02 Struktur Modal
Perlindungan Modal dan
05 Kekayaan PT
Bentuk dan cara setoran
03 modal
Pembahasan terkait Saham
Pengertian saham dan klasifikasi
06 dan pecahan 09 Larangan dalam
nominal saham. saham
RUPS berwenang untuk menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk menyetujui pelaksanaan keputusan
RUPS terkait penambahan modal dalam jangka waktu paling lama 1 tahun. Kewenangan yang diberikan RUPS kepada
Dewan Komisaris dapat dicabut sewaktu-waktu.
1 Indonesia, “Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun
2007, TLN No. 4756, Ps 41
CONT’D
PENAMBAHAN MODAL DASAR
Mengacu pada pasal 41 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 bahwa penambahan modal dilakukan
berdasarkan persetujuan RUPS, keputusan RUPS terkait penambahan modal dasar sah apabila memperhatikan
persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan AD sesuai dengan ketentuan UU No.40 Tahun 2007 atau
AD PT.
Berdasarkan pada Pasal 42 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 → penambahan modal perseroan cukup diberitahukan
kepada menteri dan dicatat dalam daftar perseroan
Berdasarkan pada pasal 42 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 bahwa keputusan RUPS mengenai penambahan modal disetor
dan ditempatkan sah apabila :
1.Kehadiran Kuorum lebih dari ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dan disetujui;
2.Keputusan RUPS disetujui oleh ½ bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lain dalam
AD
3.Keputusan RUPS tersebut sah dengan melakukan pemberitahuan kepada Menteri untuk dicatat dalam Daftar
Perseroan
PENAWARAN SAHAM DALAM
PENAMBAHAN MODAL
Dalam penambahan modal, harus dilakukan Apabila pemegang saham tidak menggunakan
penawaran seluruh saham terlebih dahulu → preemptive rights (hak pemegang saham untuk
Berdasarkan pada Pasal 43 UU No.40 Tahun menerima penawaran saham terlebih dahulu atas
2007 saham yang akan dikeluarkan dalam hal
2
penambahan modal) → maka berdasarkan
Pasal 43 ayat 4 UU No.40 Tahun 2007 selama
waktu 14 hari semenjak penawaran maka sisa
saham tersebut dapat ditawarkan kepada pihak
ketiga.
Kewenangan Direksi Dalam Pengurangan Modal, berdasarkan pasal 44 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 mensyaratkan
kewenangan direksi untuk melakukan publikasi (pemberitahuan kepada kreditor) mengenai keputusan RUPS terkait
pengurangan modal, pengumuman tersebut diberitahukan melalui surat kabar paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.
3 Yahya Harahap, “Perseroan Terbatas”, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hlm 253.
PENGAJUAN KEBERATAN DAN GUGATAN
TERHADAP PENGURANGAN MODAL
Pengajuan keberatan atau gugatan ke Pengadilan Negeri oleh kreditor harus berdasarkan Pasal 45 UU No.40
Tahun 2007, berdasarkan pasal tersebut keberatan diajukan secara tertulis dengan tembusan kepada Menteri, dalam
jangka waktu pengajuan keberatan 60 hari terhitung sejak tanggal pengumuman oleh Direksi
Perseroan wajib memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan oleh kreditor dalam jangka waktu 30 hari
terhitung sejak surat keberatan diterima → berdasarkan Pasal 45 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007
Berdasarkan Pasal 45 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007, terhadap kreditor dapat mengajukan keberatan atas pengurangan
modal dalam hal :
1.Perseroan menolak keberatan atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati oleh kreditor dalam jangka waktu
30 hari terhitung sejak tanggal jawaban perseroan diterima, atau;
2.Perseroan tidak memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak
tanggal keberatan diajukan kepada perseroan.
CONT’D
Pengurangan modal perseroan harus mendapatkan persetujuan Menteri → Pasal 46 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007
Berdasarkan Pasal 46 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 mengenai syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk memberikan
persetujuan Menteri atas pengurangan modal :
1.Tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka waktu 60 hari sejak pengumuman keputusan RUPS oleh
Direksi;
2.Tercapainya penyelesaian atas keberatan yang diajukan oleh kreditor;
3.Gugatan kreditor ditolak oleh pengadilan berdasarkan putusan yang BHT.
Dalam hal ini terdapat cara yang dapat dilakukan terkait pengurangan modal ditempatkan dan disetor → Pasal 47 ayat
1 UU No.40 Tahun 2007 :
1.Penarikan kembali saham, berakibat pada dihapuskannya saham tersebut dari peredaran;
2.Penurunan nilai nominal saham
Bentuk dan Cara Setoran Modal
Bentuk dan Cara Setoran Modal
Hak Tagih Sebagai Setoran Modal
Mengenai pengambilan suatu keputusan yang dilakukan oleh RUPS, di dalam prakteknya sering
ditemukan perseroan meminjam uang kepada pemegang saham dalam perseroan tersebut maupun
kepada pihak ketiga diluar perseroan sehingga menimbulkan suatu tagihan.
