LP Stroke Icu
LP Stroke Icu
Disusun Oleh :
Melati Ananda S.Kep
NIM : 2114901023
() ()
Preceptor Akademik Preceptor Klinik
() ()
Pendahuluan dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
+ Respiratory Failure”.
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi......................................................................................................5
2. Anatomi dan Fisiologi...............................................................................7
3. Etiologi......................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik...................................................................................13
5. Klasifikasi...............................................................................................15
6. Patofisiologi............................................................................................16
7. Patway.....................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................19
9. Penatalaksanaan......................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................24
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................70
B. Saran.............................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan
fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau
serta fungsinya. Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang
mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan
dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk
kebaikan pasien (Suwignyo, 2017). Kasus kelolahan pada karya ilmiah ini adalah stroke
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2019 stroke merupakan
penyebab kematian utama di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia
produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2015). Berdasarkan data 10 besar penyakit
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis
memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi
Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah
sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama
(Kemenkes, 2018).
Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan stroke
detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada suatu
saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke, yang mengakibatkan biaya
kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati 70 miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010,
Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan
rehabilitasi akibat stroke. Selain itu, 11% orang Amerika berusia 55-64tahun mengalami
infark serebral silent; prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43%
wawancara juga meningkat dari 8,3 per1000 (2016) menjadi 12,1 per1000 (2016)
(Riskesdas 2016).Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai
faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari danmengatasi faktor resiko
tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke
akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih
6 juta pada tahun 2016 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yastroki, 2019).
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans
yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus
menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis
dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga
aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa
mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam
karena ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau
subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah
ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada
Diasese (CKD)”
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
+ Respiratory Failure”
2. Tujuan Khusus
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Stroke
1. Pengertian
neurologis secara mendadak akibat lanjunya akan terjadi hemoragi atau iskemia
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang dapat terjadi secara
mendadak dan menyebabkan defisit fungsi neurologis yang biasanya terjadi pada
rentang usia 45-80 tahun, yang lebih sering terjadi pada laki- laki (Rasyid, 2007).
Stroke hemoragik adalah kondisi otak yang mengalami kerusakan karena aliran
darah atau suplai darah ke otak terhambat oleh pendarahan (Arum, 2015). Stroke
hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di otak sehingga aliran darah menjadi
tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak
yakni dirongga subarakhnoid atau didalam parenkim otak (intraserebral) ada juga
perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat seperti perdarhan subarakhoid
B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
pengontrol semua alat tubuh yang terdiri atas: serebrum, cerebellum, dan batang otak.
Gambar 2.1 Anatomi Otak
a. Serebrum
Serebrum terdiri dari emapat lous yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Serebrum juga dikenal sebagai otak besar yang mengisi penuh rongga
tengkorak.
b. Cerebellum
Cerebellumn dikenal juga dengan otak kecil yang terletak pada bagian
c. Batang Otak
varoli dengan medulla spinalis. Ada beberapa bagian untuk menjalankan fungsi
a) Meningen
Merupakan selaput yang melindungi otak dan sum sum tulang belakang,
selain itu meningen juga berfungsi untuk membawa pembuluh darah dan
cairan serebrospinal serta mengurangi jika terjadi benturan atau getaran pada
(1) Durameter: merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan ikat yang
jaringan otak.
b) Sistem Ventrikel
Terdiri dari rongga-rongga yang terdapat dalam otak yang berkaitan satu sama
serebrospinal.
c) Cairan Serebrospinal
4) Medula Spinalis
radiks posterior. Medula Spinalis terdiri dari susunan saraf pusat yang terluar
6) Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom. Saraf somatik
adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas
otot sadar atau serat lintang. Sedangkan saraf otonom adalah saraf - saraf yang
Pada daerah di antara piameter dan arachnoid, terdapat rongga yang berisi
cairan serebrospinal.
1) Piamater merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
2) Arakhnoid lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal.
Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan
b. Otak
1) Otak depan
2) Otak tengah
3) Otak belakang
Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh
sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-
ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher,
ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa
menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah
(kaki).
yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa
disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan keotak.
Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalisyang terdiri dari 7
Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai
berikut:
Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik.
Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut:
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah
kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan,
C. Etiologi
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, darah akan keluar
mengisi ruang tengkorak kepala sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam otak yang
akibatnya terjadi penurunan kesadaran secara tiba-tiba. Keadaan seperti ini disebabkan
karena tekanan darah yang mengalami peningkatan cukup tinggi (Arum, 2015).
Selain hal–hal yang disebutkan diatas, ada fakor–faktor lain yang menyebabkan
Faktor resiko medis seperti migrain, hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi),
riwayat stroke keluarga, penyakit ginjal, dan penyakit vaskuler perifer. 80% pemicu
Faktor resiko perilaku seperti kurang olahraga, merokok /aktif dan pasif,
makanan tidak sehat (junk food, fast food), kontrasepsi oral, mendengkur, narkoba,
obesitas, stress, dan cara hidup. Akibatnya terjadi penurunan kesadaran secara tiba-tiba.
Keadaan seperti ini disebabkan karena tekanan darah yang mengalami peningkatan
cukup tinggi (Arum, 2015). Selain hal–hal yang disebutkan diatas, ada fakor–faktor lain
3. Faktor lain Data statistik 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan
a. Ttombosis serebral
Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi trombosis dapat menyebabkan
b. Emboli serebral
Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan darah, lemak atau udara.
Kebanyakan emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
Pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi karena Aterosklerosis dan hipertensi.
pemisahan jaringan otak yang berdekatan akibat otak akan bengkan, jaringan otak
internal tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema dan mungkin terjadi
herniasi otak.
1) Migren
4) Kondisi hiperkoagulasi
5) Vaskulitis sistem saraf pusat
8) Miksoma atrium.
D. Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans
yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat
terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang
arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan
darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat
terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas
intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah
terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan
tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat
ruptur, dan sering terdapat lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung
letak dan beratnya perdarahan. Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat
cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang
kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. 90% menunjukkan adanya darah dalam
cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua
pasien ini 70-75% akan meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena
meluasnya perdarahan sampai ke system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan
E. Pathway
Sumber : Hieckey, 2017; Smletzer & Bare, 2019
F. Klasifikasi
1. Perdarahan Intraserebral
intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam
jaringan otak. Pada stroke jenis ini pembuluh darah pada otak pecah dan darah
membasahi jaringan otak. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga
menyebabkan spasme atau menyempitnya arteri di sekitar tempat perdarahan. Sel- sel
otak yang berada jauh dari tempat perdarahan juga akan mengalami kerusakan karena
aliran darah terganggu. Selain itu, jika volume darah yang keluar lebih dari 50 ml maka
dapat terjadi proses desak ruang yakni rongga kepala yang luasnya tetap,
“diperebutkan” oleh darah “pendatang baru” dan jaringan otak sebagai “penghuni
lama”. Biasanya pada proses desak ruang ini, jaringan otak yang relatif lunak
2. Perdarahan Subarakhnoid
tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari
terjadi di pembuluh darah yang terdapat pada pembungkus selaput pembungkus otak.
Selanjutnya, darah mengalir keluar mengisi rongga antara tulang tengkorak dan otak.
Sama seperti perdarahan intraserebral, darah yang keluar dapat menyebabkan spasme
arteri sekitar tempat perdarahan, serta menyebabkan proses desak ruang. (Indrawati ett.,
(2016)
G. Manifestasi Klinis
(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan
pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya
jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri.
Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan Gangguan sensibilitas
3. Penurunan kesadaran (Konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) Terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
4. Penurunan kesadaran (Konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) Terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
bicara, termasuk dalam membaca, menulis memahami bahasa. Afasia terjadi jika
terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan
biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle serebral kiri. Afasia
dibagi menjadi tiga bagian yaitu afasia motorik, sensorik dan afasia global. Afasia
motorik atau ekpresif terjadi jika area pada Area Broca, yang terletak pada lobus frontal
otak.
