Anda di halaman 1dari 37

MODAL DAN SAHAM

1. Savana Orcaputri                         [1906308551]


2. Muhammad Raihan                    [1906308665]
3. Kartika Vidya Noorlaela                 [1906308684]
4. Khairunnisa Alkhawarijmi                 [1906308734]
5. Anisa Nur Fitri                         [1906318136]
6. Hanna Infrastuti Ardiningrum          [1906318142]
7. Zalfa Ghea Tamima                     [1906318193]
8. M. Khasfy Ikhsan S                             [1906318256]
9. Fadhilah Intan Wardhani                 [1906318312]
10. Azzahra Saffanisa Sudiardiputri     [1906318325]
Pembahasan terkait Modal
01 Pengertian dan Jenis 04 Hak Tagih Sebagai Setoran
Modal Modal dan Kepemilikan
Saham oleh PT

02 Struktur Modal
Perlindungan Modal dan
05 Kekayaan PT
Bentuk dan cara setoran
03 modal
Pembahasan terkait Saham
Pengertian saham dan klasifikasi
06 dan pecahan 09 Larangan dalam
nominal saham. saham

07 Pemindahan hak atas 10 Perlindungan pemegang


saham saham minoritas

Perlindungan dan hak


08 pemegang saham
Modal
Pengertian dan Jenis Modal
Pengertian dan Jenis Modal
Struktur Permodalan
PENAMBAHAN MODAL
Modal dalam PT sebagaimana terdapat dalam penjelasan pasal 41 ayat 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas terdiri dari modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
1

Pasal 41 UU.40 Tahun 2007


Penambahan modal perseroan harus berdasarkan RUPS → berdasarkan pada pasal 41 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007
untuk penambahan modal perseroan harus dibutuhkannya keputusan di dalam RUPS

RUPS berwenang untuk menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk menyetujui pelaksanaan keputusan
RUPS terkait penambahan modal dalam jangka waktu paling lama 1 tahun. Kewenangan yang diberikan RUPS kepada
Dewan Komisaris dapat dicabut sewaktu-waktu.

1 Indonesia, “Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun
2007, TLN No. 4756, Ps 41
CONT’D
PENAMBAHAN MODAL DASAR

Mengacu pada pasal 41 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 bahwa penambahan modal dilakukan
berdasarkan persetujuan RUPS, keputusan RUPS terkait penambahan modal dasar sah apabila memperhatikan
persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan AD sesuai dengan ketentuan UU No.40 Tahun 2007 atau
AD PT.
Berdasarkan pada Pasal 42 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 → penambahan modal perseroan cukup diberitahukan
kepada menteri dan dicatat dalam daftar perseroan

PENAMBAHAN MODAL DISETOR & DITEMPATKAN

Berdasarkan pada pasal 42 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 bahwa keputusan RUPS mengenai penambahan modal disetor
dan ditempatkan sah apabila :
1.Kehadiran Kuorum lebih dari ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dan disetujui;
2.Keputusan RUPS disetujui oleh ½ bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lain dalam
AD
3.Keputusan RUPS tersebut sah dengan melakukan pemberitahuan kepada Menteri untuk dicatat dalam Daftar
Perseroan
PENAWARAN SAHAM DALAM
PENAMBAHAN MODAL

Dalam penambahan modal, harus dilakukan Apabila pemegang saham tidak menggunakan
penawaran seluruh saham terlebih dahulu → preemptive rights (hak pemegang saham untuk
Berdasarkan pada Pasal 43 UU No.40 Tahun menerima penawaran saham terlebih dahulu atas
2007 saham yang akan dikeluarkan dalam hal
2
penambahan modal) → maka berdasarkan
Pasal 43 ayat 4 UU No.40 Tahun 2007 selama
waktu 14 hari semenjak penawaran maka sisa
saham tersebut dapat ditawarkan kepada pihak
ketiga.

2 Agus Riyanto, “Hak-Hak Pemegang Saham di Indonesia”,


https://business-law.binus.ac.id/2018/02/17/hak-hak-pemegang-saham-di-indonesia/ , diakses
pada 31 Oktober
PENGURANGAN MODAL
Pengurangan Modal → Berdasarkan pada Pasal 44 UU No.40 Tahun 2007 :
1.Agar keputusan RUPS sah maka dilakukan persyaratan sesuai dengan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju
untuk perubahan AD sesuai ketentuan dalam UU No.40 Tahun 2007 dan/atau AD;
2.Direksi berkewajiban untuk memberitahukan keputusan tersebut kepada kreditor dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar
dalam jangka waktu paling lambat 7 hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS

Kewenangan Direksi Dalam Pengurangan Modal, berdasarkan pasal 44 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 mensyaratkan
kewenangan direksi untuk melakukan publikasi (pemberitahuan kepada kreditor) mengenai keputusan RUPS terkait
pengurangan modal, pengumuman tersebut diberitahukan melalui surat kabar paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.

3 Yahya Harahap, “Perseroan Terbatas”, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hlm 253.
PENGAJUAN KEBERATAN DAN GUGATAN
TERHADAP PENGURANGAN MODAL
Pengajuan keberatan atau gugatan ke Pengadilan Negeri oleh kreditor harus berdasarkan Pasal 45 UU No.40
Tahun 2007, berdasarkan pasal tersebut keberatan diajukan secara tertulis dengan tembusan kepada Menteri, dalam
jangka waktu pengajuan keberatan 60 hari terhitung sejak tanggal pengumuman oleh Direksi

Perseroan wajib memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan oleh kreditor dalam jangka waktu 30 hari
terhitung sejak surat keberatan diterima → berdasarkan Pasal 45 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007

Berdasarkan Pasal 45 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007, terhadap kreditor dapat mengajukan keberatan atas pengurangan
modal dalam hal :
1.Perseroan menolak keberatan atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati oleh kreditor dalam jangka waktu
30 hari terhitung sejak tanggal jawaban perseroan diterima, atau;
2.Perseroan tidak memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak
tanggal keberatan diajukan kepada perseroan.
CONT’D
Pengurangan modal perseroan harus mendapatkan persetujuan Menteri → Pasal 46 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007

Berdasarkan Pasal 46 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 mengenai syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk memberikan
persetujuan Menteri atas pengurangan modal :
1.Tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka waktu 60 hari sejak pengumuman keputusan RUPS oleh
Direksi;
2.Tercapainya penyelesaian atas keberatan yang diajukan oleh kreditor;
3.Gugatan kreditor ditolak oleh pengadilan berdasarkan putusan yang BHT.

Dalam hal ini terdapat cara yang dapat dilakukan terkait pengurangan modal ditempatkan dan disetor → Pasal 47 ayat
1 UU No.40 Tahun 2007 :
1.Penarikan kembali saham, berakibat pada dihapuskannya saham tersebut dari peredaran;
2.Penurunan nilai nominal saham
Bentuk dan Cara Setoran Modal
Bentuk dan Cara Setoran Modal
Hak Tagih Sebagai Setoran Modal
Mengenai pengambilan suatu keputusan yang dilakukan oleh RUPS, di dalam prakteknya sering
ditemukan perseroan meminjam uang kepada pemegang saham dalam perseroan tersebut maupun
kepada pihak ketiga diluar perseroan sehingga menimbulkan suatu tagihan.

Dalam hal pemegang saham dan/atau kreditor lainnya memiliki tagihan terhadap suatu perseroan
terbatas, pemegang saham dan/atau kreditor tersebut tidak dapat menggunakan hak tagihnya sebagai
kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya, kecuali telah disetujui
oleh RUPS dan memenuhi kriteria tertentu, dimana ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 35 ayat (1)
dan (2) UUPT.
CONT’D
A.Kompensasi tagihan telah disetujui oleh RUPS → Pasal 35 Ayat (1) UU PT
bahwa hak tagih pemegang saham dan/atau kreditor lainnya sehubungan dengan kompensasi
kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya hanya dapat dilakukan dengan
persetujuan RUPS. Sehingga dengan adanya persetujuan RUPS, hak didahulukannya pemegang
saham lainnya untuk mengambil saham baru dengan sendirinya dilepaskan sehubungan dengan
adanya kompensasi tagihan.

B. Hak tagih terhadap perseroan yang dapat dikompensasi harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu → Pasal 35 Ayat (2) UU PT
Persyaratan selanjutnya yang harus terpenuhi adalah hak tagih atas tagihan tersebut harus
merupakan hak tagih atas tagihan yang timbul karena:
1.Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak berwujud yang
dapat dinilai dengan uang;
2.Pihak yang menjadi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang
Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin;
3.Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah menerima
manfaat berupa uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang langsung atau tidak langsung
secara nyata telah diterima Perseroan.
Kepemilikan Saham oleh PT Sendiri
Pada prinsipnya, pengeluaran saham adalah upaya pengumpulan modal, maka kewajiban penyetoran atas
saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain. Pasal 36 ayat (1) UU PT mengatur bahwa Perseroan
tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Larangan tersebut termasuk juga larangan
kepemilikan silang (cross holding) yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh
Perseroan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kepemilikan silang secara langsung Kepemilikan silang secara tidak langsung


apabila Perseroan pertama memiliki saham pada
kepemilikan Perseroan pertama atas saham pada
Perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan pada satu
Perseroan kedua yang melalui kepemilikan pada satu
“Perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya
“Perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya Perseroan
Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan
kedua memiliki saham pada Perseroan pertama.
pertama.
CONT’D

Ketentuan larangan PT untuk mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki
oleh Perseroan lain tidak berlaku terhadap kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan
peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat
(2) UUPT.

Saham yang diperoleh karena hukum, hibah dan wasiat, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki
saham dalam Perseroan. Apabila Perseroan lain tersebut merupakan perusahaan efek, maka
berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Perlindungan Modal dan Kekayaan PT
Pasal 37 ayat (1) UU PT
“Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan:

a)pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari
jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan
b)jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas
saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan
dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang undangan di bidang pasar modal.”
Perlindungan Modal & Kekayaan
PT
●Pembelian kembali saham yang bertentangan dengan ketentuan yang tertera pada Pasal 37
ayat (1) UU PT → batal karena hukum. (Pasal 37 ayat (2) UU PT)
●Jika terjadi kerugian pemegang saham yang beritikad baik akibat pembelian saham tersebut
→ direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng.(Pasal 37 ayat (3) UU PT)
●Jangka waktu penguasaan saham yang dibeli kembali oleh PT adalah paling lama 3 (tiga
tahun). Ketentuan ini dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut
akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal. (Pasal 37 ayat (4) UU PT)
●Pengalihan penguasaan saham yang dibeli kembali oleh PT dilakukan dengan Persetujuan
RUPS yang telah memenuhi forum dengan voting minimal ¾ peserta RUPS. (Pasal 38 ayat
(1) UU PT)
SAHA
M
Pengertian saham dan klasifikasi
dan pecahan nominal saham
-

Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Pasal 46 UUPT”


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5120047721962/definisi-saham-dan-obligasi
Klasifikasi Nominal Saham
Pemindahan Hak Atas Saham
Pengaturan mengenai tata cara pengalihan hak atas saham diatur dalam anggaran dasar perseroan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undang. Hal ini tercantum dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas (UU PT).

Pada umumnya pengadilan hak atas saham memerlukan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan
(RUPS) dan dalam Pasal 56 ayat (1) UU PT dijelaskan bahwa pemindahan hak atas saham harus dilakukan dengan
pembuatan pemindahan hak baik akta yang dibuat dihadapan notaris maupun akta di bawah tangan.

Tri Jata Ayu Pramesti, “Masalah Pemindahan Hak Atas Saham”,


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5163a2c344c33/masalah-pemindahan-hak-atas-saham/, Diakses 31-10--2021.
Pemindahan Hak Atas Saham
Salinan atas akta pemindahan hak berdasarkan Pasal 56 ayat (2) UU PT disampaikan secara tertulis kepada Perseroan
terkait dan Direksi pada perseroan terkait mencatatkan pemindahan hak atas saham, hari, dan tanggal dimana saat
pemindahan hak atas saham tersebut terjadi ke dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus yang memuat
keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan dan/atau
pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh sebagaimana diatur dalam Pasal 50 ayat (2) UU PT, serta
memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.

Maria Amanda, “Pemindahan Hak atas Saham”,https://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/pemindahan-hak-atas-saham/,

Diakses 31-10-2021.
Dalam hal belum dilakukannya pemberitahuan mengenai perubahan pemegang saham kepada menteri maka
berdasarkan Pasal 56 ayat (4) Menteri dapat menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang
dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut.

