Anda di halaman 1dari 2

Nama : Olivia Ramadhani Dezytasari

NPM : 1906 411 416


Mata Kuliah : Hukum Perusahaan Berkaitan Dengan Kenotariatan
Dosen : Dr. Miftahul Huda S.H., LL.M.

1. Bagaimana pendapat saudara atas pengunduran diri Direktur Utama PT Bank Tabungan
Negara atas penolakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan bagaimana un-
dang-undang Nomor 40 tentang Perseroran Terbatas melihat ini?
Jawab:
Pengunduran Direksi memang tidak di jelaskan secara spesifik oleh Undang – undang, dan Pen-
gunduran diri Anggota Direksi hanya diatur di dalam pasal 107 UUPT Nomor 40 Tahun 2007,
bahwa tata cara pengunduran diri anggota Direksi yang diatur dalam anggaran dasar. Pada Pasal
11 ayat (23) huruf (a) Perubahan Anggaran Dasar PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk
Nomor 66 Tanggal 23 Maret 2018 disebutkan bahwa:
“seorang anggota Direksi dapat mengundurkan diri dari jabatannya sebelum masa jabatannya be-
rakhir. Dalam hal terdapat anggota direksi yang mengundurkan diri, maka anggota direksi yang
bersangkut wajib menyampaikan permohonan pengunduran diri secara tertulis mengenai maksud-
nya tersebut kepada Perseroan”
Sebagaimana dengan penjabaran diatas, saya berpendapat bahwa pengunduran diri Direktur BTN
tersebut tidak sah karena beliau menyampaikan pengunduran diri tersebut secara lisan, dan tidak
tertulis yang bertentangan dengan Aggaran Dasar PT BTN tersebut.

2. Thomas dan Amel mendirikan PT, Thomas sudah setor modal senilai 1 Milyar dan telah
mendapatkan pengesahan. Dapatkah Thomas menari kembali modalnya? Jelaskan pen-
dapat anda dan dasar hukumnya
Jawab:
Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT
menyatakan bahwa Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta ru-
piah). Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.
Modal yang telah disetorkan untuk menjadi modal dalam suatu perusahaan (PT) bukan lagi men-
jadi kepemilikan pribadi secara langsung dari penyetor modal, melainkan menjadi harta perusa-
haan.
Modal dasar PT ini kemudian terbagi dalam nominal saham (Pasal 31 ayat (1) UUPT) dan diambil
bagian oleh penyetor modal. Kepemilikan saham ini memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT
(Pasal 52 ayat (1) UUPT)
Dengan demikian, jika terjadi penarikan kembali atas modal yang telah disetorkan akan terjadi
pengurangan modal. Pengurangan modal harus melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Sa-
ham (RUPS)
Keputusan RUPS untuk pengurangan modal Perseroan adalah sah apabila dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju terhadap adanya perubahan
Anggaran Dasar (Pasal 44 ayat (1) UUPT)
Selain itu, dalam Pasal 46 ayat (1) UUPT ditentukan bahwa pengurangan modal PT merupakan
perubahan Anggaran Dasar yang harus mendapat persetujuan Menteri dan Persetujuan Menteri
ini baru diberikan apabila:
a. tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak tang-
gal pengumuman pada 1 atau lebih surat kabar bahwa akan dilakukan pengurangan modal
b. telah dicapai penyelesaian atas keberatan yang diajukan kreditor
c. gugatan kreditor ditolak oleh pengadilan berdasarkan putusan yang telah memperoleh keku-
atan hukum tetap
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Thomas dapat menarik kembali modalnya secara sah apa-
bila disetujui dalam Keputusan RUPS dan memenuhi persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju
terhadap perubahan anggaran dasar dan keputusan RUPS tersebut telah disetujui oleh Menteri.

Anda mungkin juga menyukai