Anda di halaman 1dari 61

TUGAS

COMPLEMENTARY THERAPY FOR PATIENTS WITH CANCER

Dianjurkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal

Pengampu Mata Kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih,S.Kep.,M.Kep.

OLEH :

Ade Noveana Abdillah 201610420311022


Syahra Ramdhana 201610420311023
Dian Rahmawati 201610420311025
Fiona Harahap 201610420311026
Anindhita Aisah Ramadhiani 201610420311027
Nurul P Salsabila 201610420311028
Asmia Safitri 201610420311030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
TUGAS
TERAPI MUSIC DAN LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA
PASIEN KANKER PAYUDARA SETELAH RADICAL MASTECTOMY

Dianjurkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal

Pengampu Mata Kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih,S.Kep.,M.Kep.

DISUSUN OLEH :
Ade Noveana Abdillah
201610420311022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

TERAPI MUSIC DAN PELATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA


PASIEN KANKER PAYUDARA SETELAH RADICAL MASTECTOMY

IDENTITAS PENULIS

Nama : Ade Noveana Abdillah

Email : Ade.Noveana12@gmail.com

Nim : 201610420311022

No HP : 081351924425

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut diatas merupakan karya
original dan tidak mengandung plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti terdapat pelangaran
didalam tulisan tersebut, maka saya siap bertangung jawab.

Malang 20 November 2019

Penulis

Ade Noveana abdillah


NIM. 201610420311022
Latar Belakang

Kanker payudara adalah suatu penyakit di mana terdapat sel ganas pada jaringan payudara.
Kanker ini merupakan kanker paling umum yang diderita kaum perempuan di negara-negara maju, akan
tetapi di Indonesia menurut hasil patologi menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki urutan ke
dua terbanyak setelah kanker leher rahim. Dan Sampai saat ini belum ditemukan data pasti yang
menjadi faktor penyebab utama tumor/kanker payudara.
World Health Organization (WHO) 2013 menyatakan kanker menjadi penyebab kematian
nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler. Diperkirakan tahun 2030 insidens
kanker mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker (Kemenkes,
Mediakom, edisi 5, 2015). Di Indonesia berdasarkan data riskesdas tahun 2013 prevalensi tumor/ kanker
di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang. Kanker merupakan penyebab
kematian no 7 di Indonesia. Penderita kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker
leher rahim (Kemenkes, Mediakom, edisi 5).

Kanker dapat juga mengakibatkan penderita mengalami emosional fisik dan sosial yang luas.
Kondisi emosional yang tertekan sering menimbulkan masalah somatik tambahan termasuk kesulitan
tidur, kelelahan, dan rasa sakit. Depresi dan kecemasan bahkan dapat menyebabkan perubahan perilaku
dan dapat mempengaruhi pengobatan dengan merusak kognisi, melemahkan motivasi, mengurangi
kemampuan koping dan kualitas hidup.
Perawatan kanker saat ini banyak menggabungkan antara intervensi psikososial dalam
meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker. Seperti hal nya Pelatihan relaksasi yaitu intervensi
yang meningkatkan relaksasi otot seluruh tubuh secara sistematis dan progresif (mis. Relaksasi fisik),
yang akibatnya mengurangi tingkat depresi dan kecemasan. Latihan relaksasi otot progresif termasuk
peregangan dan relaksasi otot secara terus menerus dan sistematis hingga seluruh tubuh menjadi rileks
.Sebagaimana contohnya adalah Terapi musik dalam intervensi pengobatan dimana musik telah
digunakan untuk mengurangi gejala dan efek samping pengobatan dan mengatasi kebutuhan psikososial
pada orang dengan kanker. terapi musik dan pelatihan relaksasi memiliki efek menurunkan kecemasan
dan depresi melalui relaksasi mental dan relaksasi fisik. Selain itu, musik memiliki efek positif kecil
pada detak jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah. Pengurangan kecemasan, kelelahan dan rasa
sakit adalah hasil penting bagi penderita kanker, karena berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup
secara keseluruhan.
MANFAAT

a) intervensi yang diberikan dapat menghasilkan hasil yang signifikan kepada pasien dan juga
dapat meningkatkan kenyamanan, mengurangi depresi, kecemasan, dan stres dari waktu ke
waktu.
b) Terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif ditambah asuhan keperawatan rutin
memiliki efek yang lebih signifikan dalam menghilangkan depresi dan kegelisahan
dibandingkan dengan asuhan keperawatan saja tanpa tambahan apapun.
c) Musik dapat mengurangi depresi dan kecemasan dengan rangsangan pendengaran sehinga
memberian efek menenangkan.
d) Relaksasi otot dapat menurunkan depresi dan juga kecemasan. Melakukan peregangan dan
relaksasi otot secara terus-menerus secara sistematis, dapat merelaksasikan fisik dan mental.
TINJAUAN LITERATUR

a) Dalam Penelitian “A clinical randomized controlled trial of music therapy and progressive
muscle relaxation training in female breast cancer patients after radical mastectomy: Results
on depression, anxiety and length of hospital stay” Tujuan dalam jurnal ini untuk menguji efek
dari terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif pada pasien kanker payudara setelah
menjalani meskotomi radikal yang sedang mengalami depresi dan kegelisahan yang sudah lama
menjalani rawat inap di rumah sakit. Dalam penelitian intervesi dilakukan kepada 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi dan kelompok control. Dimana Sebanyak 170 pasien dialokasikan
secara acak ke kelompok intervensi yang menerima terapi musik dan pelatihan relaksasi otot
progresif ditambah perawatan rutin dan kelompok kontrol (85) menerima perawatan rutin.
Terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif dilakukan dua kali sehari dalam waktu 48
jam setelah mastektomi radikal, satu kali di pagi hari (6:00 pagi sampai 8 pagi) dan sekali pada
malam hari (pukul 9 malam hingga 11 malam), selama 30 menit per sesi sampai keluar dari
rumah sakit. Hasilnya didapatkan Terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif dapat
mengurangi depresi, kecemasan dan lama rawat di rumah sakit pada pasien kanker payudara
wanita setelah mastektomi radikal.(Zhou et al., 2015)

b) Pada penelitian yang berjudul “The impact of music therapy versus music medicine
on
psychological outcomes and pain in cancer patients: a mixed methods study” di dalam jurnal
ini menjelaskan tentang pemberian terapi music yang bertujuan untuk membandingkan
pengaruh intervensi terapi musik (MT) dengan pemberian pengobatan musik (MM) pada hasil
psikologis dan rasa sakit yang dirasakan pasien kanker dan juga untuk meningkatkan
pemahaman dan pengalaman pasien dari pemberian dua jenis intervensi musik ini. Dalam
penelitian tersebut terdapat 31 responden yang akan mengikuti pemberian terapi. Pemberian
Terapi musik (MT) berlangsung 30 hingga 45 menit. Terapis yang terlibat menawarkan peserta
untuk menyanyi atau memainkan instrument music dan di tambahkan lagu-lagu, improvisasi
instrumental atau vokal yang diciptakan bersama, penulisan lagu, dan juga latihan pernapasan
yang dipandu musik. Sedangkan untuk interventi Pengobatan Musik (MM) terapis bertemu
dengan masing-masing peserta pada awal sesi MM untuk memberikan iPod dengan daftar putar
music pasien. Sesi MM selama 30-45 menit.
Hasil dari pemberian kedua intervensi didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa, rata-rata
intervensi MT dan MM sama-sama bermanfaat untuk manajemen gejala. untuk Data kualitatif
menunjukkan bahwa musik meningkatkan harapan untuk bertahan hidup, dan juga dapat
membantu mengakses memori kehilangan dan trauma pasien. Dan Sesi MT juga memberikan
kesenangan dan kreativitas pada pasien. Pembuatan musik interaktif juga memungkinkan untuk
ekspresi emosional. (Bradt et al., 2015)

c) Penelitian sejenis selanjutnya adalah “A Randomized Controlled Trial for the Effectiveness of
Progressive Muscle Relaxation and Guided Imagery as Anxiety Reducing Interventions in
Breast and Prostate Cancer Patients Undergoing Chemotherapy” Dalam penelitian ini
dijelaskan tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti tentang efektivitas
program PMR ( relaksasi otot progresif) dan GI (gambaran citra terpadu) pada pasien dengan
kanker payudara dan prostat yang menjalani kemoterapi. Dalam penelitian ini responden yang
mengikuti berjumlah 236 orang. Pemberian intervensi dengan cara Pasien diamati selama 3
minggu dan dinilai dengan kuesioner SAS dan BECK-II untuk kecemasan dan depresi, masing-
masing sebagai tambahan pada dua penanda biologis (saliva cortisol dan saliva amylase). Sesi
intervensi berlangsung di rumah peserta untuk meminimalkan faktor stress yang dihasilkan oleh
lingkungan medis di rumah sakit. peserta dalam kelompok intervensi menerima 4 sesi PMR
dan GI yang diawasi dan tidak diawasi setiap hari. untuk latihan GI secara menyeluruh
menggambarkan situasi seperti kelancaran naik dan turunnya pasien dari ketingian seperti
langit dan pemandangan dari atas, gambaran tersebut dilakukan dengan musik yang dapat
mengalirkan gelombang alfa sehinga membawa pikiran ke keadaan rileks. Peserta kelompok
kontrol menerima perawatan standar (pertemuan mingguan dengan ahli psikologi pusat)
Setelah dilakukannya intervensi didapatkan hasil pengukuran pada kelompok intervensi
menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan kelompok
control. Meskipun mekanisme dimana intervensi perilaku kognitif dapat memodifikasi atau
mengganggu respon stres terhadap rangsangan eksternal masih belum diketahui, tetapi PMR
dikombinasi dengan GI lebih efektif daripada pengobatan standar saja pada pasien yang
didiagnosis dengan kanker payudara dan kanker prostat yang menerima kemoterapi
.(Charalambous, Giannakopoulou, Bozas, & Paikousis, 2015)

d) Penelitian mengenai Terapi Music selanjutnya adalah “The Impact of Music Therapy (MT) on
Anxiety in Cancer Patients Undergoing Simulation for Radiation Therapy (RT)” tujuan dalam
penelitian ini untuk mengevaluasi dampak MT pada kecemasan dan kesulitan selama
melakukan simulasi pada pasien dengan kanker kepala, leher dan kanker payudara yang baru
didiagnosis. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 78 pasien yang terdaftar (39
dalam kelompok MT dan 39 pada kelompok tanpa MT), 38 menderita kanker payudara dan 40
menderita kanker kepala dan leher. Rasio pria-wanita adalah 27:51.Intervensi yang dilakukan
pada penelitian ini adalah pemberian simulasi termasuk kuesioner Inventarisasi Anxiety Trait
(STAI-S Anxiety) dan Thermpt Symptom Thermress (SDT). Pasien yang diacak untuk MT
menerima konsultasi mengunakan terapis musik, di mana musik yang dipilihan pasien untuk
dimainkan selama simulasi. Pasien non-MT tidak menerima konsultasi MT, juga tidak
mendengar musik yang direkam sebelumnya selama simulasi. Setelah simulasi, semua pasien
mengulangi kuesioner STAI-S Anxiety dan SDT. Kesimpulan dalam penelitian ini pemberian
intervensi MT secara signifikan dapat menurunkan kecemasan dan kesulitan pasien selama
prosedur simulasi berdasarkan kuesioner STAI-S dan SDT. Memberikan intervensi MT kepada
seorang individu secara terpusat dan budaya merupakan intervensi yang efektif untuk
mengurangi stressor. (Rossetti et al., 2017)
PEMBAHASAN

Alasan penulis memilih jurnal ini karena dalam jurnal ini metode intervensi yang dilakukan kepada
pasien kanker payudara dengan cara memberikan Terapi music dan pelatihan relaksasi otot progresif,
yang mana saya meniali sangat interaktif pada proses pengurangan depresi dan kegelisahan pada pasien
yang dibuktikan dari hasil pemberian intervensi disebutkan bahwa terapi musik dan relaksasi otot
progresif ditambah dengan asuhan keperawatan rutin memiliki efek yang lebih signifikan untuk
menghilangkan depresi dan kecemasan daripada asuhan keperawatan rutin saja. Dan juga intervensi ini
sangat cocok dilakukan kepada semua rentan usia karena sebagian orang pasti menyukai mendengarkan
music dan juga music dapat menenagkan bagi siapapun yang mendegarkannya sehinga memiliki efek
yang menenangkan. dan juga pasien yang lama dirawat di rumah sakit akan jarang melakukan olahraga
dengan pemberian relaksasi relaksasi otot progresif ini maka pasien diajak melakukan gerakan-gerakan
kecil untuk peregangan otot sehinga badan dan pikiran pasien menjadi rileks.
KESIMPULAN

Dalam penelitian tersebut para peneliti melakukan terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif
secara rutin untuk mengurangi depresi dan kecemasan yang dirasakan responden, dan juga bermanfaat
bagi rehabilitasi fungsi kesehatan fisik pasien, dan juga bermanfaat untuk mengurangi lama rawat inap
responden di rumah sakit. Namun, ini tidak konsisten dengan temuan bahwa terapi musik tidak memiliki
efek yang signifikan pada memperpendek lama tinggal di rumah sakit pada pasien operasi abdominal
elektif , Ini bisa terjadi dikarena penyakit yang berbeda dari pasien atau strategi intervensi yang berbeda.
Oleh karena itu, efek terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif pada lama rawat inap di rumah
sakit pada pasien dengan penyakit yang berbeda perlu dilakukan lebih lanjut. Akan tetapi dalam
penelitian yang dilakukan pemberian intervensi kepada pasien yang megalami depresi, kecemasan dan
LHS dapat berkurang secara signifikan di bawah terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif.
Dan Dianjurkan agar terapi musik dan pelatihan relaksasi otot progresif digunakan secara komprehensif
pada pasien wanita dengan kanker payudara setelah mastektomi radikal.
DAFTAR PUSTAKA

Bradt, J., Potvin, N., Kesslick, A., Shim, M., Radl, D., Schriver, E., … Komarnicky-Kocher, L. T.
(2015). The impact of music therapy versus music medicine on psychological outcomes and pain
in cancer patients: a mixed methods study. Supportive Care in Cancer, 23(5), 1261–1271.
https://doi.org/10.1007/s00520-014-2478-7
Charalambous, A., Giannakopoulou, M., Bozas, E., & Paikousis, L. (2015). A Randomized Controlled
Trial for the Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation and Guided Imagery as Anxiety
Reducing Interventions in Breast and Prostate Cancer Patients Undergoing Chemotherapy.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2015.
https://doi.org/10.1155/2015/270876
Rossetti, A., Chadha, M., Torres, B. N., Lee, J. K., Hylton, D., Loewy, J. V., & Harrison, L. B. (2017).
The Impact of Music Therapy on Anxiety in Cancer Patients Undergoing Simulation for Radiation
Therapy. International Journal of Radiation Oncology Biology Physics, 99(1), 103–110.
https://doi.org/10.1016/j.ijrobp.2017.05.003
Zhou, K., Li, X., Li, J., Liu, M., Dang, S., Wang, D., & Xin, X. (2015). A clinical randomized controlled
trial of music therapy and progressive muscle relaxation training in female breast cancer patients
after radical mastectomy: Results on depression, anxiety and length of hospital stay. European
Journal of Oncology Nursing, 19(1), 54–59. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2014.07.010
TUGAS
LIFE REVIEW THERAPY KOMBINASI DENGAN MEMORY SPECIFICITY TRAINING
SEBAGAI TERAPI PASIEN DENGAN KANKER

Ditujukan Untuk Memenuhi Tuga Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal


Pengampu Mata Kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep

OLEH :
SYAHRA RAMDANA
201610420311023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

LIFE REVIEW THERAPY KOMBINASI DENGAN MEMORY SPECIFICITY


TRAINING SEBAGAI TERAPI PASIEN DENGAN KANKER

IDENTITAS PENULIS
Nama : Syahra Ramdana
Email : syahra.dana@gmail.com
NIM : 201610420311023
No. HP : 085398104260

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut diatas merupakan
karya original dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab

Malang, 2019
Penulis

Syahra Ramdana
LATAR BELAKANG
Kanker stadium lanjut membawa dampak besar pada kualitas hidup
seseorang, penelitian menunjukan masalah psikologis, spiritual dan eksistensial
pasien kanker menjadi penting diperhatikan daripada rasa sakit dan gejala fisik
lainnya (Kleijn et al., 2019). Tahap akhir dari suatu penyakit didefinisikan sebagai
dimana penyakit pasien tidak dapat disembuhkan, kesehatannya semakin
memburuk dan kulitas hidup yang juga buruk, menurut peneliti di beberapa
layanan kesehatan menyarankan kualitas hidup pasien kanker menjadi masalah
pertama yang diperhatikan, selanjutnya gejala, fungsi , kesejahteraan psikologis,
dan sosial (HUANG, WANG, & WANG, 2019).
Quality Of Life (QOL) sangat dianjurkan oleh Kohen dan Mount (1992)
dalam perawatan akhir kehidupan, tidak hanya menjadi perhatian utama tetapi juga
tujuan utama. Intervensi harus dirancang dengan tujuan jelas dan pasti sehingga
dapat mengurangi keputusasaan, keinginan untuk mati dan penderitaan
keseluruhan (HUANG et al., 2019).
Mengingat kembali perjalanan hidup (Life review) dinilai sebagai
intervensi psikospiritual yang efektif untuk pasien dalam kondisi menghadapi
kematian. Dengan intervensi yang terapeutik perjalanan hidup seseorang dapat
membantu mengatasi rasa bersalah, konflik dan kekalahan dalam hidup dengan
kembali menemukan makna dan prestasi dalam hidup pasien (HUANG et al.,
2019). Dalam uji coba terkontrol acak, menguji intervensi menggabungkan life
review therapy (LRT) dengan memory specificity training (MST) bertujuan
meningkatkan memori spesifik yang positif. Penilitian menemukan intervensi
LRT-MRT meningkatkan integritas ego, nilai kehidupan, dan kesejahteraan
spiritual (Kleijn et al., 2018)

1.1 MANFAAT
LRT-MST memiliki efek positif pada integritas ego (menerima diri,
lingkungannya dan mensyukuri hidup) menunjukan efek positif pada kesejahteraan
spiritual, dan tekanan psikologis berhubungan dengan kanker.
TINJAU LITERATUR
a. Jurnal 1 berjudul The efficacy of Life Review Therapy combined with Memory
Specificity Training (LRT-MST) targeting cancer patients in palliative care: A
randomized controlled trial , bertujuan mengevaluasi sebuah terapi untuk
mengingat masa lalu (life review therapy) yang dikombinasi spesifikasi peristiwa
positif (memory specificity training). Menggunakan desain randomized controlled
trial, dilakukan pada pasien kanker yang menerima perawatan paliatif dengan
tanda-tanda depresi berumur 31-85 tahun. Membagi kelompok menjadi intervensi
(menerima terapi LRT-MST ; n = 55) dan kontrol (n = 52). LRT-MST merupakan
Intervensi berbasis psikologis yang mengharapkan pasien mampu mengingat
kenangan positif atau peristiwa berharga, mengevaluasi perjalanan hidup dan
mengatur ulang pandangan yang kurang baik. Terapi dilakukan 4 sesi dalam
seminggu selama 1 bulan dan follow up , setiap sesi berlangsung 1 jam dan
dipimpin seorang psikolog dengan sesi mengingat masa anak-anak, remaja,
dewasa, hingga waktu sekarang. Penilaian melalui hasil mengukur integritas ego
(penerimaan pasien) dan keputusasaan menggunakan penilaian NEIS, stres
psikologis dengan HADS, kualitas hidup (EORTC QLQ-C15-PAL) dan
keberhasilan mengingat peristiwa positif dengan specificity of autobiographical
memory. Hasil yang didapatkan kelompok intervensi mengalami perbaikan
integritas ego dari waktu ke waktu, skor tetap lebih baik setelah intervensi hingga
tindak lanjut (T0 = 55,0 T1 = 62,1 T2 = 57,3). Sedangkan kelompok kontrol
mendapat hasil berbeda (T0 =54,5 T1 = 54,1 T2 = 74,6), integritas ego pasien terus
menurun setelah intervensi hingga follow up. Namun LRT-MST belum
memberikan hasil baik pada keputusasaan, tekanan psikologis, atau kualitas hidup

b. Jurnal 2 dengan judul Patients’ experiences of life review therapy combined with
memory specificity training (LRT-MST) targeting cancer patients in palliative
care. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perasaan pasien setelah menjalani
terapi LRT-MST, motivasi mengikuti terapi dan pengalaman diperoleh. LRT-MST
adalah latihan mengingat memori otobiografi yang fokus memunculkan memori
positif. Menggunakan 4 sesi waktu yaitu anak-anak, remajaa, dewasa, dan waktu
sekarang. Setiap sesi mengajukan 14 pertanyaan untuk memunculkan ingatan
positif. Evaluasi dilakukan dengan wawancara, terdiri dari 3 tema (motivasi,
pengalaman dan hasil yang dirasakan mengikuti terapi) yang diikuti 20 pasien
kanker dengan perawatan paliatif. Wawancara tunggal dilakukan bersama peneliti
wanita dengan latar belakang psikologis, berlangsung 60-75 mnt. Hasil wawancara
meliputi :
1. Motivasi mengikuti terapi, adalah terkait potensi manfaat dalam
kesejahteraan pribadi, tertarik mengulas kisah hidup dan tertarik
pada metode intervensi yang fokus pada hal positif.
2. Pengalaman mengikuti terapi, banyak pasien mengatakan
senang dapat berbagi cerita karena diberikan kesempatan
bercerita tentang diri mereka dan kisah hidupnya, pengalaman lain
adalah mengenang kembali masa lalu, sebagian besar pasien
merasa kemampuan mengingat mereka meningkat, dapat
mengingat banyak peristiwa karena pertanyaan yang diajukan
fokus pada fase kehidupan tertentu. Berfokus pada sisi positif
kehidupan sebagian besar mengalami peningkatan kesadaran
akan momen-momen positif. Merasa diakui mayoritas merasa
dihargai psikolog yang mewawancarai. Terapi ini Mendistraksi
situasi medis mereka.
3. Hasil yang dirasakan sebagian besar pasien merasakan dampak
positif pada integritas ego dan psikologi menjadi lebih baik.

c. Jurnal 3 dengan judul Effect of Life Review on Quality of Life in Terminal


Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis bertujuan menilai pengaruh life
review therapy atau terapi mengingat masa lalu terhadap kualitas hidup pada pasien
penyakit terminal dengan usia lanjut (>18 tahun). Desain penlitian ekperemint. 6
studi dengan 296 pasien ikut serta dalam penelitian yang berasal dari berbagai
negara. Systematic review and meta-analysis digunakan sebagai tinjauan untuk
mengevaluasi terapi mengingat masa lalu pada pasien terminal. Pemilihan studi
dilakukan menggunakan standart Downs and Black untuk mengetahui kualitas dan
kesesuaian penelitian, dengan kriteria (a) menggunakan desain ekperiment yang
cocok untuk menilai efek terapi, (b) menggunakan populasi pasien terminal berusia
> 18 tahun (c) penelitian asli yang menggunakan bahasa Inggris atau Mandarin (d)
menggunakan terapi mengingat masa lali sebagai intervensi, (e) menggunakan
QOL sebagai ukuran hasil. Studi yang terpilih menunjukkan heterogenitas sedang.
Setiap studi dianalisis menggunakan program software The Comprehensive Meta-
Analysis. Penelitian (1) menggunakan 12 partisipan rata-rata usia 63 tahun,
penelitian (2) 82 partisipan hingga follow up rentang usia 28-96 tahun dengan
kanker, gangguan hati, paru dan lainnya, penelitian (3) menggunakan 24 partisipan
dengan diagnosa kanker ovarium, penelitian (4) 84 pertisipan hingga follow up
dengan kanker payudara, paru dan prostat, penelitian (5) 14 partisipan dengan
kanker, penelitian (6) 80 partisipan di Cina dengan kanker stadium lanjut. Hasilnya
3 studi menunjukkan terapi mengingat masa lalu meningkatkan kualitas hidup dan
semua studi menemukan kualitas hidup meningkat pada kelompok intervensi
dibanding kontrol.
PEMBAHASAN
Kanker merupakan penyakit yang banyak ditakuti dengan kemungkinan sembuh
yang kecil. Seseorang yang divonis kanker cenderung mengalami penurunan
kualitas hidup, dimana pasien sering mengalami penderitaan fisik, psikologis,
spiritual dan masalah lainnya. Masalah psikologis seperti kecemasan, ketakutan
menjalani pemeriksaan, kekambuhan penyakit, depresi dan kematian. Depresi
yang terjadi setelah seseorang didiagnosa kanker dapat mengganggu psikologis
sehingga menyebabkan gangguan memori. Depresi dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap rasa sakit, menambah prognosis buruk, menurunkan sensitivitas
pengobatan dan dapat mengarahkan pada ide atau tindakan bunuh diri.
Persepsi keparahan kanker membuat seseorang berpikir hidup akan segera
berakhir dan apapun yang dilakukan tidak membawa pengaruh. Sehingga muncul
keputusasaan dan merasa kehidupan tidak ada artinya. Penilaian seseorang
terhadap baik buruknya sesuatu dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya faktor
eksternal atau orang sekitar.
Life rewiew therapy (LRT) dan memory specificity training (MST)
merupakam suatu usaha merubah persepsi atau penilaian seseorang yang
didiagnosa kanker terhadap kehidupannya. Melalui kegiatan mengevaluasi dan
melihat perjalanan hidup, pasien diminta mengingat dan memaknai perjalanan
hidupnya. Terapis membantu mengarahkan ingatan pada hal-hal baik seperti
menemukan momen-momen bahagia, menyenangkan dan membanggakan.
Melalui penggambaran tersebut diharapkan dapat merangkai perspektif baru
membuat seseorang merasa beruntung dengan kehidupannya dan merasa diri
berharga sehingga meningkat kualitas hidupnya

KESIMPULAN
Terapi Life rewiew therapy (LRT) dan memory specificity training (MST),
memberikan hasil dominan baik pada integritas ego pada pasien kanker dalam
perawatan paliatif. Namun tidak berefek maksimal pada keputusasaan, tekanan
psikologis dan kualitas hidup pasien. Penelitian selanjutnya yang dilakukan (Kleijn
et al., 2019) menemukan hasil yang lebih banyak meliputi integritas ego, perbaikan
perasaan, kesejahteraan psikologis, peningkatan koping dan penerimaan diri.
DAFTAR PUSTAKA

HUANG, M.-H., WANG, R.-H., & WANG, H.-H. (2019). Effect of Life Review on
Quality of Life in Terminal Patients. Journal of Nursing Research, 00(0), 1.
https://doi.org/10.1097/jnr.0000000000000335
Kleijn, G., Lissenberg-Witte, B. I., Bohlmeijer, E. T., Steunenberg, B., Knipscheer-
Kuijpers, K., Willemsen, V., … Verdonck-de Leeuw, I. M. (2018). The efficacy of
Life Review Therapy combined with Memory Specificity Training (LRT-MST)
targeting cancer patients in palliative care: A randomized controlled trial. PLoS ONE,
13(5), 1–13. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0197277
Kleijn, G., van Uden-Kraan, C. F., Bohlmeijer, E. T., Becker-Commissaris, A., Pronk, M.,
Willemsen, V., … Verdonck-de Leeuw, I. M. (2019). Patients’ experiences of life
review therapy combined with memory specificity training (LRT-MST) targeting
cancer patients in palliative care. Supportive Care in Cancer.
https://doi.org/10.1007/s00520-018-4613-3
TUGAS
TERAPI MUSIK PADA PASIEN KANKER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal


Pengampu Mata Kuliah: Ns. Indri Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep

OLEH:
DIAN RAHMAWATI
201610420311025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

MUSIC IN PALLIATIVE CARE: A QUALITATIVE STUDY WITH


PATIENTS SUFFERING FROM CANCER

IDENTITAS PENULIS
Nama : Dian Rahmawati
Email : dianrahma426@gmail.com
NIM : 201610420311025
No. HP : 082229477165

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut di atas merupakan
karya original, dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab

Malang, 20 Novemeber 2019


Penulis

Dian Rahmawati
LATAR BELAKANG
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik di Indonesia maupun di dunia. Penyakit ini berakibat serius pada quality
of life, dimana pasien sering mengalami penderitaan fisik, psikososial, spiritual, dan
berbagai masalah lain. Gejala fisik yang paling sering menyertai penyakit kanker adalah
nyeri. Insidensi nyeri pada pasien dengan diagnosis kanker baru dilaporkan sebesar 38%
dan 81% pada pasien kanker terminal (Soemanadi et al., 2015)
Di Indonesia diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker.
Diagnosa kanker merupakan salah satu peristiwa kehidupan yang paling ditakuti dan serius
yang menyebabkan stres pada individu dan keluarga. Kanker mengganggu kesejahteraan
sosial, fisik dan emosional dan menghasilkan berbagai emosi negatif, termasuk kemarahan,
ketakutan, kesedihan, rasa bersalah, dan rasa malu. Umumnya masalah yang dialami oleh
pasien kanker juga takut akan kematian dan kekambuhan penyakit, masalah yang berkaitan
dengan efek pengobatan jangka panjang dan pendek, perubahan dalam hubungan pribadi
dan masalah ekonomi
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan
fisik dan mental. Semua terapi musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif
terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional (Puji,
Machmudah, & Elisa, 2013).
Dengan demikian, terapi musik diharapkan dapat membantu mengatasi stress,
mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit. Jenis musik yang digunakan dalam
terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalis,
dan slow musik (Puji et al., 2013). Terapi musik tidak hanya membantu pasien
mengatasi emosi negatif mereka. Terapi musik ini juga dapat digunakan untuk
memberi manfaat kepada pasien dengan cara yang kompleks karena musik adalah
bentuk seni yang paling mendasar dan unik yang memengaruhi orang-orang secara
spiritual, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Bradt et al 2019 melaporkan bahwa
musik dapat mengurangi kecemasan, rasa sakit, kelelahan dan meningkatkan kualitas
hidup pada pasien kanker, meskipun tingkat bukti rendah dalam penelitian yang
dipertimbangkan dalam penelitian
MANFAAT TERAPI MUSIK
ManfaatTerapi Musik sebagai berikut:
1. Untuk meredakan rasa sakit yang berkaitan dengan anasthesia atau pengurangan
sakit
2. Untuk menenangkan pasien pasien kanker
3. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien kanker
4. Meralaksisikan pikiran
5. Mencegah stress karena mengahdapi penyakitnya
6. Meningkatkan mood pasien
TINJAUAN LITERATUR

Hubungan terapi musik dengan pasien kanker


Hubungan antara perawatan paliatif pasien kanker dengan terapi musik adalah
untuk meberikan kenyamanan bagai pasien dan juga keluarga. Dengan demikian, pasien
merasa lebih dihargai, terutama ketika mereka melakukan beberapa fungsi dalam terapi
seperti memainkan instrumen, memberikan tujuan yang lebih besar untuk hidup mereka
sendiri dan memberikan kesempatan untuk menemukan kedamaian. Pasien, dengan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti kanker dengan harapan hidup yang rendah
tidak sesuai dengan standar pengobatan kuratif menjadi rentan dan membutuhkan
perawatan paliatif yang mengarahkan terapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka yang mengarah pada aspek emosional, fisik dan spiritual.

Terapi musik untuk pasien kanker


Terapi musik merupakan instrumen untuk mengurangi rasa sakit, kecemasan dan
stres dan meningkatkan kualitas hidup, baik dalam bidang fisik, emosional dan spiritual.
Intervensi musik ini bertujuan untuk memeriksa bagaimana pasien kanker yang dirawat di
rumah sakit di unit perawatan paliatif yang diberikan intervensi musik. Teknik pelaksaan
intervensi ini kolaborasi para seniman dan perawat paliatif yaitu dengan menandatangani
perjanjian kerahasiaan dan kontrak dengan rumah sakit. Para seniman hadir di unit
perawatan paliatif seminggu sekali, pada hari Jumat, dari jam 9: 30 pagi sampai jam 5:30
sore. 1 atau 2 pasangan hadir pada minggu berikutnya untuk memastikan kesinambungan
dalam intervensi. Intervensi terdiri dari para seniman yang bernyanyi dan memainkan alat
musik (gitar, piano, instrumen perkusi). Kehadiran para seniman diumumkan sebelumnya
kepada pasien dan keluarga. Mereka mulai bermain di lorong selama 30 menit dan
kemudian bergabung dengan tim medis untuk pengarahan. Seorang anggota tim selalu
memperkenalkan para seniman. Mereka dapat bermain selama perawatan medis, makan
siang, kunjungan keluarga atau di waktu lain jika nyaman. Staf perawatan dan seniman
berinteraksi, saling melengkapi dan mendukung, dan kadang-kadang hadir di kamar pasien
pada saat yang sama, tergantung pada beban kerja mereka, keinginan pasien dan keluarga
mereka, dan peristiwa hari itu. Untuk beberapa pasien, waktu yang dihabiskan bersama
para seniman adalah pribadi, sedangkan untuk yang lain dibagi dengan keluarga atau staf
bagi yang lain, itu terjadi di lorong. Pembekalan terjadi dengan tim pada akhir setiap hari.
Para seniman memiliki kode berpakaian yang memudahkan mereka untuk
mengidentifikasi. Pembekalan diselenggarakan dengan tim perawatan paliatit Rumah
Sakit.
Musik dapat membantu meningkatkan hubungan dalam pengaturan perawatan
paliatif. Dialog antara subjek antara seniman dan pasien dapat menciptakan ruang
kebebasan dalam hubungan berbasis perawatan, menciptakan kesenangan dan keinginan,
memicu energi untuk menjadi, keinginan untuk hidup

PEMBAHASAN
Saat ini, terapi musik sebagai pendekatan terapi berbiaya rendah yang telah berhasil
diterapkan pada pasien perawatan paliatif, yang bertujuan untuk menurunkan stres dan
suasana hati emosional. Selain keunggulan ini, terapi musik dapat mempengaruhi pasien
untuk memiliki interaksi sosial yang lebih baik. Kususnya pada pasien kanker, terapi musik
yang terkait sangat efektif. Musik secara intrinsik berkaitan dengan pengurangan rasa sakit,
kecemasan dan stres, serta hubungan langsung dengan peningkatan spiritual dan kualitas
hidup. Terapi musik memperkuat perawatan multidisiplin untuk pasien dalam perawatan
paliatif, dan bahkan dapat mengurangi rasa sakit pada mereka yang menderita kanker.
Terapi musik meningkatkan keadaan mood, mengurangi gejala penyakit mental yang
parah, serta gangguan perilaku Terapi musik adalah intervensi terapeutik yang cocok untuk
mengobati individu dengan rasa sakit. Mengingat pentingnya, mengekspos pasien untuk
improvisasi vokal, meniru, dan latihan pernapasan yang dipandu musik dapat
meningkatkan relaksasi kognitif dan emosional, membuat mereka menjadi kurang
memperhatikan peristiwa yang membuat stres. Oleh karena itu, seseorang dapat
menyarankan bahwa bantuan seorang terapis musik memfasilitasi pikiran dan perasaan
ketika mendengarkan musik yang didengarkan.

KESIMPULAN
Terapi musik digunakan selama lebih dari 35 tahun dalam perawatan paliatif
(Warth et al., 2018). Sebagai proses sistematis yang berisi lagu dan suara secara dinamis
yang melibatkan terapi musik, perawat dan pasien. Oleh karena itu, dalam penggunaan
terapi musik ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kecemasan dan stres ditunjukkan
sebagai terapi tambahan yang hubungannya dengan penyakit kanker yang diderita pasien.
Terapi musik ini hemat biaya dan juga dapat dijadikan sebagai terapi modalitas pada pasien
kanker paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Terapi musik ini juga
dapat digunakan untuk memberi manfaat kepada pasien dengan cara yang kompleks karena
musik adalah bentuk seni yang paling mendasar dan unik yang memengaruhi orang-orang
secara spiritual, emosional, sosial, dan fisik (Aguilera, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Aguilera, K. C. (2018). Effectiveness And Interventions Of The Music Therapy, 2(4), 100–
105. https://doi.org/10.14295/aimj.v2i4.35
Puji, L., Machmudah, & Elisa. (2013). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada

Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Haji Soewandi Kendal.

Soemanadi, M., Og, S., Arumdati, S., Rad, S., Soeratman, E., Sp, P., … Biomed, M. (2015).

Trust Board : Board of Direction : President : Finance : Secretary : Artistic :

Production Manager : Chief Editor : Editor : Editorial Coordinator : Medical and

Treatment Director General and Operational Director Secretariat : Pedoman bagi

Penulis, 9(4).

Warth, M., Kessler, J., Kampen, J. Van, Ditzen, B., & Bardenheuer, H. J. (2018). ‘ Song of

Life ’: music therapy in terminally ill patients with cancer, 1–4.

https://doi.org/10.1136/bmjspcare-2017-001475
TUGAS
TERAPI AKUPRESUR UNTUK NYERI PADA PASIEN KANKER DENGAN
METASTASIS TULANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal


Pengampu Mata Kuliah : Ns.Indri Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep.

OLEH :
FIONA HARAHAP
201610420311026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

THE EFFECT OF ACUPRESSURE ON PAIN IN CANCER PATIENTS WITH


BONE METASTASIS: A NONRANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

IDENTITAS PENULIS
Nama : Fiona Harahap
Email : fionaharahap@gmail.com
NIM : 201610420311026
No. HP : 082276634710

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut di atas merupakan
karya original, dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab.

Malang, 06 Oktober 2019


Penulis

Fiona Harahap
LATAR BELAKANG

Kanker merupakan suatu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, karena


insiden dan angka kematiannya setiap tahun semakin meningkat. Penyakit kanker
merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar
8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker
payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Kanker
merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal
atau terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat
menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis (Brilliana, Arafah, &
Notobroto, 2017)
Menurut (Rafli, & Anissa, 2019) tulang merupakan salah satu organ tersering yang
menjadi tempat metastasis pasien kanker, terutama dari kanker payudara, prostat dan paru.
Nyeri pada tulang merupakan komplikasi yang paling umum pada metastasis tulang. Nyeri
terjadi secara terus menerus, nyeri spontan, dan nyeri insiden. Keadaan nyeri tersebut dapat
mempengaruhi fungsi sosial, kualitas hidup, dan kelangsungan hidup pasien kanker. Oleh
karena itu sangat penting dilakukan penanganan nyeri pada pasien kanker.
Penanganan pasien kanker dengan metastasis tulang terdiri dari beberapa
komponen yaitu penanganan nyeri, operasi, terapi sistemik dan terapi radiasi. Terapi
komplementer yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri pada pasien kanker adalah
terapi akupresur. Akupresur merupakan suatu terapi komplementer dan terapi alternatif
yang tidak memiliki efek samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri
akut maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada
beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan
keseimbangan pada kasus gejala nyeri (Kurniyawan, 2016).
Sebagai salah satu tenaga kesehatan khususnya perawat paliatif mempunyai
peranan yang penting dalam mengatasi masalah yang dialami pasien kanker terutama nyeri.
Dengan memberikan asuhan keperawatan dan intervensi maka masalah yang dialami
pasien akan teratasi. Salah satu intervensi yang bisa dijadikan sebagai evidence dalam
menanggani masalah nyeri seperti yang terdapat di dalam jurnal penelitian The Effect of
Acupressure on Pain in Cancer Patients With Bone Metastasis: A Nonrandomized
Controlled Trial yang efektif dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien kanker.
MANFAAT
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teori maupun
secara praktek.
a. Manfaat Praktis :
Penelitian ini dapat diimplementasikan bagi perawat dalam mengatasi
pengendalian nyeri pada pasien kanker dengan metastasis tulang.
b. Manfaat Teoritis :
• Secara teori penelitian ini dapat membantu perawat untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih lengkap tentang intervensi yang dapat diberikan
pada pasien kanker dengan nyeri dengan metastasis tulang.
• Penelitian ini dapat berguna sebagai rujukan bagi perawat dalam
memberikan edukasi dan intervensi pada pasien kanker dengan nyeri
dengan metastasis tulang
• Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi
dalam mengembangkan teori yang sama
TINJAUAN LITERATUR

Terapi akupresur
Desain dalam penelitian ini adalah uji coba terkontrol non randomized pada pasien
yang menerima perawatan di unit radiologi sebanyak 60 pasien. Dalam jurnal The Effect
of Acupressure on Pain in Cancer Patients With Bone Metastasis : A Nonrandomized
Controlled Trial, terapi komplementer yang digunakan adalah terapi akupresur. Tujuannya
adalah untuk mengevaluasi dampak akupresur terhadap nyeri pada pasien kanker dengan
metastasis tulang.
Dalam metode ini terdapat 8 sesi akupresur, yang dilakukan sekitar 10 menit
(pemanasan dan metode akupresur). Sebelum sesi radiasi, pasien dibawa ke ruang tenang
yang dialokasikan untuk intervensi di unit radioterapi, rata-rata 25 derajat celcius. Meja
pemeriksaan yang memiliki lebar 60 cm dan tinggi 75 cm digunakan untuk prosedur ini.
Pasien dibawa ke meja dan kemudian dibawa ke posisi tengkurap atau duduk sesuai dengan
area nyeri yang dijelaskan. Kemudian pasien diminta untuk melepas semua pakaian yang
ada di tubuh bagian atas untuk mengaplikasi metode akupresur. Seluruh bagian belakang
pasien dihangatkan menggunakan gerakan melingkar dengan menggunakan telapak tangan.
Pasien diminta untuk mengambil napas dalam-dalam. Pijatan dilakukan dengan
pergelangan tangan di sisi kanan dan kiri vertebra sambil bernapas. Setelah proses
pemanasan selesai, acupressur diaplikasikan pada titik 11-27 dan kemudian pada titik 41-
52 dengan menggunakan jempol. Area leher dihangatkan menggunakan gerakan memutar
ibu jari. Setelah gerakan pemanasan selesai, akupresur diaplikasikan dengan ibu jari ke titik
20, 21, dan 15 di daerah leher. Kemudian VAS diaplikasikan lagi pada kelompok ini pada
akhir sesi akupresur kedelapan. Setelah itu prosedur di rekam. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terapi akupresur dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien kanker dengan metastasis
tulang (Serce, et al. 2018)
Dalam jurnal The effect of acupressure on pain, anxiety, and the physiological
indexes of patients with cancer undergoing bone marrow biopsy. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh akupresur pada intensitas nyeri, kecemasan, dan indeks
fisiologis pasien dengan biopsy sumsum tulang. Dalam jurnal responden yang digunakan
sebanyak 90 responsen yaitu dengan menggunakan metode akupresur yang dilakukan
dengan menekan titik-titik di L14, HT7 dan kelompok control.
Titik tekanan yang sudah ditentukan ditekan selama 2 menit, jari ditekan dengan
lembut pada titik tertentu kemudian tekanan meningkat secara bertahap sampai adanya
sensasi dari rasa sakit. Semua pasien dalam metode ini diposisikan pada posisi yang sama
dan disuntikkan lidokain secara local dengan dosis 5 mg.
Sedangkan pada kelompok placebo dilakukan terapi akupresur dengan
penekanan pada jarak 1,5 cm dari titik utama. Titik ini disebut dengan titik tekanan efektif.
Sedangkan untuk kelompok control hanya dilakukan prosedur pemeriksaan tanda-tanda
vital seperti pengukuran tekanan darah, nadi, dan pernapasan. Sehingga hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah metode akupresur efektif dalam menurunkan tingkat
nyeri dan kecemasan pada pasien kanker (Rizi, et al. 2017)

Sedangkan dalam jurnal Hong Kong Chinese Medicine Clinical

Practice Guideline for Cancer Palliative Care: Pain, Constipation, and Insomnia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meringkas metode dan langkah-langkah pengobatan china untuk
nyeri, konstipasi, dan insomnia pada pasien kanker dengan perawatan palliative. Dalam
jurnal ini dijelaskan bahwa untuk menangani nyeri digunakan metode akupuntur. Nyeri
pada kanker adalah subjektif, gejala yang dapat menyerang pasien dan mengikuti
perjalanan penyakit sampai pengobatannya. Apabila rasa nyerinya tidak berkurang, pasien
akan merasa tidak nyaman, dan dapat menyebabkan kelelahan, kecemasan, depresi,
kehilangan nafsu makan, dan gejala lainnya. Sehingga dapat mengganggu aktivitas harian,
kemampuan perawatan diri dan kualitas hidup pasien.
Maka dari itu diperlukan terapi untuk mengatasi masalah pasien nyeri pasien yaitu
terapi akupuntur. Akupuntur adalah perawatan untuk mengobati berbagai gejala dan
kondisi yang terkait dengan kanker dan efek sampingnya pada perawatan kanker, yaitu
dengan melakukan prosedur yang memberikan rangsangan pada kulit dengan berbagai
teknik.
Untuk meringankan rasa sakit nyeri pada pasien kanker dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Antara lain yaitu mengkonsumsi minuman herbal, latihan gigong,
menggunakan salep untuk pemakaian luar, kompres dingin atau kompres panas, konseling
emosional, dan tidur yang cukup (Lam, et al. 2019)
PEMBAHASAN

Penulis memilih terapi modalitas akupresur pada pasien kanker dengan metastasis
tulang dikarenakan masih cukup banyak dan penyakit ini menyebabkan morbidilitas yang
cukup besar, rasa sakit yang dialami pasien kanker dapat menyebabkan distres. Apabila
distres tidak segera diatasi dan semakin berlanjut dapat menimbulkan masalah emosional
seperti rasa cemas, rasa sedih, gangguan tidur dan serangan panik sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup pasien. Penanganan nyeri tulang metastasis masih menjadi
masalah yang sulit untuk diatasi. Banyak cara yang dilakukan untuk menangani masalah
nyeri tersebut seperti berupa intervensi farmakologi maupun non farmakologi. Untuk itu
sangat diperlukan terapi untuk mengontrol nyeri pada pasien kanker sehingga nyeri yang
dirasakan dapat berkurang dan kualitas hidup pasien juga dapat meningkat.
Terapi modalitas akupresur ini mudah diterapkan atau diaplikasikan pada pasien
kanker, dan juga aman serta efisien dan tidak menimbulkan efek samping setelah dilakukan
akupresur. Akupresur dilakukan dengan memberikan beberapa tekanan pada beberapa titik
bagian tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala
nyeri. Terapi akupresur juga selain untuk mengurangi rasa nyeri dapat juga digunakan
untuk mengatasi rasa mual muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker berdasarkan
penelitian Syarif dengan judul Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Akut
Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker : A Randomized Clinical Trial mengatakan bahwa
terapi akupresur secara signifikan dapat menurunkan mual muntah akut akibat kemoterapi
pada pasien kanker yang dilakukan akupresur.

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini terapi akupresur dapat membuat pasien merasa lebih nyaman,
dan kualitas hidup pasien juga meningkat, dan adanya pengurangan rasa nyeri yang
dirasakan pasien. Terapi akupresur ini sangat efektif digunakan untuk menurunkan tingkat
nyeri pada pasien kanker dengan metastasis tulang. Terapi ini mudah diterapkan pada
pasien kanker dengan metastasis tulang, dan juga sangat aman dan efisien serta tidak
menimbulkan efek samping. Akupresur ini memiliki keunggulan yaitu dapat diterapkan
pada pasien dan pasien bisa melakukannya secara mandiri setelah mendapatkan pelatihan
akupresur yang tepat. Sehingga pasien menjadi terlibat dalam proses pengobatan dan dapat
mengurangi biaya rumah sakit, dan biaya menjadi lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Brilliana, A., Arafah, & Notobroto, H. B. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA MELAKUKAN PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI (SADARI) Alvita Brilliana R. Arafah, Hari Basuki Notobroto.
(August), 143–153. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.143-153
Kurniyawan, E. H. (2016). Terapi Komplementer Alternatif Akupresur Dalam
Menurunkan Tingkat Nyeri (Complementary and Alternative Medicine Acupressure
in Reducing Pain Intensity: a Narrative Review). NurseLine Journal, 1(2).
Lam, W.C., Zhong, L., Liu, Y., Shi, N., Bacon, Ziea, E., et al. (2019). Hong Kong Chinese
Medicine Clinical Practice Guideline for Cancer Palliative Care: Pain, Constipation,
and Insomnia. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/1038206
Rafli, R., & Anissa, M. (2019). Peningkatan kualitas hidup pasien kanker dengan metastasis
tulang yang menjalani radiasi paliatif. Majalah Kedokteran Andalas, 42(1), 1.
https://doi.org/10.25077/mka.v42.i1.p1-10.2019
Rizi, M.S., Shamsalinia, A., Ghaffari, F., Keyhanian, S., & Nabi, B. N. (2017). The effect
of acupressure on pain, anxiety, and the physiological indexes of patients with cancer
undergoing bone marrow biopsy. Complementary Therapies in Clinical Practice, 29,
136–141. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2017.09.002
Serce, S., Ovayolu, O., Pirbudak, L., & Ovayolu, N. (2018). The Effect of Acupressure on
Pain in Cancer Patients With Bone Metastasis: A Nonrandomized Controlled Trial.
Integrative Cancer Therapies, 17(3), 728–736.
https://doi.org/10.1177/1534735418769153
TUGAS
PHYSICAL EXERCISE AND NUTRITION IN CANCER PATIENTS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal


Pengampu Mata Kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep.

OLEH:
ANINDHITA AISAH RAMADHIANI
201610420311027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

PHYSICAL EXERCISE AND NUTRITION IN CANCER PATIENTS

IDENTITAS PENULIS:
Nama : Anindhita Aisah Ramadhiani

Email : anindhitaaisah@gmail.com
NIM : 201610420311027
No. Hp : 085336366226

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut di atas merupakan
karya original, dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab.

Malang, 2019
Penulis

Anindhita A. R
LATAR BELAKANG
Kanker merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian
manusia didunia dan menjadi penyebab kematian terbesar setelah penyakit jantung. Kanker
adalah salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama kematian manusia di berbagai
negara. Menurut WHO pada tahun 2012 terjadi 14 juta kasus baru dan 8,2 juta terkait
kematian yang disebabkan oleh kanker, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat
70% selama 20 tahun mendatang (Adiwijaya, 2018).
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar, prevalensi penyakit kanker adalah
sebesar 1,4 per 1000 penduduk dan menempati urutan ke 6 dari pola penyakit nasional dan
menjadi penyebab kematian nomor 7 dengan persentase 5,7% dari seluruh penyebab
kematian. Menurut data BPJS Kesehatan pada periode 2014/2015, terdapat peningkatan
jumlah kasus kanker yang ditangani. Data Depkes pada tahun 2012 juga menunjukkan
bahwa sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker (Larasati, Anggorowati, & Johan,
2019). Di Jawa Timur prevalensi kanker adalah sebesar 2,2% dan merupakan penyebab
kematian (Riskesdas, 2018).
Kemajuan dalam diagnosis dini dan pengobatan kanker berdampak terhadap
peningkatan kelangsungan hidup penyintas kanker. Penyintas (survivor) pada kanker
adalah setiap orang yang telah didiagnosis kanker dan masih hidup, baik yang sudah
menyelesaikan terapinya maupun yang sedang dan akan terapi (American Cancer Society,
2016). Menurut Rock et al (2012) perjalanan penyintas kanker ditandai dengan 3 fase
umum yaitu pengobatan aktif dan pemulihan, kehidupan setelah pemulihan termasuk
penyintas yang bebas penyakit atau yang memiliki penyakit stabil, dan kanker stadium
lanjut dan akhir kehidupan (Waluya, Rahayuwati, & Lukman, 2019).
World Cancer Research Fund (2018) mengeluarkan rekomendasi bagi penyintas
kanker yang sudah berhasil menjalani pengobatan untuk tetap menjaga pola hidup sehat
dengan meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga berat badan ideal. Untuk itu kebutuhan
menerapkan pola hidup sehat termasuk aktivitas fisik pada penyintas kanker menjadi sangat
penting.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi dilakukan sepanjang hari berkisar dari aktivitas sehari
hari, gaya hidup hingga olahraga (WHO, 2010). Aktivitas fisik secara luas diakui sebagai
terapi non-farmakologis yang efektif pada pasien kanker (Fong et al., 2012). Semakin
banyak bukti mendukung gagasan bahwa peningkatan aktivitas fisik memberikan manfaat
penting untuk meningkatkan hasil psikologis dan kesejahteraan fisik pada pasien kanker
(Waluya et al., 2019).
Masalah gizi menjadi masalah yang kerap ditemui pasien kanker. Masalah gizi
yang dihadapi disebabkan karena sulitnya menerima makanan akibat dari keluhan rasa
nyeri yang dirasakan penderita kanker. Penurunan nafsu makan akan mengakibatkan
asupan makan dan berat badan menjadi turun. Dampak yang ditimbulkan salah satunya
adalah penurunan status gizi. Sebanyak 20% pasien kanker meninggal akibat keadaan gizi
kurang daripada keganasan penyakitnya (Sulistianingsih, 2017). Gizi kurang dapat
mengakibatkan status kesehatan dan kualitas hidup semakin memburuk. Komplikasi dapat
terjadi pada penderita kanker paru, salah satunya adalah anemia yang menyebabkan
penurunan kualitas hidup pasien dan mempengaruhi pemilihan terapi. Asupan energi dan
protein yang cukup sangat penting selama pengobatan kanker, pemulihan, dan harapan
hidup yang panjang (Kurniasari, dkk, 2015). Salah satu diet yang diberikan untuk pasien
kanker adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein). Intervensi diet seperti konseling
diet, peningkatan rasa, suplementasi oral, enteral, maupun parenteral, dilakukan untuk
membantu mencegah penurunan berat badan dan meningkatkan status kesehatan
(Ramadhanti, Hidayat, & Kurdanti, 2018).

