Anda di halaman 1dari 10

Foreign Case Study 2018

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

EKSISTENSI BUDAYA MENJADI SALAH SATU DAYA


TARIK WISATA DI THAILAND
Rizkia
152266

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah
Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Eksistensi Budaya Menjadi Salah Satu Daya Tarik
Wisata di Thailand.

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulis adalah seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmi Yogyakarta
(STIPram) semester VII jenjang Strata I jurusan Hospitality (ilmu kepariwisataan). Tujuan penulis
berkunjung ke Thailand adalah mengikuti program kampus yakni Foreign Case Study yang dilakukan
oleh mahasiswa yang dimulai pada tanggal 20 – 26 Januari 2018 dengan Dosen pembimbing Bapak
Dwi Agus Kristianto [1].
Penulis juga telah melakukan Program FCS (Foreign Case Study) selama 7 hari
denganmelakukan kunjungan ke 3 Negara yaitu Singapore, Malaysia, dan Thailand. Program FCS ini
merupakan salah satu program wajib yang harus di ikuti oleh mahasiswa Strata 1 sebagai salah satu
standar kualifikasi menjadi sarjana pariwisata. Program ini meliputi kunjungan ke beberapa negara
untuk mengkomparasi potensi wisata yang ada diluar negeri baik itu potensi alam maupun budaya
dengan potensi yang ada di Indonesia. Berbagai kunjungan daya tarik dan potensi budaya di Thailand
telah penulis amati.
B. Manfaat Penulisan
1. Agar lebih paham dan mengetahui mengenai pariwisata yang ada di luar indonesia.
2. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai negara Thailand.
3. Mengenal Masyarakat Thailand lebih dekat dengan mengamati dan berinteraksi secara langsung.
4. Mengetahui bagaimana cara negara lain mengembangkan potensi yang ada di daerahnya.
5. Memahami gaya hidup yang ada di Thailand.
C. Lokasi dan Kunjungan
Foreign Case Study 3 Negara
1. Singapore
2. Malaysia
3. Thailand

2. PEMBAHASAN
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah [2].
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,
mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan [3]. Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain.
Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh
pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan [4].
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan sosial dan ekonomi [5]. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir

1
orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia.
Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha
membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar
negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah [6].
Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju
tempat lain di luar tempat tinggalnya [7]. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan
maupun lainnya seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman baru [8]. Besarnya
kegiatan pariwisata, terutama tingkat internasional, ditambah dengan situasi di mana batas antar
negara semakin hilang, telah menjadikan pariwisata sebagai suatu kegiatan penting yang turut
mempengaruhi hubungan internasional [9]. Banyak negara di dunia sekarang ini yang menganggap
pariwisata sebagai sebuah aspek penting dari strategi pengembangan negara. Berikut merupakan
pengertian pariwisata menurut beberapa ahli :
1. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta “pari” yang berarti banyak atau berkeliling dan
“wisata” yang berarti pergi atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan
secara berulang – ulang dan berpindah – pindah.
2. Gejala – gejala yang disebabkan oleh perjalanan dan pendiaman orang – orang asing serta
penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak
memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.
Sektor pariwisata memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan [10].
A. Regulation
Sesuai dengan Peraturan yang berlaku, Dalam kegiatan perjalanan keluar negeri seseorang atau
kelompok, seseorang atau kelompok tersebut harus sudah memiliki dan selalu membawa beberapa
dokumen, seperti :
1. Paspor
Paspor (passport) adalah suatu dokumen resmi yang diterbitkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang tentang identitas seorang warga negara yang akan melakukan perjalanan lintas negara.
Paspor ini digunakan ketika seorang warga negara yang hendak memasuki batas negara lain.
Kemudian petugas berwenang dari negara tujuan tersebut akan memberi stempel ataupun lampiran
lembar visa yang direkatkan di dalam halaman pemegang paspor sebagai bukti tanda ijin untuk
memasuki suatu negara. 
Pada umumnya paspor berisikan tentang identitas lengkap pemegang paspor yang meliputi: foto,
nama lengkap, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, serta tandatangan pemegang paspor tersebut.
Informasi lain yang terdapat pada paspor yakni kode negara, nomor (unik) paspor, tanggal penerbitan
dan berakhirnya paspor, institusi penerbit, dan nama pejabat berwenang yang menerbitkan lengkap
dengan tandatangan dan stempelnya.
Paspor memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan tujuan dari pemegang paspor. Di Indonesia,
dikenal beberapa jenis paspor yaitu:
Paspor Diplomatik : Sampul berwarna hitam yang dikeluarkan oleh Ditjen Imigrasi Indonesia
a. Paspor Dinas/Resmi : Sampul berwarna biru
b. Paspor Umum : Sampul berwarna hijau
c. Paspor Haji : Sampul berwarna cokelat
d. Dengan kemajuan teknologi, saat ini di beberapa negara telah mengeluarkan e-passport atau
elektronik passport sebagai pengganti jenispaspor konvensional yang ada saat ini. Mekanisme e-
passport ini yakni dengan menanamkan suatu chip yang berisikan biodata pemegangnya dan
dilengkapi dengan data biometrik-nya untuk memberijaminan kepastian bahwapemegang paspor
tersebut adalah benar pemilik yang sah.
2. Tiket
Tiket adalah suatu dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang berisi rute,
tanggal, harga,data penumpang yang digunakan untuk melakukan suatu perjalanan baik perjalanan
pulang atau pun pergi secara langsung atau tidak langsung.
3. Visa
Visa adalah sebuah dokumen izin masuk seseorang ke suatu negara yang bisa diperoleh di kedutaan
dimana negara tersebut mempunyai Konsulat Jenderal atau kedutaan asing. Visa adalah tanda bukti

2
‘boleh berkunjung’ yang diberikan pada penduduk suatu negara jika memasuki wilayah negara lain
yang mempersyaratkan adanya izin masuk. Bisa berbentuk stiker visa yang dapat di apply di kedutaan
negara yang akan dikunjungi atau berbentuk stempel pada paspor di negara tertentu.
Visa adalah tanda bukti ‘boleh berkunjung’ yang diberikan pada penduduk suatu negara jika
memasuki wilayah negara lain yang mempersyaratkan adanya izin masuk. Bisa berbentuk stiker visa
yang dapat diajukan ke kedutaan negara yang akan dikunjungi atau berbentuk stempel pada paspor
pada negara tertentu. Jika pemerintah telah mengadakan perjanjian dengan suatu negara agar
penduduk negaranya bebas berkunjung ke suatu negara lain, maka jika bepergian ke negara itu, tidak
memerlukan izin masuk ke negara itu atau dengan kata lain ‘bebas visa’ untuk pemegang paspor
Indonesia. Paspor akan diberi stempel di imigrasi saat sampai dan akan langsung diperbolehkan
masuk.

B. SEJARAH THAILAND
Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam).
Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu
kerajaan besar yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini, dan
banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang dengan
Thailand banyak yang mirip.
Di awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna, Phayao dan Sukhotai.
Pada 1238, berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai (‘Fajar Kebahagiaan’). Di
tahun 1300, Sukhothai dikuasai oleh kerajaan Ayutthaya, sampai akhirnya direbut oleh Burma di
tahun 1767. Jatuhnya Ayutthaya merupakan pukulan besar bagi bangsa Thai, namun tak lama
kemudian Raja Taksin berhasil mengusir Burma dan mendirikan ibukotanya di Thon Buri. Di tahun
1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota baru di
Bangkok. Kebudayaan Kerajaan Thai dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India.
Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun
mengalami tekanan yang kuat, Kerajaan Thai tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman
kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran
bagi pedagang-pedagang Britania.
Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki
konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti nama internasionalnya
menjadi “Thailand” pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali
ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand bersekutu dengan Jepang;
tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta
terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah
demokrasi sejak tahun 1980-an.
Pada 26 Desember 2004, pesisir barat Thailand diterjang tsunami setinggi 10 meter setelah
terjadinya gempa bumi Samudra Hindia 2004, menewaskan 5.000 orang di Thailand, dan setengahnya
merupakan wisatawan.
Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi di Thailand Selatan yang mempunyai populasi dengan
mayoritas Muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim
Shinawatra. Banyak negara yang mengecam keras tragedi ini.

C. BUDAYA THAILAND
Budaya Thailand menggabungkan kepercayaan budaya dan karakteristik asli daerah yang dikenal
sebagai hari modern Thailand ditambah lagi dengan banyaknya pengaruh dari India kuno, Cina,
Kamboja, bersama dengan tetangga budaya pra-sejarah Asia Tenggara. Hal ini dipengaruhi terutama
oleh Animisme, Hindu, Budha, serta oleh migrasi kemudian dari Cina, dan India selatan. Ada banyak
ciri khas yang ada di Thailand terutama pada sisi budayanya, antara lain
1. Kepercayaan (Agama)
Hampir semua orang Thailand 95% Buddhis Theravada (yang mencakup Tradisi Hutan Thai dan
Nikaya Dhammayuttika dan Santi Asoke sekte,) dengan minoritas Muslim di Thailand (4,6%),
Kristen di Thailand (0,7%), Buddha Mahayana, dan agama-agama lain. Thailand Buddhisme
Theravada didukung dan diawasi oleh pemerintah, dengan para bhikkhu menerima sejumlah

3
tunjangan pemerintah, seperti bebas menggunakan infrastruktur transportasi publik. Buddhisme di
Thailand sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional tentang roh-roh leluhur dan alam, yang
telah dimasukkan ke dalam kosmologi Buddhis. Kebanyakan orang Thailand sendiri semangat rumah,
rumah kayu miniatur di mana mereka percaya roh rumah tangga hidup. Mereka menyajikan
persembahan makanan dan minuman untuk roh-roh untuk membuat mereka senang. Jika roh-roh yang
tidak senang, diyakini bahwa mereka akan menghuni rumah yang lebih besar dari Thailand, dan
menyebabkan kekacauan.

2. Suku Karen
Suku Karen atau Kayin. Suku Karen berbahasa Karen, masih dalam kelompok bahasa Sino-
Tibet, mereka adalak kelompok etnis yang berada di Birma selatan dan tenggara (Myanmar). Orang
Karen sekitar 7 persen dari populasi total sekitar Burma 50 juta orang. Sejumlah besar Karen juga
berada di Thailand, terutama di perbatasan Thailand-Burma. Suku Karen sendiri sering bingung
dengan suku Karen Merah (atau Karenni). Salah satu subkelompok dari Karen, suku Padaung dari
wilayah perbatasan Burma dan Thailand, yang terkenal dengan cincin leher yang dipakai oleh para
wanita. Legenda Karen mengacu pada ‘sungai menjalankan pasir’ yang konon begitulah cara nenek
moyang mereka menyeberang. Karen banyak yang berpikir ini mengacu ke Gurun Gobi, meskipun
mereka telah tinggal di Burma selama berabad-abad. Suku Karen merupakan populasi etnis terbesar di
Burma setelah Bamars dan Shans. Suku Karen tinggal di daerah perbukitan 400 m, hingga ke
pegunungan berketinggian di atas 800 m di atas permukaan laut.
Kebanyakan suku Karen tinggal di daerah perbukitan yang berbatasan dengan wilayah timur dan
delta Irrawaddy Myanmar, terutama di Daerah Kayin, dengan beberapa di Kayah Negara, selatan
Negara Bagian Shan, Daerah Ayeyarwady, Tanintharyi Daerah, dan di bagian barat Thailand.
Ada tradisi unik dari wanita suku karen yang hidup di pedalaman thailand, Semua wanita disini
berleher panjang, Memanjangnya leher para wanita disini bukan karena proses alami. Orang suku
karen yang berdomisili di provinsi Maehongson dihutan pedalaman, perbatasan antara thailand dan
myanmar ini sangat mempercayai bahwa para wanitanya adalah keturunan dari burung phoenix yang
berleher panjang, Maka karena mitos tersebut mereka pada memanjangkan leher biar seperti burung
phoenix dimaksut. Memang agak aneh ya, tapi kepercayaan seperti itu juga di percayai oleh wanita
suku Yao desa Huangluo Cina, yang satu kampung wanitanya berambut panjang, mereka percayai
denga memanjangkan rambut akan membawa keberuntungan tersendiri
Proses pemakaian gelang pada leher tersebut biasa dilakukan pada anak perempuan suku karen
sejak umur memasuki usia 5 tahun. Semenjak pemasangan pertama itu akan berlanjut setiap 2-3 tahun
sekali tumpukan gelang dileher ditambah satu persatu, sampai umur gadis menginjak 19 tahun, baru
diganti dengan gelang besi berwarna emas. Gelang seberat sekitar 7 kg yang melingkar di leher para
wanita suku karen ini baru boleh dilepas saat wanita tersebut menjalani persalinan, rasa mual ingin
mutah, atau saat menjalankan pernikahan, dan yang terakhir besi baru boleh di lepas waktu wanita itu
meninggal dunia.
3. MuayThai
Muay Thai merupakan salah satu budaya atau kesenian di negara gajah putih ini, yaitu
sejenis seni bela diri kick boxing yang merupakan bentuk pertahanan Kerajaan Thai saat itu. Kesenian
beladiri Muay Thai adalah seni gerakan pembelaan yang lebih memanfaatkan tulang dari siku-siku
tangan dan kaki. Gerakan dari kesenian ini mengadaptasi dari gerakan gajah saat menyerang
menggunakan taringnya. Hingga akhirnya, popularitas seni bela diri ini memuncak di seluruh dunia
pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri yang mirip dengan muay Thai di negara-negara lain di
Asia Tenggara.
4. Festival Songkran
Songkran adalah perayaan Tahun Baru Thailand. Perayaan ini perayaan penting bagi umat
Budha dan juga pesta kerajaan yang penting. Nama Songkran sendiri berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti ayat astrological. Songkran menandai akhir dari musim kemarau dan awalmusim hujan
tahunan di bulan kelumatahun lunar Thailand. Bagi warga Thailand, April adalah bulan terpanas.
Festival ini juga merupakan momen libur terpanjang di Thailand. Ini merupakan kesempatan bagi
orang-orang untuk pulang kampung dari Bangkok. Tradisi ini sama seperti lebaran. Selama perayaan,
Bangkok terlihat sangat tenang dan lalu lintas pun santai dalam beberapa hari.

4
Perayaan ini dimulai dengan parade gambar Budha untukorang yang ingin berkat. Acara dilanjutkan
kembali dengan parade ratu kecantikan Songkran dan parade kendaraan bunga, selain perang air
Songkran juga menghadirkan berbagai hiburan termasuk pertunjukan budaya dan permainan
tradisional Thailand.
5. WAI (Upacara Penyambutan)
Ucapan penyambutan yang umum di Kerajaan Thai adalah isyarat bernama wai, yang
gerakannya mirip dengan gerakan sembahyang.hal ini biasanya dilakukan pada tamu atau wisatawan
yang baru saja tiba di Negara Thailand. Ucapan penyambutan di Thailand sudah banyak di kenal oleh
banyak orang karena biasanya penyambutan sering dilakukan pada saat para wisatawan atau bahkan
tamu keluarga datang ke negri Thailand, dan seiring waktu ucapan penyambutan telah menjadi
budaya yang melekat pada Thailand.
6. Kinjay Festival
Phuket Vegetarian Festival atau Kin Jay Festival adalah festival tahunan yang di adakan di
Thailand. Dimulai dari akhir september sampai awal oktober atau bulan. Selama 10 hari penduduk
lokal etnis China akan menjalani ritual menjadi vegetarian. Festival ini akan dimeriahkan oleh arak-
akan dari berbagai klenteng. Selain pawainya yang keren, ada lagi yang spektakuler . Pada pawai itu,
sebagian dari peserta pawai kan menusukkan berbagai macam benda tembus ke pipi mereka. Setiap
tetes darah mereka dipercaya mampu membersihkan jiwa mereka. Setiap Oktober di pulau Phuket,
Thailand diadakan sebuah acara spektakuler bernama Festival Vegetarian.
Festival ini dirayakan oleh komunitas etnis China yang berada di Phuket. Festival ini sebagai
tanda dimulainya awal bulan Taoist Lent, dimana para pengikut ajaran Tao puasa makan daging dan
semua produk daging. Festival ini diawali dengan prosesi, persembahan keagamaan dan pertunjukan
budaya di lima kuil China di Phuket. Selain puasa daging, di festival ini para peserta akan melakukan
kegiatan yang bersifat pengorbanan dan penyiksaan diri, seperti berjalan di atas bara panas, memanjat
tangga yang terbuat dari pisau, dan menusuk kulit dengan benda-benda tajam. Di sini, peserta
berperan sebagai media yang membawa sembilan dewa Tao ke bumi dengan cara menyiksa diri tadi.
Mereka tidak akan merasa kesakitan karena sedang dalam keadaan tidak sadar.
7. Upacara Pernikaha di Thailand
Di zaman modern, larangan ini telah secara signifikan santai. Hal ini tidak biasa untuk
kunjungan ke sebuah kuil yang harus dilakukan pada hari yang sama sebagai non-Buddhis bagian dari
pernikahan, atau bahkan untuk pernikahan untuk mengambil tempat dalam kuil. Sementara
pembagian masih sering diamati antara “agama” dan “sekuler” bagian dari layanan pernikahan,
mungkin sederhana seperti para biarawan hadir untuk upacara Buddha berangkat untuk makan siang
setelah peran mereka selesai. Selama komponen Buddhis dari layanan pernikahan Mereka kemudian
membacakan doa-doa tertentu dasar Buddhis atau nyanyian (biasanya termasuk mengambil tiga
perlindungan dan Lima Sila), dan kemenyan cahaya dan lilin sebelum foto. Orang tua dari pasangan
kemudian dapat dipanggil untuk ‘menghubungkan’ mereka, dengan menempatkan pada kepala
pengantin wanita dan laki-laki. Pasangan itu kemudian dapat membuat persembahan makanan, bunga,
dan obat-obatan kepada para bhikkhu ini. Kas hadiah (biasanya ditempatkan dalam amplop) juga
dapat disajikan ke kuil pada saat ini.
Para bhikkhu kemudian dan para biarawan berkumpul. Mereka memulai serangkaian bacaan
kitab suci Pali dimaksudkan untuk membawa pahala dan berkah bagi pasangan baru. String berakhir
dengan biarawan memimpin, yang dapat menghubungkan ke sebuah wadah air yang akan
‘dikuduskan’ untuk upacara. Merit dikatakan perjalanan melalui string dan disampaikan ke air;
pengaturan yang sama yang digunakan untuk mentransfer pahala kepada orang mati di sebuah
pemakaman, bukti lebih lanjut dari melemahnya tabu pada citra pemakaman pencampuran dan riasan
dengan upacara pernikahan. Terpujilah air dapat dicampur dengan tetesan lilin dari lilin menyala
sebelum gambar Buddha dan unguents lainnya dan herbal untuk menciptakan sebuah ‘paste’ yang
kemudian diterapkan pada dahi pengantin untuk menciptakan sebuah ‘titik’ kecil, mirip dengan
menandai kadang-kadang dibuat dengan tinta merah pada umat Hindu. Tanda pengantin dibuat
dengan pangkal lilin daripada jempol biarawan itu.
Sekarang biksu tertinggi dapat memilih untuk mengatakan beberapa kata untuk pasangan,
menawarkan nasihat atau dorongan. Pasangan itu kemudian dapat membuat persembahan makanan
kepada para bhikkhu, di mana titik bagian Buddhis dari upacara ini adalah menyimpulkan. Sistem
mahar Thailand dikenal sebagai ‘Dosa Sodt’. Secara tradisional, pengantin pria akan diharapkan

5
untuk membayar sejumlah uang untuk keluarga, untuk mengimbangi mereka dan untuk menunjukkan
bahwa pengantin laki-laki secara finansial mampu merawat putri mereka. Kadang-kadang, jumlah ini
adalah murni simbolis, dan akan kembali ke pengantin setelah pernikahan telah terjadi
Komponen religius upacara pernikahan antara Muslim Thailand sangat berbeda dari yang
dijelaskan di atas. Imam dari masjid lokal, pengantin pria, ayah dari pengantin wanita, laki-laki dalam
keluarga dan laki-laki penting dalam komunitas duduk dalam lingkaran selama upacara, yang
dilakukan oleh Imam. Semua perempuan, termasuk pengantin wanita, duduk di ruang terpisah dan
tidak memiliki partisipasi langsung dalam upacara tersebut. Komponen sekuler upacara,
bagaimanapun, sering hampir identik dengan bagian sekuler upacara pernikahan Buddhis Thailand.
Satu-satunya perbedaan penting di sini adalah jenis daging yang disajikan untuk tamu (kambing dan /
atau daging sapi bukan daging babi).
8. Kebiasaan
Kebiasaan Tradisional orang Thailand dikumpulkan dan dijelaskan oleh Phya Anuman
Rajadhon di abad 20, pada saat modernitas mengubah wajah Thailand dan sejumlah besar tradisi
menghilang dan disesuaikan dengan kehidupan modern. Namun, perselisihan ke arah perbaikan, yang
berakardalam budaya Siam kuno, yang terdiri dalam mempromosikan apa yang halus dan
menghindari kekasaran adalah penekanan utama dalam kehidupan sehari-hari semua orang Thailand
teratas dalam skala nilai mereka. Salah satu yang paling khas. Menampilkan upacara, perpisahan, atau
pengakuan, ia datang dalam beberapa bentuk yang mencerminkan status relatif dari mereka yang
terlibat. Umumnya salam melibatkan gerakan doa seperti dengan tangan, mirip dengan mudra
Anjalidari anak benua India, dan juga membungkukkan sedikit kepala. Salam ini sering disertai
dengan senyuman, Thailand sering disebut sebagai “Tanah Senyuman” dalam sebuah brosur wisata.
9. Senyuman
Di Thailand senyuman menjadi ciri khas masyarakat yang ada negara ini, karena menjadi
salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal dinegara ini. Sebuah norma sosial
terkemuka menyatakan bahwa sesorang menyentuh di kepala dapat dianggap kasar. Hal ini juga
dianggap tidak sopan untuk menempatkan kaki di atas kepala orang lain, terutama jika orang itu
adalah berstrata sosial yang lebih tinggi. Hal ini karena rakyat Thailand menganggap kaki menjadi
bagian yang paling kotor dan paling rendah dari tubuh, dan kepala bagian yang paling dihormati. Ini
juga mempengaruhi bagaimana Thailand duduk saat ditanah-kaki mereka selalu menunjuk jauh dari
orang lain,menunjuk atau menyentuh sesuatu dengan kaki juga dianggap kasar.
Ada sejumlah kebiasaan Thailand yang berkaitan dengan status khusus biksu dalam masyarakat
Thailand. Karena disiplin keagamaan, para bhikku Thailand dilarang kontak fisik dengan para
perempuan. Oleh karena itu perempuan diiharapkan untuk membuat jalan untuk melewati para bikkhu
untuk memastikan bahwa kontak tidak disengaja tidak terjadi. Berbagai metode yang digunakan untuk
memastikan bahwa tidak ada kontak insidental anatara perempuan dan biksu terjadi.
10. Tuk Tuk transportasi khas Bangkok
Tuk Tuk atau “sam lor” merupakan transportasi khas Thailand. Kendaraan ini memiliki tiga
roda seperti bajaj yang ada diindonesia. Tuk tuk telah menjadi salah satu fitur transportasi di Bangkok
yang paling populer dikalangan wisatawan dan pengunjung. Kendaraan yang disebut Tuk Tuk ini
sesungguhnya sudah dikenal sejak lama di Thailand. Jepang mengekspor kendaraan roda tiga ini sejak
tahun 1934 ke Thailand. Tuk Tuk menjadi salah satu alat transportasi yang beroperasi di area
perkotaan seperti Bangkok dan beberapa kota lainnya. Tak kurang dari 20.000 Tuk Tuk beroperasi di
Negeri Gajah Putih ini.
Sepintas, memang alat transportasi ini mirip dengan bajaj yang beroperasi di Jakarta.
Bedanya, suara mesin Tuk Tuk lebih halus ketimbang suara Bajaj yang terbilang bising. Tuk tuk
mempunyai 3 roda dan jendela yang terbuka lebar. Tuk tuk tidak memiliki pintu di sisi kanan dan kiri
sehingga terasa kurang aman. Walaupun begitu, alat transportasi tuk tuk ini cukup asyik dipilih
sebagai kendaraan untuk menempuh jarak pendek.
Supir Tuk Tuk duduk di bagian depan dan penumpang di bagian belakangnya. Tempat duduk
penumpang ini lebih tinggi dibandingkan posisi tempat duduk supir. Ukuran tuk tuk yang terbilang
kecil hanya bisa memuat 2 sampai 3 orang penumpang. Tempat duduk penumpang terdiri dari satu
bangku saja. Karena itu jika ingin lebih nyaman sebaiknya cukup ditempati dua orang penumpang
saja.

6
Warna kendaraan ini sangat bervariasi dengan warna-warna yang cerah seperti kuning, merah,
biru, hijau, oranye. Selain itu, tampilan tuk tuk ini dilengkapi pula dengan atribut berupa bendera
Thailand dan panji rajanya. Tuk tuk bisa ditemukan dengan mudah di sekitar hotel, pasar, obyek-
obyek wisata dan kerap lalu lalang di jalan-jalan besar.
11. Lifestyle Masyarakat Thailand
Tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadibagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,waktu, atau agama
yang sama. Adapun beberapa kebiasaan masyarakat Thailand yaitu :
1. Raja Thailand dan keluarganya sangat dihormati rakyatnya, di jalan-jalan dan di gedung banyak
sekali ditemui foto-foto raja dan ratu. Melakukan tindakan yang dianggap melecehkan keluarga
kerajaan bisa dianggap sebagai tindakan kriminal.
2. Nilai paternalisme dan patriakal dalam budaya Thailand masih melekat erat, dimana mereka
menganggapraja sebagai “father” dalam mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu,
raja dianggap sebagai perwakilan Wisnu, Siwa,dan Budhisattava yang merupakantitisa dewa.
Sehingga tak heran bila masyarakat Thai lebih mencintai raja daripada politik.
3. Salah satu yang paling menonjol adalah kebiasaan Thailand Wai, yang mirip dengan gerakan
namaste India. Menampilkan salam, selamat tinggal, atau pengakuan, ia datang dalam beberapa
bentuk yang mencerminkan status relatif mereka yang terlibat, tetapi biasanya melibatkan doa seperti
isyarat dengan tangan dan menundukkan kepala.
4. Dalam kehidupan sehari-hari di Thailand, ada penekanan kuat pada konsep sanuk; gagasan
bahwa hidup harus menyenangkan di tempat kerja dan pada hari-hari biasa. Menampilkan emosi
positif dalam interaksi sosial juga penting dalam budaya Thai, begitu banyak sehingga Thailand
sering disebut sebagai land of smile.
5. Adapun adat melepaskan sepatu sebelum memasuki sebuah rumah atau sebuah kuil, dan bukan
untuk melangkah di ambang pintu.
6. Ada beberapa kebiasan Thailand berkaitan dengan status khusus biksu di masyarakat Thai.
Karena disiplin agama, Thailand biarawan dilarang kontak fisik dengan perempuan.

3. PENUTUP
A. SIMPULAN
Pariwisata memiliki pengaruh yang besar dalam mendongkrak perekonomian suatu daerah atau
Negara yang memberikan investasi jangka panjang, dengan pengelolaan kepariwisataan yang berbasis
cultural tourism. Cultural Tourism atau Wisata Budaya yaitu salah satu jenis kegiatan pariwisata yang
menggunakan kebudayaan sebgai objeknya. Wisata budaya adalah aktivitas perjalanan temporal
yangdilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari tempat dimana dia atau mereka tinggal ke
suatu tempat lain dengan tujuan untuk menyaksikan atau menikmati situs purbakala, tempat
bersejarah, museum, upacara adat tradisional, upacara keagamaan, pertunjukan kesenian, festival,dan
lain sebagainya.
Thailand merupakan negara dengan sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh raja, ada
banyak keunikan dari budaya yang ada di negara Thailand mengenai kepercayaan, festival,
kebiasaan,lifestyle, dan lain-lainnya. Nilai paternalisme dan patriakal dalam budaya Thailand
masih melekat erat, dimana mereka menganggap raja sebagai “father” dalam mengarahkan
masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu, raja dianggap sebagai perwakilan Wisnu, Siwa,dan
Budhisattava yang merupakantitisa dewa. Sehingga tak heran bila masyarakat Thai lebih mencintai
raja daripada politik.Salah satu yang paling menonjol adalah kebiasaan Thailand Wai, yang mirip
dengan gerakan namaste India. Menampilkan salam, selamat tinggal, atau pengakuan, ia datang dalam
beberapa bentuk yang mencerminkan status relatif mereka yang terlibat, tetapi biasanya melibatkan
doa seperti isyarat dengan tangan dan menundukkan kepala.Dalam kehidupan sehari-hari di Thailand,
ada penekanan kuat pada konsep sanuk; gagasan bahwa hidup harus menyenangkan di tempat kerja
dan pada hari-hari biasa. Menampilkan emosi positif dalam interaksi sosial juga penting dalam
budaya Thai, begitu banyak sehingga Thailand sering disebut sebagai land of smile.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan kritik dan saran :

7
1. Karena banyak wisatawan asing yang datang ke Thailand diharapkan masyarakat Thailand bisa
memakai Bahasa Inggris untuk memudahkan wisatawan berkomunikasi dengan orang asli Thailand.
2. Perlunya menebar senyuman kepada wisatawan asing dikarenakan Thailand disebut juga tanah
senyuman.
3. Perlunya memperbanyak tempat makan yang berlabel halal meskipun masyarakat Thailand
banyak menganut agama Budha.
4. Memperbanyak fasilitas umum seperti Toilet agar lebih terasa nyaman ketika berpergian.

References
[1] Data foreign case study, Tanggal20 Januari – 26 Januari 2018 di Singapore,malaysia, dan Thailand.
[2] Suryadana., & Octavia, Vanny. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.Bandung: Alfabeta.
[3] Haruna, K., Akmar Ismail, M., Suhendroyono, S., Damiasih, D., Pierewan, A. C., Chiroma, H., &
Herawan, T. (2017). Context-Aware Recommender System: A Review of Recent Developmental
Process and Future Research Direction. Applied Sciences, 7(12), 1211.
[4] Isdarmanto, I. (2016). The advantage collaboration program of Tourism Education based on
Entrepreneurship in Culinary Products both Thailand and Indonesian countries. International Journal
of Tourism and Hospitality Study, 1(1).
[5] Suwantoro, Gamal. (2009). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
[6] Henny, Ni Luh. (2014). Manajemen Pemasaran Pariwisata.Yogyakarta: Graha Ilmu.
[7] Wisnumurti, A. (2013). THE PRIVILEDGES OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION AND THE
DEVELOPMENT OF THE LOCAL TOURISM POTENTIALS. Jurnal Kepariwisataan, 7(2), 75-85.
[8] Isdarmanto, I. (2015). Structuring Malioboro Yogyakarta Environmentally Friendly Refers To The
Tourism Behavior. Jurnal Kepariwisataan, 9(2), 89-97.
[9] Wibisono, H. K. (2013). PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ILMU FILSAFAT (Sumbangannya bagi
Pengembangan Ilmu Pariwisata di Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
[10] Prabasmara, P. G., Subroto, Y. W., & Roychansyah, M. S. (2011). The Concept of Livability As a Base
In Optimizing Public Space Case Study: Solo City Walk-Jalan Slamet Riyadi, Solo.

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Dokumentasi Regulation cek Paspor

8
Gambar 1.3 suku karen

Gambar 1.3 Festival Songkran

Gambar 1.4 kendaraan Tradisional Tuk-Tuk

9
10

Anda mungkin juga menyukai