Makalah Lupus Eritematosis Sistematik (Les) KLP 1
Makalah Lupus Eritematosis Sistematik (Les) KLP 1
Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Lupus Eritematosis Sistemik (LES)’’. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Sitologi Darah di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang.
Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Sitologi Darah Ibu Sri Ujiani,S.Pd.,M.Biomed yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lupus Eritematosis Sistemik (LES)
2.2 Manifestasi
2.3 Mekanisme Terjadinya Penyakit LES
2.4 Faktor Resiko Penyakit Lupus (LES)
2.5 Gejala penyakit Lupus
2.6 Diagnosis Penyakit Lupus
2.7 Komplikasi Penyakit Lupus
2.8 Pengobatan
2.9 Pencegahan Penyakit Lupus
Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala utama yang umumnya selalu muncul,
yaitu:
Gejala utama lain dari LES adalah rasa nyeri. Pada sebagian besar kasusnya, gejala ini
muncul pada persendian tangan dan kaki. Rasa nyeri juga mungkin dapat berpindah
dengan cepat dari sendi satu ke sendi lain. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak akan
menyebabkan kerusakan atau cacat permanen pada persendian.Ada beragam gejala lain
yang dapat muncul selain yang gejala di atas. Berikut ini beberapa gejala SLE lain yang
mungkin dialami pengidapnya:
Faktanya, penyedia layanan kesehatan tidak memiliki suatu metode pasti untuk mendiagnosis
lupus.Beberapa hal yang dinilai adalah tanda dan gejala yang timbul dan mengesampingkan
kondisi potensial lainnya yang dapat menjadi penyebab penyakit ini.Namun, beberapa
antibodi yang spesifik berhubungan dengan lupus, termasuk ds-DNA dan antibodi Smith
(Sm).Antibodi Sm sendiri kerap dihubungkan dengan penyakit ginjal terkait LES.
Awalnya, ahli medis akan melihat riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Setelah rincian didapatkan dan hasil dari pemeriksaan fisik terlihat, beberapa pemeriksaan
kesehatan akan dilakukan. Berikut ini pemeriksaan untuk mendiagnosis lupus:
Tes darah: Pemeriksaan ini termasuk hitung darah lengkap, yaitu tes yang berguna untuk
menentukan jumlah dan jenis sel darah yang ada di dalam tubuh. Tes lain yang mungkin
dilakukan adalah sedimentasi eritrosit, tes protein C-reaktif, dan tes antibodi anti-nuklir
yang mampu melihat peningkatan pada aktivitas sistem imunitas di tubuh.
Tes urine: Untuk hal ini, ahli medis menggunakan urinalisis untuk menentukan
peningkatan kadar darah atau protein dalam urine. Pemeriksaan ini mampu menunjukkan
jika lupus dapat memengaruhi ginjal.
Tes pencitraan: Rontgen dada dan ekokardiogram juga kerap digunakan untuk
mengindikasikan peradangan atau penumpukan cairan di dalam atau di sekitar jantung
dan paru-paru.
Biopsi jaringan: Pengambilan sampel sel dari area ruam yang mirip dengan gejala lupus
juga dapat dilakukan untuk menentukan sel khas dari pengidap penyakit ini. Jika
seseorang mengalami kerusakan pada ginjal, biopsi pada organ tersebut dapat membantu
untuk menentukan pengobatan yang tepat.
2.7 Komplikasi Penyakit Lupus
Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh lupus.Hal ini dapat terjadi
akibat peradangan yang ditimbulkan penyakit tersebut. Beberapa kemungkinan
komplikasi akibat lupus yang dapat terjadi, antara lain:
Gangguan ginjal: Peradangan yang timbul akibat penyakit ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal.
Darah atau pembuluh darah: Lupus dapat terjadi akibat peradangan yang terjadi pada
pembuluh darah, disebut juga vaskulitis. Selain itu, lupus juga mampu menyebabkan
masalah pada perdarahan atau pembekuan darah.
Penyakit jantung: Saat peradangan akibat lupus terjadi pada jantung dan jaringan di
sekitarnya, seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung, serangan
jantung, hingga stroke.
Paru-paru: Radang paru-paru akibat lupus dapat menyebabkan nyeri saat bernapas.
Sistem saraf: Saat lupus menyerang otak, pengidapnya dapat mengalami pusing, sakit
kepala, atau bahkan kejang.
2.8 Pengobatan
LES tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala serta
mencegah kerusakan organ pada pengidap LES. Beberapa dekade lalu penyakit ini bahkan
dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki harapan sembuh) yang bisa berujung
pada kematian.
Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap LES. Namun,
kini obat-obatan untuk LES terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua
pengidapnya bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Selain itu, bantuan
dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu
para pengidap LES dalam menghadapi penyakit ini.
2.9 Pencegahan Penyakit Lupus
Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit lupus
dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan gejalanya. Beberapa cara
pencegahannya, antara lain:
Berhenti merokok.
Istirahat yang cukup setiap malam, kurang lebih tujuh hingga sembilan jam lamanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap
autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi
penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki
risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup.
Faktor resiko penyakit lupus terdiri dari factor hormone, genetic, dan lingkungan.
Gejala penyakit lupus : rasa lelah yang ekstrem, ruam pada kulit, dan nyeri pada persendian.
Diagnosis penyakit lupus terditi dari pemeriksaan tes darah, tes wine, tes pencitraan, dan
biopsy jaringan. LES tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi
tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada pengidap LES. Namun, kini obat-obatan
untuk LES terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua pengidapnya bisa
hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Cara pencegahan penyakit lupus
antara lain : membatasi paparan sinar matahari terutama siang hari, hindarai stress dan obat-
obatan, pola hidup sehat dan istirahat yang cukup setiap malam.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uns.ac.id/31478/1/S501108044_pendahuluan.pdf
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-kronik-dan-gangguan-
imunologi/les-lupus-eritematosus-sistemik
https://www.halodoc.com/kesehatan/lupus