MANFAAT
1. Mengetahui manfaat Physical Exercise pada pasien kanker.
2. Mengetahui manfaat Nutrition Therapy pada pasien kanker.
TINJAUAN LITERATUR
Kanker merupakan satu dari ribuan bahkan jutaan penyakit tidak menular yang
ditandai oleh pertumbuhan sel secara abnormal.Sel kanker dapat menyerang ke seluruh
organ maupun jaringan yang terdapat dalam tubuh manusia.Setiap sel kanker yang
menyerang organ maupun jaringan memiliki bentuk dan keganasan yang berbeda-beda,
sehingga membutuhkan manajemen terapi yang spesifik. Istilah lain yang digunakan dalam
mendeskripsikan kanker yaitu tumor ganas. Kanker adalah penyebab kematian kedua di
dunia dengan kisaran angka kematian mencapai 9.6 juta kasus pada 2018 lalu.Berdasarkan
laporan WHO di tahun 2018, jenis kanker yang paling sering menyerang kelompok laki-
laki yaitu kanker paru-paru, prostat, kolorektal, lambung, dan liver.Sementara yang sering
terjadi pada kelompok perempuan yaitu kanker payudara, kolorektal, paru-paru, serviks,
dan tiroid (Firdausi D & Adriani, 2019).
Anoreksia, penurunan fungsi fisik dan kelainan metabolism merupakan sangat
umum di antara pasien dengan kanker dan mengarah ke penurunan berat badan yang
persisten dan hilangnya massa otot rangka. Penurunan berat badan terkait kanker dan
akhirnya berkurang toleransi dan respon terhadap terapi antikanker, dapat mengakibatkan
tingkat masuk rumah sakit lebih tinggi, lebih lama tinggal dirumah sakit. Dukungan nutrisi
tetap merupakan strategi utama untuk mencegah dan mengobati penurunan berat badan
pada pasien kanker. Terapi nutrisi dapat meningkatkan asupan makanan dan beberapa
aspek kualitas hisup (QOL), tetapi tidak berpengaruh pada nutrisi, klinis, dan hasil
fungsional (Uster et al., 2017).
Berdasarkan penelitian Rock et al. (2012) aktivitas fisik setelah diagnosis kanker
dapat mengurangi risiko kekambuhan di antara beberapa kelompok penyintas kanker
termasuk kanker payudara, kolorektal, prostat, dan ovarium. Meta-analisis lain dari 6 studi
kohort prospektif yang mencakup lebih dari 12.000 penderita kanker payudara
menunjukkan bahwa aktivitas fisik pasca diagnosis secara konsisten dapat menurunkan
risiko kematian akibat kanker payudara sebesar 34% dan menurunkan risiko kambuh
sebesar 24% (Waluya et al., 2019).
Menurut jurnal penelitian yang berjudul “Effects of Nutrition and Physical
Exercise Intervention in Palliative Cancer Patients: A Randomized Controlled Trial”
secara efektif menunjukkan kepatuhan yang baik terhadap program gabungan antara nutrisi
dan olahraga. Intervensi tidak meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan tetapi
berkontribusi pada asupan protein yang memadai dan untuk kesejahteraan umum pasien
dengan mengurangi mual dan muntah (Uster et al., 2017).
Nutritional Intervention :
1. Penilaian gizi awal, yaitu makanan, energi, camilan kaya protein, dan suplemen
nutrisi oral (ONS)
2. Menilai aspek-aspek riwayat medis yang relevan (diagnosis, pengobatan anti
kanker, parameter darah, obat-obatan dan gejala)
3. Menilai asupan makanan biasa dan actual
4. Menilai perubahan dalam tubuh, berat badan dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi asupan makanan (nafsu makan, kemampuan mengunyah, kapasitas
menelan, alergi, dan faktor psikologis)

Physical Intervention :
Setiap sesi pelatihan berlangsung 60 menit
1. Latihan pemanasan selama 10 menit dan dilakukan pada ergometer bersepeda
2. Latihan kekuatan terdiri dari 6 mesin yang mencakup kelompok besar otot (lengan,
otot dada, otot perut, punggung bawah, paha, dan daerah pantat)
3. Latihan keseimbangan
- Kuda-kuda tunggal
- Sikap tandem
- Berbaris di tempat
PEMBAHASAN
Intervensi yang tepat pada pasien dengan kanker untuk mengatasi masalah mual,
muntah, kekurangan berat badan, kehilangan massa otot yang menjalani kemoterapi dapat
dilakukan dengan cara non-farmakologi oleh perawat dengan menggunakan teknik
gabungan antara Nutrition Therapy dengan Physical Exercise. Teknik tersebut dapat
diaplikasikan oleh perawat kepada pasien.

KESIMPULAN
Pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi mengalami berbagai masalah
seperti mual, muntah, dan kehilangan massa otot. Terapi yang tepat perlu digunakan untuk
mengatasi pemasalahan tersebut. Dengan dilakukannya intervensi keperawatan dengan
menggunakan teknik gabungan antara Nutrition Therapy dengan Physical Exercise yang
sangat efektif untuk menurunkan mual, muntah, tidak nafsu makan serta kehilangan massa
otot pada pasien kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya. (2018). Deteksi Kanker Berdasarkan Klasifikasi Microarray Data, 2(4), 181–
186.
Firdausi D, A. R., & Adriani, M. (2019). Status Gizi , Asupan Energi dan Zat Gizi Makro
Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Rumkital Dr . Ramelan Surabaya, 149–
157. https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.149-157
Larasati, A. D., Anggorowati, & Johan, A. (2019). Manfaat Progressive Muscle Relaxation
(PMR) Sebagai Intervensi Keperawatan Dalam Meningkatkan Quality of Life (QOL)
Wanita Kanker PayudaraYang Menjalani Kemoterapi, 2(1).
Ramadhanti, Y., Hidayat, N., & Kurdanti, W. (2018). PROSES ASUHAN GIZI
TERSTANDAR PADA PASIEN KANKER PARU PRO KEMOTERAPI
DISERTAI ANEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI, 1–9.
Riskesdas. (2018). Hasil RISKESDAS 2018 Jawa Timur.
Uster, A., Ruehlin, M., Mey, S., Gisi, D., Knols, R., Imoberdorf, R., … Ballmer, P. E.
(2017). Effects of nutrition and physical exercise intervention in palliative cancer
patients : A randomized controlled trial. Clinical Nutrition, 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.clnu.2017.05.027
Waluya, J. G., Rahayuwati, L., & Lukman, M. (2019). Pengaruh Supportive Educative
Nursing Intervention ( SENI ) terhadap Pengetahuan dan Sikap Penyintas Kanker
Payudara, 2(2), 128–144.
TUGAS
TERAPI COMPLEMENTARY AND ALTERNATIVE MEDICINE (CAM)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER
GINEKOLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Menjelang Ajal


pengampu mata kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih,S.kep.,M.kep

OLEH :

NURUL P SASABILA
201610420311028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

TERAPI COMPLEMENTARY AND ALTERNATIVE MEDICINE (CAM)


UNTUK MENINGKATAKAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER
GINEKOLOGI

IDENTITAS PENULIS
Nama : Nurul P Sasabila
Email : nurulsasabila09@gmail.com
NIM : 201610420311028
No. HP : 082333118613

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut diatas merupakan
karya original, dan tidak mengandung unsur plagiarisme didalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran didalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab.

Malang, 2019
Penulis

Nurul P Sasabila
LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah
sekelompok penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan dan penyebaran sel tidak
terkontrol dan sel yang abnormal (Susilawati, 2014).
Kanker ginekologi merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada
wanita setelah kanker payudara, kanker usus besar dan kanker paru. Berdasarkan estimasi
Globocan, IARC tahun 2012, kanker serviks dan kanker ovarium merupakan kanker
ginekologi yang paling sering terjadi di Indonesia. Insiden kanker ovarium sebesar
8,4/100.000 wanita pertahun. Kanker ovarium merupakan insiden kedua terbanyak dalam
keganasan ginekologis di negara maju dan paling banyak (Klafke et al., 2015).
Kanker telah dikenal sebagai salah satu penyakit yang memilki dampak serius
terhadap fisik dan psikologis bagi penderitanya. Perkembangan dalam deteksi dan
pengobatan kanker telah sangat membantu mengurangi angka kematian akibat kanker
namunterdiagnosis kanker masih merupakan stressor yang mendalam bagi penderitanya
dan hal ini berhubungan terhadap persepsi masyarakat mengenai penyakit kanker yang
identik dengan kematian, rasa sakit dan penderitaan (Putri, 2017)
Diagnosis dan pengobatan kanker berdampak signifikan terhadap kesejahteraan
fisik, psikologis, informasi dan sosial, sehingga memerlukan dukungan kebutuhan
perawatan yang kuat. Gangguan fungsi fisik sering dikaitkan dengan gejala distress, yang
keduanya dapat menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari dan meningkatkan
kebutuhan pelayanan suportif yang tidak terpenuh. Kualitas hidup merupakan tujuan
penting dalam pengobatan kanker, dan kekhawatiran akan kondisi fisik, psikologis,
gangguan citra tubuh, serta gejala-gejala yang dapat menimbulkan distress perlu segera
diantisipasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker (Putri, 2017).
Diketahui bahwa kualitas terkait kesehatan hidup sangat berpengaruh sejak saat
didiagnosis kanker. Oleh karena itu untuk meningkatkan kuuliatas hidup pasien maka
diberikan intervensi complementary and alternative medicine (CAM) berdasarkan jurnal A
complex nursing intervention of complementary and alternative medicine (CAM) to
increase quality of life in patients with breast and gynecologic cancer undergoing
chemotherapy.
MANFAAT
1. Membantu untuk mengidentifikasi intervensi yang dapat diberikan pada pasien kanker
dalam meningkatkan kualitas hidup
2. memperkuat dan menjadi landasan dalam memberikan intervensi pada pasien.
3. Memanfaatkan pembelajaran untuk diaplikasikan dalam keperawatan
4. Sebagai pengembangan dan perbaikan mengenai intervensi keperawatan.
TINJAUAN LITERATUR
a. Jurnal penelitian A complex nursing intervention of complementary and alternative
medicine (CAM) to increase quality of life in patients with breast and gynecologic
cancer undergoing chemotherapy. Bertujuan untuk menilai efektifitas intervensi
perawatan komplementer dan perawatan alternatif dalam meningkatkan kualitas
hidup pada pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Studi penelitian yang
digunakan yaitu Randomized Controlled Trial. Hasil utama dari terapi
komplementer ini yaitu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, hal ini
dinilai ketika pasien memulai kemoterapi, selain itu pasien juga diharapkan
mendapatkan manfaat dari intervensi perawatan yang kompleks.
Dalam jurnal ini populasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, diberikan 3 intervensi yaitu
pemberian paket intervensi keperawatan CAM, pemberian konseling pada CAM
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada sumber daya dan pemberian
informasi yang berbasis bukti pada CAM. Paket intervensi keperawatan diantaranya
yaitu mengurangi gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup
pada pasien kanker selama menjalani proses kemoterapi, pemberian intervensi ini
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Selain itu, pasien diberikan lembar informasi
tentang CAM dan bagaimana instruksi tentang cara melakukan praktik CAM
dirumah. Ketika pasien pertama kali mengujungi cancer center untuk melakukan
kemoterapi, mereka akan menerima konseling awal. Dalam sesi ini pasien akan
diberikan informasi tentang efek samping yang potensial akan terjadi setelah
melakukan kemoterapi dan bagaimana cara mencegah atau meringankannya dengan
asuhan keperawatan biasa atau dengan intervensi keperawatan CAM. Sedangkan,
pada kelompok kontrol hanya diberikan perawatan biasa sesuai dengan standar
klinik. Hasil yang didapatkan, secara konsisten pasien memiliki ketertarikan yang
sangat tinggi dalam menyelesaikan pengobatan konvensional kanker menggunakan
metode CAM (Klafke et al., 2015).
b. Jurnal penelitian The Effect of Telehealth Interventions on Quality of Life of Cancer
Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis. Pada pasien kanker memiliki
masalah fisik, fungsional dan psikososial ketika berkaitan dengan pengobatan
kanker. Secara efektif Telehealth membantu menuntun pengobatan pada pasien
dengan penyakit kronis. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat
intervensi berbasis telehealth dengan memberikan dukungan emosional dan gejala
dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker. Metode yang digunakan
yaitu systematic review and Meta-analysis. Data yang dikumpulkan dari beberapa
jurnal dengan kriteria inklusi yaitu :
1. pasien terdiagnosis penyakit kanker dan telah menjalani pengobatan secara
aktif.
2. Pasien dewasa, usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun
3. Intervensi yang dilakukan berbasis telehealth atau telemedicine
4. Intervensi yang dilakukan berfokus pada dukungan emosional dan manajemen
diri melalui proses konseling, intervensi edukasi, dan telepsychiatry
Kriteria ekslusi :
1. ditulis dalam bahasa selain bahasa inggris
2. pasien anak-anak
3. menilai keefektifan perawatan paliatif
4. mengkombinasi orang-orang dan telehealth dalam intevensi yang sama.
hasil yang didapatkan, dari beberapa penelitian menunjukan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hasil skor kualitas hidup atau Quality of Life score. Namun, pada kelompok
intervensi secara signifikan ada perbedaan dalam kesejahteraan fisik setelah
dilakukan intervensi, juga memiliki skor kecemasan dan depresi yang rendah
dibandingkan kelompok kontrol (Larson, Rosen, & Wilson, 2018).
c. jurnal penelitian The effectiveness of integrated care interventions in improving
patient quality of life (QoL) for patients with chronic conditions. An overview of the
systematic review evidence. Pada penelitian ini yaitu untuk menentukan keefektifan
intervensi perawatan terpadu dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien
dengan kondisi kronis. Metode yang digunakan yaitu A review of the systematic
reviews evidence (umbrella review). Pada pasien dengan kondisi kronis umumnya
mengalami kualitas hidup yang rendah sehingga dapat menyebabkan dampak negatif
pada aspek kehidupan mereka. Intervensi yang dilaksanakan setidaknya dengan dua
setting yaitu health care (perawatan primer dan sekunder) dan atau social care. Social
care dapat mencakup perawatan di masyarakat atau dirumah pasien. Intervensi yang
dilakukan didasarkan pada pelaksanaan kolaboratif antara satu atau lebih
koordinator perawatan yang memadai untuk menilai, merencanakan, dan
memfasilitas penyampaian layanan untuk pasien dengan kondisi kronis terutama
pada health care dan social care setting. Perencanaan dan koordinasi perawatan
dilakukan oleh navigator pasien yang berperan sebagai pendukung pasien untuk
memperlancar pemberian informasi yang disampaikan melalui berbagai cara,
misalnya melalui telepon, kunjungan rumah, penghubung dengan layanan medis
maupun masyarakat atau melalu pemberian edukasi pada pasien. Selain itu
intervensi yang diberikan yaitu perencanaan tindakan, merekomendasikan diet yang
tepat, pengelolaan obat, terapi perilaku kognitif, dan mengkaji motivasi pasien.
Hasilnya, dari beberapa penelitian menunjukan pemberian intervensi perawatan
terpadu sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien secara spesifik
(Flanagan, Damery, & Combes, 2017).
PEMBAHASAN
Sejak pasien didiagnosis kanker, akan mengalami berbagai masalah yang berkaitan
fisik, fungsional dan psikososial. Misalnya, kekhawatiran akan kondisi fisik, psikologis,
gangguan citra tubuh, serta gejala-gejala yang dapat menimbulkan distress. Hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien, sehingga dapat menghambat dalam
proses perawatan. Dalam tahap ini peran keluarga, orang – orang terdekat, perawat,
maupun pelayanan kesehatan lainnya sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup
pasien, tentunya pemilihan intervensi yang diberikan pun tidak kalah penting dalam
menentukan kualitas hidup pasien. Ada beberapa intevensi yang dapat diberikan yaitu
complementary and alternative medicine (CAM), Telehealth Interventions, dan integrated
care interventions. Intervensi tersebut sangat dianjurkan untuk diberikan pada pasien,
beberapa penelitian pun telah membuktikan bahwa intervensi yang diberikan sangat
efektifit dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu tidak terlalu mengeluarkan
biaya. Keluarga dan pasien pun mendapatkan informasi-informasi penting tentang efek apa
saja yang potensial terjadi dalam menjalani proses pengobatan atau kemoterapi serta
bagaimana cara mencegahnya. Intervensi yang diberikan pun bersifat holistik.

KESIMPULAN
pada pasien kanker ada berbagai macam pengobatan yang dijalani, sehingga
menyebabkan pasien mengalami gangguan citra tubuh, kecemasan, stress dan berakibat
pada kualitas hidup pasien. Selain itu kekurangan informasi-informasi penting tentang
kanker menjadi salah satu faktor pencetus timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu
pasien perlu diberikan intervensi, konseling tentang kanker, serta membantu menemukan
motivasi hidup pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan
intervensi complementary and alternative medicine (CAM) beserta jurnal pendukung
mebuktikan bahwa pemberian konseling pada pasien kanker dan pemberian dukungan
secara emosional secara efektif mampu meningkatkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi kecemasan dan depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Flanagan, S., Damery, S., & Combes, G. (2017). The effectiveness of integrated care
interventions in improving patient quality of life ( QoL ) for patients with chronic
conditions . An overview of the systematic review evidence, 1–11.
https://doi.org/10.1186/s12955-017-0765-y
Klafke, N., Mahler, C., Hagens, C. Von, Rochon, J., Schneeweiss, A., Müller, A., … Joos,
S. (2015). A complex nursing intervention of complementary and alternative medicine (
CAM ) to increase quality of life in patients with breast and gynecologic cancer undergoing
chemotherapy : study protocol for a partially randomized patient preference trial, 1–12.
https://doi.org/10.1186/s13063-014-0538-4
Larson, J. L., Rosen, A. B., & Wilson, F. A. (2018). The Effect of Telehealth Interventions
on Quality of Life of Cancer Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis, 24(6),
397–406. https://doi.org/10.1089/tmj.2017.0112
Putri, R. H. (2017). Kualitas hidup pasien kanker ginekologi yang menjalani terapi, 2(1),
69–74.
Susilawati, D. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif. Jurnal Keperawatan, 5(Anggrek I), 1–15.
TUGAS
INFLUENCE OF PERSONALIZED EXERCISE RECOMMENDATIONS
DURING REHABILITATION ON THE SUSTAINABILITY OF
OBJECTIVELY MEASURED PHYSICAL ACTIVITY LEVELS, FATIGUE,
AND FATIGUE-RELATED BIOMARKERS IN PATIENTS WITH BREAST
CANCER
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal
Pengampu Mata Kuliah : Ns. Indri Wahyuningsih,S.Kep., M.Kep.

OLEH :
Asmia Safitri
201610420311030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

INFLUENCE OF PERSONALIZED EXERCISE RECOMMENDATIONS DURING


REHABILITATION ON THE SUSTAINABILITY OF OBJECTIVELY MEASURED
PHYSICAL ACTIVITY LEVELS, FATIGUE, AND FATIGUE-RELATED
BIOMARKERS IN PATIENTS WITH BREAST CANCER

IDENTITAS PENULIS
Nama : Asmia Safitri
Nim : 201610420311030
Email : fhitrihb@gmail.com
No. HP : 085350598595
Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan jurnal tersebut di atas merupakan
karya original Dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti
terdapat pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab.

Malang, 28 November 2019


Penulis

Asmia Safitri
LATAR BELAKANG
Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling sering didiagnosis pada wanita baik
di negara maju maupun yang kurang berkembang. Diperkirakan pada tahun 2013, lebih
dari 1,8 juta wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kanker payudara. Satu dari
delapan wanita dihadapkan dengan diagnosis kanker payudara selama masa hidupnya,
yaitu di Jerman saja 69.550 wanita setiap tahun. Tingkat kelangsungan hidup kanker
payudara di negara berpenghasilan rendah dan menengah bervariasi antara 40 dan 60%.
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, karena
mortalitas dan morbiditasnya yang tinggi. Jumlah kasus kanker payudara di dunia
menduduki peringkat kedua setelah kanker serviks, disamping itu kanker payudara menjadi
salah satu pembunuh utama wanita di dunia dan adanya kecenderungan peningkatan kasus
baik di dunia maupun di Indonesia. Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui,
diperkirakan multifaktorial. Proses timbulnya kanker payudara merupakan kejadian
kompleks yang melibatkan berbagai faktor. Selain adanya defek pada gen BRCA1dan
BRCA2, masih banyak kelainan yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi
sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel(Baumann
et al., 2017).
Secara garis besar kanker payudara adalah suatu penyakit di mana terdapat sel ganas
pada jaringan payudara. Kanker ini merupakan kanker paling umum yang diderita kaum
perempuan di negara-negara maju, akan tetapi di Indonesia menurut hasil patologi
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki urutan ke dua terbanyak setelah kanker
leher rahim. Tingginya angka kejadian dan kematian oleh kanker payudara menunjukkan
kanker payudara membutuhkan perhatian dan penanganan serius. Penelitian
mengungkapkan aktivitas fisik penyintas kanker payudara berkurang secara signifikan
setelah diagnosis kanker payudara. Diagnosis kanker adalah ‘‘teachable moment’’ yang
memungkinkan dengan edukasi dan dukungan yang tepat dapat membantu penyintas
kanker payudara mempertahankan atau bahkan meningkatkan tingkat aktivitas merek
adengan latihan fisik dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, kolon dan
kanker payudara, dan depresi.
latihan fisik telah disarankan untuk positif mempengaruhi tingkat kelangsungan
hidup dan kelelahan. Kelelahan adalah salah satu keluhan paling umum pasien
kanker dan biasanya meningkat selama terapi ajuvan. Empat puluh satu persen
pasien kanker payudara melaporkan kelelahan sedang hingga berat selama
perawatan, dan bahkan pada tahun-tahun setelah perawatan, 30% pasien mungkin
masih mengalami kelelahan. Kelelahan sering diidentifikasi sebagai keluhan yang
paling menyedihkan yang mempengaruhi kualitas hidup dan membatasi aktivitas
fisik(Van Vulpen, Peeters, Velthuis, Van Der Wall, & May, 2016).
Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat professional diharapkan mampu
mengerti dan memahami bagaimana Intervensi yang harus dilakukan pada pasien
dengan kanker. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kematian akibat kanker
sangat dibutuhkan dan penangganan yang tepat baik dalam segi pemberian
antibiotik maupun Terapi Modalitas seperti yang terdapat di dalam jurnal penelitian
“Influence Of Personalized Exercise Recommendations During Rehabilitation On
The Sustainability Of Objectively Measured Physical Activity Levels, Fatigue, And
Fatigue-Related Biomarkers In Patients With Breast Cancer”(Zimmer et al., 2018).

MANFAAT
Intervensi olahraga adalah terapi suportif yang menjanjikan menetralkan
kelelahan. Personalized rekomendasi latihan selama rehabilitasi merupakan alat
untuk meningkatkan perilaku aktivitas fisik dan menurunkan tingkat kelelahan pada
pasien dengan kanker payudara. korelasi positif yang signifikan antara fungsi
kognitif subjektif dan semua dimensi kelelahan diamati. Pentingnya rekomendasi
latihan pribadi untuk meningkatkan tingkat aktivitas fisik pada pasien dengan
kanker payudara. karena itu, telah menjadi isu utama untuk mempertahankan,
memulihkan, atau bahkan meningkatkan konstitusi fisik pasien kanker payudara
selama rehabilitasi. Program rehabilitasi bagi penderita kanker di Jerman
berlangsung 3 sampai 6 minggu berturut-turut dan terdiri program nonstandardized
dan nonpersonalized latihan dan rekomendasi (misalnya, aerobik, ketahanan, dan
pelatihan keseimbangan) sesuai dengan standar pusat rehabilitasi lokal.

TINJAUAN LITERATUR
Pasien dengan diagnosa utamanya kanker payudara tidak ada penyakit akut internal
maupun psikologis yang menghambat dalam program latihan (serangan jantung, stroke,
emboli paru, depresi, psikosis, dll) dan tidak ada penyakit kronis dari system
muskuloskeletal, penyakit neoplastik sekunder, metastasis, atau kecanduan obat.
Setelah perekrutan di awal periode rehabilitasi stasioner 3 minggu, peserta studi
diwawancarai oleh terapis latihan untuk meninjau kontraindikasi potensial, perilaku
aktivitas fisik, preferensi olahraga, dan peluang latihan di dekat tempat tinggal mereka.
Berdasarkan preferensi individu peserta (modalitas olahraga), tujuan dan peluang (peluang
olahraga di rumah: klub olahraga, pusat kebugaran, kelompok rehabilitasi), rekomendasi
latihan yang dipersonalisasi dirancang. Dengan demikian, rekomendasi latihan yang
dipersonalisasi berbeda antara pasien dalam hal jenis latihan, intensitas, frekuensi, dan
durasi. Namun, tujuan umum dari semua rekomendasi latihan adalah untuk meningkatkan
aktivitas fisik dan bukan aspek spesifik dari kapasitas fisik / kebugaran (misalnya, kekuatan
atau kapasitas aerobik). Selama masa tinggal rehabilitasi 3 minggu pertama, para peserta
diawasi dalam rekomendasi latihan yang dipersonalisasi ini. Tingkat aktivitas fisik peserta
selama 3 minggu seharusnya setidaknya 9 MET jam / minggu, dengan peningkatan lebih
lanjut yang direncanakan hingga 15 MET jam / minggu pada minggu-minggu berikutnya.
Berbeda dengan program rehabilitasi lainnya, yang terdiri dari satu kali tinggal rehabilitasi
tunggal 3 hingga 6 minggu, peserta penelitian kembali ke klinik untuk masa tinggal 1
minggu 4 dan 8 bulan setelah periode 3 minggu awal untuk memodifikasi rekomendasi
latihan mereka dan menerima psikoedukasi lebih lanjut. Selain itu, peserta menerima
dukungan sosial dengan 1 panggilan telepon, yang dilakukan 1 bulan setelah keluarnya dari
rehabilitasi 3 minggu awal.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rekomendasi
latihan yang dipersonalisasi (menghormati preferensi pasien dan sumber daya sosial
ekonomi) selama rehabilitasi pada aktivitas fisik pasien, diukur secara obyektif melalui
SenseWear Armband Pro 3 (BodyMedia Inc, Pittsburgh, PA). SenseWear Armband Pro 3
adalah multisensor objektif (akselerometer, sensor fluks panas, sensor respons kulit
galvanik, sensor suhu kulit, dan sensor suhu sekitar dekat-tubuh) untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Tujuan sekunder adalah untuk menganalisis kelelahan menggunakan Inventarisasi
Kelelahan Multidimensi yang telah dibangun dengan baik-20 (MFI-20) . Instrumen ini
menunjukkan konsistensi internal yang baik hingga sangat baik (Cronbach α mulai dari
0,79 hingga 0,93), dan validitasnya telah ditunjukkan sebagai perbandingan ke skala analog
visual yang mengukur kelelahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik, diukur dengan penilaian
objektif, dapat meningkat secara signifikan dalam 8 bulan berikut setelah dipersonalisasi
rekomendasi latihan yang diberikan. Mengenai tujuan utama dari penelitian ini, itu
menunjukkan bahwa aktivitas fisik pasien meningkat dan mencapai dianjurkan 15 sampai
25MET jam / minggu (kenaikan 14,89-17,88 MET jam / wk)(Zimmer et al., 2018).
Kelompok intervensi menerima program rehabilitasi 3 minggu dengan seorang
individu dan sesuai dengan preferensi mereka dan program latihan yang disesuaikan
dengan sumber daya fisik. Oleh karena itu, pertemuan tatap muka dan diagnosis terperinci
tentang gerakan dan kebiasaan berolahraga pasien, keadaan kehidupan, dan kemungkinan
olahraga di rumah mereka dilakukan. Selain itu, tes kinerja fisik (tes IPN) oleh fisioterapis
dilakukan. Program latihan individual dari 15 metabolic equivalents (METs) dan fokus unit
terapi didasarkan pada hasil tes dan diagnostik sebelumnya. Jika satu pasien tidak dapat
menyebutkan kegiatan olahraga yang disukai, minggu pertama rehabilitasi digunakan
untuk menemukan jenis gerakan yang paling cocok (berjalan, treadmill, ergometer, sepeda,
pelatihan mesin, dll.) Untuk fokus latihan berikut. Selanjutnya, pasien dari kelompok
intervensi menerima program latihan berbasis rumahan. Setelah perawatan melibatkan 1
minggu rawat inap di klinik, 4 dan 8 bulan setelah 3 minggu pertama rawat inap. Panggilan
telepon pribadi tambahan terjadi 1 bulan setelah pemulangan pertama, dan pasien
diinterogasi lagi pada titik waktu 12, 18, dan 24 bulan setelah awal rehabilitasi dengan
kuesioner pos tentang aktivitas fisik, sindrom kelelahan, dan kesehatan -Kualitas hidup.
Tujuan utama dari individu dan sejarah terperinci aktivitas fisik (kebiasaan, preferensi,
kemungkinan di rumah), layanan telepon, dan jadwal pelatihan berbasis rumah adalah
untuk menghasilkan terapi dan program latihan individu dan tepat yang terbaik untuk
keberlanjutan meningkatkan tingkat aktivitas fisik dan mencapai tingkat aktivitas yang
direkomendasikan (laju metabolisme olahraga) 15 MET-jam / minggu.
Penelitian semi-acak, terkontrol ini berhipotesis bahwa program latihan yang
dipersonalisasi dan dipantau, termasuk tambahan rawat inap 1 minggu setelah 4 dan 8
bulan, memiliki dampak yang lebih positif dan lebih berkelanjutan pada tingkat aktivitas
fisik pada pasien kanker payudara dibandingkan dengan biasanya. perawatan di klinik
rehabilitasi. Selain itu, kami mengharapkan pengurangan mengenai sindrom kelelahan dan
peningkatan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Setelah 2 tahun, pasien
dalam kelompok intervensi menunjukkan peningkatan berkelanjutan dan signifikan dalam
tingkat aktivitas fisik(Baumann et al., 2017).
Dua program latihan dengan modalitas / intensitas yang berbeda, dibandingkan dengan
kelompok perawatan biasa. Empat studi menyelidiki program latihan yang diawasi,
sedangkan dua studi menyelidiki program berbasis rumah. program yang diawasi, dua
terdiri dari latihan perlawanan, sedangkan dua lainnya menggabungkan kedua perlawanan
dan latihan aerobik. Kepatuhan terhadap program latihan yang diawasi berkisar antara 71%
hingga 83%. Intervensi berbasis rumah terdiri dari program aktivitas fisik yang dikelola
sendiri atau latihan keseimbangan / kekuatan / mobilitas dan berjalan. Durasi program
bervariasi antara 12 minggu, 18 minggu sampai minggu ketiga setelah siklus terakhir(Van
Vulpen et al., 2016).
PEMBAHASAN
Pasien dengan diagnosa kanker payudara cendrung lebih merasakan kelelahan saat
beraktivitas baik aktivitas ringan apalagi berat. Jika pasien sudah merasakan kelelahan
maka pasien itu cenderung malas untuk beraktivitas. Latihan fisik cocok buat pasien kanker
yang mana tujuannya untuk mencegah terjadinya hal terburuk pada pasien kanker yaitu
kematian. Latihan fisik yang berupa berjalan, bersepeda, aerobik dll membantu untuk
lamanya durasi hidup pasien kanker. Latihan fisik yang terdapat pada jurnal yang tercantum
bisa di aplikasikan atau di terapkan di indonesia pada pasien yang membutuhkan latihan
fisik seperti pasien kanker,stroke, dll.

KESIMPULAN
Meskipun aktivitas fisik telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup kanker
dalam studi epidemiologi, pasien kanker payudara cenderung tidak aktif setelah perawatan.
Ada pun latihan fisik selama perawatan kanker payudara ajuvan memiliki efek
menguntungkan pada kelelahan umum, kelelahan fisik, 'aktivitas berkurang' dan 'motivasi
berkurang', tetapi tidak menunjukkan efek pada kelelahan kognitif dan afektif. Ukuran efek
terbesar ditemukan untuk kelelahan fisik, menunjukkan bahwa ini adalah dimensi
kelelahan yang paling sensitif terhadap latihan fisik. Berdasarkan hasil penelitian
mendukung pentingnya rekomendasi latihan yang dipersonalisasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas fisik pada pasien dengan kanker payudara. Selanjutnya, hasil menyoroti
hubungan antara aktivitas fisik, kelelahan, dan peradangan.
DAFTAR PUSTAKA

Baumann, F. T., Bieck, O., Oberste, M., Kuhn, R., Schmitt, J., Wentrock, S., …
Reuss-Borst, M. (2017). Sustainable impact of an individualized exercise
program on physical activity level and fatigue syndrome on breast cancer
patients in two German rehabilitation centers. Supportive Care in Cancer,
25(4), 1047–1054. https://doi.org/10.1007/s00520-016-3490-x
Van Vulpen, J. K., Peeters, P. H. M., Velthuis, M. J., Van Der Wall, E., & May, A.
M. (2016). Effects of physical exercise during adjuvant breast cancer treatment
on physical and psychosocial dimensions of cancer-related fatigue: A meta-
analysis. Maturitas, 85, 104–111.
https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2015.12.007
Zimmer, P., Baumann, F. T., Oberste, M., Schmitt, J., Joisten, N., Hartig, P., …
Reuss-Borst, M. (2018). Influence of Personalized Exercise
Recommendations During Rehabilitation on the Sustainability of Objectively
Measured Physical Activity Levels, Fatigue, and Fatigue-Related Biomarkers
in Patients With Breast Cancer. Integrative Cancer Therapies, 17(2), 306–311.
https://doi.org/10.1177/1534735417713301

Anda mungkin juga menyukai