Pada proses pemindahan hak atas saham berdasarkan Pasal 57 ayat (1) terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi yakni:
a.keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang
saham lainnya;
Mengenai pemindahan hak atas saham melalui jual beli tunduk Pasal 1457 KUHPer yang mana menjelaskan
bahwa harus terdapat persetujuan antara para pihak dan pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan
saham tersebut dan pihak lain untuk membayae harga yang telah di perjanjikan.

Selanjutnya, penyerahannya tunduk pada Pasal 613 KUHPer sejalan dengan Pasal 48 ayat (1) UU PT yang
menjelaskan saham yang dikeluarkan merupakan “saham atas nama” maka diperlukan dengan bentuk akta
autentik atau akta dibawah tangan dan berdasarkan akta tersebut hak kebendaan dilimpahkan kepada orang lain.
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau

c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Anggaran dasar perseroan mengharuskan bagi pemegang saham untuk menawarkan terlebih dahulu saham
yang akan dijualnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain.

Dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal penawaran ternyata tidak ada yang berminat untuk membeli,
maka pemegang saham dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga dan kewajiban untuk
menawarkan saham yang akan dijual tersebut kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang
saham lain hanya boleh dilakukan 1 kali yang mana sejalan dengan Pasal 58 ayat (1) dan Pasal 58 ayat (3)
UU PT.

Bagi pemegang saham yang akan menjual sahamnya tersebut berhak untuk menarik kembali penawaran
tersebut setelah lewatnya jangka waktu 30 hari saat penawaran tersebut tidak ada yang berminat untuk
membeli saham yang ditawarkan. Pasal 58 ayat (2) UU PT.
● Apabila anggaran dasar menentukan bahwa pemindahan hak atas saham harus meminta persetujuan
dari Organ Perseroan, maka apabila ada penolakan harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu
paling lama 90 hari terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan
tersebut. Jika telah lewat waktu dan Organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, maka
akan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut. Pasal 59 ayat (1) dan (2) UU PT.

● Kemudian, apabila pemindahan hak atas saham tersebut telah disetujui oleh Organ Perseroan, maka
haruslah dibuatkan akta pemindahan hak atas saham dalam jangka waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak tanggal dimana persetujuan diberikan. Pasal 59 ayat (3) UU PT.
● Saham itu sendiri masuk ke dalam kategori benda bergerak dan memberikan hak kepada
pemiliknya serta dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan
lain dalam anggaran dasar. (Pasal 60 ayat (1) dan (2) UU PT)

● Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus
yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta
keluarganya dalam Perseroan dan/atau pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.
(Pasal 60 ayat (3) UU PT).

● Mengenai hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada
pada pemegang saham. (Pasal 60 ayat (4) UU PT).

Diana Kusumasari, “Hak Pemegang Saham Jika Saham Digadaikan”,


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3853/hak-atas-saham-perseroan-yang-telah-digadaikan-,
Diakses 31-10-2021
Perlindungan dan Hak Pemegang
Saham
UUPT menjelaskan mengenai Perlindungan hukum para pemegang saham. Hak-hak tersebut adalah
sebagai berikut:
1.Hak Mengajukan Gugatan Langsung (Direct Suit)
Diatur dalam Pasal 61 UUPT, pemegang saham berhak mengajukan gugatan apabila
mengalami kerugian oleh karena tindakan-tindakan yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, yang
dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris maupun oleh RUPS.

1.Hak Melakukan Pemeriksaan Gugatan Dokumen Perusahaan


Diatur dalam Pasal 138 ayat (1) UUPT. Dapat dilakukan jika perseroan atau anggota direksi atau
dewan komisaris melakukan PMH yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga.
Para pemegang saham berhak untuk meminta dilakukan pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri
setempat dengan mengajukan permohonan secara tertulis, dengan tujuan untuk mendapatkan data dari
perseroan.
3. Hak Untuk Memperoleh Keterbukaan Informasi
Asas keterbukaan dalam UUPT diwujudkan melalui pengaturan dalam pasal-pasal yang mewajibkan
untuk mengumumkan kegiatan atau dokumen tertentu.

4. Hak Untuk Menjual Saham (Appraisal Right)


Pasal 62 UUPT, pemegang saham berhak meminta PT untuk membeli sahamnya. Tidak menyetujui
tindakan PT yang merugikan berupa:
- Perubahan AD
- Pengalihan atau penjaminan aset PT melebihi 50% Aset bersih PT
- Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
Pasal 37 ayat (1) UUPT, PT wajib mengusahakan untuk dibeli pihak ketiga, dibatasi maksimum
tidak boleh melebihi 10% dari modal yang ditetapkan.

Maya Sari, Abdul Rachmad Budiono, dan Hanif Nur Widhiyanti, “Analisa Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas Dalam Proses Akuisisi
Berdasarkan Pasal 126 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007”, JIPPK, Vol. 2, No. 2, Desember 2017, hlm. 115-124.
Larangan dalam Saham
Menurut Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dijelaskan beberapa hal, yaitu:
●Penanaman modal baik dalam negeri maupun asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk Perseroan Terbatas ‘’PT’’ dilarang membuat
perjanjian dan/atau pernyataan.
●Perjanjian dan/atau pernyataan yang dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan batal
demi hukum.
●Penanaman modal yang melaksanakan kegiatan berdasarkan
perjanjian/kontrak kerja sama dengan pemerintah melakukan kejahatan
korporasi.
Perlindungan Pemegang Saham Minoritas
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”):

- Kewenangan pemegang saham dalam mengajukan gugatan terhadap perseroan bila dirugikan sebagai akibat dari keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan
Komisaris (Vide Pasal 61 [1] UUPT)

- Kewenangan pemegang saham dalam meminta kepada Persero agar sahamnya dapat dibeli kembali, akibat tidak setujunya pemegang saham terhadap
tindakan perseroan tentang perubahan AD, pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang nilainya lebih dari 50 % dan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan atau pemisahan (Vide Pasal 62 UUPT).

- Kewenangan pemegang saham untuk diselengarakannya RUPS, tanpa kewenangan memutuskan diadakannya RUPS (Vide Pasal 79 ayat [2] UUPT)

- Kewenangan untuk mewakili perseroan untuk mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang menyebabkan kerugian perseroan (Vide Pasal 114 ayat
[6] UUPT)

- Kewenangan pemegang saham untuk dilakukannya audit terhadap perseroan, atas dugaan terjadinya Perbuatan Melawan Hukum yang merugikan yang
dilakukan oleh Perseroan, Direksi atau komisaris. (Vide Pasal 138 ayat [3] UUPT)

- Kewenangan pemegang saham untuk mengajukan permohonan pembubaran perseroan (Vide Pasal 144 ayat [1] UUPT)

Selain itu, Persero dalam menjalankan roda perusahaan juga dituntut untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (“GCG”), seperti yang
diketahui dalam prinsip GCG mengedepankan: fairness (keseimbangan), transparency (transparan), accountability (akuntabilitas) and responsibility
(bertanggung-jawab).

Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No 40 Tahun 2007


“Prinsip Corporate Governance”, https://accounting.binus.ac.id/2019/12/10/prinsip-corporate-governance/, diakses pada 1
November 2021
T H A N K Y O U
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No.106, TLN No.4756.
Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, LN No. 4724.

BUKU :

Harahap,Yahya, “Perseroan Terbatas”, Jakarta : Sinar Grafika, 2016


INTERNET :

Riyanto, Agus, “Hak-Hak Pemagang Saham di Indonesia”, https://business-law.binus.ac.id/2018/02/17/hak-hak-pemegang-saham-di-


indonesia/
Kusumasari, Diana. “Hak Pemegang Saham Jika Saham Digadaikan”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3853/hak-atas-
saham-perseroan-yang-telah-digadaikan-. Diakses 31-10-2021.
Amanda, Maria. “Pemindahan Hak atas Saham”.https://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/pemindahan-hak-atas-
saham/.Diakses 31-10-2021.

Pramesti, Tri Jata Ayu. “Masalah Pemindahan Hak Atas Saham”,


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5163a2c344c33/masalah-pemindahan-hak-atas-saham/, Diakses 31-10--2021.
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Pasal 46 UUPT”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5120047721962/definisi-saham-dan-obligasi
JURNAL:

Sari, Maya, Abdul Rachmad Budiono, dan Hanif Nur Widhiyanti. “Analisa Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas Dalam
Proses Akuisisi Berdasarkan Pasal 126 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007”. JIPPK. Vol, 2 No, 2. Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai