PDF Askep Katarak
PDF Askep Katarak
OLEH;
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala
rahmat dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK” yang disusun dan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi...................................................................................................... 3
2.2 Etiologi.......................................................................................................3
2.3 Klasifikasi.................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinik Katarak....................................................................7
2.5 patofisiologi katarak.................................................................................8
2.6 woc.............................................................................................................. 10
2.7 Pemeriksaaan Diangnaktik Katarak.....................................................11
2.8 Pengobatan Katarak...............................................................................11
2.9 Komplikasi.................................................................................................12
2.10 Evaluasi.....................................................................................................13
2.11 Pengobatan...............................................................................................13
3.1 Pengkajian................................................................................................20
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................23
3.3 Rencana
Keperawatan....................................................................................................... 23
3.4 Evaluasi
...........................................................................................
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................44
Daftar Pustak
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
1.1 Latar Belakang
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),
denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai
retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Penderita katarak memang terus meningkat jumlahnya. Menurut Badan
Kesehatan Dunia PBB/WHO), saat ini sekitar 161 juta penduduk dunia mengalami
gangguan penglihatan, meliputi 37 juta orang buta total dan sisanya 124 juta rabun
atau mengalami gangguan penglihatan. Di Indonesia, katarak merupakan penyakit
penyebab utama kebutaan. Berdasarkan survei kesehatan menunjukkan, 1,5 persen
penduduk Indonesia mengalami kebutaan. Penyebab tertinggi karena katarak 52
persen, glaukoma 13,4 persen, kelainan refraksi 9,5 persen, gangguan retina 8,5
persen, dan kelainan kornea 8,4 persen. Kebutaan di Indonesia saat ini merupakan
yang tertinggi di Asia, karena negara Asia lainnya kurang dari 1 persen.
Pada katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti melihat
di belakang tabir kabut atau asap, akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Hal ini
diakibatkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan penglihatan.
Penglihatan akan berkurang perlahan-lahan. Pada pupil terdapat bercak putih atau
apa yang disebut sebagai leukokoria. Bila proses berjalan progresif, maka makin
nyata terlihat kekeruhan pupil ini.
Adapun dua macam teknik pembedahan yaitu ekstrasi intraskapular dan
ekstraskapular. Dimana pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan
sangat individual sifatnya.Dukungan finansial dan psikososial dan konsekwensi
pembedahan sangatlah penting untuk penatalaksanaanya.
v
3. Apakah patofisiologi katarak?
4. Apakah web of caution katarak?
5. Apakah manifestasi klinik katarak?
6. Apakah klasifikasi katarak?
7. Apakah pengobatan katarak?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan katarak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian katarak.
2. Menjelaskan etiologi katarak.
3. Menjelaskan patofisiologi katarak.
4. Menjelaskan web of caution katarak.
5. Menjelaskan manifestasi klinik katarak.
6. Menjelaskan klasifikasi katarak.
7. Menjelaskan pengobatan katarak.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan katarak.
1.4 Manfaat
Menjelaskan dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
vi
2.1 Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda.
vi
- Trauma (kecelakaan) pada mata.
- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
-
2.3 Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
2.3.1 Katarak Kongenital:
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir,
dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan
ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada
saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi
sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1
tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme
oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil
yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan
leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma,
endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi
di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau
serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah
dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya
dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca bedah
pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia.
vi
terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian
dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
2.3.3 Katarak Senil:
- Paling sering dijumpai
- Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai
umur 40 tahun
- Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang
berbeda. Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar
nucleus.
- Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu
beberapa tahun.
- Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan
dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah
bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan
akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang
dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a) Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar
perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil
dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test)
akan negatif.
b) Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal.
Tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
ix
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium
imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c) Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga
mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan
lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow
negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler
(Tehnik Lama).
d) Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis
disebut Shrunken katarak
b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami
perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi
pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
x
Besar Iensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal 8ertambah Normal Berkuran
air masuk air + masa
Lensa ke luar)
Iris Normal Terdarong Normal Trcmulans
Bilik mata depan depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit -- Glaukoma - ' Uveitis
' Glaukoma
xi
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
xi
xi
2.6 WOC
Keruh Densitas
koagulasi
Pembedahan Katarak
MK : Cemas/
Ansietas Perawatan
MK I : Kurang Kurang Optimal
pengetahuan
MK : Gangguan
Proses Inflamasi Persepsi Sensori
xi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaukoma.
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Tekhnik
yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan
1
melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus
lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul
penyulit katarak sekunder.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi
kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien
meningkat.
1
6) Ablatio retina
Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
7) Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel bermigrasi melalui permukaannya.
- Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus
viterius keluar).
1
- Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak
unilateral (satu mata).
- Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi, menggantikan
Kerugian :
- Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi/ditolak oleh tubuh.
- Tehnik operasi lebih sukar/canggih.
Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Neurosensori
Penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
1
merasa di runag gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
2. Pemeriksaan Diagnostik
– Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus
humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi.
3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan katarak)
3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
1
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi
1) Jelaskan pada pasien penyebab terganggunya pengelihatan
R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
1) Berikan informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
R/ meningkatkan pemahaman pasien tentang katarak
2) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda
berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler
dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
2
3) Tunjukkan tekhnik yang tepat pemberian obat tetes mata.
R/ meningkatkan keefektifan pengobatan.
4) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan/kriteria evaluasi:
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
- Ekpresi wajah tenang
- VAS 1-5
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
1) Ajarkan pada pasien tekhnik relaksasi
R/ tekhnik relaksasi membantu mengurangi nyeri
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
R/ analgesic menghambat transmisi nyeri
2
3) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda
berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler
dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
4) Observasi tanda-tanda vital
2
3) Pendekatan dari sisi yang tak di operasi
R/ memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung
4) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesarkurang lebih 25%
R/ perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung
Hal yang tidak boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah : (Ilyas, 2004)
2
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 66 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Sidoarjo
Pekerjaan : Pensiunan
MRS mulai tgl: 23 September 2017
Operasi : 24 September 2017
2
TOS (tekanan okuli sinistra) : 14,6 mmHg
2
6) Analisa Data
Data Etiologi Masalah
1. S: Klien mengatakan setelah Discontinuitas jaringan Nyeri
operasi mata sebelah kiri
terasa sakit seperti ditusuk-
tusuk.
O:
- VAS 5
- Pemeriksaan mata kiri:
- Konjungtiva : hiperemi
(+) dan khemosis (+)
- Subkonjungtiva:
bleeding (+)
- Kornea: diskonvil (+)
2
7) Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1) Nyeri akut berhubungan dengan dicontinuitas jaringan
2) Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular.
3) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan pasca operasi.
8) Rencana keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan yang ditandai dengan klien
mengatakan setelah operasi mata kiri terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, VAS 5, pada
mata kiri konjungtiva hiperemi dan khemosis, subkonjungtiva bleeding, kornea
diskonvil.
Tujuankeperawatan:selamadilakukantindakankeperawatannyeriklien berkurang dalam waktu 1x24 jam
Kriteria evaluasi:
O Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Untuk membantu mengetahui
karakteristik dan intensitas nyeri derajat ketidaknyamanan dan
(skala 0-10). keefektifan analgesic sehingga
memudahkan dalam memberi
tindakan.
2. Motivasi untuk melakukan teknik 2. Tehnik relaksasi dapat mengurangi
pengaturan nafas dan mengalihkan rangsangan nyeri.
perhatian.
3. Hindari sentuhan seminimal 3. Sentuhan dapat meningkatkan
mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri.
rangsangan nyeri. 4. Analgesik membantu memblok
4. Kolaborasi dengan dokter dalam nyeri.
pemberian analgetik. 5. Deteksi dini terhadap
5. Observasi tanda-tanda vital perkembangan nyeri.
2
2. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular yang ditandai
dengan klien mengatakan pengelihatan masih kabur, VOD 5/20, VOS 5/60, TOD
12,2 mmHg, TOS 14,6 mmHg.
Tujuan Keperawatan : selama dilakukan keperawatan klien tidak terjadi cedera dalam waktu 3 x 24 jam.
Kriteris evaluasi:
O Tidak terjadi cedera
Intervensi Rasional
1. Bantu pasien dalam memenuhi 1. Membantu pasien dalam
kebutuhannya. memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Tempatkan bel atau lampu panggil 2. Memudahkan pasien untuk
pada tempat yang mudah menjangkau bila dibutuhkan untuk
dujangkau pasien memanggil perawat.
3. Berikan pencahayaan yang adekuat 3. Pencahayaan yang adekuat
4. Naikkan penghalang tempat tidur. membantu dalam penerangan
lingkungan.
4. Sebagai pengaman untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur.
Rencana keperawatan
Beritahu pasien tertentu maka dokter menganjurkan setelah dibedah untuk dirawat dan tinggal pada rumah s
Sesudah pembedahan dan kerja obat bius mulai hilang maka mata akan terasa berat
Bila tidak terdapat rasa sakit yang berat pada mata yang tidak dipertahankan
segera panggil perawat dan ditindaklanjuti ke dokter
2
Hal-hal yang boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah:
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
Pakai penutup mata seperti yang dinasihatkan
Melakukan pekerjaan hanya pekerjaan berat tidak boleh dilakukan
Bila memakai sepatu jangan membungkuk akan tetapi angkat kaki ke atas
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah:
Jangan menggosok mata
Jangan bungkuk terlalu dalam
Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca berlebihan dari biasanya
Jangan mengejan keras pada waktu buang air besar
Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
Jangan menggosok gigi pada minggu pertama dan coba mencuci mulut saja
2
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta
Artikel. Gejala Klinis Dan Penatalaksanaan Katarak Senilis Matur Pada Usia
Lanjut.www.gogle.com
Ilya, Prof. Dr. H. Sidarta, (2004), Ilmu Perawatan Mata,Sagung Seto : Jakarta