Dalam hal pemegang saham dan/atau kreditor lainnya memiliki tagihan terhadap suatu perseroan
terbatas, pemegang saham dan/atau kreditor tersebut tidak dapat menggunakan hak tagihnya sebagai
kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya, kecuali telah disetujui
oleh RUPS dan memenuhi kriteria tertentu, dimana ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 35 ayat (1)
dan (2) UUPT.
CONT’D
A.Kompensasi tagihan telah disetujui oleh RUPS → Pasal 35 Ayat (1) UU PT
bahwa hak tagih pemegang saham dan/atau kreditor lainnya sehubungan dengan kompensasi
kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya hanya dapat dilakukan dengan
persetujuan RUPS. Sehingga dengan adanya persetujuan RUPS, hak didahulukannya pemegang
saham lainnya untuk mengambil saham baru dengan sendirinya dilepaskan sehubungan dengan
adanya kompensasi tagihan.
B. Hak tagih terhadap perseroan yang dapat dikompensasi harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu → Pasal 35 Ayat (2) UU PT
Persyaratan selanjutnya yang harus terpenuhi adalah hak tagih atas tagihan tersebut harus
merupakan hak tagih atas tagihan yang timbul karena:
1.Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak berwujud yang
dapat dinilai dengan uang;
2.Pihak yang menjadi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang
Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin;
3.Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah menerima
manfaat berupa uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang langsung atau tidak langsung
secara nyata telah diterima Perseroan.
Kepemilikan Saham oleh PT Sendiri
Pada prinsipnya, pengeluaran saham adalah upaya pengumpulan modal, maka kewajiban penyetoran atas
saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain. Pasal 36 ayat (1) UU PT mengatur bahwa Perseroan
tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Larangan tersebut termasuk juga larangan
kepemilikan silang (cross holding) yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh
Perseroan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketentuan larangan PT untuk mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki
oleh Perseroan lain tidak berlaku terhadap kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan
peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat
(2) UUPT.
Saham yang diperoleh karena hukum, hibah dan wasiat, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki
saham dalam Perseroan. Apabila Perseroan lain tersebut merupakan perusahaan efek, maka
berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Perlindungan Modal dan Kekayaan PT
Pasal 37 ayat (1) UU PT
“Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan:
a)pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari
jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan
b)jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas
saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan
dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang undangan di bidang pasar modal.”
Perlindungan Modal & Kekayaan
PT
●Pembelian kembali saham yang bertentangan dengan ketentuan yang tertera pada Pasal 37
ayat (1) UU PT → batal karena hukum. (Pasal 37 ayat (2) UU PT)
●Jika terjadi kerugian pemegang saham yang beritikad baik akibat pembelian saham tersebut
→ direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng.(Pasal 37 ayat (3) UU PT)
●Jangka waktu penguasaan saham yang dibeli kembali oleh PT adalah paling lama 3 (tiga
tahun). Ketentuan ini dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut
akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal. (Pasal 37 ayat (4) UU PT)
●Pengalihan penguasaan saham yang dibeli kembali oleh PT dilakukan dengan Persetujuan
RUPS yang telah memenuhi forum dengan voting minimal ¾ peserta RUPS. (Pasal 38 ayat
(1) UU PT)
SAHA
M
Pengertian saham dan klasifikasi
dan pecahan nominal saham
-
Pada umumnya pengadilan hak atas saham memerlukan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan
(RUPS) dan dalam Pasal 56 ayat (1) UU PT dijelaskan bahwa pemindahan hak atas saham harus dilakukan dengan
pembuatan pemindahan hak baik akta yang dibuat dihadapan notaris maupun akta di bawah tangan.
Diakses 31-10-2021.
Dalam hal belum dilakukannya pemberitahuan mengenai perubahan pemegang saham kepada menteri maka
berdasarkan Pasal 56 ayat (4) Menteri dapat menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang
dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut.
Pada proses pemindahan hak atas saham berdasarkan Pasal 57 ayat (1) terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi yakni:
a.keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang
saham lainnya;
Mengenai pemindahan hak atas saham melalui jual beli tunduk Pasal 1457 KUHPer yang mana menjelaskan
bahwa harus terdapat persetujuan antara para pihak dan pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan
saham tersebut dan pihak lain untuk membayae harga yang telah di perjanjikan.
Selanjutnya, penyerahannya tunduk pada Pasal 613 KUHPer sejalan dengan Pasal 48 ayat (1) UU PT yang
menjelaskan saham yang dikeluarkan merupakan “saham atas nama” maka diperlukan dengan bentuk akta
autentik atau akta dibawah tangan dan berdasarkan akta tersebut hak kebendaan dilimpahkan kepada orang lain.
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Anggaran dasar perseroan mengharuskan bagi pemegang saham untuk menawarkan terlebih dahulu saham
yang akan dijualnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain.
Dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal penawaran ternyata tidak ada yang berminat untuk membeli,
maka pemegang saham dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga dan kewajiban untuk
menawarkan saham yang akan dijual tersebut kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang
saham lain hanya boleh dilakukan 1 kali yang mana sejalan dengan Pasal 58 ayat (1) dan Pasal 58 ayat (3)
UU PT.
Bagi pemegang saham yang akan menjual sahamnya tersebut berhak untuk menarik kembali penawaran
tersebut setelah lewatnya jangka waktu 30 hari saat penawaran tersebut tidak ada yang berminat untuk
membeli saham yang ditawarkan. Pasal 58 ayat (2) UU PT.
● Apabila anggaran dasar menentukan bahwa pemindahan hak atas saham harus meminta persetujuan
dari Organ Perseroan, maka apabila ada penolakan harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu
paling lama 90 hari terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan
tersebut. Jika telah lewat waktu dan Organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, maka
akan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut. Pasal 59 ayat (1) dan (2) UU PT.
● Kemudian, apabila pemindahan hak atas saham tersebut telah disetujui oleh Organ Perseroan, maka
haruslah dibuatkan akta pemindahan hak atas saham dalam jangka waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak tanggal dimana persetujuan diberikan. Pasal 59 ayat (3) UU PT.
● Saham itu sendiri masuk ke dalam kategori benda bergerak dan memberikan hak kepada
pemiliknya serta dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan
lain dalam anggaran dasar. (Pasal 60 ayat (1) dan (2) UU PT)
● Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus
yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta
keluarganya dalam Perseroan dan/atau pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.
(Pasal 60 ayat (3) UU PT).
● Mengenai hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada
pada pemegang saham. (Pasal 60 ayat (4) UU PT).
Maya Sari, Abdul Rachmad Budiono, dan Hanif Nur Widhiyanti, “Analisa Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas Dalam Proses Akuisisi
Berdasarkan Pasal 126 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007”, JIPPK, Vol. 2, No. 2, Desember 2017, hlm. 115-124.
Larangan dalam Saham
Menurut Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dijelaskan beberapa hal, yaitu:
●Penanaman modal baik dalam negeri maupun asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk Perseroan Terbatas ‘’PT’’ dilarang membuat
perjanjian dan/atau pernyataan.
●Perjanjian dan/atau pernyataan yang dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan batal
demi hukum.
●Penanaman modal yang melaksanakan kegiatan berdasarkan
perjanjian/kontrak kerja sama dengan pemerintah melakukan kejahatan
korporasi.
Perlindungan Pemegang Saham Minoritas
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”):
- Kewenangan pemegang saham dalam mengajukan gugatan terhadap perseroan bila dirugikan sebagai akibat dari keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan
Komisaris (Vide Pasal 61 [1] UUPT)
- Kewenangan pemegang saham dalam meminta kepada Persero agar sahamnya dapat dibeli kembali, akibat tidak setujunya pemegang saham terhadap
tindakan perseroan tentang perubahan AD, pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang nilainya lebih dari 50 % dan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan atau pemisahan (Vide Pasal 62 UUPT).
- Kewenangan pemegang saham untuk diselengarakannya RUPS, tanpa kewenangan memutuskan diadakannya RUPS (Vide Pasal 79 ayat [2] UUPT)
- Kewenangan untuk mewakili perseroan untuk mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang menyebabkan kerugian perseroan (Vide Pasal 114 ayat
[6] UUPT)
- Kewenangan pemegang saham untuk dilakukannya audit terhadap perseroan, atas dugaan terjadinya Perbuatan Melawan Hukum yang merugikan yang
dilakukan oleh Perseroan, Direksi atau komisaris. (Vide Pasal 138 ayat [3] UUPT)
- Kewenangan pemegang saham untuk mengajukan permohonan pembubaran perseroan (Vide Pasal 144 ayat [1] UUPT)
Selain itu, Persero dalam menjalankan roda perusahaan juga dituntut untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (“GCG”), seperti yang
diketahui dalam prinsip GCG mengedepankan: fairness (keseimbangan), transparency (transparan), accountability (akuntabilitas) and responsibility
(bertanggung-jawab).
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No.106, TLN No.4756.
Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, LN No. 4724.
BUKU :
Sari, Maya, Abdul Rachmad Budiono, dan Hanif Nur Widhiyanti. “Analisa Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas Dalam
Proses Akuisisi Berdasarkan Pasal 126 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007”. JIPPK. Vol, 2 No, 2. Desember 2017.