Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Najma Zatturrakhmah Wahyudi

Kelas : 20-E1A-R5

NIM : 200711111

Mata Kuliah : Study Al-Qur'an dan Al Hadist

1. Jelaskan istilah dibawah ini

a. Istilah hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad,
sedangkan secara bahasa, hadits berarti perkataan, percakapan, berbicara.

b. Secara bahasa, atsar adalah sisa sesuatu. Sedangkan secara isitilah, atsar mempunyai pengertian yang
sama dengan khabar dan hadits. Sedangkan para fuqaha memakai istilah atsar sebagai sebutan untuk
perkataan para ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain. Atsar cangkupannya lebih luas dari khobar

c. Khobar cangkupannya lebih luas dari hadist. Istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga
memiliki definisi yang sama dengan hadits. Tetapi Khobar lebih umum daripada hadist jadi intinya
definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
juga kepada selain beliau.

Penjelasan cara penulisan hadist :

Pada zaman Sahabat radhiallahu’anhum terdapat beberapa kemajuan pengumpulan dan penulisan
hadist, itu di tandai dengan adanya Suhuf atau lembaran lembaran yang di milki oleh sebagian sahabat.
Para penulis hadits hendaknya mencurahkan perhatiannya terhadap pemeliharaan tulisan haditsnya,
memastikan penulisan syakal dan titiknya, dan menjaga keduanya dari percampuran; tidak membuat
kesulitan terutama mengenai nama-nama perawi, karena hal itu tidak akan dipahami baik sebelum atau
sesudahnya. Tulisan hendaknya jelas bersandar kepada kaidah-kaidah yang populer. Tidak membuat
istilah khusus tersendiri dengan formulasi yang tidak dikenal oleh orang lain. Dalam penulisan
hendaknya diperhatikan penulisan doa dan salam terhadap Nabi saw. setiap kali namanya disebut, dan
tidak jemu-jemunya hal itu diulang-ulang. Tidak boleh terlalu terikat dengan perkara asal jika memang
terdapat kekurangan. Begitu juga pujian ditujukan kepada Allah swt. seperti [penulisan] azza wa jalla,
termasuk ridla dan rahmat terhadap para shahabat dan ulama. Tidak disukai meringkas doa saja atau
salam saja; sama tidak disukainya penggunaan singkatan keduanya, seperti huruf shad atau saw.
hendaknya keduanya ditulis secara lengkap.

2. Dari sisi kuantitas pemabgian hadist bertujuan untuk mengetahui jumlah rawi pada tiaptingkatan
sehingga muncul kualifikasi hadist mutawattir (Hadis mutawatir terbagi menjadi dua macam; pertama,
mutawatir lafdzi, kedua, mutawatir ma’na) dan hadist ahad (, Hadis ahad dibagi menjadi tiga macam,
yaitu hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis garib), sedangkan dari sisi kualitas bertujuan untuk
mengetahui keontetikan hadist dilihat dari shahih, hasan, dhaif dsb.

3. Perbedaan Al-Quran dan Al-Hadist


Berdasarkan pengertian

Secara umum, Al Qur’an diartikan sebagai firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melalui Jibril ‘alaihis salam sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia.
Sedangkan Hadis secara umum diartikan sebagai segala ucapan, perbuatan, ketetapan, dan cita-cita
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berdasarkan redaksi

Al Qur’an merupakan firman Allah SWT. Dan karena itu, redaksinya pun disusun langsung oleh Allah
SWT. Adapun malaikat Jibril ‘alaihis salam hanya bertugas sebagai menyampaikan wahyu tersebut
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun Hadis, redaksinya berbeda-beda antara satu hadis dengan hadis yang lain meskipun
mengandung makna yang sama. Hal ini disebabkan pada awalnya hadis disampaikan melalui hafalan
para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan ditulis.

Berdasarkan nisbat

Al Qur’an hanya dinisbatkan kepada Allah SWT semata dan tidak pada hal lain. Istilah yang digunakan
adalah “Allah SWT berfirman, … “

Adapun hadis, diriwayatkan Nabi dengan disandarkan kepada Allah yang bersifat insya’i atau diadakan.
Misalnya, “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Allah
berfirman …”

Berdasarkan kemukjizatan

Al Qur’an merupakan mukjizat baik lafdz maupun maknanya. Adapun hadis bukanlah merupakan
mukjizat.

Berdasarkan lafadz dan makna

Lafadz dan makna Al Qur’an bearasal dari Allah. Adapun hadis, lafadz berasal dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi makna berasal dari Allah.

Berdasarkan nilai membaca

Al Qur’an sebagai kitab umat muslim wajib dibaca pada saat shalat fardhu atau shalat wajib maupun
macam-macam shalat sunnah. Selain itu, Al Qur’an juga wajib dibaca di luar shalat sebagai ibadah.

Adapun hadis, membacanya tidaklah dinilai sebagai ibadah dan dilarang untuk dibaca ketika shalat.

Berdasarkan kepastian isi

Kepastian seluruh isi Al Qur’an bersifat mutlak karena dinukil secara mutawatir.
Hal ini berbeda dengan hadis dimana kepastian isinya tidaklah mutlak karena perawi pada tiap tingkatan
sanadnya. Maka dari itu, sering didapati hadis yang sifatnya shahih, hasan, atau dha’if.

Persamaan Al-Quran dan Hadist

Tentang persaamaan Al – Qur’an dan hadits adalah sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Hadits
dan Al-Quran adalah sama-sama sumber ajaran Islam, dan bahkan pada hakikatnya keduanya adalah
sama-sama wahyu dari Allah SWT.

4. Islam sangat mementingkan kebersihan dan kesehatan karena kebersihan termasuk dari iman dan jika
kita tidak sehat kita tidak bisa sholat karena syarat sah solat itu berakal.

Artinya: "Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta'ala membangun Islam ini
atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih." (HR Ath-Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai