Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-Pp) Dalam Penegakan Peraturan Daerah Di Kota Medan Skripsi
Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-Pp) Dalam Penegakan Peraturan Daerah Di Kota Medan Skripsi
SKRIPSI
A. DISUSUN :
O
L
E
H
ARWIN HASIBUAN
NPM : 095114050
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN) AL WASHLIYAH
MEDAN
2013
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat juga terselesaikan oleh penulis.
Washliyah Medan.
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin
1. Bapak Drs. H. Kondar Siregar, MA, selaku Rektor Universitas Muslim Nusantara
Al-Wasliyah Medan.
2. Ibu Hj. Adawiyah Nasution, SH., M.Kn, selaku Dekan Fakultas Hukum
5. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan dorongan baik secara moril
maupun materil.
i
7. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh staf di Fakultas Hukum Universitas Muslim
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk menjadi
sebuah karya ilmiah yang berkualitas. Hanya dengan saran dan kritikan dari semua
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karunia-
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
antar masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan saat-saat
sebelumnya. Seperti layaknya dua sisi pada mata uang, fenomena globalisasi
menjanjikan sebuah lingkungan dan suasana kehidupan bermasyarakat yang jauh lebih
baik, sementara di sisi lain, terdapat pula potensi terjadinya chaos jika perubahan ini
tidak dikelola secara baik. Karena pada suatu titik ekstrem seorang individu di sebuah
negara dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya (misalnya berdagang, bermitra,
berada di negara lain, maka jelas bahwa kehidupan masyarakat harus dapat terlebih
dahulu ditata dengan baik di dalam sebuah sistem yang menjamin bahwa negara yang
bukan sebaliknya.
Daerah semakin terbuka lebar. Pada keadaan ini semua sektor lini pemerintahan
sangat dibutuhkan dalam hal menciptakan suatu sistem tata kelola pemerintahan yang
baik atau apa yang dikenal dengan istilah good governance. Salah satu lembaga yang
1
sangat berperan dalam mendukung terciptanya prinsip pemerintahan yang baik di
Dengan demikian aparat Polisi Pamong Praja merupakan garis depan dalam hal
suasana yang mengarah kepada peraturan dalam masyarakat menurut norma yang
berlaku sehingga menimbulkan motivasi bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan.1 Tugas kewajiban Kepala Daerah selain berasal dari tugas yang timbul
karena inisiatif sendiri dari alat perlengkapan daerah (Otonomi Daerah) dapat juga
diperintahkan oleh penguasa yang lebih atas atau yang disebut tugas pembantuan. 2
keputusan kepala daerah, sebagai salah satu tugas utama dari Polisi Pamong Praja,
1
Dirjen Pemerintahan Umum, Pedoman Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong
Praja, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 2005, hal.9.
2
Irawan Soejito, Sejarah Daerah Indonesia,:Pradanya Paramita, Jakarta 1984, hal.100.
tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih dalam melaksanakan
kewenangan ini Polisi Pamong Praja dibatasi oleh kewenangan represif yang sifatnya
non yustisial. Aparat Polisi Pamong Praja seringkali harus menghadapi berbagai
Dalam menghadapi situasi seperti ini Polisi Pamong Praja harus dapat
mengambil sikap yang tepat dan bijaksana, sesuai dengan paradigma baru Polisi
Pamong Praja yaitu menjadi aparat yang ramah, bersahabat, dapat menciptakan
suasana batin dan nuansa kesejukan bagi masyarakat, namun tetap tegas dalam
Pemerintahan Daerah, dalam pasal 148 ayat 1 disebutkan bahwa Polisi Pamong Praja
3
Hazairin, Otonomi dan Ketatanegaraan (dalam Ceramah Kongres III Serikat Sekerja
Kementrian dalam Negeri,Bogor, 3-5 Desember 1953, di muat dalam buku 7 Tahun Serikat Sekerja
Kementerian Dalam Negeri (SSKDN), 1954, hal. 160.
(memberi kuasa untuk dijalankan)4. Otonomi ialah hak untuk mengatur dan mengurus
peraturan dari Pemerintah Pusat atau daerah tingkat atasan berdasarkan perintah pihak
atasan itu.5
menjalankan tugasnya diatur di dalam Peraturan Walikota Medan No. 8 Tahun 2012
tentang Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.
daerah di Kota Medan menunjuk aparat yang bertugas untuk menjaga ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat dan penegakan peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah adalah Satuan Polisi Pamong Praja. Polisi Pamong Praja
masyarakat secara umum dapat mengambil sikap dengan tepat dan bijaksana, sehingga
tercipta aparat yang ramah dan bersahabat namun tetap tegas dalam bertindak sesuai
4
Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia. PT Ichtiar baru van hoeve, Jakarta, 2003, hal.
80 & 397.
5
The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Republik Indonesia, Liberty,
Yogyakarta , 1993, hal, 99.
Permasalahan
3. Apakah faktor-faktor yang menjadi hambatan yang dihadapi satuan polisi pamong
praja dalam penegakan peraturan daerah di Kota Medan dan bagaimana upaya
Tujuan Penelitian
3. Sebagai bahan yang dapat menambah wawasan berpikir bagi peneliti sendiri
peraturan daerah.
Manfaat Penelitian
tentang peran dan fungsi satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan peraturan
daerah.
Penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat dari segi praktis yaitu
suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak khususnya masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan
7
pemberdayaan daerah.
peraturan perundang-undangan.
Dilihat dari sudut pandang pemerintah pusat sedikitnya ada 4 (empat) tujuan utama
1. Pendidikan politik
2. Pelatihan kepemimpinan
Sementara bila dilihat dari sisi kepentingan daerah otonomi daerah adalah
1. Politik quality, ini berarti bahwa melalui pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
Dan lebih jauh lagi, tujuan utama dari konsep desentralisasi dan otonomi
daerah dengan tidak hanya membatasinya pada konteks hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dan daerah, maka semuanya bermuara pada pengaturan mekanisme
hubungan antara Negara dan masyarakat. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah
bertujuan untuk membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat sipil untuk
pelaksanaannya.
otonomi daerah diatas, keberhasilan akan sangat bervariasi serta relative dan
konseptual sifatnya pada tiap-tiap daerah. Seperti dari perspektif ekonomi politik,
salah satu faktor penting yang dapat mengganggu pencapaian tujuan desentralisasi dan
otonomi daerah. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena potensi sumberdaya,
Sehingga pemerintah daerah dalam hal ini harus tetap berpegang pada koridor bahwa
pembangunan daerah yang ada harus dilakukan dari, untuk dan oleh pelaku-pelaku
Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat Pemerintah
Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan
Daerah /Kota.
- Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang
Daerah
- Di Daerah /Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di
Daerah.
Pamong Praja berasal dari kata Pamong dan Praja, Pamong artinya pengasuh
yang berasal dari kata Among yang juga mempunyai arti sendiri yaitu mengasuh.
Mengasuh anak kecil misalnya itu biasanya dinamakan mengemong anak kecil,
sedangkan Praja adalah pegawai negeri. Pangreh Praja atau Pegawai Pemerintahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pamong Praja adalah Pegawai Negeri yang
keamanan dan ketertiban umum atau pegawai Negara yang bertugas menjaga
6
Alwi, Hasan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm.817.
keamanan.7 Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa Polisi Pamong Praja adalah Polisi yang mengawasi dan mengamankan
Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan “Polisi Pamong Praja adalah
Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai pada era Kolonial sejak VOC
pada waktu itu Kota Batavia sedang mendapat serangan secara sporadis baik dari
dibentuklah BAILLUW, semacam Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang
bertugas menangani perselisihan hukum yang terjadi antara VOC dengan warga serta
Besturrs Politie atau Polisi Pamong Praja yang bertugas membantu Pemerintah di
keamanan warga. Menjelang akhir era Kolonial khususnya pada masa pendudukan
7
Ibid., hal. 886.
Jepang Organisasi polisi Pamong Praja mengalami perubahan besar dan dalam
prakteknya menjadi tidak jelas, dimana secara struktural Satuan Kepolisian dan peran
dan fungsinya bercampur baur dengan Kemiliteran. Pada masa Kemerdekaan tepatnya
menjadi bagian Organisasi dari Kepolisian karena belum ada Dasar Hukum yang
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948. Secara definitif Polisi Pamong Praja mengalami
beberapa kali pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama, adapun secara rinci
perubahan nama dari Polisi Pamong Praja dapat dikemukakan sebagai berikut :
yang pada tanggal 10 Nopember 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi
Pamong Praja.
3. Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah
4. Berdasarkan Surat Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.1 Tahun
di Daerah, maka Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja,
sebagai Perangkat Daerah.
6. Dengan Diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah
kembali dengan nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.
Polisi Pamong
Masyarakat telah beberapa kali mengalami perubahan baik struktur organisasi maupun
namun secara substansi tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan
mempunyai arti khusus yang cukup strategis, karena tugas-tugasnya membantu Kepala
Daerah sehinga dapat berdampak pada upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”.8
8
Pedoman dan Petunjuk Polisi Pamong Praja, 1995, Jakarta, Dirjen Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah (PUOD).
Tahun 1974 adalah perangkat wilayah yang bertugas membantu kepala wilayah dalam
2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah perangkat daerah yang bertugas membantu
serta menegakkan Peraturan Daerah (Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Bila melihat pengertian Polisi Pamong Praja tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan Polisi Pamong Praja menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
sebagai aparat daerah yang bertanggung jawab kepada kepala wilayah artinya
aparat daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah (Pasal 148 ayat (1)
2. Ruang lingkup tugas kerja Polisi Pamong Praja menurut Undang-undang Nomor 5
ketenteraman masyarakat dalam penegakan Peraturan Daerah (Pasal 148 ayat (1)
Lingkup fungsi dan tugas Polisi Pamong Praja dalam pembinaan ketentraman
dan ketertiban umum pada dasarnya cukup luas, sehingga dituntut kesiapan aparat
baik jumlah anggota, kualitas personil termasuk kejujuran dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Polisi Pamong Praja sebagai lembaga dalam pemerintahan sipil harus tampil
harus berbeda dengan aparat kepolisian (Polisi Negara), karena kinerja Polisi Pamong
Praja akan bertumpu pada kegiatan yang lebih bersifat penyuluhan dan pengurusan,
bukan lagi berupa kegiatan yang mengarah pada pemberian sanksi atau pidana.
9
Ibid.
Daerah, juga membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pembinaan ketentraman
dan ketertiban (Pasal 148 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah).
Mengingat luasnya daerah dan menjamin tindakan yang cepat serta tepat pada
ketertiban masyarakat.
budaya.
atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap ketentraman dan
ketertiban didalam masyarakat, serta menjaga agar roda pemerintahan dan peraturan
sehingga pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara umum, tertib dan
Negeri No. 2 Pasal 2 Tahun 1993 tentang pembinaan ketentraman dan ketertiban di
daerah).
Ketentraman dan ketertiban yaitu suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat
dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur (Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 2 Pasal 1 Tahun 1993 tentang pembinaan ketentraman dan ketertiban di
daerah). Pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah adalah segala usaha, tindakan
ketertiban secara berdaya guna dan berhasil guna meliputi kegiatan pelaksanaan atau
penyelenggaraan dan peraturan agar segala sesuatunya dapat dilakukan dengan baik,
tertib dan seksama sesuai ketentuan petunjuk, sistem dan metode yang berlaku untuk
menjamin pencapaian tujuan secara maksimal (Pasal 150 ayat (1) Undang-undang
yang mantap. Dalam hal ini urusan pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah,
Walikota atau Bupati dalam tugasnya dibantu oleh yang namanya Polisi Pamong Praja
(Undang-undang No. 32 Pasal 148 ayat 1 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).
istilah Qanun. Di Provinsi Papua, dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan
Peraturan Daerah Provinsi. Peraturan Daerah (Perda) adalah instrumen aturan yang
pemerintahan di daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa
Kedudukan dan fungsi Perda berbeda antara yang satu dengan lainnya sejalan
10
Sari Nugraha, Problematika Dalam Pengujian dan Pembatalan Perda Oleh Pemerintah
Pusat, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 23 No. 1 Tahun 2004, hal. 27.
11
Ibid.
muatan yang disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada pada pemerintah
daerah.
pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Setiap perancang
Perda, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai aturan hukum positip tentang
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [vide Pasal 18 ayat (6) UUD 1945].
12
Ibid.
13
E. Utrecht. Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Terjemahan Moh. Saleh Djindang, Sinar
Harapan, Jakarta, 1989, hal. 116.
pembantuan, menampung kondisi khusus daerah, serta penjabaran lebih lanjut
teoritik memiliki tingkat fleksibilitas yang sempit karena tidak boleh menyimpang dari
des Recht yang diajarkan Hans Kelsen, hukum positif (peraturan) dikonstruksi
berjenjang dan berlapis-lapis, peraturan yang rendah bersumber dari dan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Teori tersebutlah kemudian dalam
ilmu hukum turun menjadi asas “lex superior derogat legis inferiori.” 14
Perda dianggap sebagai peraturan yang paling dekat untuk mengagregasi nilai-
nilai masyarakat di daerah. Peluang ini terbuka karena Perda dapat dimuati dengan
nila-nilai yang diidentifikasi sebagai kondisi khusus daerah. Oleh karena itulah banyak
Perda yang materi muatannya mengatur tentang pemerintahan terendah yang bercorak
lokal seperti Nagari di Sumatera Barat, Kampong di Aceh, atau yang terkait
hutan rakyat, pertambangan rakyat dan lain sebagainya.15 Di samping itu, posisi Perda
yang terbuka acap juga menjadi instrumen pemerintah daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah melalui pungutan yang timbul dari Perda pajak daerah atau
14
Ibid.
15
EKM Masinambow, Hukum dan kemajemukan Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2000, hal. 76.
Perda retribusi daerah. Perda jenis terakhir inilah yang paling mendominasi jumlah
Sejak otonomi daerah digulirkan, sudah ribuan Perda dibuat oleh pemerintah
daerah baik pada level provinsi maupun kabupaten/kota. Data yang diperoleh dari
Departemen Keuangan, sampai Desember 2006 terdapat 9.617 Perda yang terkait
dengan perizinan, pajak dan retribusi di daerah. Dari sejumlah itu Departemen
membatalkan 895 Perda yang terkait dengan pajak dan retribusi di daerah. Data yang
diperoleh dari Departemen Dalam Negeri menunjukkan bahwa sejak tahun 2002
sampai tahun 2007 Perda yang dibatalkan baru berjumlah 761 Perda. Perda-Perda
yang dianggap bermasalah itu menimbulkan ekonomi biaya tinggi di daerah serta juga
16
S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal 16.
lebih tinggi dapat diuji oleh dua lembaga lewat dua model kewenangan, yaitu judicial
review oleh Mahkamah Agung dan executive review oleh Pemerintah c.q Departemen
Dalam Negeri. 17
diberi kewenangan oleh UUD 1945 untuk dapat melakukan pengujian peraturan
Kewenangan demikian ini kemudian dikenal dengan istilah judicial review atau
Agung, kewenangan judicial review juga dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi yang
berwenang menguji undang-undang terhadap UUD. Bila dikaitkan dengan jenis dan
Peraturan Daerah.
Mulai dari dasar konstitusional dalam Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945, kemudian Pasal
11 ayat (2) huruf b UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, selanjutnya
Pasal 31 ayat (2) UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung: Mahkamah Agung memberi ukuran atau
17
Ibid., hal. 17.
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (aspek materil),
Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945: Mahkamah agung berwenang mengadili pada
undang-undang.
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang
Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Tahun 1999 tentang Hak Uji Materil yang sudah diganti dengan Perma No. 1 Tahun
Agung yang oleh UUD dan UU diberi kewenangan menguji materil dan formil
materi muatan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti Mahkamah Agung tidak
akan memeriksa atau menguji aspek formil penyusunan dan pembentukan peraturan
adalah Pasal 1 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Material.
Sejak tahun 2003 sampai tahun 2007, Mahkamah Agung telah menerima 175
kewenangan yang disebut judicial review.19 Dalam hal itu, maka Mahkamah Agung
adalah lembaga yang diberi tugas menyelesaikan konflik norma yang timbul dari
permohonan keberatan dari para pihak yang berkepentingan di daerah. Ukuran yang
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji
Material, bila satu Perda yang dimohonkan bertentangan dengan peraturan yang lebih
18
Iman Nugraha., Op.Cit.
19
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, hal. 99.
20
Iman Nugraha., Op.Cit.
bersama dengan DPRD untuk mencabut Perda tersebut paling lama dalam waktu 90
hari. Terhadap putusan pembatalan Perda yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung
Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji
yang dianggap bermasalah dikemudian hari setelah 180 hari yang dibatasi oleh
Tidak jelas benar dari mana asal muasal batas waktu 180 tersebut, dan
mengapa tidak lebih cepat atau lebih lambat dari 180 hari juga tidak ada seleksi waktu
yang dapat dimengerti secara rasional, karena bila syarat untuk mengajukan
publik dari pemohon, maka potensi kerugian publik itu tidak bisa dibatasi waktunya.
Bisa saja, misalnya Perda yang sudah berlaku selama satu tahun dianggap tidak
bermasalah oleh masyarakat, kemudian dua atau tiga tahun atau beberapa tahun
setelah berlakunya Perda tersebut baru menimbulkan masalah sosial, sehingga bila hal
karena dipangkas oleh aturan yang dibuat oleh Mahkamah Agung secara sepihak.
Salah satu kelemahan lagi dari Perma No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji
Materil oleh Mahkamah Agung adalah tidak diaturnya batas waktu proses pengujian
kapan dan berapa lama waktu penunjukan majelis hakim dilakukan dan berapa lama
waktu maskimal yang dapat digunakan majelis hakim untuk memeriksa perkara
pengujian peraturan. Ketiadaan pengaturan batas waktu proses itu sangat ironis
mengingat dalam Perma tersebut Mahkamah Agung malah membatasi waktu hak
Perma No 1 Tahun 2004 juga tidak merumuskan ruang bagi masyarakat untuk dapat
mengawasi jalannya proses pengujian oleh Mahkamah Agung. Dari rumusan Perma
No. 1 Tahun 2004 sendiri sudah nampak bahwa Mahkamah Agung masih bersifat
tertutup, padalah objek yang sedang disengketakan adalah objek yang terkait dengan
masyarakat. 21
Model pengujian Perda yang kedua dilakukan oleh pemerintah c.q Departemen
Dalam Negeri. Pengujian Perda oleh pemerintah atau yang dalam kajian pengujian
21
Ibid.
kewenangan pengawasan pemerintah pusat terhadap penyelenggaraan (otonomi)
pemerintahan daerah. 22
UU No 32 Tahun 2004 memberi perintah bahwa Perda yang dibuat oleh DPRD
bersama kepala daerah agar disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan. Terkait dengan pembatalan Perda, Pasal 136 ayat (4) UU No
Kemudian Pasal 145 ayat (2) UU tersebut menyebutkan “Perda yang bertentangan
Perda ... ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
Ada dua bentuk pengawasan dalam executive reviewi yang dapat dilakukan
preventif dilakukan terhadap rancangan Perda yang bermuatan APBD, pajak daerah
dan retribusi daerah serta Perda tata ruang. Pengawasan preventif terhadap rancangan
Perda APBD, pajak daerah dan retribusi daerah serta tata ruang kabupaten/kota
22
Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian), UU Press, Yogyakarta, 2005,
hal. 47.
dilakukan oleh Walikota, sedangkan Pengawasan preventif terhadap rancangan Perda
APBD, pajak daerah dan retribusi daerah serta tata ruang provinsi dilakukan oleh
yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah, termasuk Perda yang pada dasarnya sudah
keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum terhadap Perda tata ruang, serta departemen
sektoral sumberdaya alam terhadap Perda yang bermuatan sumberdaya alam. Tidak
pemerintah daerah.
(RanPerda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah (Gubernur, Bupati, atau
Walikota). RanPerda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD.
23
Ibid.
RanPerda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada
Kepala Daerah.
kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.
oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD
kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka
waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut
waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau
Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak RanPerda tersebut disetujui bersama
tidak ditandangani oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah
undangan baik di tingkat pusat maupun daerah. Undang-Undang ini memuat secara
lengkap pengaturan baik menyangkut sistem, asas, jenis dan materi muatan, proses
diatur sesuai dengan proses pembentukan dari jenis dan hirarki serta materi muatan
peraturan perundang-Undangan.
Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi
Nasional, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Tata
Undangan.
Pasal 140 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pengajuan Rancangan
Departemen Dalam Negeri dan Departemen Hukum dan HAM dan telah disampaikan
24
Ibid., hal. 47.
Urgensi pengaturan tata cara pengajuan Rancangan Peraturan Daerah adalah
agar lebih tercapai koordinasi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam penyiapan
Peraturan Daerah. Kondisi yang baik dalam perencanaan dan persiapan penyusunan
Peraturan Daerah antar Satuan Kerja Perangkat Daerah akan melahirkan Peraturan
mengenai tata cara mempersiapkan rancangan peraturan daerah yang berasal dari
Pasal 140 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 berunyi: Tata cara
Secara normatif dan umum, Pasal 136 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32
Pasal 136 ayat (4) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bertentangan dengan
ketertiban umum, serta kebijakan yang bersifat diskriminatif. Norma yang ada dalam
pasal dan penjelasan pasal tersebut bersifat umum, sehingga perlu parameter atau
perundang-undangan, juga menjaga agar Peraturan Daerah tetap berada dalam sistem
hukum nasional.25
Sejak tahun 1999 sampai dengan November 2007 sebanyak 1.406 Peraturan
Daerah telah dibatalkan oleh Pemerintah. Peraturan Daerah yang telah dibatalkan
tersebut umumnya Peraturan Daerah yang mengatur mengenai pajak daerah dan
berbagai Peraturan Daerah yang kontroversial di tengah masyarakat terkait dengan hak
sebagainya. Terhadap Peraturan Daerah terkait sebagian telah diajukan judicial review
“Pemerintah Pusat, setelah mengkaji berbagai jenis Peraturan Daerah (Perda) tentang
25
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,
2002, hal. 81.
mengambil langkah membatalkannya. Saya minta perhatian Pemerintah Daerah untuk
tidak menerbitkan lagi Peraturan Daerah tentang pajak, pungutan, dan retribusi yang
aspek hukum penyusunan Perda itu, akan menjadi lebih baik jika dikoordinasikan
dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, baik langsung, maupun dengan
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM yang ada di setiap provinsi.”26
Peraturan Daerah. Dalam Surat Edaran tersebut ditegaskan bahwa para Walikota,
bekerja sama dengan UNDP membentuk tim yang terdiri dari Departemen/LPND serta
para pakar untuk menyusun “Panduan Praktis Teknik Pembuatan Peraturan Daerah.”27
materi atau substansi Peraturan Daerah, dalam kajian ini akan dimuat parameter agar
dengan:
26
Iman Nugraha, Op.Cit.
27
Ibid.
1. Prinsip hak asasi manusia, termasuk kesetaraan jender.
Kriteria/parameter di atas merupakan titik tolak, tolak ukur, dan kendali bagi
Undang Nomor 10 Tahun 2004 berisi teknik penyusunan terhadap semua jenis
28
Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial, Terjemahan alimandan, Rineka
Cipta, Jakarta, 2001, hal. 21.
undangan di tingkat daerah. Membuat rumusan yang jelas termasuk asas pembentukan
dan juga penggunaan bahasa harus dipahami secara baik oleh perancang peraturan
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Peran aparatur Pemerintahan
Daerah dalam pembentukan Peraturan Daerah sangat ditentukan oleh kompetensi dan
kapasitasnya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas dan
Daerah.
BAB III
METODE PENELITIAN
yang diperlukan. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian di Satuan Polisi
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah
untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik
beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada
sebuah teori.
Populasi dapat berupa kumpulan dari setiap obyek penelitian. Pada dasarnya,
populasi adalah himpunan semua hal (keseluruhan realitas sosial) yang ingin
diketahui. 29
29
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hal. 22.
36
Sehubungan penelitian yang dilakukan yang pada dasarnya dilakukan secara
deskriptip maka pada penelitian ini populasi yang diajukan berupa semua populasi
difokuskan pada perwujudan pemerintahan yang baik maka akan diambil 5 orang
sampel dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan yang berstatus sebagai PNS.
lengkap sebagai perbandingan dan mampu mendukung serta melengkapi suatu analisa
yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini antara lain dipergunakan data primer
Data primer didapatkan melalui penelitian pada Satuan Polisi Pamong Praja
dengan melakukan pengumpulan referensi yang berkaitan dengan objek atau materi
Umum, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi
Pamong Praja dan Pedoman dan Petunjuk Polisi Pamong Praja, Jakarta, Dirjen
PUOD, 1995.
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum dan kamus Bahasa
Indonesia.
E. Analisis Data
kualitatif empiris dilakukan dengan menganalisa data sekunder yang bersifat narasi
maupun data yang bersifat empiris berupa teori, definisi dan substansinya dari
dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dianalisis dalam rangka
menjawab permasalahan tentang Penegakan Perda yang baik dalam kaitannya dengan
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan:
1) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan dipimpin oleh seorang Kepala dan
Sekretariat Daerah.
2) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan mempunyai tugas memelihara dan
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan,
daerah.
39
d. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan
dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negersi Ipil (PPNS) dan atau
aparatur lainnya.
Pamong Praja Kota Medan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretariat Daerah. Artinya pelaksanaan tugas dari Satuan Polisi Pamong
Jika melihat keberadaan Satpol PP bisa dikaji dari dua aspek. Yang pertama
adalah aspek sosiologis. Satuan Polisi Pamong Praja, dari pilihan kata untuk
penyebutan sudah jelas bahwa dimaksudkan instusi ini adalah polisi milik pamong
praja atau polisi untuk pamong praja. Pamong Praja adalah kata lain dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS), maka Satpol PP adalah penegak hukum di kalangan pamong praja.
dalam atau dalam lingkup internal aparatur pemerintahan. Namun jika diartikan
sebagai polisi milik pamong praja, maka tugasnya adalah bagaimana membantu
pelaksanaan kinerja pamong praja.30 Di sini semakin jelas bahwa peran Satpol PP
memang melekat pada kinerja pamong praja, dalam hal ini birokrat.
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi
bertugas membantu kepala daerah dalam penegakan peraturan daerah (Perda) dan
eksternal.31
j. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau badan
hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
30
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rushendi, selaku Kepala Bidang Operasi dan Pembinaan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
31
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rushendi, selaku Kepala Bidang Operasi dan Pembinaan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
Daerah.32
yustisial’ menjadi tidak jelas, tindakan apa yang bisa dikategorikan didalam ’bukan
dalam wilayah hukum’ itu. Karena sanksi atas tindakan pelanggaran sudah diatur
Namun jika melihat lagi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 149,
pada ayat (1) disebutkan bahwa Anggota Satuan Polisi Pamong Praja dapat diangkat
sebagai ’Penyidik Pegawai Negeri Sipil’ (PPNS). Hal ini menunjukkan bahwa
seirama dengan yang diatur pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
ditegaskan bahwa penyidik selain Polisi adalah juga Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Ini artinya bahwa dalam rangka penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan
Perda, Satpol PP yang sudah diangkat sebagai PPNS bisa melakukan aktivitas
32
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rushendi, selaku Kepala Bidang Operasi dan Pembinaan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
33
Hasil Wawancara Dengan Bapak Donni Damanik, selaku Kepala Seksi Operasi Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
menjalankan hukum negara (pro justisia).34
penegakan hukum atas Peraturan Daerah ataupun Keputusan Daerah. Apalagi jika
statusnya juga sebagai PPNS maka yang dilakukan akan merupakan bagian dari sistem
peradilan pidana (criminal justice system). Ini artinya bukan lagi represif non yustisial
Yang menjadi masalah selama ini, muncul kesan bahwa keberadaan Satpol PP
tidak sesuai dengan paradigma baru kepemerintahan yang sekarang sedang dianut oleh
negeri ini. Banyak peristiwa yang dapat dilihat ketika massa harus berhadapan dengan
Satpol PP yang akan menggusur mereka yang mengakibatkan jatuh korban jiwa baik
pada pihak Satpol PP maupun masyarakat menunjukkan ada yang tidak pas dalam
kinerja Satpol PP. Pasca reformasi tahun 1998 muncul paradigma baru yang
menempatkan kembali posisi birokrat bukan dalam status sebagai penguasa namun
masyarakat. Apalagi jika dikaitkan dengan semangat good governance, dimana kinerja
34
Hasil Wawancara Dengan Bapak Donni Damanik, selaku Kepala Seksi Operasi Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
35
Hasil Wawancara Dengan Bapak Donni Damanik, selaku Kepala Seksi Operasi Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
birokrasi, oleh masyarakat saat ini dinilai kurang mencerminkan paradigma baru
mengenai konsep birokrasi, yaitu sebagai sebuah negara demokratis maka orientasinya
harus selalu berpihak pada rakyat. Dari berbagai berita yang muncul di media massa,
dikesankan Satpol PP arogan, tidak professional, tidak berpihak kepada rakyat, hanya
Kondisi ini sangatlah tidak menguntungkan bagi citra birokrasi karena akan
berdampak pada stigma buruk oleh masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan
efek tidak produktifnya kinerja birokrasi dalam melayani masyarakat. Padahal jika
karena Satpol PP mempunyai peran untuk untuk membantu Kepala Daerah, dalam hal
masyarakat.36
Jika melihat peran ini, posisi Satpol PP adalah sangat strategis, karena
mengenai keberadaan Satpol PP, untuk melihat dimana letak kesalahannya serta
karena Peraturan Daerah bisa berjalan dengan baik dan masyarakat bisa mengalami
36
Hasil Wawancara Dengan Bapak Donni Damanik, selaku Kepala Seksi Operasi Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
kondisi tentram dan tertib.
(country risk) yang tinggi di antara negara Asean. Country Risk yang tinggi telah
mengakibatkan hilangnya daya tarik bagi negara lain untuk menanamkan modalnya
(investasi) di Indonesia, bahkan investasi di dalam negeri bisa beralih ke luar negeri
mencari negara dengan country risk yang rendah. Larinya investasi yang sangat
pendapatan, dan mendorong tindak kriminal. Dengan kata lain gangguan ketrentraman
dan ketertiban akan menimbulkan gangguan ekonomi. Apabila kondisi ini dibiarkan
merupakan salah satu kebutuhan dasar hidup yang harus terpenuhi dahulu, sebelum
kebutuhan dasar yang lainnya.37 Masalah ketentraman dan ketertiban umum sudah
menjadi amanat nasional yang tidak boleh dihindari, dimana tanggung jawab
Dalam ruang lingkup nasional, keamanan negara dari gangguan negara asing menjadi
37
Soewarno Handayaningrat, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional,
Gunung Agung, Jakarta, 1999. Hal. 56.
tanggung jawab dan berada di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
pemerintahan, cakupan TNI dan Polri yang sangat luas tidaklah bisa mengakomodir
seluruh renik kepentingan daerah. Karena itu tanggung jawab akan ketentraman dan
jawab pemerintah daerah. Dalam hal ini salah satu lembaga yang diberi kewenangan
untuk penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum adalah Polisi Pamong Praja.
Sesuai dengan isi Pasal 148 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
ketentraman dan ketertiban umum yang terkait langsung dengan Penegakan Peraturan
Daerah yang diindikasikan belum bereskalasi luas menjadi tanggung jawab Polisi
Pamong Praja.
negatif. Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi mengapa kinerja Satpol PP
justru memberikan citra yang buruk bagi birokrat dalam hal ini pegawai Pemerintah
Daerah.38
Pasal 7), bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib
menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma
Berikut ini akan digambarkan struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Medan.
Gambar 1
Walikota
Kepala
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian Umum Sub Bagian Kepeg.
38
Prajudi Admosoedirjo, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004, hal. 42.
B. Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah Yang Dilakukan Oleh Satuan
Medan cukup berperan karena Polisi Pamong Praja sudah melaksanakan tugas pokok
Peraturan Daerah. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Polisi Pamong Praja Kota
Medan ”Polisi Pamong Praja sudah cukup berperan dalam rangka penegakan
dengan sistem stasioner, operasi dengan sistem hunting (mobil), mengadakan patroli-
Kota Medan :
1. Kegiatan operasi (Patroli) wilayah yang dilakukan setiap hari pada waktu pagi,
sore dan malam. Kegiatan operasi Polisi Pamong Praja Kota Medan tahun 2012
adalah :
sekali.
d. Operasi Penertiban reklame dilakukan 1 (satu) bulan sekali.
sekali.
Dengan adanya kegiatan operasi dan penyuluhan yang dilakukan Polisi Pamong
Praja, pelanggaran Peraturan Daerah Kota Medan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Hal tersebut dilihat dari jumlah pelanggaran Peraturan Daerah yang
masuk ke Kantor polisi Pamong Praja Kota Medan selama 3 tahun terakhir. Hal itu
berdasarkan data yang diambil pada waktu mencari data di Kantor Polisi Pamong
Praja.39
pelanggaran Peraturan Daerah di Kota Medan. Namun pada dasarnya perlu dikaji
dapat menambah pengetahuan data mengenai Polisi Pamong Praja di Kota Medan.
Berdasarkan hasil wawancara ”Peran Polisi Pamong Praja di Kota Medan cukup
39
Hasil Wawancara Dengan Bapak Safrizal, selaku Kepala Seksi Pembinaan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
pelanggaran Peraturan Daerah di Kota Medan”.40
Hal itu juga diungkapkan dari hasil wawancara bahwa ”Peran Polisi Pamong Praja
Hasil wawancara juga menjelaskan ”Saya rasa peran Polisi Pamong Praja sudah
cukup dalam melaksanakan tugasnya karena saya dan anggota lainnya melakukan
patroli atau operasi setiap hari pada waktu pagi dan sore, Polisi Pamong Praja
hanya bertugas memberi teguran secara lesan dan tertulis kepada pelanggar dan
berjalan lancar”.42
Secara operasional teguran secara lesan dan tertulis sebanyak 3 kali, setelah itu di
Peraturan Pemerintah. Dimana peran dari Polisi Pamong Praja sudah cukup dan
sesuai dengan prosedur yang ada dan berpijak pada Peraturan Daerah yang
berlaku. Jika semua itu dipatuhi mungkin tidak akan terjadi kesalahpahaman antara
satuan Polisi Pamong Praja dengan masyarakat. Hal tersebut menjelaskan “Peran
Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah sudah baik dan cukup,
40
Hasil Wawancara Dengan Bapak Safrizal, selaku Kepala Seksi Pembinaan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
41
Hasil Wawancara Dengan Bapak Safrizal, selaku Kepala Seksi Pembinaan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
42
Hasil Wawancara dengan Bapak Herman, selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian
Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
ini dilihat dari adanya pemberian izin usaha dan saya sebagai pengusaha akan
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dimana tugas pokok dari Polisi Pamong
Praja adalah membantu Walikota atau Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas
peraturan daerah, oleh karena itu didalam susunan organisasi Kantor Polisi Pamong
Praja Kota Medan ada Seksi Penegakan Peraturan Daerah yang sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2000 pasal 143 tentang organisasi dan tata kerja
cukup berperan karena sering melakukan kegiatan operasi dan penyuluhan terhadap
masyarakat tentang Peraturan Daerah. Hal ini dilihat dari menurunnya tingkat
pelanggaran Peraturan Daerah di Kota Medan dan juga tingkat kedisiplinan Polisi
43
Hasil Wawancara dengan Bapak Herman, selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian
Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
4. Koordinasi dengan instansi terkait.
8. Kegiatan operasi yang dilaksanakan oleh Polisi Pamong Praja Kota Medan selalu
9. PPNS yang ada di Kota Medan (termasuk yang berada di Kantor Polisi Pamong
Praja) belum dilantik sehingga manakala ada kegiatan operasi Yustisi penyidikan
Dalam mewujudkan tugas dan fungsi pokoknya, Polisi Pamong Praja Kota
Medan sudah berupaya optimal, ini dilihat dengan melakukan kegiatan operasional.
1. Kegiatan
kendaraan angkutan umum, dan masyarakat yang lain baik di tempat maupun
Daerah.
fungsional.
dilaksanakan dalam bentuk temu muka Walikota dan Muspida dengan para
pengusaha dan Awak Kendaraan Angkutan Umum sebanyak dua kali dalam
- Pengadilan Negeri
pemakai jalan lainnya, yang dilaksanakan secara rutin pada jam-jam sibuk. Materi
penerangan yang berhubungan dengan tata tertib lalu lintas, K3, kewaspadaan.
1. Operasi lalu lintas terpadu sistem stationer dengan sasaran operasi kepada
- Kejaksaan
- Pengadilan.
- PPNS
c. Operasi penertiban
rutin.
2. Operasi Yustisi kebersihan dan tertib pedagang kaki lima dilakukan secara
Kota Medan
- PPNS
- Kejaksaan.
- Pengandilan
3. Operasi PGOT, WTS / Germo liar dilakukan setiap hari secara terpadu. Unsur
yang terlibat :
berizin, izin habis dan spanduk yang tidak dipasang pada tempat spanduk yang
Polres, Polisi Pamong Praja, Kodim, dan Dinas Kesehatan dengan sasaran toko
pelanggaran yang terjadi, patroli ini bersifat prefentif dengan tujuan menekan
Patroli ini dilakukan rutin setiap hari baik secara terpadu maupun fungsional.
jalan belum sepenuhnya mentaati peraturan atau rambu-rambu lalu lintas yang ada
Pembinaan sarana lalu lintas yang menyangkut perambuan, marka jalan dan
kepada Walikota Kota Medan. Dari hasil ini evaluasi tersebut digunakan sebagai
i. Pengiriman personil Polisi Pamong Praja dalam diklat teknis maupun fungsional.
tugas, secara berkala mengirimkan personil Polisi Pamong Praja dalam diklat
teknis maupun fungsional juga dalam rangka menyiapkan personil Polisi Pamong
Praja menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sebab sampai dengan saat ini belum
Pembinaan dan pembekalan teknis disini bersifat intern yang dilakukan oleh
Kepala Kantor Polisi Pamong Praja dalam rangka meningkatkan kinerja Polisi
5. Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2004 tentang PKL atau Pedagang Kaki
Lima.
7. Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 1998 tentang Usaha Rekreasi dan Hiburan
Umum.
9. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 1998 tentang Pemanfaatan Air Bawah Tanah
10. Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1998 tentang Pajak Pengambilan dan
masyarakat yang pada penelitian ini diwakili oleh dua orang pedagang pasar Petisah
maka diketahui bahwa masyarakat kurang mengetahui peran dari Satuan Polisi
Masyarakat hanya mengetahui bahwa tugas Satuan Polisi Pamong Praja adalah
sebagai aparatur pemerintahan yang berada di bawah perintah walikota Medan untuk
44
Hasil Wawancara Dengan Ibu Ida Siregar dan Harman Koto, selaku Pedagang Pasar petisah
Medan tanggal 27 Agustus 2013.
C. Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Yang Dihadapi Satuan Polisi
pasti akan terdapat hambatan atau kendala. Begitu juga dengan Polisi Pamong Praja
dalam menegakkan Peraturan Daerah yang datangnya bisa didalam (intern) maupun
adalah :45
Daerah, namun pada pelaksanaan masyarakat di daerah (yang jauh dari pusat Kota
pelayanan oleh aparat, namun kemampuan dan ketrampilan teknis operasi kurang
memadai.
45
Hasil Wawancara dengan Bapak Herman, selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian
Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
4. Lingkungan yang belum Kondusif : Sarana dan prasarana pendukung teknis
Daerah masih kurang. Di sisi lain terjadi penurunan tingkat kesadaran dan ketaatan
kendala dan hambatan Polisi Pamong Praja dalam melakukan tugas dilapangan
Medan juga banyak terjadi di tempat-tempat umum dan hal ini sangat meresahkan
3. Gangguan di bidang ekonomi. Banyak Pedagang Kaki Lima berjualan tidak pada
tempatnya atau berjualan diatas trotoar dan dipinggir jalan yang mengganggu
gangguan dalam penegakan Peraturan Daerah yang pernah saya tangani dan ketahui
adalah masalah sumber daya manusia berupa pelayanan pada masyarakat dan sosial
46
Hasil Wawancara dengan Bapak Hendro S.M. Mulianto TP Bolon, selaku Kepala Sub
Bagian Umum Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
budaya termasuk penanganan pengamen jalanan yang meresahkan pengguna jalan”.
Peraturan Daerah di Kota Medan memang sulit diatasi kebanyakan di bidang sosial
budaya, seperti gelandangan dan pengamen jika sudah ditangkap beberapa hari
Mungkin hal itu disebabkan oleh sanksi hukum pelanggaran yang sangat
ringan. Hal itu dikuatkan oleh Gunawan alias Cebol pengamen di Jalan Ahmad Yani
“Pengamen dan Pengemis disini tidak takut sama sekali oleh razia Polisi Pamong
Praja, paling kalau ketangkap didata lalu dilepas lagi kalau tidak dengan jaminan
keluarga”. 48
data yang masuk ke Kantor Polisi Pamong Praja ternyata gangguan dibidang sosial
ditimbulkan manusia dan yang menempati urutan terakhir ditimbulkan oleh alam.
Secara rata- rata 35% gangguan di bidang sosial budaya, 29% oleh faktor ekonomi,
Dilihat dari segi aspek hukum Peraturan Daerah, sanksinya memang rendah
ditambah lagi menurut penulis di Kota Medan sangat jarang terjadi pelanggaran
47
Hasil Wawancara dengan Bapak Hendro S.M. Mulianto TP Bolon, selaku Kepala Sub
Bagian Umum Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
48
Hasil Wawancara dengan Bapak Hendro S.M. Mulianto TP Bolon, selaku Kepala Sub
Bagian Umum Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
Sudah barang tentu dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
seringkali mengalami kendala atau hambatan. Dimana hambatan atau kendala tersebut
datangnya bisa dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Demikian juga dengan
Polisi Pamong Praja Kota Medan dalam melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan
1. Kelembagaan
pembinaan dan penegakan Peraturan Daerah, namun pada masa transisi pelaksanaan
debirokrasi dan demokrasi masyarakat di daerah (yang jauh dari pusat Kota Kota
Medan) cenderung tidak taat pada peraturan yang berlaku dan hal ini disebabkan
karena belum adanya petunjuk pelaksanaan atau teknis tentang prosedur penanganan
Sumber Daya Manusia aparatnya, namun kemampuan dan ketrampilan teknis aparat
kurang memadai. Hal ini disebabkan belum optimalnya diklat teknis atau fungsional
3. Jaringan Kerja
Di dalam Polisi Pamong Praja sudah ada Tim Tibcarlantas yang merupakan
dasar dalam melakukan koordinasi dibidang ketertiban dan kelancaran lalu lintas, dan
sudah ada peraturan-peraturan dasar yang lain dalam mengatur koordinasi dengan
dinas atau instansi maupun dalam rangka pemberian kewenangan Polisi Pamong Praja.
dan ketertiban serta penegakan Peraturan Daerah masih kurang. Disisi lain terjadi
berlaku, dimana hal ini disebabkan oleh kondisi politik yang saat ini belum mantap
(tidak menentu).
Prinsip dasar yang diambil Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Medan dalam
Contoh penertiban yang dilaksanakan tidak adanya hambatan yang fatal antara
lain :
1. Pembongkaran tower
6. Dan lain-lain.
Banjir yang melanda Kota Medan membuat Polisi Pamong Praja mengalami
yang sedang dan akan dilaksanakan di daerah. Untuk itu Polisi Pamong Praja secara
pengawasan kepada aparat tingkat bawah dan masyarakat luas mengenai usaha dan
terjadi dan sangat meresahkan warga masyarakat, untuk itu Polisi Pamong Praja
melakukan penertiban pelajar pada waktu jam pelajaran di tempat-tempat umum. Dan
dalam penertiban Polisi Pamong Praja memberi penyuluhan pada para Pelajar dengan
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang banyak dijumpai di atas trotoar atau di
pinggir jalan umum sangat mengganggu pejalan kaki, lalu lintas, kebersihan dan
keindahan lingkungan dan merusak Tata Ruang Kota, Polisi Pamong Praja berusaha
menertibkan Pedagang Kaki Lima untuk dipindahkan pada tempat yang telah
disekitar wilayah kota, Polisi Pamong Praja berupaya menertibkan atau merazia
dengan cara menangkap dan mendata untuk diserahkan ke tempat rehabilitasi untuk
Prinsip dasar yang diambil Polisi Pamong Praja di Kota Medan dalam
dan koordinasi.
yang sama pada wilayah berbeda ditangani oleh Polisi Pamong Praja tingkat
rekruitment personil Polisi Pamong Praja harus sesuai ketentuan yang berlaku dan
maupun fungsional.
3. Jaringan Kerja :
Daerah dan personil Polisi Pamong Praja memerlukan sarana dan prasarana yang
dihadapi dengan mengirim personil dalam diklat teknis untuk kelembagaan dan
49
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rushendi, selaku Kepala Bidang Operasi dan Pembinaan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, tanggal 12 Mei 2013.
“Saya dan anggota Polisi Pamong Praja lainnya memang pernah di kirim
dalam diklat teknis yang bertujuan untuk mewujudkan anggota Polisi Pamong Praja
Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah belum pernah melakukan
penindakan, paling teguran secara lesan atau tertulis tetapi Polisi Pamomg Praja sering
melakukan operasi mengenai Peraturan Daerah dan juga saya bersama pengusaha di
hambatan dalam- melaksanakan tugas dan fungsinya sudah berupaya optimal dalam
menegakan Peraturan Daerah. Upaya–upaya yang telah di lakukan dengan cara sering
melakukan pengiriman personil Polisi Pamong Praja ke dalam diklat dan penyuluhan
Medan nomor 20 tahun 2000, Polisi Pamong Praja Kota Medan merupakan unsur
Dalam mewujudkan tugas dan fungsi pokoknya, Polisi Pamong Praja Kota
Medan sudah cukup berupaya optimal. Namun masih ada hambatan yang dihadapi
Polisi Pamong Praja dalam melakukan tugas penegakan Peraturan Daerah. Untuk
50
Hasil Wawancara dengan Bapak Hendro S.M. Mulianto TP Bolon, selaku Kepala Sub
Bagian Umum Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan, tanggal 11 Mei 2013.
mengatasi hambatan-hambatan tersebut maka Polisi Pamong Praja melakukan
1. Kelembagaan
Satuan Polisi Pamong Praja disamping sebagai aparat daerah juga sangat
terkait dengan kepentingan pusat sehingga disini kedudukan Polisi Pamong Praja
sebagai perekat kesatuan bangsa, karena langkah dibidang ketentraman dan ketertiban
tidak bersifat kedaerahan akan tetapi bersifat nasional dengan demikian kepanjangan
tanganan lembaga Polisi Pamong Praja mempunyai peran yang strategis di tiap-tiap
kecamatan Satuan Polisi Pamong Praja di bawah komando langsung Kantor Polisi
Pamong Praja
depan seiring dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 maka tugas
pokok dan fungsi Polisi Pamong Praja semakin luas. Untuk itu perlu didukung oleh
personil Polisi Pamong Praja yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi kebutuhan dan
profesional di bidang tugasnya baik pada saat rekruitment maupun mengirim personil
Polisi Pamong Praja secara berkala dalam diklat teknis dan fungsional guna
landasan hukum dan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain. Begitu juga dengan
Polisi Pamong Praja dalam gerak operasionalnya harus didukung oleh peraturan-
peraturan yang jelas baik dalam bentuk Keputusan Presiden atau Keputusan Walikota
yang dijabarkan dalam Peraturan Daerah, sehingga dalam melaksanakan tugas pokok
dan wewenangnya mempunyai landasan yang kuat dan bekerjasama dengan instansi
oleh sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan ruang lingkup dan beban
personil dan mobilitas serta anggaran yang memadai agar dalam melaksanakan fungsi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan di bawah dan bertanggung
tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan adalah kepada Kepala Daerah.
Pamong Praja di Kota Medan Peran Polisi Pamong Praja dalam penegakkan
meliputi operasi dengan sistem stasioner, operasi dengan sistem mobil (Hunting),
diklat teknis maupun fungsional, pembinaan dan pendekatan teknis bagi personil
Daerah.
3. Faktor-faktor yang menjadi hambatan yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja
permasalahan tersebut.
B. Saran
1. Polisi Pamong Praja disamping sebagai aparat daerah juga sangat terkait
ketentraman dan ketertiban tidak boleh bersifat kedaerahan, akan tetapi bersifat
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Alwi, Hasan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005.
Hazairin, Otonomi dan Ketatanegaraan (dalam Ceramah Kongres III Serikat Sekerja
Kementrian dalam Negeri,Bogor, 3-5 Desember 1953, di muat dalam buku 7
Tahun Serikat Sekerja Kementerian Dalam Negeri (SSKDN), 1954.
Pedoman dan Petunjuk Polisi Pamong Praja, 1995, Jakarta, Dirjen Pemerintahan
Umum dan Otonomi Daerah (PUOD).
Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia. PT Ichtiar baru van hoeve, Jakarta,
2003.
B. Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong
Praja
Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
Peraturan Walikota Medan No. 48 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
Peraturan Walikota Medan No. 8 Tahun 2012 Tentang Prosedur Tetap Operasional
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan