Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ELEMEN IMPLEMENTASI BAGIAN II

1. Bagaimana prosedur penyimpanan bahan peledak peka detonator mengacu kepada


peraturan yang berlaku ?
Untuk prosedur penyimpanan bahan peledak peka detonator mengacu pada KEPDIRJEN
309.K/30/DJB/2018. Berikut prosedur tata cara penyimpanannya :
- Penyimpanan Bahan Peledak Peka Detonator
Temperatur ruangan bahan peledak peka detonator maksimal 35 (tiga puluh lima) derajat
celcius. Tata cara penyimpanan gudang bahan peledak peka detonator sebagai berikut:
a. Apabila bahan peledak peka detonator disimpan di dalam gudang berbentuk
bangunan, maka harus memenuhi ketentuan:
1) Tetap dalam kemasan aslinya; dan
2) Diletakkan di atas bangku dengan tinggi paling kurang 30cm dari lantai gudang,
dengan ketentuan:
a) Tinggi tumpukan paling tinggi 180 (seratus delapan puluh) cm dari dasar lantai,
lebar tumpukan paling banyak 4 (empat) peti dan panjang tumpukan
disesuaikan dengan ukuran gudang;
b) Jarak antara tumpukan berikutnya paling kurang 30 (tiga puluh) cm; dan
c) Harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang paling
kurang 30 (tiga puluh) cm.
b. Apabila disimpan dalam gudang berbentuk kontener bahan peledak peka detonator,
maka harus memenuhi ketentuan:
1) ditumpuk dengan baik sehingga udara dapat mengalir disekitar tumpukan; dan
2) kapasitas penyimpanan paling banyak 4.000 kilogram.

2. Minimal 5 fasilitas keadaan darurat yang harus ada pada tambang bawah tanah
1) Rute jalur evakuasi
2) Tempat berkumpul (Muster Point)
3) Alarm
4) Lampu darurat
5) Listrik cadangan (battery) dan Generator
6) Alat komunikasi
7) APAR
8) Breathing Apparatus
9) Refuge chamber (stasiun perlindungan/ruang berlindung pada tambang bawah tanah)
dan didalam refuge chamber terdapat fasilitas pendukung yang antara lain:
- System pengatur udara
- CO2 & gas toxid scrubbing system
- Tabung O2 medis (6.700 liter) untuk 20 org.
- Lilin oxygen
- Gas detector
- Portable toilet
- System penerangan AC dan battere untuk 36 jam
- Jaringan filter

3. Kelayakan SPIP yang harus dilakukan oleh pemegang izin terkait, terkhusus
terhadap kelayakan peralatan pesawat angkat, bejana tekan dan instalasi penyalur
petir sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kelayakan SPIP mengacu pada kepdirjen nomor 185.K/37.04/DJB/2019 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan keselamatan pertambangan, pelaksanaan, penilaian, dan
pelaporan system manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara.
Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan Pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan IPR
memastikan keselamatan operasi sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan.
Kelayakan operasi dipastikan melalui pengujian dan pemeliharaan sarana, prasarana,
instalasi, serta peralatan Pertambangan, yang paling sedikit meliputi:
a. Kelayakan Peralatan dan Instalasi
Kelayakan peralatan dan instalasi dilakukan melalui pemeriksaan keselamatan operasi
terhadap bejana tekan dan sejenisnya, pesawat angkat dan/atau angkut, peralatan
Iistrik, peralatan putar, pipa penyalur, tangki timbun, katup pengaman, tanur
(smelter). Kelayakan peralatan dan instalasi paling sedikit meliputi:
 Perencana dan fabrikasi instalasi
 Pengoperasian peralatan dan/atau instalasi
 Jika peralatan dan instalasi bukan dari pemegang izin langsung, atau berasal dari
fabrikasi massal, maka perlu dikaji atau dievaluasi Kembali sebelum digunakan
 Pembongkaran instalasi berupa pekerjaan pelepasan dan pemotongan
Sebagian/keseluruhan instalasi yang sudah tidak terpakai atau untuk pemindahan.
 Perhitungan sisa umur pakai terhadap peralatan.

1) Kelayakan operasi pesawat angkat dan/atau angkut meliputi:


a. Konstruksi
b. Peralatan
c. Pemancangan
- Setiap alat bantu angkat dinyatakan layak operasi apabila telah dilakukan
pengujian secara berkala maksimal 3 (tiga) tahun dan diberi label yang disahkan
oleh KTT atau PTL dengan kode warna yang berbeda. Pengujian dan pemeriksaan
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten atau perusahaan
jasa inspeksi teknik yang ditunjuk.
- Untuk kelayakan bejana tekan meliputi:

2) Kelayakan instalasi kelistrikan


Pemeriksaan, pengujian, pemeliharaan, dan perawatan terhadap instalasi kelistrikan,
paling sedikit dilakukan:
1) Rencana pemeriksaan, pengujian, pemeliharaan, dan perawatan yang dibuat oleh
ahli atau orang yang berkompetensi di bidang ini.
2) Instalasi listrik dipastikan diuji oleh tenaga teknisnya.
3) Setiap perubahan pada instalasi dicatat dalam buku listrik.
- Untuk kelayakan pengamanan instalasi terhadap petir, paling sedikit dengan
ketentuan:
a. Perlu dilakukan pembumian(grounding)
b. Dipasang alat peredam listrik yang masuk ke tambang bawah tanah
c. Setiap instalasi dilengkapi penangkal petir
d. System sirkuit listrik harus dipasang grounding
e. Setiap grounding hubungannya harus dipisahkan dari grounding lainnya.
f. Pemasangan instalasi penangkal petir dilakukan oleh instalatur yang kompeten
dan telah mendapat pengesahan dari KTT atau PTL
g. Instalasi penangkal petir harus diuji sebelum digunakan
h. Pemeriksaan dan pengujian instalasi petir dilakukan oleh orang yang
berkompeten atau perusahaan jasa dibidangnya.
i. Perlu dilakukan perawatan berkala
j. Untuk menghindari efek korosi semua bagian instalasi dibalut dengan timah
k. Pemasangan penerima pada atap yang bukan dari logam.

Anda mungkin juga menyukai