Pasien pertama, seorang wanita 23 tahun datang dengan keluhan utama diare sejak 2 hari. Terdapat
mual dan muntah 2x hari ini. Pasien tidak mengalami demam, tidak sesak napas, tidak batuk, tidak
ada gangguan penghidu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
nadi 92 kali per menit reguler, suhu 36,5 derajat Celsius, frekuensi pernapasan 16 kali per menit.
Saturasi 99 persen tanpa suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan fisis abdomen didapatkan bising
usus meningkat dan pemeriksaan fisis lainnya dalam batas normal.

Pasien kedua, seorang pria 50 tahun datang dengan sesak napas sejak 6 jam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluh batuk, dan demam. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah
170/90 mmHg, frekuensi nadi 112 kali per menit reguler, suhu 38 derajat Celsius, frekuensi
pernapasan 32 kali per menit. Saturasi 92 persen tanpa suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan
fisis paru didapatkan ronki basah kasar bilateral. Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal.
Apa saja alat pelindung diri (APD) yang wajib digunakan oleh Dokter Nikko yang sedang bertugas di
ruang triase?

PENUTUP KEPALA

MASKER BEDAH

HANDSCOEN

BAJU KERJA

ALAS KAKI TERTUTUP

Bagaimana triase ketiga pasien tersebut berdasarkan WHO Case Definition dan Interagency
Integrated Triage Tool?

YANG DIDAHULUKAN PASIEN KEDUA KARNA LEBIH BERPOTENSI MENGALAMI GANGGUAN TANDA
VITAL YANG DAPAT MENGANCAM NYAWA

Dokter Karina merupakan dokter internship yang saat ini sedang bertugas di bangsal isolasi RS tipe A.
Dokter Karina memeriksa 1 pasien yang baru saja masuk ke bangsal isolasi. Pasien tersebut adalah
lelaki berusia 25 tahun dengan keluhan utama sesak napas sejak 6 hari SMRS. Pasien juga mengeluh
demam dan batuk kering. Tidak ada gangguan penghidu, tidak ada keluhan mual, muntah, diare,
ataupun nyeri perut. Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien compos mentis, tampak sakit sedang,
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 100 kali per menit reguler, suhu 37,9 derajat Celsius,
frekuensi pernapasan 24 kali per menit, saturasi 92 persen dengan suplementasi oksigen 2 liter per
menit nasal kanul. Pada pemeriksaan fisis paru didapatkan ronki basah kasar di lapang paru kanan.
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Rontgen toraks PA didapatkan adanya infiltrat di paru kanan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 13 g/dL, Ht 40%, leukosit 4000/mm3, trombosit
543000/mm3, CRP kuantitatif 32 mg/dL. Ureum, kreatinin, SGPT, SGOT, gula darah sewaktu dalam
batas normal. Hasil swab PCR SARS-CoV-2 positif.
Bagaimana tata laksana steroid pada pasien tersebut?

Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang setara seperti
hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.

Apa saran antivirus yang perlu diberikan untuk pasien tersebut?

Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x
600 mg (hari ke 2-5)

ATAU

Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

Bagaimana tata laksana antikoagulan pada pasien tersebut?

berdasarkan kriteria skor IMPROVE untuk profilaksis anti koagulan didapatkan skor <7 maka
dibolehkan untuk memakai profilaksis antikoagulan.

Antikoagulan tersebut dapat berupa heparin berat molekul rendah (low molecular-weight
heparin/LMWH) dosis standar 1 x 0,4 cc subkutan atau unfractionated heparin (UFH) dosis 2 x 000
unit sehari secara subkutan. Dosis profilaksis intermediate (enoxaparin 2 x 0,4 cc, low-intensity
heparin infusion) dapat dipertimbangkan pada pasien kritis (critically-ill).

Anda mungkin juga menyukai