Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perubahan seringkali terjadi pada organisasi yang memiliki orientasi

keuntungan/ profit oriented. Beberapa perusahaan yang telah melakukannya adalah

Home Depot (Charan, 2006), Cisco, GE Healthcare dan Jones Lang LaSalle

(Vermeulen et al., 2010), Scott Paper dan Champion International (Beer dan Nohria,

2000), Ford, Landmark Communication, General Motor dan British Airways (Kotter,

1995).

Greenberg (2011) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi

kekuatan di belakang kebutuhan akan perubahan. Kekuatan ini dibagi ke dalam dua

kelompok yaitu perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Yang termasuk

ke dalam perubahan terencana adalah:

1) Perubahan dalam produk atau jasa. Perkembangan teknologi telah mendorong

tumbuhnya produk baru sejalan kebutuhan pelanggan. Disamping itu,

bervariasinya perilaku konsumen memerlukan peningkatan pelayanan yang

lebih memuaskan pelanggan.

2) Perubahan dalam ukuran dan struktur organisasi. Perubahan yang terjadi

menyebabkan banyak organisasi melakukan restrukturisasi, dan biasanya

1
diikuti dengan downsizing dan outsourcing. Restrukturisasi cenderung

membentuk organisasi yang lebih datar dan berbasis tim.

3) Perubahan dalam sistem administrasi. Perubahan sistem administrasi

dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi, mengubah citra perusahaan, atau

untuk mendapatkan kekuasaan dalam organisasi.

4) Pengenalan pada teknologi baru. Perubahan teknologi baru berlangsung

secara cepat dan mempengaruhi cara kerja orang-orang dalam organisasi.

Teknologi baru diharapkan membuat organisasi semakin kompetitif.

Sementara itu perubahan tidak terencana menurut Greenberg (2011) terjadi

karena adanya hal-hal berikut:

1) Pergeseran demografis pekerja. Komposisi tenaga kerja mengalami perubahan

dengan kecenderungan semakin beragam. Keberagaman tenaga kerja

memerlukan perlakuan yang semakin beragam pula, sesuai dengan ciri

kebutuhannya yang semakin berkembang.

2) Kesenjangan kinerja. Tujuan organisasi yang menjadi ukuran kinerja tidak

selalu dapat dicapai. Terjadi kesenjangan antara yang diharapkan dan yang

dapat dicapai. Kesenjangan yang terjadi perlu direspons dengan berbagai

tindakan perubahan.

3) Peraturan pemerintah. Kebijakan dan peraturan pemerintah yang baru dapat

mempengaruhi kelangsungan suatu bisnis dan cara kerja organisasi

2
pemerintah. Hal yang pada waktu yang lalu diperbolehkan, suatu saat dapat

dilarang.

4) Kompetisi global. Persaingan global menuntut bisnis semakin efisien dan

mampu mengahasilkan produk dan jasa lebih murah. Setiap perusahaan

berusaha untuk mendapatkan market share yang semakin besar.

5) Perubahan kondisi ekonomi. Perubahan kondisi ekonomi dapat menyebabkan

usaha bisnis merugi dan menciptakan peluang terjadinya pengangguran.

Perusahaan harus mampu menyusun strategi untuk bertahan dan bahkan

memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri.

6) Kemajuan dalam teknologi. Kemajuan teknologi menyebabkan cara

perusahaan beroperasi harus berubah. Terjadinya perubahan tersebut

menuntut perusahaan mempersiapkan sumber daya manusia dapat menyerap

dan mengikuti perkembangan teknologi.

Selain terjadi pada perusahaan yang berorientasi keuntungan seperti yang

telah disebutkan di atas, perubahan dapat juga terjadi pada perusahaan non-profit

oriented seperti yang terjadi pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN).

Salah satu Eselon I pada Kementerian Keuangan tersebut melaksanakan reformasi

sejak 2004 sebagai respon dari tuntutan masyarakat akan pengelolaan anggaran

negara yang transparan, akuntabel, terintegrasi, dan berbasis kinerja. Perubahan yang

dilaksanakan mencakup aspek penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan

3
peningkatan manajemen sumber daya manusia (Kementerian Keuangan Republik

Indonesia, 2011).

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) sebagai suatu sistem

berbasis teknologi informasi ditujukan untuk mendukung pencapaian prinsip-prinsip

pengelolaan anggaran tersebut. Seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan

anggaran yang meliputi penyusunan anggaran, manajemen dokumen anggaran,

manajemen komitmen pengadaan barang dan jasa, manajemen pembayaran,

manajemen penerimaan negara, manajemen kas dan pelaporan, diintegrasikan ke

dalam SPAN (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2011). SPAN merupakan

sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan mengintegrasikan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan negara sehingga diperoleh laporan

keuangan yang akurat melalui proses akuntabel dan transparan. SPAN dibuat untuk

menggantikan seluruh sistem pengelolaan Keuangan Negara dalam lingkup Ditjen

Perbendaharaan dan Ditjen Anggaran pada tahun 2013 (Widodo, 2011).

Dari website resmi SPAN yaitu http://www.span.depkeu.go.id, disebutkan

bahwa perubahan yang paling mendasar yang diusung SPAN adalah otomatisasi

proses bisnis yang dijalankan di Direktorat Jenderal Anggaran dan DJPBN. Proses-

proses yang sifatnya pengulangan yang selama ini dilaksanakan secara manual akan

diotomatiskan oleh sistem. Perubahan lainnya adalah penggunaan database tunggal

yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri baik di tingkat pusat, unit vertikal maupun

satuan kerja; perekaman data sekali yang sebelumnya dilaksanakan di setiap unit

4
yang terkait; dan pembakuan business rules untuk semua proses serta analisis.

Perubahan yang signifikan tersebut menuntut perbaikan pada proses bisnis yang

dijalankan dan perubahan pola pikir para pihak yang terlibat pada proses bisnis

tersebut, baik pengguna langsung dari Departemen Keuangan (internal), maupun dari

kementerian/ lembaga (eksternal).

Perubahan adalah kemampuan organisasi untuk mengembangkan desain dan

mengimplementasikan initiatives dan untuk mengurangi cycle time dalam segala

kegiatan organisasi (Ulrich, 1997). Meskipun perubahan membingungkan dan

memiliki pengaruh negatif yaitu ketakutan pada para pegawai hingga membuat

mereka bersikap resisten, program implementasi manajemen perubahan tetap

dibutuhkan oleh setiap organisasi. Sehingga studi ini difokuskan pada pengujian

kapasitas untuk berubah dan implementasi dari manajemen perubahan pada DJPBN

pada proyek SPAN.

2. Rumusan Masalah

Upaya perubahan seringkali dilakukan di banyak organisasi dan banyak yang

mengalami kegagalan. Berbagai macam upaya dilakukan dengan berbagai nama yang

berbeda, seperti Total Quality Management, reengineering, right sizing,

restructuring, cultural change dan turnaround. Namun pada dasarnya tujuan dari

berbagai bentuk perubahan tersebut sama yaitu membuat perubahan secara mendasar

mengenai bagaimana perusahaan tersebut dijalankan untuk membantu mencapai

5
lingkungan pasar yang baru atau yang lebih menantang (Kotter, 1995). Garvin dan

Roberto (2005) mengungkapkan bahwa perubahan sulit dilakukan karena kebanyakan

orang enggan untuk mengubah kebiasaannya, anggapan bahwa perubahan yang

mereka lakukan akan seperti yang sebelumnya yaitu mengalami kegagalan dan

tuntutan untuk berkorban dan disiplin diri ditanggapi dengan sikap sinis, skeptis dan

resisten.

Terdapat delapan jenis error yang menyebabkan kegagalan dalam manajemen

perubahan yaitu tidak membangun sense of urgency yang cukup, tidak menciptakan

koalisi yang kuat, kekurangan visi, kurang mengkomunikasikan visi, tidak

menghilangkan hambatan pada visi yang baru, tidak merencanakan dan menciptakan

tujuan jangka pendek secara sistematis, merayakan kemenangan terlalu cepat, dan

tidak mengakarkan perubahan pada budaya perubahan (Kotter, 1995).

Menurut Markowsky dalam Kemenkeu R.I., manusia merupakan faktor kunci

dalam program transformasi. Sekitar 92% tantangan dalam suatu program

transformasi berhubungan dengan isu manusia. Sedangkan kegagalan dalam

manajemen perubahan yang disebabkan oleh isu proses dan isu teknologi sangatlah

kecil, yaitu masing-masing sebesar 4%.

6
Manusia

Kurangnya partisipasi
Isu Terbatasnya dukungan
42%
Lemahnya perencanaan dan kontrol
kepemimpinan Kurangnya keterlibatan

Isu organisasi
27%• Kurangnya pemahaman
Kurangnya strategic alignment
dan budaya
Kekhawatiran akan kehilangan / perubahan pekerjaan
Isu pengguna 23% Kurangnya buy-in

• Proses yang tidak memadai


Proses
Isu proses 4% • Lemahnya process alignment

Teknologi
Isu teknologi 4% • Isu integrasi
• Isu konfigurasi

Gambar 1.1. Penyebab Kegagalan dalam Manajemen Perubahan.

Sumber: Markowsky dalam Kemenkeu R.I.

Hasil Survey Kesiapan Perubahan dalam rangka implementasi SPAN yang

dilakukan pada bulan November 2010 hingga Januari 2011 menunjukkan bahwa

persepsi pegawai secara rata-rata berada di 3,58 dari skala 5 (1 = positif, 5 = negatif).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persepsi dan kesiapan pegawai untuk

implementasi SPAN masih membutuhkan peningkatan yang signifikan.

7
Tabel 1.1. Jumlah Responden Survey Kesiapan Perubahan per 17 Januari 2011
Unit Responden Terkonsolidasi“ Respondenyangqzzo///7ed’“
DJPB 5,477 (59%) 5,402 (ssh›)
DJA 199 (30%) 194 (26P)
Pusintek 95 (79%) 94 (78%)

*: Total respon yang diterima

**: Respon yang lengkap dan valid

Sumber: Kemenkeu R.I.

Gambar 1.2. Hasil Survey Kesiapan Perubahan

Sumber: Kemenkeu R.I.

8
Kondisi yang diharapkan adalah para pegawai memahami SPAN dan

pentingnya SPAN, memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi

SPAN secara baik dan siap mendukung implementasi SPAN. Namun pada

kenyataanya kondisi saat ini mencerminkan bahwa tujuan dan benefit SPAN belum

sepenuhnya dipahami oleh mayoritas pegawai, komitmen dukungan pada SPAN

cenderung masih rendah, pengetahuan yang baik tentang SPAN cenderung hanya

dimiliki oleh pegawai level Eselon Tiga ke atas, adanya persepsi kurangnya

kapabilitas untuk implementasi SPAN, dan adanya kekuatiran mengenai Job Security

pasca implementasi SPAN.

Perbedaan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan

menimbulkan gap yang harus dijembatani agar pegawai memahami SPAN dan

mempunyai persepsi yang baik sehingga mendukung implementasi SPAN serta siap

dan aktif terlibat dalam program SPAN seperti sosialisasi dan pelatihan.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah manajemen perubahan yang dilakukan DJPBN terkait dengan

proyek SPAN berjalan baik dan memungkinkan DJPBN memperoleh

performa terbaiknya?

9
b. Apa sajakah masalah yang terjadi dalam manajemen perubahan pada

proyek SPAN?

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penyusunan karya ilmiah ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi manajemen perubahan yang

dilakukan oleh DJPBN.

b. Untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam manajemen

perubahan yang dilakukan DJPBN.

5. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat penelitian ini yaitu:

a. Bagi DJPBN.

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi DJPBN dalam proses

pengambilan keputusan terkait dengan proses manajemen perubahan yang

masih berlangsung pada instansi tersebut.

b. Bagi penelitian selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana mengenai manajemen

perubahan pada perusahaan yang tidak berorientasi laba.

10
c. Bagi penulis.

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori

manajemen perubahan yang telah dipelajari dengan kondisi sesungguhnya di

lapangan.

6. Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian

Meskipun program manajemen perubahan melalui proyek SPAN tersebut

terintegrasi dengan Direktorat Jendral Anggaran serta Pusat Sistem Informasi dan

Teknologi Keuangan Sekretariat Jenderal, namun karena alasan terlalu luasnya

cakupan apabila ketiga organisasi tersebut diteliti bersama-sama maka peneliti

membatasi penelitian ini pada lingkup DJPBN saja. Selain itu variabel manajemen

perubahan yang diteliti dibatasi pada hard side dalam manajemen perubahan,

initiative change dan process change, serta soft aspect dalam manajemen perubahan

yaitu mengenai kebudayaan.

7. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, terdapat enam bab yang dimulai dengan pendahuluan.

Pada bab pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang

berisi mengenai landasan teori dalam penelitian ini. Bab ketiga berisi tentang profil

11
perusahaan dimana diuraikan mengenai sejarah DJPBN, visi misi, struktur organisasi

dan juga tentang SPAN. Bab keempat adalah metode penelitian yang digunakan.

Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan. Bab

lima merupakan pembahasan serta hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini

menguraikan deskripsi data dan juga pembahasan atau jawaban atas masalah

penelitian yang telah dipaparkan pada bab pertama. Pada bab terakhir yaitu bab enam

berisi mengenai simpulan, keterbatasan dan saran.

12

Anda mungkin juga menyukai