Kepamongprajaan
PEMERINTAHAN
Kekhasan Pemerintah:
Authoritative allocation of values;
Legitimate coercive power
NEGARA: Pemerintah
“bureaucracy is … essential and vitally important instrument of
development” (Turner & Hulme 1997, 82)
Pegawai ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, perekat dan pemersatu bangsa
Warganegara
Tujuan Warganegara
Warganegara mempunyai empat tujuan, yakni:
- Didengar dalam suatu cara yang bermakna,
diperlakukan seolah-olah pendapat dan informasi
mereka benar-benar penting.
- Mempengaruhi perumusan masalah dan juga
kebijakan yang disarankan.
- Bekerja dengan administrator dan pembuat
kebijakan untuk menemukan solusi bagi masalah-
masalah publik.
- Mempunyai suara yang sama dalam proses kebijakan.
(Mary Timney dalam King & Stivers 1998, 200)
Keterpisahan Warganegara
Warganegara mempertanyakan hubungan mereka dengan
pemerintah dan mengalami rasa keterpisahan di bawah tiga kondisi,
yakni:
- Ketika warganegara yakin pemerintah menggunakan
kekuasaan yang menentang mereka atau tidak
menolong mereka;
- Ketika warganegara menemukan kebijakan dan
pelayanan menjadi tidak efektif, tidak efisien, atau
bermasalah; dan
- Ketika warganegara tidak merasa bagian dari
pemerintahan, merasa terabaikan, atau merasa salah
dimengerti oleh pemerintah. (Berman 1997, 105-106)
The Scope of state functions
(Fukuyama 2004, 11)
Intermediate
Activist
Minimal functions: functions: functions:
Providing pure public goods
(defense, law and order,
Addressing externalities
(eduaction, environment) Industrial
property rights, macro
economic management, Regulating monopoly (utility
regulation, anti-trust)
policy
public health.
Improving equity (protecting
the poor)
Overcoming imperfect
information (insurance, Wealth
financial regulation, social
insurance) redistribution
Kemiskinan
Poverty Traps Policies to improve
• Economic poverty, • Investment in education and
health,
• Hunger,
• Increasing productivity of small
• High mortality rate, farms,
• Unsafe water supplies, • Improving infrastructure (e.g.
• roads)
Poor education system,
• Developing an industrial policy to
• Corrupt governments, promote manufacturing,
• War, • Promoting democracy and human
• Poor sanitation. rights,
• Ensuring environmental
protection.
Pamong Praja
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1956
tentang Pembentukan Koordinasi
Pemerintahan Sipil menyatakan bahwa
Pamongpraja mencakup Gubernur, Residen,
Bupati, Walikota, Wedana dan Asisten
Wedana yang ditugaskan sebagai wakil
Pemerintah Pusat di suatu daerah
pemerintahan
Gambaran mengenai petugas teknis-spesialis
(G.A. Poelje dalamWajong 1966, 97):
PNS PPPK
Leader Administrator
• administrator aktif bercirikan perilaku:
• Kepemimpinan birokrasi - memberikan informasi pd warganegara
• Kepemimpinan sosial - bermusyawarah dgn warganegara,
- belajar dari pengalaman warganegara,
- membuat proses dan praktek
administratif yang membangun, atau
membangun kembali, kepercayaan
publik dan rasa keterhubungan dgn
pemerintah" (King & Stivers 1998, 197)
• “bureaucracy is … essential and vitally
important instrument of development”
(Turner & Hulme 1997, 82)
Kepemimpinan Pemerintahan
Kepemimpinan:
- gejala kelompok dan proses pemengaruhan
- style, worldview & character
Rakyat
Peluang dan Tantangan
Peluang Tantangan
• Kompetensi pemerintahan • Hambatan menduduki
• Nilai kader pemerintahan jabatan politik?
So what?
1. Berpikir positif dan mengembangkan diri menjadi “able
people”: think again, think ahead, dan think across.
2. Perencanaan karier yang bersambungan: appointed to elected
UU NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
ABSOLUT :
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat
KONKUREN :
URUSAN Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
PEMERINTAAHAN Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota
PEMERINTAHAN UMUM :
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang di daerah
dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota dan didelegasikan kepada
camat
U R U S A N P E M E R I N TA H A N K O N K U R E N
WAJIB
PILIHAN
berkaitan dengan tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar pelayanan dasar
1. tenaga kerja;
2. pemberdayaan perempuan dan
pelindungan anak; 1. kelautan dan
3. pangan;
4. pertanahan; perikanan;
1. Pendidikan;
2. kesehatan;
5. lingkungan hidup; 2. pariwisata;
6. administrasi kependudukan dan
3. Pekerjaan umum; pencatatan sipil; 3. pertanian;
4. sosial; 7. pemberdayaan masyarakat dan Desa; 4. kehutanan;
8. pengendalian penduduk dan keluarga
5. ketentraman dan berencana; 5. energi dan
ketertiban umum serta 9. perhubungan; sumberdaya
perlindungan 10. komunikasi dan informatika;
mineral;
11. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
masyarakat; dan
12. penanaman modal; 6. perdagangan;
6. perumahan 13. kepemudaan dan olah raga;
14. statistik;
7. perindustrian;
15. persandian; dan
16. kebudayaan; 8. transmigrasi.
17. perpustakaan; dan
18. kearsipan. Pasal 22
32
URUSAN PEMERINTAHAN
dilimpahkan kepada
GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA
33
WILAYAH KERJA ADMINISTRASI
Kecamatan dan
Pemerintahan Umum
• Kecamatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat
• Bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan
pemerintahan umum pada tingkat Kecamatan
melimpahkan pelaksanaannya kepada camat
Urusan pemerintahan umum
1. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta
pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional dan
nasional;
4. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan
yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
7. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
Forum Koordinasi
• Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan
pemerintahan umum, dibentuk Forkopimda provinsi,
Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan
• Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum
koordinasi pimpinan di Kecamatan diketuai oleh gubernur
untuk Daerah provinsi, oleh bupati/wali kota untuk Daerah
kabupaten/kota, dan oleh camat untuk Kecamatan
• Anggota forum koordinasi pimpinan di Kecamatan terdiri atas
pimpinan Kepolisian dan pimpinan kewilayahan Tentara
Nasional Indonesia di Kecamatan.
• Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota dan forum
koordinasi pimpinan di Kecamatan dapat mengundang
pimpinan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
Pembentukan Kecamatan
1. Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan
masyarakat Desa/kelurahan.
2. Kecamatan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota
berpedoman pada peraturan pemerintah.
3. Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan
Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan
bersama bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota,
sebelum ditetapkan oleh bupati/ wali kota disampaikan
kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan.
Persyaratan Pembentukan Kecamatan
• Pembentukan Kecamatan harus memenuhi persyaratan dasar,
persyaratan teknis, dan persyaratan administratif.
• Persyaratan dasar meliputi: jumlah penduduk minimal; luas
wilayah minimal; jumlah minimal Desa/kelurahan yang
menjadi cakupan; dan usia minimal Kecamatan.
• Persyaratan teknis meliputi: kemampuan keuangan Daerah;
sarana dan prasarana pemerintahan; dan persyaratan teknis
lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Persyaratan administratif meliputi: kesepakatan musyawarah
Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau
nama lain di Kecamatan induk; dan kesepakatan musyawarah
Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau
nama lain di wilayah Kecamatan yang akan dibentuk.
Klasifikasi Kecamatan
• Kecamatan diklasifikasikan atas:
a. Kecamatan tipe A yang dibentuk untuk
Kecamatan dengan beban kerja yang besar;
dan
b. Kecamatan tipe B yang dibentuk untuk
Kecamatan dengan beban kerja yang kecil;
• Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah
penduduk, luas wilayah, dan jumlah
Desa/kelurahan.
Pengangkatan Camat
1. Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala kecamatan
yang disebut camat yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui
sekretaris Daerah.
2. Bupati/wali kota wajib mengangkat camat dari pegawai
negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3. Pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan
ketentuan dibatalkan keputusan pengangkatannya oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Tugas (atributif) Camat
a. menyelenggaraan urusan pemerintahan umum
b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum;
d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada;
e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan
oleh Perangkat Daerah di Kecamatan;
g. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau
kelurahan;
h. melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Perangkat Daerah
kabupaten/kota yang ada di Kecamatan; dan
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tugas Delegatif
– Selain melaksanakan tugas atributif, camat mendapatkan
pelimpahan sebagian kewenangan bupati/wali kota untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
– Pelimpahan kewenangan bupati/wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan
pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik
Kecamatan dan/atau kebutuhan masyarakat pada
Kecamatan yang bersangkutan.
– Pelimpahan kewenangan bupati/wali kota ditetapkan
dengan keputusan bupati/wali kota berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Kelurahan
Kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku
perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
Lurah diangkat oleh bupati/wali kota atas usul sekretaris Daerah dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.