Anda di halaman 1dari 20

EKSTRAKSI VANADIUM, GERMANIUM, DAN LITHIUM DARI

ABU TERBANG BATUBARA

DENGAN METODE PEMANGGANGAN GARAM NATRIUM DAN


PELINDIAN ASAM ORGANIK

Disusun oleh:

Candra Wijaya (119370009)

Edi Ariansyah (119370043)


Harahap
Raihan Afkar (119370134)

HIDROMETALURGI

SEMESTER VI/2022
EKSTRAKSI VANADIUM, GERMANIUM, DAN LITHIUM DARI
ABU TERBANG BATUBARA DENGAN METODE
PEMANGGANGAN GARAM NATRIUM DAN PELINDIAN ASAM
ORGANIK

Candra Wijaya, Edi Ariansyah Harahap, Raihan

Afkar Institut Teknologi Sumatera

Jurusan Teknik Manufaktur dan Mineral Kebumian

Abstrak

Karya tulis ini menganjurkan sebuah proses perolehan Kembali logam vanadium, germanium,
dan lithium dari abu terbang batubara. Parameter eksperimen terdiri dari tiga tahap yaitu
proses screening, optimalisasi dan pemodelan secara kinektik. Penelitian ini melibatkan hal-
hal seperti asam organik yang digunakan adalah asam malik (C 4H6O5), asam citrun
(C6H8O7.H2O), asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dan asam asetat (C2H4O2), garam yang
digunakan adalah Na2SO4, NaCl, NaNO3, dan Na2CO3 serta perbandingan abu terbang batubara
dengan reagen pemanasan. Hasil menunjukan bahwa jenis asam yang digunakan memiliki
pengaruh yang paling signifikan pada proses pelindian. Percobaan eksperimen kedua adalah
menggunakan RSM yang berguna untuk mengoptimalkan proses disosiasi serta mendapatkan
perolehan logam maksimal, asam sitrat dan garam NaCO 3 dipilih sebagai kategori kondisi
optimal untuk reagen pelindian dan reagen pemanasan. Kondisi optimal perolehan kembali
logam secara tinggi adalah dengan konsentrasi asam sitrat adalag 0.5 M, perbandingan abu
terbang batubara dengan garam Na2CO3 adalah 1:0,5 dan waktu pelindian adalah satu jam.
Eksperimen terakhir adalah menguji kondisi optimal dengan berbagai macam tingkatan suhu
untuk pemodelan secara kinektik dan mengakulasi energi aktivasi, pada suhu 30°C perolehan
kembali ketiga logam (germanium, vanadium dan lithium) adalah sebesar 98.15%, 75.31%,
dan 97.30% dengan energi aktivasi yang bernilai 24.50 kJ/mol, 34.16 kJ/mol, dan 49.82 kJ/mol.

Kata Kunci:

Abu terbang batubara (CFA), pelindian, pemanasan, asam organik, perolehan kembali,
kinektik

i
EXTRACTION OF VANADIUM, GERMANIUM, AND LITHIUM
FROM COAL FLY ASH BY ROASTING METHODS OF SODIUM
SALTS AND LEACHING ORGANIC ACID

Candra Wijaya, Edi Ariansyah Harahap, Raihan

Afkar Institut Teknologi Sumatera

Department of Manufacturing and Earth Minerals

Abstract

This paper recommends a process for recovering the metals vanadium, germanium, and
lithium from coal fly ash. The experimental parameters consist of three stages, namely the
screening process, optimization and kinetic modeling. This research involves things like
organic acids used are malic acid (C4H6O5), citric acid (C6H8O7.H2O), oxalic acid
dihydrate (C2H2O4.2H2O) and acetic acid (C2H4O2), the salts used are Na2SO4, NaCl,
NaNO3 , and Na2CO3 as well as the ratio of coal fly ash with heating reagents. The results
showed that the type of acid used had the most significant influence on the leaching process.
The second experimental experiment was using RSM which was useful for optimizing the
dissociation process and obtaining maximum metal recovery, citric acid and NaCO3 salt were
selected as the optimal condition categories for leaching reagents and heating reagents. The
optimal condition for high metal recovery is the concentration of citric acid is 0.5 M, the ratio
of coal fly ash to Na2CO3 salt is 1:0.5 and the leaching time is one hour. The last experiment
was to test the optimal conditions with various temperature levels for kinetic modeling and
accumulating activation energy, at 30°C the recoveries of the three metals (germanium,
vanadium and lithium) were 98.15%, 75.31%, and 97.30% with activation energies. which are
24.50 kJ/mol, 34.16 kJ/mol, and 49.82 kJ/mol.

Keywords:

Coal fly ash (CFA), leaching, heating, organic acids, recovery, kinetic

ii
(CFA) mengandung sejumlah besar
BAB I
kandungan logam berat seperti halnya
PENDAHULU
antimoni, kadmium, timbal dan arsenik[3].
AN
Adapun efek kepada manusia yang
Pemanfaatan pengunaan bahan ditimbulkan akibat meminum kandungan
bakar menjadi sebuah tantangan bagi masa air yang terdapat kandungan logam berat
depan manusia untuk menjawab kebutuhan tersebut adalah berupa penyakit kanker [4]
energi dunia. Batubara merupakan salah
Pada umumnya abu batubara
satu sumber energi dunia yang dibutuhkan
dimanfaatkan dalam berbagai macam
saat ini, hal tersebut tidak menutup
keperluan sebagai bahan baku seperti
kemungkinan adanya
halnya pembuatan fondasi jalan, stabilitasi
pengembangan sumber daya energi
tanah, perkerasan beton, keramik,
terbarukan atau berkelanjutan.
rehabilitasi tambang, pupuk, semen dan
Pembangkit listrik tenaga batubara
aspal [5]. Abu batubara terbang memiliki
menghasilkan abu pada saat proses
potensi elemen berharga yang dimana
pembakaran dilakukan[1]. terdapat dua
terdiri dari unsur tanah jarang (Rare Earth
jenis abu batubara dimana terdapat abu
Elements), Zn, Fe, Al, Ni, V, Ga, Ge, dan
bawah batu bara atau Coal Bottom Ash
Li. Perolehan Kembali logam-logam
(CBA) yang dapat dihilangkan pada saat
tersebut diperlukan agar menjawab
dilakukan proses pendinginan dan abu
kebutuhan industri dalam memasok bahan
batubara terbang atau Coal Flying Ash
baku dan melindungi lingkungan dari
(CFA) yang keluar melalui ruang
pencemaran logam berat [6] Dengan kata
pembakaran yang dapat ditangkap oleh
lain, potensi Coal Flying Ash (CFA)
filter [2].
menjadi sumber logam untuk kebutuhan
Pada saat ini pembuangan limah industri dengan diekstraksi.
Coal Flying Ash (CFA) umumnya
Logam berat yang terkandung pada
dibiarkan begitu saja atau ditumpuk pada
abu terbang batubara umumnya adalah
suatu tumpukan tertentu namun tentunya
berupa lithium, germanium, dan vanadium
efek yang akan diberikan pada kesehatan
yang dikategorikan sebagai logam kritis
dan lingkungan sekitar tidak baik karena
yang harus diekstraksi. Keberadaan
kelarutan, toksisitas, dan unsur radioaktif
germanium diperoleh sebagai produk
pada material tersebut. Coal Flying Ash

3
sampingan dari produksi zinc. Vanadium pemanggangan dengan penambahan garam
dikatakan sebagai logam kritis yang harus berupa CaO, NaOH, Na2CO3, CaSO4, dan
diesktraksi karena jarang ditemukan dalam (NH4)2SO4 [11] yang disertakan dengan
bentuk murni dan biasanya berasal dari reagen pelindian.
bijih magnetit titaniferous, kehadiran
Umumnya pengunaan asam kuat
sejumlah vanadium menjadi sumber
dalam proses perolehan kembali seperti
potensial dari elemen penting ini.
halnya menggunakan reagen pelindian
Sementara untuk lithium dapat diperoleh
HNO3 dan HCL akan merusak lingkungan
dari sumber sekunder seperti abu terbang
serta memproduksi gas-gas beracun seperti
batubara.
halnya NOX, CL2, dan SO3[12]Oleh sebab
Germanium, lithium dan vanadium itu reagen pelindian dapat digantikan
dalam abu terbang batubara dapat muncul dengan asam malik (C4H6O5), asam citrun
pada fase yang berbeda termasuk mineral (C6H8O7.H2O), asam oksalat dihidrat
besi (geotit, hidrogeotit, dan jarosite), (C2H2O4.2H2O) dan asam asetat (C2H4O2)
aluminosilikat dan fase polimineral [7] yang ramah terhadap lingkungan [13]
Penelitian menunjukan metode ektraktif
Pada jurnal ini terdapat tiga
diperlukan untuk memecahkan fase kaca
eksperimen untuk menentukan parameter
pada aluminosilikat yang merupakan fase
efektif, mengoptimalkan proses, dan
utama pada abu terbang sehingga dapat
megetahui mekanisme pelindian. Pada
membebaskan kandungan logam yang
proses perolehan logam-logam seperti
terperangkap seperti germanium, lithium,
halnya germanium, vanadium dan lithium
dan vanadium [8]
dari abu terbang batuabra akan
Proses perolehan kembali logam- mempertimbangkan hal-hal seperti halnya
logam pada abu terbang batubara dapat efek proses pemanganggan terhadap reagen
dilakukan dengan secara hidrometalurgi.
pelindi, jenis reagen pelindi (asam organik)
Metode yang digunakan untuk memulihkan
dan durasi leaching. Mengetahui parameter
logam dari fase aluminosilikat dapat utama dioptimalkan dengan metode RSM
dilakukan secara leaching menggunakan (Response Surface Metholodgy) serta
larutan anorganik seperti halnya dilakukan pemodelan
menggunakan asam klorida [9] atau
asam sulfat [10] serta metode lain berupa

4
kinetik untuk menentukan mekanisme 2.2 Desain Eksperimen
pelindian dan energi aktivasi. Terdapat tiga desain eksperimen
yang digunakan untuk mengevaluasi
BAB II
parameteter efektif, optimisasi proses dan
Material dan mekanisme leaching pada ketiga logam
Metode
tersebut. Model Taguchi (orthogonal)
2.1 Sampel abu batubara terbang digunakan untuk menentukan parameter
Sampel abu terbang batubara yang memiliki efek signifikan dengan
diambil dari pembangkit listrik di Iran mendesain dan menganalisis data yang
dengan kadar CaO yang sedikit serta diperoleh pada tes screening. Terdapat
memiliki kadar alumino silikat yang tinggi lima parameter dengan empat perbedaan
sehingga dikategorikan sebagai kelas F. level dimana diantaranya adalah:
Percobaan pelindian sampel menggunakan
Pada tahap eksperimen pertama,
alat tabung putar (PT 200; RETSCH)
parameter efektif untuk tahap
sedangkan untuk mengetahui komposisi
pemanggangan garam seperti halnya tipe
kimia pada abu terbang digunakan alat
garam dan perbandingan garam terhadap
Inductively Coupled Plasma Optical
abu terbang batubara dan tahap leaching
Emission Spectroscopy (ICP-OES; Varian
pada asam organik seperti halnya (jenis
270). Unsur kimia yang didapatkan dari abu
asam, konsentrasi, dan waktu leaching).
batubara tersebut adalah berupa kadar Fe,
Al, dan Si dengan kadar masing-masing Tahap eskperimen kedua, yaitu

9.4%, 9.4% dam 13.5% yang diindikasikan parameter dalam mengoptimasi dan

sebagai elemen utama, ditambah dengan memaksimalkan perolehan kembali logam

kadar logam untuk lithium, vanadium, dan germanium, vanadium dan lithium secara

germanium adalah sebesar 648 ppm, 590 simultan. Hal tersebut berhubungan dengan

ppm dan 250 ppm. Distribusi partikel pada metode RSM (Response Surface
Metholodgy) sebagai model statistika dan
abu terbang batubara dianalisis dengan alat
pengoptimalan proses. Proses maksimum
Analysette 22 dengan nama sampel d25, d50,
stimultan menjadi indikator akan perolehan
dan d80 yang memiliki ukuran partikel 6µm,
kembali ketiga logam tersebut secara
18µm, dan 41.2 µm.
optimal.

5
Si (%) Al (%) Fe (%) Ti (%) K (%) Ca (%) Mg (%) Na (%)
13.51 9.39 8.91 4.04 1.43 0.69 0.4 0.36
Pb (ppm) Ba (ppm) Zr (ppm) P (ppm) Li (ppm) V (ppm) Sr (ppm) Mn (ppm)
60090 1630 1173 654 648 590 454 425
Ni (ppm) Cu (ppm) Ge (ppm) Cr (ppm) Ce (ppm) Zn (ppm) Co (ppm) Sc (ppm)
418 343 250 227 206 157 103 89.4
La (ppm) Nd (ppm) Ga (ppm) Nb (ppm) Y (ppm) Se (ppm) As (ppm) Er (ppm)
88.7 70.2 64.1 62 60.5 41 39.85 24.8
Be (ppm) Sm (ppm) Dy (ppm) T1 (ppm) Te (ppm) Cd (ppm) Yb (ppm) Ag (ppm)
13.9 13.5 12.5 10 6.55 6 5.91 4.56
Tabel 1. Komposisi kimia dari abu terbang dengan alat Inductively Coupled Plasma
Optical Emission Spectroscopy

Pada eksperimen ketiga, kondisi 𝑅= 𝐶 × 𝑉 × 100


𝑐0
optimum yang berdasarkan tahap ×𝑀
100
sebelumnya yang digunakan sebagai
Dimana, C: konsentrasi logam (g/l),
pemodelan reaksi kinektik yang terjadi
V: volume reagen (l), 𝑐0 = konsentrasi
serta kalkulasi energi aktivasi. Tes
logam pada abuterbang batubara yang
dilakukan dengan empat kondisi suhu yang
dipanaskan, dan M sebagai massa awal dari
berbeda dimana 30°C, 45°C, 60°C, dan 75°C.
abu terbang batubara.
2.3 Prosedur ekperimen
2.4 Karakteristik
Pemanganggan garam pada abu
Dekomposisi termal pada garam
terbang batubara dilakukan untuk
(NaNO3, Na2CO3) yang digunakan dalam
menguraikan fase aluminosilikat sebelum
pemanasan abu terbang batubara dapat
pencucian dengan asam organik. Proses
dilihat dengan alat Thermogravimetric
dilakukan dengan mencampurkan 1kg abu
analysis (TGA) hal tersebut digunakan
terbang batubara dengan garam berupa
untuk mengetahui perbandingan antara
Na2CO3, Na2SO4, NaNO3, dan NACL yang
CFA dengan garam yang digunakan.
dipanaskan atau dipanggang dengan suhu
Pengunaan X-ray Diffraction (XRD),
850°C, sedangkan reagen yang digunakan
Scanning Electron Microscopy (SEM), dan
dengan volume 100ml berupa asam malik
Energy-Dispersive X-Ray Spectroscopy
(C4H6O5), asam citrun (C6H8O7.H2O),
(EDS) untuk menentukan perubahaan
asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dan
morfologi dan komposisi kimia dari
asam asetat (C2H4O2) yang diputar pada
sampel CFA. Pengunaan XRD, EDS, dan
tabung putar dengan kecepatan 450 rpm.
SEM dilakukan pada sampel yang
Sehingga dapat dirumuskan sebuah
diperoleh
persamaan
perolehan kembali sebagai berikut:

6
sebelum dan sesudah pemanasan oleh konsentrasi reagen yang digunakan serta
garam pada suhu 850°C selama dua jam. perbandingan CFA dengan garam yang
digunakan. Persentase masing-masing
BAB III
kontribusi dari jenis asam yang digunakan
HASIL DAN untuk vanadium, germanium, dan lithium
PEMBAHASAN
adalah sebesar 70.07%, 53.68%, dan
3.1 Tes Screening 51.14% dengan nilai probabilitasnya adalah

Model Taguchi diimplementasikan sebesar 0.007, 0.038, dan 0.041 yang


untuk rancangan dan analisis dari dimana sebagai dampak signifikan dalam
screening tes. Beberapa tahap eksperimen proses leaching.
digunakan untuk menentukan parameter Pada hasil yang diperoleh, asam
yang berpengaruh serta keefektifannya. citrun (C6H8O7.H2O) dan asam asetat
Parameter efektif digunakan untuk proses (C2H4O2) diidentifikasikan sebagai reagen
optimilisasi serta hubungan antar pelindian untuk CFA dalam memperoleh
parameter tersebut dianalisis dengan kembali ketiga logam tersebut. Asam citrun
Response Surface Methodoloy (RSM). dapat terdisosiasi pada tiga tahapan:
Analisis varian (ANOVA) juga menentukan
H3C6H5O7 ↔ H2C6H5O7-
efek dari setiap parameter pada saat
diproses dan mengembangkan model dari +H+; ka1= 7.4 × 104
matematis sebagai respon interaksi antar H2C6H5O7- ↔ HC6H5O72-
parameter. Nilai p digunakan untuk
+H+; ka2= 1.7 × 10-5
menentukan probabilitas dimana berperan
sebagai indeks untuk model yang signifikan H2C6H5O72- ↔ C6H5O73-
dan parameter ketika hipotesis dibawakan. +H+; ka3= 4.0 × 10-7
Setiap parameter
Disosiasi persamaan asam malik adalah
𝑆𝑜𝑆
𝐸𝑓𝑒𝑘𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = sebagai berikut:
𝑆𝑜𝑆
𝐷𝑜𝐹 × ∑ 𝐷𝑜𝐹
H2C4H4↔HC4H4O5-
Parameter utama yang memiliki +H+; ka1= 4 × 104
efek signifikan dalam tes screening
H2C4H4↔C4H4O52-+H+;Ka2= 9 ×
diantaranya adalah reagen pelindian,
104
reagen pemanasan, waktu leaching,

7
Gambar 1. Persentase pelindian pada Germanium (a), Vanadium (b), dan Lithium (c)

Gambar 2. Efek Parameter Perolehan Kembali Ketiga Logam Secara Bersamaan

8
Asam asetat terdisosiasi dengan satu 4NaNO3+3Al2O3.2SIO2+3SiO2→4NaAlSiO
4+
tahapan dimana:
4NO2+O2
HC2H3O2↔C2H3O2 -

Untuk mendapatkan hasil yang


+H+ ka1= 1.8 × 10-
5
optimal, parameter akan ditentukan dari tes
penyaringan. Menurunkan roasting agent
Asam asetat akan membentuk senyawa terhadap CFA yang dimana memiliki
yang kompleks yang bersifat sangat larut perbandingan awal nya 2:1 menjadi 0.5:1
dengan germanium: memiliki dampak yang tidak terlalu

GeO2+4CH3COO- + 4H+ → signifikan terhadap beberapa elemen.


Ge[(CH3)COO]4+ H2O Akibatnya jumlah garam yang dipilih dalam
proses ini untuk menimalkan konsumsi
Asam oksalat dihidrat akan terdisosiasi
roasting reagent nya serta pengunaan
secara dua tahap yaitu:
konsentrasi asam yang digunakan adalah
H2C2O4↔HC2O4-+H+ sebesar 0.5 M pada setiap tes yang diujikan.
Meningkatkan konsentrasi asam (> 0.5 M)
ka1= 5.6 × 10-2
tidak memberikan pengaruh dalam recovery
HC2O4 -↔C 2O4 2-+H+
logam. Hasil tes screening menggunakan
ka2= 1.5 × 10-4 metode Taguchi
memberikan tiga parameter yang harus
Tipe garam yang digunakan merupakan
diperhatikan dimana tipe reagent, tipe
faktor penting kedua, reaksi mullite
garam sebagai roasting reagent dan durasi
(3Al2O3.2SIO2) dimana alumunium oksida
pelindian menjadi faktor utama dalam
dan silika oksida pada saat proses
proses ini.
pemanasan menjadi hal essensial untuk
mendekomposisi fase silikat. Na2CO3 dan 3.2 Optimasi
NaNO3 memberikan efek positif dalam Dalam menyelediki parameter yang
proses leaching. Pada kondisi ideal berpengaruh (jenis asam, jenis garam,
NaAlSiO4 menghasilkan aluminosilikat durasi optimal) dan interaksi dalam proses
saat proses pemanasan dengan garam disosiasi, model statisika digunakan untuk
Na2CO3 dan NaNO3. melihat proses perolehan kembali pada
ketiga logam. Metode RSM tidak
3Na2CO3+3Al2O3.2SIO2+4SIO2→6Na
ALSiO4 hanya
+ 3CO2 mereduksi biaya dari simulasi yang
9
dilakukan, namun memberikan pemanasan.

keuntungan pada proses optimisasi karena


simulasi bersifat non linear. Tabel dibawah
ini merupakan daftar model matematis
yang dimana berfungsi untuk memprediksi
pemulihan logam berdasarkan parameter
yang diselidiki.

Mathem R- F- p-
Metals atical Squa Squa valu
Models red red e
Ge=
47.72 +
1.34 × A-
28.81 ×
Germa B+4.24 0.989 178.0
nium × C + 8 4
1.59
× AB -
1.28 × AC
- 7.2 ×
BC
(14)
Sqrt(V)=
4.85 +
0.069 ×
A-3.47 ×
B + 0.21 <0.0
Vanadi 0.989
×C+ 79.81 001
um 1
0.035 ×
AB -
0.033 ×
AC -
0.46
× BC (15)
Sqrt (Li)=
6.51 +
0.27 × A -
2.26 × B
0.916
Li + 0.77 + 35.47
2
0.37 × AB
+ 0.21 ×
AC-0.23
×
BC (16)
Tabel 2. Persamaan Matematis recovery
logam (A: Waktu Leaching, B: Jenis
reagen asam; C: Jenis Garam untuk

10
Model yang memprediksi
perolehan kembali logam germanium,
vanadium dan lithium signifikan
karena memiliki nilai p< 0.0001, yang
menunjukan bahwa model tersebut
telah tepat. Nilai R kuadrat 0.9898,
0.9891, dan 0.9162 mengindikasikan
model tersebut cocok diterapkan pada
eksperimen. Presisi yang memadai
dari model yang telah dibuat untuk
masing-masing logam (Ge, V, dan Li)
adalah 30.739, 26.982, dan 11.769
serta nilai kecocokan yang didapatkan
adalah 0.1637, 0.7692, dan 0.7906
untuk
germanium, vanadium, dan lithium.

Dalam melihat dan mengoptimalkan pelindian, perlu untuk menghitung kontribusi


yaitu jenis asam yang dipilih sebagai
reagen pelindian dimana hal tersebut
akan mempengaruhi perolehan
kembali logam yang diinginkan, dan
dihasilkan sebesar 97.91%, 99.64%,
dan 89.56% untuk
germanium, vanadium dan lithium.
Hal ini membuktikan jenis reagen
asam yang dipilih memliki efek yang
lebih signifikan dibanding waktu
pelarutan dan jenis garam

11
yang digunakan pada proses pelindian. berat terjadi pada suhu 650°C dan stabil
Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada suhu 850°C.
perangkat lunak DX7 digunakan
menentukan kondisi optimum perolehan
ketiga logam tersebut, rekomendasi yang
diberikan oleh DX7 adalah asam sitrat
sebagai reagen pelindian yang baik, garam
Na2CO3 sebagai reagen pemanasan dan
durasi pelindian adalah satu jam. Dalam
kondisi tidak optimum ketiga logam Gambar 3. Analisis TGA pada CFA
tersebut, proses perolehan kembali untuk Dengan Garam dan Tanpa Garam
ketiga logam tersebut adalah sebesar
Dengan kata lain, dekomposisi
89.2%, 80.8%, dan 93.4% untuk
untuk aluminosilikat dengan Na2CO3 terjadi
germanium, vanadium dan lithium. Error
pada suhu yang lebih rendah dibandingkan
yang diberikan pada perangkat lunak
dengan pemanggangan NaNO3. Tidak ada
tersebut adalah sebesar 2.3%, 1.69% dan
perubahan massa yang signifikan jika tidak
3.68% untuk Gem V, dan Li.
menggunakan garam. Pengurangan berat
TGA, XRD, dan SEM digunakan
terjadi dari suhu 450°C dan sampai lebih
untuk melihat karakteristik CFA sebelum
dari 1000°C. Berat bobot akhir dengan
dan sesudah pemanasan. TGA digunakan
pemanasan menggunakan garam (Na2CO3
untuk mempelajari dekomposisi secara
dan NaNO3) adalah 26% dan 25%, serta
termal pada CFA dimana terdapat dua
masing-masing bernilai sama yaitu 22%
kondisi, pertama dengan adanya garam
tanpa dengan garam. Dari hasil percobaan
(Na2CO3 dan NaNO3) dan dengan tidak
menggunakan TGA, menunjukan bahwa
adanya garam. Analisis ini dilakukan
menggunakan garam natrium dapat
dengan rentang suhu 25°C sampai dengan
meningkatkan effisiensi pemanasan CFA
1000°C. Pada gamabr dibawah ini
dan mendekomposisi alumino silikat pada
pengurangan berat pada CFA terjadi
suhu yang sudah diujikan sebelumnya.
seiiring kenaikan temperatur, pada
percobaan menggunakan TGA, penurunan Analisis dengan XRD digunakan
untuk mengetahui kristalografi CFA
sebelum dan sesudah pemanasan dengan

12
garam berupa Na2CO3 dan NaNO3. Hasil
penelitian menunjukan bahwa CFA yang
terbentuk dari mullite (3AL2O3.2SIO2),
hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO4) dan Rutil
(TiO2) dengan pemanggangan
menggunakan garam Na2CO3, semua fase
yang disebutkan diatas terdekomposisi.
Kuarsa, mullite, dan rutil teruai dan fase
natrium aluminium silikat (NaAlSiO4) dan
paranatisite (Na2(TiO(SiO4)) terbentuk
serta terjadi perubahan senyawa hematit
menjadi magnetit (Fe3O4). Meskipun
semua mineral berubah fase dari hasil dari
pemanggangan dengan garam Na2CO3,
beberapa mineral tetap tidak bereaksi
setelah dipanggang dengan NaNO3, CFA
masih mengandung kuarsa dan rutil. Fase
natriun aluminium silikat dengan
komposisi senyawa baru (Na6(AlSiO4)6) Gambar 4. XRD pada CFA

juga muncul dalam sampel ini. Senyawa sebelum dipanaskan (a), setelah

baru tersebut dapat menjadi fase peralihan dipanaskan dengan Na2CO3 (b) dan

untuk pembentukan NaAlSiO4. Penurunan NaNO3

berat terjadi dimulai sekitar 800 dan terus


3.3 Model Kinektik
berlanjut sampai dengan 1000°C. Hasil
Beberapa eksperimen dilakukan
analisis XRD menunjukan bahwa reaksi
pada kondisi dengan empat suhu yang
pemanasan dengan menggunakan NaNO3
berbeda untuk mempelajari efek dari
tidak terdekomposisi dengan baik pada
temperatur yang diberikan, menentukan
suhu 850°C, pemanggangan yang tidak
reaksi secara mekanis, dan menghitung
sempurna juga akan mengurangi perolehan
energi aktivasi. Maksimum disosiasi logam
logam.
yang diperoleh pada suhu 30°C dan seiring
dinaikannya temperatur maka akan terjadi
penurunan dalam perolehan logam. Hubungan
antara temperatur dengan effisiensi reaksi

13
adalah berbanding terbalik dan reaksi yang Seperti disebutkan pada sebelumnya,
dihasilkan adalah eksotermik. Ini model kinektik digunakan untuk
menandakan pelindian harus pada waktu mempelajari mekanisme reaksi dan energi
yang telah ditentukan yaitu 60 menit aktivasi yang digunakan. Reaksi disosiasi
dengan suhu 30°C dengan konsentrasi dapat diikuti oleh tiga mekanisme yaitu
asam sitrat 0.5M yang telah dipanaskan kontrol terhadap reaksi kimia, kontrol
dengan sodium karbonat dengan difusi dan kontrol gabungan. Model
perbandingannya dengan CFA adalah 1:0.5 parameter untuk kontrol dua reaksi kimia,
untuk menghasilkan perolehan logam yang kontrol empat difusi dan satu kontrol
maksimal. Dalam kondisi tidak optmimum, gabungan untuk menentukan reaksi
perolehan Kembali untuk ketiga logam mekanisme. Model kinektik yang dipasang
tersebut (Ge, V, dan Li) adalah sebesar pada data yang sudah ada untuk ketiga
98.15%, 75.31%, dan 97.30%. metal tersebut pada temperatur yang
berbeda, dimana model memiliki tingkat
korespondensi terbesar pada koefisien R2
yang digunakan untuk menggambarkan
reaksi kimia secara mekanis.

Gambar 6. Hubungan antara konstanta


laju (Kd) dengan beberapa kofeisien
determinasi untuk keadaan temperatur
Gambar 5. Perolehan germanium (a), yang berebeda pada ketiga logam
vanadium (b) dan lithium (c) terhadap
waktu

14
Dengan A adalah frekuensi faktor, T
adalah temperatur dalam kelvin serta R
merupakan tetapan gas (8.3145 J.K-1.mol-1)
dan Ea adalah energi aktivasi. Dari rumus
tersebut didapatkan energi aktivasi untuk
germanium, vanadium, lithium adalah
sebesar 24.50 kJ/mol, 34.16 kJ/mol, dan
49.82 kJ/mol.

BAB V
KESIMPUL
AN

Berdasarkan hasil penelitian yang


telah dilakukan dapat disimpulkan dengan
poin-poin dibawah berikut:

1. Penelitian ini difokuskan untuk


mengekstraksi lgam germanium, vanadium
Gambar 7. Plot koefisien Kt (konstanta dan lithium dari abu terbang batubara
disosiasi dari semua elemen dan (Coal Fly Ash) dengan menggunakan
temperatur) terhadap waktu dengan reagen pelindian dengan asam organik dan
germainium (a), vanadium (b), dan lithium reagen pemanasan berupa garam natrium.
(c) 2. Tiga tahap eksperimen telah
dilakukan, pada setiap eksperimen CFA
Model tersebut dianalisis dengan
persamaan: dipanaskan pada suhu 850°C dan dilindi
dengan asam organik.
1 −
1
𝑘𝑡 = ln(1−𝑋) +(1−𝑥) 3 −1)
3 3. Tahap pertama merupakan proses
Serta untuk menganalisis energi aktivasi pada dimana menentukan parameter yang
pemanasan CFA dengan asam sitrat dengan berpengaruh menggunakan metode
menggunakan persamaan Arhenius: Taguchi. Hasil menunjukan jenis asam, tipe
−𝐸𝑎 garam dan waktu disosiasi menjadi ketiga
𝑘 = 𝐴exp1
𝑅𝑇 parameter yang penting. Dimana hasil
investigasi penggunaan jenis asam, asam

15
sitrat dan asetat serta garam dengan jenis halnya bio-leaching agar biaya produksi
Na2CO3 dan NaNO3 memberikan efek dapat direduksi.
pelindian yang effisien.
4. RSM (Response Surface
REFERENSI
Metholodgy) digunakan untuk
[1] D.-H. Vu et al., “Composition and
mengoptimalkan proses dengan parameter Morphology Characteristics of
efektif diketahui dari proses screening. Magnetic Fractions of Coal Fly
Ash Wastes Processed in High-
Setelah satu jam pelindian dengan Temperature Exposure in Thermal
konsentrasi asam sitrat sebesar 0.5 M dan Power Plants,” Applied Sciences,
vol. 9, no. 9, 2019, doi:
perbandingan garam NaCO3 dengan CFA
10.3390/app9091964.
1:0.5, didapatkan perolehan logam kembali
[2] A. R. K. Gollakota, V. Volli, and C. M.
secara maksimal. Shu, “Progressive utilisation
5. Empat tes dilakukan dalam kondisi prospects of coal fly ash: A review,”
Science of The Total Environment,
optimal dengan berbagai macam tingkat
vol. 672, pp. 951–989, Jul. 2019,
temperatur untuk menentukan mekanisme doi:
pelindian dan mengakulasi energi aktivasi 10.1016/J.SCITOTENV.2019.03.33
7.
dengan menggunakan model kinetik. Hasil
didapatkan untuk kondisi pelindian optimal, [3] N. Wang, X. Sun, Q. Zhao, Y.
Yang, and P. Wang, “Leachability
temperatur berada pada 30°C. Dalam and adverse effects of coal fly
kondisi optimum perolehan ketiga logam ash: A
review,” Journal of Hazardous
tersebut (germanium, vanadium, dan
Materials, vol. 396, p. 122725, Sep.
lithium) adalah sebesar 98.15%, 75.31%, 2020, doi:
dan 97.30% dan energi aktivasi yang 10.1016/J.JHAZMAT.2020.12272
5.
bernilai 24.50 kJ/mol, 34.16 kJ/mol, dan
[4] J. Briffa, E. Sinagra, and R.
49.82 kJ/mol.
Blundell, “Heavy metal pollution in
6. Penggunaan asam organik sebagai the environment and their
reagen pelindian dapat mempengaruhi toxicological effects on humans,”
Heliyon, vol. 6, no. 9, p. e04691,
biaya operasi jika penggunaannya dalam Sep. 2020, doi:
skala besar. oleh sebab itu untuk 10.1016/J.HELIYON.2020.E04691.
kedepannya dapat diterapkan pelindian [5] Z. Yang et al., “Water-leaching
menggunakan bahan anorganik seperti characteristic of valuable trace
metals (U, V, and Ga) from
(NH4)2SO4-treated coal ash: A
coprecipitation behavior at high
temperature,” Journal of Hazardous
16
Materials, vol. 388, p. 122113,
Apr.

17
2020, doi: temperatures,” Hydrometallurgy,
10.1016/J.JHAZMAT.2020.12211
3.
[6] J. Pan, B. V. Hassas, M. Rezaee, C.
Zhou, and S. v. Pisupati, “Recovery of
rare earth elements from coal fly
ash through sequential chemical
roasting, water leaching, and acid
leaching processes,” Journal of
Cleaner Production, vol. 284,
p. 124725, Feb. 2021, doi:
10.1016/J.JCLEPRO.2020.124725.
[7] I. Kursun Unver and M. Terzi,
“Distribution of trace elements in
coal and coal fly ash and their
recovery with mineral processing
practices: A review,” Journal of
Mining and Environment, vol. 9,
no. 3, pp. 641–655, 2018, doi:
10.22044/jme.2018.6855.1518.
[8] S. I. Arbuzov, D. A. Spears, S. S.
Ilenok, I. Y. Chekryzhov, and V.
P. Ivanov, “Modes of occurrence
of germanium and tungsten in
the Spetsugli germanium ore
field, Pavlovka brown coal
deposit,
Russian Far East,” Ore Geology
Reviews, vol. 132, p. 103986,
May
2021, doi:
10.1016/J.OREGEOREV.2021.103
98
6.
[9] M. Tang et al., “Study on extraction
of rare earth elements from coal fly
ash through alkali fusion – Acid
leaching,” Minerals Engineering,
vol. 136, pp. 36–42, Jun. 2019, doi:
10.1016/J.MINENG.2019.01.027.
[10] C. Wei et al., “Digesting high-
aluminum coal fly ash with
concentrated sulfuric acid at high

18
vol. 180, pp. 41–48, Sep.
2018, doi:
10.1016/J.HYDROMET.2018.0
7.004.

[11] Y. Zhou et al., “Removal of


elemental mercury from flue
gas by recyclable CuCl2
modified magnetospheres
from fly ash: Part
5. Industrial scale studies at a
50 MWth coal-fired power
plant,” Fuel, vol. 266, p.
117052, Apr. 2020, doi:
10.1016/J.FUEL.2020.117052.
[12] R. Golmohammadzadeh, F.
Rashchi, and E. Vahidi,
“Recovery of lithium and
cobalt from spent lithium-ion
batteries using organic acids:
Process optimization and
kinetic aspects,” Waste
Management, vol. 64, pp.
244–254, Jun. 2017, doi:
10.1016/J.WASMAN.2017.03.
037.
[13] B. Musariri, G. Akdogan, C.
Dorfling, and S. Bradshaw,
“Evaluating organic acids as
alternative leaching reagents
for metal recovery from
lithium ion batteries,” Minerals
Engineering, vol. 137, pp. 108–117,
Jun. 2019, doi:
10.1016/J.MINENG.2019.0
3.027.

19

Anda mungkin juga menyukai