6. Disatria (bicara cadel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi
sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian pasien dapat memahami
pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca. Disatria terjadi karena
kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring.
7. Gangguan penglihatan (diplopia) dimana pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga
pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini
terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau pariental yang dapat
8. Menghambat serat saraf optik ada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat
9. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus kranial 9. Selama
menelan bolus didorong oleh lidah dan gluteus menutup kemudian makanan masuk ke
esophagus.
10. Inkontenesia baik bowel maupun bladder serng terjadi hal ini karena tergangguanya
11. Vertigo seperti mual, muntah, dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
H. Pemeriksaan Penunjang
pertahanan atau sumbatan arteri, meperlihatkan secara tepat letak oklusi atau ruptur.
tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK).
Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
3. Fungsi lumbal. Pemeriksaan ini menunjukkan terlihatnya darah atau siderofag secara
sistem arteri karotis/aliran darah atau timbulnya plak) dan arterioklerosis (Munir,
2015). Pemeriksaan sinar x kepala dapat menunjukkan perubahan pada glandula pineal
pada sisi yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis internal yang
dapat dilihat pada trombosis serebral, klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada
perdarahan subaraknoid
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. (Wati (2019))
I. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan gula darah: gula darah bisa meningkat karena keadaan hiperglikemia.
2. Faktor risiko stroke hemoragik yang dapat dimodifikasi, sebagian besar pasien
memiliki hipertensi (82,30%), kadar gula darah meningkat (63,54%), LDL meningkat
J. Penatalaksanaan
b. Masukan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat I bagian bedah saraf
prioritas, sehingga pasien berada dalam status euvolemi dengan pemberian cairan
hipoglikemik
Neuroprotektor yang umum digunakan pada pasien stroke adalah citicolin dan
yang signifikan terhadap kesadaran, fungsi kognitif, dan motorik pada pasien stroke.
Citicolin dengan dosis 2 x 250 mg maupun 2 x 500 mg memberikan nilai GCS yang
tidak jauh berbeda baik pada pasien stroke iskemik maupun stroke hemoragik.
Parenchymatous hemorrhage.
f. Neurologis
intraserebral, dengan konsep memilih target tekanan darah sesuai dengan faktor-
faktor yang ada pada pasien, yaitu tekanan darah awal, penyebab dicurigai
perdarahan, usia, dan peningkatan tekanan intrakranial. Alasan utama untuk untuk
pertimbangan bukan hanya terhadap otak saja, tetapi juga terhadap kerusakan
organ lain misalnya jantung dan ginjal. Meskipun demikian jika tekanan darahnya
rendah pada pasien yang mempunyai riwayat hipertensi pada fase akut serangan
peningkatan volume infark, dan merupakan outcome yang buruk pada bulan
pertama saat serangan, khususnya penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 20
mmHg.
2) Natrii Etamsylate
3) Kalsium
4) Profilaksis vasopasme
l. Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2 PO2, PCO2).
K.
BAB III
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya benda
2) Breathing
terjadi retraksi dinding dada, terjadinya sesak nafas, saat di palpasi teraba
pengembangan pada kedua parukanan dan kiri, kaji adanya suara nafas
tambahan.
3) Circulation
4) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15, pupil
isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
5) Exsposure
dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada tidak
7) Gastric tube
resiko muntah.
8) Monitor EKG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
b. Anamnesis Sekunder
1) Identitas Klien
a) Umur
Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai pada
populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap
intraserebral lebih sering ditemukan pada usia 45-60 tahun, sedangkan stroke
20-40 tahun.
b) Jenis Kelamin
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan
wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan
bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik
c) Pekerjaan
ekonomi yang tinggi karena berhubungan dengan pola hidup, pola makan,
2) Keluhan Utama
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala,
saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Khaira, 2018).
pencerminan diri yang tidak adekuat terhadap peran baru setelah stroke serta
masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat memicu serangan stroke
antara lain identifikasi sistem dukungan sosial pasien baik dari keluarga,
intake dan pola nutisi. Respons adaptasi tidak efektif yang sering ditunjukkan
pasien antara lain mual, muntah, penurunan asupan nutrisi dan perubahan pola
nutrisi. Stimulus fokal yang sering menyebabkan respons adaptasi tidak efektif
pada pola nutrisi pasien stroke yaitu disfagia dan penurunan kemampuan
faktor usia dan kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian makanan pada
pasien stroke yang mengalami disfagia. Stimulus residual yaitu faktor budaya
serta pemahaman pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi bagi tubuh.
c) Pola Eliminasi
terbentuk dari persepsi internal dan persepsi berdasarkan reaksi orang lain
terhadap dirinya. Konsep diri terbagai menjadi dua aspek yaitu fisik diri dan
personal diri. Fisik diri adalah pandangan individu tentang kondisi fisiknya
yang meliputi atribut fisik, fungsi tubuh, seksual, status sehat dan sakit, dan
diri, ekspresi, nilai yang meliputi konsistensi diri, ideal diri, dan moral etika
spiritual diri
ganda, hilang rasa sensorik kontralateral, afasia motorik, reaksi pupil tidak
sama
aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh kedua hormon tadi meningkat jumlah
trombosit dan produksi kolestrol. Kortisol dan adrenalin juga dapat merusak
sel yang melapisi arteri, sehingga lebih mudah bagi jaringan lemak untuk
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
a) Keadaan Umum
(4) Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan rangsangan nyeri
yang kuat
b) Tanda-Tanda Vital
(1) Tekanan darah : pasien stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah
(3) Pernapasan : pasien stroke mengalami nafas cepat dan terdapat gangguan
(4) Suhu tubuh : pada pasien stroke tidak ada masalah suhu pada pasien denga
stroke hemoragik
normocephalik
(b) Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
(c) Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring kesalah
satu sisi.
(a) Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
(b) Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry refill
pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien
tambahan
terasa kembung.
biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak
fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep
respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan
(+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak
beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari
atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek
openheim (+)) dan pada saat betis diremas dengan kuat biasanya
bagian tubuh.
eksternus.
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Juga biasanya
kekuatan otot, tingkat kekuatan otot pada sisi yang sakit adalah 0.
patologis.
kemudian kaki diangkat ke depan dan dilepas. Pada waktu dilepas akan ada
gerakan penduler yang maikn lama makin kecil dan biasanya berhenti 6 atau 7
b) Menjatuhkan tangan
tangan yang lain mengangkat kepala dan menjatuhkan kepala lambat. Pada
kaku kuduk (nuchal rigidity) karena iritasi meningeal terdapat hambatan dan
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
nafas
Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
Monitor saturasi oksigen
Auskultasi bunyi nafas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan Toleransi Aktivitas Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
meningkat, kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
a. Kemudahan dalam melakukan Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas sehari-hari meningkat Monitor pola dan jam tidur
b. Kekuatan tubuh atas dan Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
bawah meningkat melakukan aktivitas
c. Keluhan lelah menurun Terapeutik
d. Dispenea menurun Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
TERAPI AKTIVITAS
Observasi
Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan
waktu luang
Monitor respon emosional, fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit
yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas,
jika sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori
implicit dan emosional (mis. kegitan keagamaan
khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi
dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan
( mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan
teka-teki dan kart)
Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan
diri
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika
perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif
atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas,
jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Sheria Puspita. (2015). Stroke kenali cegah & obati, Yogyakarta: Notebook.
Geofani, Putri. (2017). ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik Di
Bangsal Syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang’. Karya Tulis Ilimiah, Prodi D-III
Keperawatan. Padang : Poltekkes Kemenkes RI Padang.
Maghfiroh, Ervi. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik Pada Ny. T dan Tn. S
Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2017’. Study Literatur, Prodi D-III Keperawatan. Lumajang :
Universitas Jember.Medicastore (2017) Stroke Pembunuh No 3 Di Indonesia
Nugraha, Alan Yudha. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik
Di Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang’. Karya Tulis Ilimiah, Prodi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan