Anda di halaman 1dari 44

Nilai-Nilai

Kepamongprajaan

Prof. Muchlis Hamdi, MPA, Ph.D


Pamong Praja

• Istilah pamong praja berkaitan dengan istilah


pemerintahan
• Kepamongprajaan berkenaan dengan institusi
dan aktor pemerintahan di bumi Indonesia
• Pembahasan mengenai kepamongprajaan
berkenaan dengan pembahasan makna,
kelembagaan, aktor, dan ilmu pemerintahan
Makna Pemerintahan
• adalah suatu badan melalui mana negara
bertindak, dan karenanya diberi kekuasaan
penegakan hukum yang terakhir, dan yang
kemudian juga menjadikan pemerintah sebagai
tempat pembuatan keputusan akhir dari
masalah-masalah sosial (Brewster 1963, 7)
• adalah suatu bentuk khusus pengaturan
mengenai pemeliharaan hubungan-hubungan
yang tertata dalam suatu masyarakat (Mund 1955, 2)
Makna Pemerintahan
Pemerintahan sebagai suatu aktivitas, proses
dan institusi yang terbentuk atas dasar
kesepakatan warganegara adalah
pencerminan dari harapan, kebutuhan dan
keinginan warganegara untuk mewujudkan
hidup bersama yang tertib dan maju, agar
setiap orang dapat menjalani kehidupannya
secara nyaman dan wajar (Muchlis Hamdi 2002, 125)
Pemelihara
tatanan

pembangun The last resort


nilai of problem
solving

PEMERINTAHAN

Kekhasan Pemerintah:
Authoritative allocation of values;
Legitimate coercive power
NEGARA: Pemerintah
“bureaucracy is … essential and vitally important instrument of
development” (Turner & Hulme 1997, 82)
Pegawai ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, perekat dan pemersatu bangsa

Warganegara
Tujuan Warganegara
Warganegara mempunyai empat tujuan, yakni:
- Didengar dalam suatu cara yang bermakna,
diperlakukan seolah-olah pendapat dan informasi
mereka benar-benar penting.
- Mempengaruhi perumusan masalah dan juga
kebijakan yang disarankan.
- Bekerja dengan administrator dan pembuat
kebijakan untuk menemukan solusi bagi masalah-
masalah publik.
- Mempunyai suara yang sama dalam proses kebijakan.
(Mary Timney dalam King & Stivers 1998, 200)
Keterpisahan Warganegara
Warganegara mempertanyakan hubungan mereka dengan
pemerintah dan mengalami rasa keterpisahan di bawah tiga kondisi,
yakni:
- Ketika warganegara yakin pemerintah menggunakan
kekuasaan yang menentang mereka atau tidak
menolong mereka;
- Ketika warganegara menemukan kebijakan dan
pelayanan menjadi tidak efektif, tidak efisien, atau
bermasalah; dan
- Ketika warganegara tidak merasa bagian dari
pemerintahan, merasa terabaikan, atau merasa salah
dimengerti oleh pemerintah. (Berman 1997, 105-106)
The Scope of state functions
(Fukuyama 2004, 11)

Intermediate
Activist
Minimal functions: functions: functions:
Providing pure public goods
(defense, law and order,
Addressing externalities
(eduaction, environment) Industrial
property rights, macro
economic management, Regulating monopoly (utility
regulation, anti-trust)
policy
public health.
Improving equity (protecting
the poor)
Overcoming imperfect
information (insurance, Wealth
financial regulation, social
insurance) redistribution
Kemiskinan
Poverty Traps Policies to improve
• Economic poverty, • Investment in education and
health,
• Hunger,
• Increasing productivity of small
• High mortality rate, farms,
• Unsafe water supplies, • Improving infrastructure (e.g.
• roads)
Poor education system,
• Developing an industrial policy to
• Corrupt governments, promote manufacturing,
• War, • Promoting democracy and human
• Poor sanitation. rights,
• Ensuring environmental
protection.
Pamong Praja
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1956
tentang Pembentukan Koordinasi
Pemerintahan Sipil menyatakan bahwa
Pamongpraja mencakup Gubernur, Residen,
Bupati, Walikota, Wedana dan Asisten
Wedana yang ditugaskan sebagai wakil
Pemerintah Pusat di suatu daerah
pemerintahan
Gambaran mengenai petugas teknis-spesialis
(G.A. Poelje dalamWajong 1966, 97):

Mereka itu dapat memimpikan ilusi atau angan-


angan yang tinggi dan tujuannya ialah
mewujudkan itu. Kalau ia berhasil, ia
meninggalkan suatu karya yang berharga untuk
hari kemudian. Pekerjaannya akan dilanjutkan
orang lain, tapi dengan corak yang berbeda.
Tugas hidupnya terkandung dan tertutup
padanya sendiri. Dengan kepuasan, ketenangan
dan kecemasan dapat ia menoleh ke belakang.
• Seorang Pamong Praja sebaliknya menyadari bahwa ia tak akan
pernah melihat selesainya pekerjaan. Ia juga dapat memimpikan hari
kemudian yang lebih cemerlang bagi keturunan manusia, tetapi ia
tahu, bahwa perwujudan mimpi itu akan tidak menjadi bagiannya. Ia
tidak dapat melihat tujuan akhir; ia hanya dapat memberikan suatu
jurusan. Paling tinggi ia dapat menentukan suatu sasaran sementara.
Ia akan berterima kasih kalau pada saat ia meletakkan jabatannya
dapat ia memiliki keyakinan, bahwa juga oleh karyanya masyarakat
yang ia pimpin dan layani telah maju setapak ke jurusan yang ia
tetapkan, setidaknya bahwa ia dengan karyanya tidak menghalangi
pertumbuhan ke jurusan itu. Dengan demikian, seraya melihat
kemungkinan di hari depan yang ia tahu akan tidak ia alami, petugas
Pamong Praja dengan bekerja dengan orang-orang yang sekarang,
segera berusaha agar hubungan antara orang-orang itu dalam
penghidupan dan kehidupannya diperbaiki, sejauh itu dapat
dilaksanakan dengan kemungkinan yang ada.
Presiden Soekarno (pada Kongres Serikat Sekerja Kementerian Dalam
Negeri (SSKDN) yang berlangsung di Bogor pada bulan Desember 1953 )

Alangkah tepatnya perkataan pamong praja yang dahulu dinamakan


pangreh praja sekarang disebut pamong praja. Saudara-saudara
mengetahui apa arti perkataan Pamong. Perkataan itu sebenarnya lebih
dalam artinya daripada perkataan pengasuh, lebih dalam daripada
perkataan pemimpin. Maka oleh karena itu, itulah sebabnya rupanya
perkataan ini tidak disalin dengan perkataan pemimpin atau pengasuh,
tetapi tetap dipergunakan perkataan pamong. Pamong dari perkataan
Among. Among mempunyai arti tersendiri. Mengasuh anak kecil misalnya
itu biasanya dinamakan mengemong anak kecil. Dan sebagai saudara-
saudara mengetahui maka hukum yang mutlak bagi meng-among ialah apa
yang orang-orang tua kita namakan kalimat “TUT WURI ANDAYANI.” Tut
wuri mengikuti dari belakang, tetapi tokh andayani, tokh mempengaruhi.
Mengikut di belakang itu tokh mempengaruhi. Tut wuri andayani itulah
hukum mutlak dari pekerjaan mengamong. Maka saudara-saudara adalah
pamong-pamong dan yang dimaksudkan terutama sekali ialah Pamong
Praja, terutama sekali Pamong Rakyat.
The Liang Gie (1968, 171):
• Peranan pamongpraja dalam rangka dekonsentrasi
terdiri atas tiga peranan sebagai berikut: Satu,
sebagai instansi penengah (arbiter) di antara
kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan
dan bermusuhan; dua, sebagai instansi
penghubung di antara lingkungan hukum tata-
negara yang berlain-lainan; tiga, sebagai
pemelihara dan penegak ketenteraman dan
keamanan umum dan dalam hubungan ini
memiliki hubungan yang erat sekali dengan
jawatan kepolisian.
Pekerjaan Pamongpraja
• The Liang Gie (1968, 171) mencatat bahwa
dalam suasana negara merdeka, pamongpraja
memiliki dua jenis pekerjaan terpenting, yakni:
satu, melaksanakan koordinasi antara jawatan-
jawatan serta melancarkan hubungan mereka
dengan rakyat; dua, menghubungi rakyat pada
umumnya, mulai dari pemberitahuan segala
macam perintah dan petunjuk sampai dengan
menerima keluh-kesah serta keinginan mereka.
PELUANG DAN TANTANGAN
UU ASN
BAGI LULUSAN
PENDIDIDKAN TINGGI
KEPAMONGPRAJAAN
Arah Kebijakan ASN
• Membangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
• Mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, dengan menetapkan aparatur sipil negara sebagai
profesi yang memiliki kewajiban mengembangkan dirinya
mempertanggungjawabkan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;
Esensi Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme

Manajemen ASN berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan


antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh
jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh
calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi
pada jabatan yang dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif,
sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.

Kompetensi: teknis, manajerial, sosia-kultural


Pegawai ASN
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan

PNS PPPK

• adalah warga negara • adalah warga negara


Indonesia yang memenuhi Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat syarat tertentu, yang
sebagai Pegawai ASN secara diangkat berdasarkan
tetap oleh pejabat pembina perjanjian kerja untuk jangka
kepegawaian untuk waktu tertentu dalam rangka
menduduki jabatan melaksanakan tugas
pemerintahan pemerintahan.
Manajemen ASN
Manajemen PNS Manajemen PPPK
• meliputi penyusunan dan penetapan • meliputi penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan kebutuhan, pengadaan, pe-
jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilai-an
nilaian kinerja, gaji dan
kinerja, penggajian dan tunjangan, tunjangan, pengembangan
penghargaan, disiplin, kompetensi, pemberian
pemberhentian, jaminan pensiun penghargaan, disiplin, pemu-
dan jaminan hari tua, dan tusan hubungan perjanjian
perlindungan.
kerja, dan perlindungan.
Dalam rangka penetapan kebijakan Manajemen ASN, dibentuk
KASN yang mandiri dan bebas dari intervensi politik. Pembentukan KASN ini untuk
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas, kode etik dan kode
perilaku ASN.
Pasal 376
UU Nomor 23 Tahun 2014
• Untuk pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan kepamongprajaan.
• Pendidikan dan pelatihan kepamongprajaan ditujukan untuk
menghasilkan lulusan sebagai abdi negara dengan karakteristik
khusus:
– memiliki keahlian dan keterampilan teknis penyelenggaraan pemerintahan;
– memiliki kepribadian dan keahlian kepemimpinan kepamongprajaan; dan
– berwawasan nusantara, berkode etik, dan berlandaskan pada Bhinneka
Tunggal Ika.
• Untuk menghasilkan lulusan sebagaimana dimaksud di atas, metode
pendidikan dan latihan kepamongprajaan dilakukan dengan
menerapkan kombinasi antara pengajaran, pengasuhan, dan
pelatihan.
Kompetensi Pemerintahan
(Pasal 233 UU 23/2014)
• Kompetensi pemerintahan antara lain mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terkait dengan:
- kebijakan Desentralisasi,
- hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah,
- pemerintahan umum,
- pengelolaan keuangan Daerah,
- Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah,
- hubungan Pemerintah Daerah dengan DPRD, dan
- etika pemerintahan.
• Kompetensi pemerintahan dibuktikan dengan sertifikasi.
Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan
Pendidikan kader pemerintahan
sebagai “future leaders” dan “qualified administrators”

Leader Administrator
• administrator aktif bercirikan perilaku:
• Kepemimpinan birokrasi - memberikan informasi pd warganegara
• Kepemimpinan sosial - bermusyawarah dgn warganegara,
- belajar dari pengalaman warganegara,
- membuat proses dan praktek
administratif yang membangun, atau
membangun kembali, kepercayaan
publik dan rasa keterhubungan dgn
pemerintah" (King & Stivers 1998, 197)
• “bureaucracy is … essential and vitally
important instrument of development”
(Turner & Hulme 1997, 82)
Kepemimpinan Pemerintahan
Kepemimpinan:
- gejala kelompok dan proses pemengaruhan
- style, worldview & character

Kepemimpinan Birokrasi Kepemimpinan Sosial

• Kewenangan (Authority) • Kepercayaan (Trust)

Rakyat
Peluang dan Tantangan
Peluang Tantangan
• Kompetensi pemerintahan • Hambatan menduduki
• Nilai kader pemerintahan jabatan politik?

So what?
1. Berpikir positif dan mengembangkan diri menjadi “able
people”: think again, think ahead, dan think across.
2. Perencanaan karier yang bersambungan: appointed to elected
UU NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH

Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor


244; Tambahan Lembaran Negara RI Tahun
2014 Nomor 5587
Arah Kebijakan
• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan lebih memperhatikan aspek-
aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah
dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah,
serta peluang dan tantangan persaingan global dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;
Pembagian Wilayah Negara
• Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi dan
Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota.
• Daerah kabupaten/kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi
atas kelurahan dan/atau Desa.
• Daerah provinsi dan merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai
Pemerintahan Daerah.
• Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah
Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi gubernur dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah
provinsi.
• Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan
Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi bupati/wali kota
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah
Daerah kabupaten/kota.
Kekuasaan Pemerintahan
• Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
• Kekuasaan Pemerintahan diuraikan dalam berbagai Urusan
Pemerintahan.
• Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan tertentu.
• Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dilaksanakan
berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan.
• Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan.
• Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah.
• Presiden memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT :
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat

KONKUREN :
URUSAN Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
PEMERINTAAHAN Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota

PEMERINTAHAN UMUM :
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang di daerah
dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota dan didelegasikan kepada
camat
U R U S A N P E M E R I N TA H A N K O N K U R E N

WAJIB
PILIHAN
berkaitan dengan tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar pelayanan dasar
1. tenaga kerja;
2. pemberdayaan perempuan dan
pelindungan anak; 1. kelautan dan
3. pangan;
4. pertanahan; perikanan;
1. Pendidikan;
2. kesehatan;
5. lingkungan hidup; 2. pariwisata;
6. administrasi kependudukan dan
3. Pekerjaan umum; pencatatan sipil; 3. pertanian;
4. sosial; 7. pemberdayaan masyarakat dan Desa; 4. kehutanan;
8. pengendalian penduduk dan keluarga
5. ketentraman dan berencana; 5. energi dan
ketertiban umum serta 9. perhubungan; sumberdaya
perlindungan 10. komunikasi dan informatika;
mineral;
11. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
masyarakat; dan
12. penanaman modal; 6. perdagangan;
6. perumahan 13. kepemudaan dan olah raga;
14. statistik;
7. perindustrian;
15. persandian; dan
16. kebudayaan; 8. transmigrasi.
17. perpustakaan; dan
18. kearsipan. Pasal 22
32
URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM


ABSOLUT (KEWENANGAN PEMERINTAH) KONKUREN
1. menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa;menjaga ideologi negara;
2. memelihara harmonisasi kehidupan
masyarakat berkaitan dengan
hubungan antar suku, agama, ras, dan
antar golongan;mengkoordinasikan
hubungan antar instansi pemerintahan
yang ada di wilayahnya;
3. memfasilitasi terwujudnya nilai-nilai
demokrasi untuk mempercepat
terbentuknya masyarakat madani; dll

dilimpahkan kepada
GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA
33
WILAYAH KERJA ADMINISTRASI
Kecamatan dan
Pemerintahan Umum
• Kecamatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat
• Bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan
pemerintahan umum pada tingkat Kecamatan
melimpahkan pelaksanaannya kepada camat
Urusan pemerintahan umum
1. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta
pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional dan
nasional;
4. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan
yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
7. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
Forum Koordinasi
• Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan
pemerintahan umum, dibentuk Forkopimda provinsi,
Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan
• Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum
koordinasi pimpinan di Kecamatan diketuai oleh gubernur
untuk Daerah provinsi, oleh bupati/wali kota untuk Daerah
kabupaten/kota, dan oleh camat untuk Kecamatan
• Anggota forum koordinasi pimpinan di Kecamatan terdiri atas
pimpinan Kepolisian dan pimpinan kewilayahan Tentara
Nasional Indonesia di Kecamatan.
• Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota dan forum
koordinasi pimpinan di Kecamatan dapat mengundang
pimpinan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
Pembentukan Kecamatan
1. Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan
masyarakat Desa/kelurahan.
2. Kecamatan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota
berpedoman pada peraturan pemerintah.
3. Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan
Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan
bersama bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota,
sebelum ditetapkan oleh bupati/ wali kota disampaikan
kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan.
Persyaratan Pembentukan Kecamatan
• Pembentukan Kecamatan harus memenuhi persyaratan dasar,
persyaratan teknis, dan persyaratan administratif.
• Persyaratan dasar meliputi: jumlah penduduk minimal; luas
wilayah minimal; jumlah minimal Desa/kelurahan yang
menjadi cakupan; dan usia minimal Kecamatan.
• Persyaratan teknis meliputi: kemampuan keuangan Daerah;
sarana dan prasarana pemerintahan; dan persyaratan teknis
lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Persyaratan administratif meliputi: kesepakatan musyawarah
Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau
nama lain di Kecamatan induk; dan kesepakatan musyawarah
Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau
nama lain di wilayah Kecamatan yang akan dibentuk.
Klasifikasi Kecamatan
• Kecamatan diklasifikasikan atas:
a. Kecamatan tipe A yang dibentuk untuk
Kecamatan dengan beban kerja yang besar;
dan
b. Kecamatan tipe B yang dibentuk untuk
Kecamatan dengan beban kerja yang kecil;
• Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah
penduduk, luas wilayah, dan jumlah
Desa/kelurahan.
Pengangkatan Camat
1. Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala kecamatan
yang disebut camat yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui
sekretaris Daerah.
2. Bupati/wali kota wajib mengangkat camat dari pegawai
negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3. Pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan
ketentuan dibatalkan keputusan pengangkatannya oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Tugas (atributif) Camat
a. menyelenggaraan urusan pemerintahan umum
b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum;
d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada;
e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan
oleh Perangkat Daerah di Kecamatan;
g. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau
kelurahan;
h. melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Perangkat Daerah
kabupaten/kota yang ada di Kecamatan; dan
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tugas Delegatif
– Selain melaksanakan tugas atributif, camat mendapatkan
pelimpahan sebagian kewenangan bupati/wali kota untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
– Pelimpahan kewenangan bupati/wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan
pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik
Kecamatan dan/atau kebutuhan masyarakat pada
Kecamatan yang bersangkutan.
– Pelimpahan kewenangan bupati/wali kota ditetapkan
dengan keputusan bupati/wali kota berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Kelurahan
Kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku
perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
Lurah diangkat oleh bupati/wali kota atas usul sekretaris Daerah dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Lurah mempunyai tugas membantu camat dalam:


a.melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b.melakukan pemberdayaan masyarakat
c.melaksanakan pelayanan masyarakat;
d.memelihara ketenteraman dan ketertiban umum;
e.memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
f.melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat; dan
g.melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Anggaran dan Sarpras Kelurahan
• Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran dalam APBD
kabupaten/kota untuk pembangunan sarana dan prasarana lokal kelurahan dan
pemberdayaan masyarakat di kelurahan.
• Alokasi anggaran dimasukkan ke dalam anggaran Kecamatan pada bagian
anggaran kelurahan untuk dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Penentuan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana lokal kelurahan dan
pemberdayaan masyarakat di dilakukan melalui musyawarah pembangunan
kelurahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Untuk Daerah kota yang tidak memiliki Desa, alokasi anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 5 (lima) persen dari APBD setelah dikurangi
DAK.
• Untuk Daerah kota yang memiliki Desa, alokasi anggaran) berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian, pemanfaatan, pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di
kelurahan serta penyelenggaraan musyawarah pembangunan kelurahan diatur
dalam peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai