com
Distribusi Akat dan Program untuk Meneruskan Keyakinan dan Pemikiran Muallaf
uadah Johari
TUGAS INDIVIDU:
Oleh:
1
5. Kesimpulan............................................... ........................................................ ............... 12
2
Tinjauan literatur tentang pembayaran zakat di Malaysia
1. Perkenalan
Zakat tidak diragukan lagi salah satu aspek yang paling banyak dibahas dan dianalisis
dari ekonomi Islam. Ini mungkin karena Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam
bersama dengan Syahadat (pernyataan iman), Salat (salat harian), Sawm (puasa selama
Zakat juga disebutkan berulang kali dalam Al-Qur'an dan beberapa hadits. (Mahyuddin dan
Abdullah, 2011) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa istilah zakat telah disebutkan
sebanyak 58 kali dalam Al Quran. Telah disebutkan 32 kali secara terpisah dan 26 kali
Allah SWT berfirman dalam surat Al baqarah:Mereka yang berperilaku dan berbuat kebajikan
mendirikan shalat harian dan membayar fakir miskinmendapatkan pahala mereka di sisi Tuhan mereka”
Penelitian sebelumnya tentang konsep zakat dan pengentasan kemiskinan menjelaskan bagaimana
zakat dalam satu atau lain cara membantu meningkatkan kesejahteraan orang dan menjembatani
kesenjangan antara si kaya dan si miskin di masyarakat. Ini adalah media untuk menciptakan kesetaraan
di antara orang-orang di masyarakat (Mujaini, 2005, Ahmad Fahme et al., 2013). Beberapa ulama
menganggap zakat sebagai asuransi sosial bagi anggota komunitas Muslim melalui mana masa depan
yang lebih baik diberikan (Mahyuddin dan Abdullah, 2011) (Bilqis, April 2017) telah dikutip dalam
penelitiannya.
Pembayaran zakat telah ditentukan oleh Allah (swt) melalui Rasul-Nya Muhammad (saw)
dengan tujuan yang ingin dicapai. Faktanya, populasi suatu negara tidak sama dalam hal
kedudukan ekonominya. Ada yang kaya, yang miskin, yang membutuhkan, anak yatim,
Tujuan lain dari zakat adalah untuk mencegah konsentrasi kekayaan dan mengurangi jumlah
kemiskinan. Selanjutnya, tujuan utama zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi,
3
Sistem zakat yang dikelola dengan baik tentunya akan berdampak positif pada posisi
sosial ekonomi kaum fakir dan miskin di antara umat.
Bagian selanjutnya dari makalah ini menyajikan tinjauan literatur yang dimulai dengan
makna zakat diikuti oleh administrasi zakat di Malaysia. Pada bagian ketiga, isu dan
kesenjangan terkait praktik zakat di Malaysia disajikan dengan jelas. Pada bagian
2. Tinjauan Pustaka
Sekilas tentang zakat
Zakat secara harfiah berarti tumbuh dan bertambah (Qardhawi, 2000). Istilah zakat memiliki tiga
konotasi yang berbeda; secara linguistik, teologis dan legal. Secara bahasa, zakat berarti
pembersihan atau penyucian sesuatu dari kotor atau najis. Secara teologis, artinya penyucian
spiritual yang dihasilkan dari pemberian zakat. Menurut Maududi (1988), kekayaan seseorang
tidak murni jika dia tidak membayar hak hamba Allah dari kekayaan yang dianugerahkan
kepadanya. Ini juga berarti pertumbuhan atau peningkatan yang memiliki dua ukuran; pertama,
pengembangan spiritual dengan ridha Allah, dan kedua, redistribusi pendapatan (sebagai Islam
melarang akumulasi dan penimbunan) yang akan menyebabkan kenikmatan yang lebih besar dan
Secara hukum, zakat berarti transfer kepemilikan properti tertentu kepada individu tertentu dalam
kondisi tertentu. Umat Islam memiliki kewajiban untuk memberikan sejumlah tertentu kekayaan
mereka (dengan syarat dan persyaratan tertentu) kepada yang ditentukan penerima manfaat dan pada
kenyataannya, pembayaran zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam.
Ada banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang kewajiban zakat.
“Dan dirikanlah shalat, berilah zakat dan taatilah Rasul-Nya, agar kamu
mendapat rahmat''.Surah an-Nur (Ayat 56)
“Ambillah, [Wahai Muhammad], dari kekayaan mereka sedekah yang dengannya kamu menyucikan
mereka dan memperbanyak mereka, dan memohon [berkah Allah] atas mereka. Sungguh, doa-
doamu menjadi ketenteraman bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Ada dua jenis zakat. Salah satunya adalah Zakat Al-Fitri dan Zakat Al-Mal (harta). Zakat Fitri: adalah
pembayaran satu kali yang dilakukan sekali dalam setiap tahun kalender Hijriah Muslim setiap
4
saat antara hari pertama bulan Ramadhan dan hari pertama Syawal. Semua Muslim diwajibkan
untuk membayar ini, tanpa memandang usia, status atau kekayaan mereka. Besarnya zakat yang
harus dikeluarkan adalah kurang lebih 3kg makanan pokok di negara yang bersangkutan atau
Zakat mal adalah pembayaran tahunan berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki oleh
seorang individu Muslim atau organisasi. Pembayaran ini wajib atas setiap individu
Muslim atau organisasi yang telah memenuhi persyaratan Nisab (jumlah pajak
minimum) dan Haul (satu tahun kalender Hijriah Muslim). Pembayarannya adalah 2,5%
dari total kekayaan yang dianggap untuk zakat. Untuk zakat Al-mal, ada beberapa
kategori di bawahnya, antara lain zakat usaha, zakat tabungan, zakat pendapatan, zakat
emas dan perak, zakat unggas (misalnya seperti sapi, kambing dan sebagainya), zakat.
zakat buah-buahan dan biji-bijian, zakat binaan, zakat investasi serta zakat tabungan
Ada delapan golongan orang yang menjadi penerima zakat, sebagaimana disebutkan
(membutuhkan/tegang),al-Maskin(miskin/kurang/kurang),amil(berhak memungut
“Sedekah (zakat) adalah untuk orang miskin dan orang miskin, dan orang-orang yang dipekerjakan
untuk mengelola (Zakat), untuk mereka yang hatinya akan dimenangkan. (Muallafat al-Qulub), dan
untuk membebaskan manusia dari belenggu, dan (untuk) orang-orang yang dibebani hutang, dan
(untuk setiap perjuangan) di jalan Allah, dan (untuk) orang yang sedang dalam perjalanan: (ini
adalah) ketetapan dari Allah, Allah Maha Besar. Maha Mengetahui, penuh Kebijaksanaan.” (9:60)
administrasi Dewan Agama Islam Negara (SIRC). Hukum zakat adalah diatur oleh hukum zakat
mengelola urusan zakat termasuk pengumpulan dan distribusinya. Setiap negara bagian memiliki
SIRC sendiri tetapi semuanya disebut sebagai lembaga zakat dalam konteks Malaysia.
Meskipun pendekatan dalam mengelola zakat berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya,
5
Otoritas negara masing-masing yang terlibat dalam administrasi zakat melaksanakan
tanggung jawab berikut: promosi, pengumpulan dan distribusi zakat; bantuan terorganisir
kepada orang miskin dan membutuhkan; termasuk lainnya asnafsesuai dengan pedoman
Administrasi zakat di berbagai negara bagian dan wilayah federal telah melalui fase
pengembangan dan restrukturisasi dengan tujuan untuk memperkuat institusi mesin zakat
(Azman, Mohammad, & Syed Mohd Najib, 2012) mengutip penelitian mereka dari Al
Qardhawiyy bahwa efektivitas lembaga zakat dalam menjalankan tugasnya akan
tergantung pada beberapa faktor yaitu. perluasan sumber daya baru untuk zakat,
pengumpulan zakat dari harta berwujud dan tidak berwujud, pengelolaan zakat
yang sistematis, distribusi zakat yang efisien dan ketelitian penerapan aturan Islam
(Al-Qardhawiyy, 2001).
Meskipun pengelolaan zakat telah mengalami banyak perbaikan dalam hal infrastruktur,
sumber daya manusia, sistem penyampaian dan transparansi tata kelola, masih ada
masalah yang perlu ditangani untuk memastikan bahwa pengelolaan zakat bergerak di
jalur yang benar. Untuk memberdayakan lembaga zakat di Malaysia sejumlah masalah
Tujuan dari pengelolaan zakat adalah untuk mencapai hasil terbaik dalam pengumpulan dan
pendistribusian zakat secara tepat waktu sebagaimana diatur dalam Syariah Islam (Rahman et.al
Efisiensi sistem zakat tidak dapat dilihat secara independen dari tingkat kepercayaan yang dapat
dialokasikan oleh pembayar zakat untuk itu. Seluruh gagasan pengelolaan zakat adalah untuk
membantu umat Islam menjalankan rukun Islam ini dan menetapkan fungsi utamanya sebagai sarana
pengentasan kemiskinan. Tetapi jika kepercayaan tidak cukup dipertahankan antara Muslim dan pusat
zakat, pembayar zakat potensial atau mayoritas akan lebih memilih untuk membayar
mengeluarkan zakat langsung kepada kerabatnya sendiri yang miskin atau membutuhkan,
6
Kreativitas dan inovasi merupakan elemen penting untuk memastikan
relevansi organisasi zakat dalam masyarakat Muslim modern (Mujaini, 2005).
Menurut Abdul Rahim (2006), para praktisi zakat perlu mengubah pola pikir
mereka dan terbuka terhadap teknik-teknik baru dalam mengelola zakat
(Abdul Rahim, 2006, hlm. 95). Al-Qardhawi (1999) secara tidak langsung
merekomendasikan agar para pelaku zakat harus kreatif dan inovatif dalam
menghadapi tantangan baru seperti perubahan kebutuhan dan tuntutan
modern. Pengelola zakat harus memastikan bahwa konsep ijtihad
(ketekunan) harus dimasukkan dalam pengelolaan dana zakat mereka
(Mujaini, 2005). Inovasi urusan dunia dan ijtihad dalam konteks zakat harus
menjadi bagian dari praktik pengelolaannya (Abdul Hamid, 2003, p.96;
Mujaini, 2005). Dalam pengelolaan zakat modern,
Masalah yang disebutkan dalam lebih dari satu penelitian adalah faktor-faktor yang
Ahmad (2006) dalam penelitiannya dengan menggunakan data primer menemukan bahwa
individu terhadap lembaga formal. Dia menemukan bahwa 57% dari 753 responden tidak
puas dengan distribusi zakat saat ini di Malaysia yang secara signifikan mempengaruhi
pembayaran zakat mereka ke lembaga zakat. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk menarik
lebih banyak orang ke lembaga formal, mereka harus terlebih dahulu meningkatkan
kepuasan individu. Hal ini dapat dilakukan dengan terus meningkatkan pengelolaan zakat,
menjaga itikad baik, menjadi lebih transparan dan melakukan skema distribusi yang lebih
Penelitian lebih lanjut, Hafizah et al. (2016) menemukan adanya permasalahan terkait penyalahgunaan
dana penghimpunan zakat oleh agen-agen yang ditunjuk oleh Majelis Agama Islam Negara (SIRC)
sebagai pengumpul dana zakat. Lembaga zakat merupakan wadah bagi pembayar zakat dan
7
bertanggung jawab dalam menyalurkan dana yang terkumpul dari pembayar zakat kepada penerima
(asnaf). Sebagai catatan, meskipun penghimpunan zakat mengalami peningkatan namun dana yang
terkumpul lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang disalurkan kepada asnaf. Permasalahan itulah
yang melatarbelakangi peneliti terdahulu mengkaji tentang bagaimana pengelolaan dana oleh lembaga
tersebut dan berujung pada ditemukannya permasalahan penyalahgunaan dana oleh agen SIRC yang
bertanggungjawab sebagai pengumpul. Semua temuan dari penelitian sebelumnya telah mengarah
pada faktor utama yang mempengaruhi niat membayar zakat oleh pembayar melalui lembaga zakat
yaitu kepercayaan. Lembaga tersebut telah gagal meningkatkan tingkat kepercayaan pembayar
terhadap lembaga zakat. Isu penyalahgunaan dana membuat kepercayaan para pembayar zakat untuk
membayar zakat melalui lembaga semakin berkurang. Ada temuan dari penelitian sebelumnya yang
menunjukkan beberapa pembayar individu menolak untuk membayar zakat mereka melalui lembaga.
Mereka lebih memilih membayar zakat langsung ke asnaf daripada membayar ke lembaga zakat.
Mohammad dkk. (2016), disebutkan dalam penelitian mereka, ketika pembayar zakat merasa bahwa
lembaga tidak cukup membantu orang miskin, mereka akan berhenti membayar zakat melalui saluran
Saat ini perkembangan lembaga zakat di Malaysia semakin baik terutama dalam
hal penghimpunan zakat (Hairunnizam et. al, 2008; p. 805). Jumlah
penghimpunan zakat di Malaysia meningkat drastis dari tahun ke tahun seiring
dengan bertambahnya jumlah penghimpunan zakat setiap negara bagian.
Pertumbuhan penghimpunan zakat ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain seperti perkembangan e-zakat. Sebagian besar lembaga zakat di Malaysia
saat ini sudah mulai mengembangkan e-zakat dengan mengadopsi aplikasi
Internet berbasis Web yang membuat informasi zakat tersedia secara elektronik
untuk semua orang (Shawal, 2009; hal 3). Strategi pemasaran semacam ini telah
meningkatkan kesadaran di kalangan umat Islam untuk wajib berzakat.
Lebihlebih lagi,
Namun, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan pengumpulan zakat yang dikemukakan oleh para
peneliti sebelumnya, (Mohd Shahril Ahmad Razimi, 2016) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
Penghimpunan dana zakat terkadang mengalami penurunan bahkan populasi di suatu daerah
dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini dibuktikan dengan laporan Zakat Selangor, menjelaskan
8
bahwa lebih dari 2 juta Muslim di Selangor, hanya 160.000 orang yang membayar zakat. Rasio
penduduk yang membayar hanya 12,5% yang merupakan rasio kecil dibandingkan dengan
nonpembayar zakat. Ada masalah besar ketika masyarakat tidak menyadari kewajiban mereka
untuk membayar zakat. Metode pengumpulan zakat harus diubah, seperti biasanya seperti
membayar di masjid, di loket terbuka di tempat umum dan juga di loket zakat, pendekatan baru
harus dikembangkan agar masyarakat tetap sadar tentang zakat. Dan metode ini masih
digunakan untuk mengumpulkan zakat. Merujuk pada Azman et.al. (2012), ia mengatakan bahwa
metode pengumpulan zakat harus diubah dari menunggu di konter menjadi cara-cara proaktif
baru seperti mempromosikan, pengarahan dan mendidik semua Muslim di sektor publik dan
swasta. Pendekatan baru seperti pemotongan otomatis dari gaji bulanan membantu lembaga
antara zakat dan pajak juga akan mengurangi pengumpulan dana zakat.
Dalam penelitian Fuadah, dkk. (2015) mengidentifikasi bahwa salah satu faktor yang akan
mempengaruhi niat membayar zakat oleh pembayar adalah tingkat pemahaman prinsip-prinsip Islam.
Ada beberapa temuan bahwa pembayar zakat telah salah paham tentang pajak dan zakat. Mereka
beranggapan karena sudah membayar pajaknya maka mereka tidak perlu lagi mengeluarkan zakatnya.
Hal ini dikarenakan mereka belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan zakat. Zakat
adalah kewajiban bagi umat Islam sedangkan pajak adalah kewajiban sipil dengan kata lain; kewajiban
Keberhasilan pengumpulan dan pendistribusian zakat terutama tergantung pada tata kelola
lembaga zakat yang baik. Namun, penyaluran zakat sangat signifikan bagi negara dan
Meskipun pengelolaan penghimpunan zakat semakin baik dari tahun ke tahun, namun permasalahan
masyarakat yang membayar zakat yang nantinya dapat mengarahkan mereka untuk membayar zakat
langsung ke asnaf, tanpa melalui lembaga zakat. Pembayar zakat adalah penyandang dana zakat
9
lembaga yang menerapkan sistem zakat. Mereka perlu diyakinkan agar membayar
zakat melalui lembaga zakat, bukan langsung ke asnaf.
Peneliti sebelumnya menggambarkan beberapa masalah yang berkaitan dengan distribusi zakat.
Salah satu permasalahan tersebut adalah kurangnya kemampuan lembaga zakat untuk mengenali
secara tepat penerima zakat setiap tahunnya (Muhammad Syukri, 2006). Misalnya pada tahun 2001, total
penerima dalam daftar tersebut adalah 9.600 orang tetapi meningkat menjadi 9.800 pada bulan Juni
2002 sebagaimana dilaporkan oleh Pusat Urus Zakat Pulau Pinang (PUZ) menurut (Muharman et. al.,
2011).
Masalah lain yang dapat mengganggu proses distribusi adalah birokrasi yang menyebabkan operasional
menjadi lambat dan memakan waktu. Misalnya di Kuala Lumpur Federal Territory, mereka yang sangat
membutuhkan zakat harus mengikuti prosedur seperti mengisi formulir, harus memiliki dokumen
pendukung yang relevan dan akhirnya akan diwawancarai oleh SIRC di zona atau tempat tertentu (Zainal
Abidin, 2001; hal.74). ) tetapi harkat dan martabat orang yang membutuhkan dan miskin harus
diungkapkan secara terbuka entah bagaimana mengganggu proses (Muharman et. al., 2011). Bukti lebih
lanjut, untuk menerapkan bantuan pendidikan dari lembaga zakat, dibutuhkan waktu bertahun-tahun
Isu pendistribusian zakat menggunakan bentuk pembayaran langsung berkala dimana asnaf
(penerima zakat) diberikan uang zakat setiap bulan atau setiap tahun dibahas lebih lanjut dalam
banyak penelitian. Secara umum pembayaran zakat secara langsung khususnya bagi asnaf non
produktif seperti penyandang disabilitas dan lanjut usia masih dapat diterima, namun penyaluran
zakat dalam bentuk pembiayaan modal kepada fakir miskin dan fakir miskin dalam rangka
mendorong kegiatan usaha kalangan asnaf direkomendasikan oleh banyak pihak. peneliti.
Ahmed (2004, hlm. 64), mengemukakan bahwa distribusi zakat harus mampu memberikan input
yang diperlukan seperti modal manusia, fisik dan keuangan untuk mengurangi kemiskinan
memberikan dukungan bagi pengembangan keterampilan, penyediaan modal fisik seperti taksi
dan mesin jahit, dan modal keuangan untuk memulai usaha sehingga masyarakat miskin dapat
(Afzalur Rahman, 1986, hlm. 260). Dia juga menekankan bahwa dana zakat harus digunakan untuk
menyediakan peralatan teknis dan mesin yang diperlukan untuk pengrajin dan pengrajin. Dia percaya
10
bahwa pencairan tunai langsung tidak akan efektif dalam membawa perubahan yang lebih baik kepada
keuangan Islam
Bank Negara Malaysia baru-baru ini mengumumkan inisiatif Intermediasi Berbasis Nilai (VBI)
dengan tujuan untuk mendorong industri jasa keuangan syariah ke tingkat pertumbuhan
berikutnya yang berkelanjutan dan dengan proposisi nilai yang jelas. VBI bertujuan untuk
memberikan hasil Syariah yang diinginkan melalui praktik, perilaku, dan penawaran yang
menghasilkan dampak positif dan berkelanjutan bagi ekonomi, komunitas, dan lingkungan.
Keuangan Islam adalah model yang menghubungkan keuangan dengan ekonomi riil dan
menyeimbangkan imbalan dan risiko secara adil dan transparan. Sebagai sebuah sistem, ini membantu
untuk merangsang kegiatan ekonomi dan kewirausahaan sambil mengatasi kemiskinan dan
Misalnya, lembaga keuangan Islam internasional Islamic Development Bank (IDB) telah menyatakan
bahwa misinya adalah untuk mempromosikan pembangunan manusia yang komprehensif, dengan
Zakat dan wakaf adalah alat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
Jika dijalankan dengan benar, ia dapat memainkan peran utama terhadap
pengangguran dan pengentasan kemiskinan, yang pada akhirnya berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Muslim. Dalam hal zakat, melalui
distribusi yang tepat di antara para penerima zakat, setiap individu kemudian
dapat dijamin standar hidup minimumnya. Di yurisdiksi keuangan Islam utama
seperti Malaysia, LKI sejauh ini memainkan perannya terhadap pemenuhan
zakat. Misalnya, baik Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Maybank Islamic
menawarkan layanan zakat online untuk membantu LKI dan masyarakat Muslim
untuk memenuhi kewajiban mereka dan menciptakan kesadaran yang lebih
besar tentang pentingnya zakat untuk mencapai agenda sosial masyarakat.
11
skenario stabil dimana sekitar 40% dari total zakat disalurkan kepada fakir miskin dan
membutuhkan.
Akhirnya berbagai alat keuangan sosial-ekonomi yang dirancang untuk memberikan bantuan
keuangan kepada orang miskin termasuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang sesuai
Syariah, dan usaha kecil dan menengah (UKM) mempromosikan pembangunan ekonomi
keuangan Islam juga dapat lebih memanfaatkan sistem zakat dan wakaf sebagai bagian dari
melayani ekonomi riil. Sebagai bagian dari pencapaian pembangunan ekonomi riil, sistem
keuangan syariah secara keseluruhan telah mengambil berbagai langkah untuk memajukan
UMKM dan UKM. Di yurisdiksi keuangan Islam utama seperti Malaysia, UMKM dan UKM
5.Kesimpulan
Kesimpulannya, Malaysia dapat dikatakan sebagai salah satu negara yang unggul dan unggul
Pengelolaan zakat dapat dilihat dari transfer dari praktik saat ini ke luar perspektif
agama. Hal ini karena; Tujuan utama zakat adalah tercapainya keadilan sosial ekonomi.
Oleh karena itu, penting bagi zakat untuk dikelola dengan cara yang paling efisien.
Seluruh gagasan pengelolaan zakat adalah untuk membantu umat Islam menjalankan
rukun Islam ini dan menetapkan fungsi utamanya sebagai sarana pengentasan
kemiskinan.
Namun, jika kepercayaan tidak cukup terjaga antara umat Islam dan pusat zakat, para calon pembayar
zakat akan lebih memilih untuk membayar zakat langsung kepada kerabat mereka sendiri yang miskin
atau membutuhkan, daripada berurusan melalui pusat zakat. Masalah-masalah seperti dana zakat yang
belum sepenuhnya tersalurkan ketidakpuasan dari pembayar zakat dan penundaan pembayaran zakat
harus segera diatasi agar pusat zakat dapat menghindari pembayaran yang dilakukan oleh pembayar
zakat melalui jalur tidak resmi atau dengan kata lain pembayar zakat membayar zakat secara langsung.
Di sisi lain, administrasi zakat harus memainkan peran penting dalam memantau kegiatan penerima
yang terlibat di samping membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan, sehingga mereka
dapat mengoptimalkan dana zakat yang disalurkan kepada mereka dan menghindari pengeluaran yang
tidak perlu.
12
Penyaluran zakat untuk peningkatan pendapatan juga dipandang sebagai langkah strategis untuk
memecahkan masalah serius kemiskinan dan pengangguran di sebagian besar negara Muslim.
Penggunaan dana zakat untuk program-program peningkatan pendapatan diyakini dapat mengurangi
masalah kemiskinan selain mendorong ekonomi yang berkelanjutan. Sebagian besar penelitian
sebelumnya menegaskan bahwa pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan yang menghasilkan
pendapatan, seperti mendirikan industri kecil dan rumahan dan memberikan pelatihan yang diperlukan
bagi masyarakat miskin, akan meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat kemiskinan. Melalui
program ini, dana zakat dapat membiayai kegiatan ekonomi penerima yang berhak berdasarkan
Terakhir, efektif tidaknya zakat dalam membantu fakir miskin tergantung dari cara penyaluran dan
juga tujuannya. Namun metode ini perlu diperkuat dan dianalisis dari waktu ke waktu sehingga
dapat membantu masyarakat miskin untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Seringkali
terdapat berbagai isu menarik yang terjadi di bidang pengelolaan, pengumpulan, pendistribusian,
dan kemiskinan zakat yang mungkin menarik minat para peneliti cendekiawan Islam maupun
peneliti ekonomi. Kajian ini tidak hanya mengeksplorasi secara mendalam isu-isu tersebut, tetapi
juga memungkinkan peneliti untuk menyarankan solusi dan menghasilkan pengetahuan baru
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan zakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan
6.Referensi
KEUANGAN ISLAM: MEMPROMOSIKAN PEMBANGUNAN EKONOMI NYATA.(2015). MIFC Bank negara
Malaysia.
Asri Mohd Ali, M.a. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DANA PENGUMPULAN ZAKAT: A
KASUS DI KUANTAN.Jurnal Bisnis, Ekonomi dan Hukum Kontemporer Asia
Tenggara.
Azman Ab Rahman, MH (JUNI 2012). Lembaga Zakat di Malaysia: Masalah dan Isu.
GJAT | VOL 2 EDISI 1 | 35.
Bilqis, FJ (April 2017). Mengidentifikasi fakir miskin dan fakir miskin di antara penerima zakat:
Perlunya ambang batas kemiskinan berbasis zakat di Nigeria.Jurnal Internasional
Ekonomi Sosial, Vol. 44 Edisi: 4, hlm.446-458 .
FUADAH JOHARI, AF (2015 ). Tinjauan Literatur Tentang Isu Zakat Saat Ini: Sebuah Analisis
antara tahun 2003 - 2013. Tinjauan Internasional Penelitian di Pasar Berkembang
dan Ekonomi Global (IRREM) Vol: 1 Edisi 2.
Merica, D.'. (2017). Keuangan Islam Dan Ekonomi Berkelanjutan.
13
Mohd Shahril Ahmad Razimi, AR (2016). Manajemen Zakat di Malaysia: Sebuah Tinjauan.
Jurnal Penelitian Ilmiah Amerika-Eurasia 11 (6), 453-457.
14