Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SITOLOGI DARAH

“LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMATIK (LES)”


Dosen Pengampu : Sri Ujiani,S.Pd.,M.Biomed

Disusun Oleh:

Alvira Riza Umammy 2013453002


Ananda Zahra Salsabilla 2013453003
Anlaily Rahmadia 2013453004
Friska Dinda Belia 2013453005
Ghalda Ayu Latifah 2013453006
Gracia Erni Putri 2013453007
Hanifah Kurniati 2013453008
Abuzar Alqhofari Chaniago 2013453021
Sampot Pradana 2013453045

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis


Program Studi D3 Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Lupus Eritematosis Sistemik (LES)’’. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Sitologi Darah di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang.
Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Sitologi Darah Ibu Sri Ujiani,S.Pd.,M.Biomed yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca.

Bandar Lampung,18 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lupus Eritematosis Sistemik (LES)
2.2 Manifestasi
2.3 Mekanisme Terjadinya Penyakit LES
2.4 Faktor Resiko Penyakit Lupus (LES)
2.5 Gejala penyakit Lupus
2.6 Diagnosis Penyakit Lupus
2.7 Komplikasi Penyakit Lupus
2.8 Pengobatan
2.9 Pencegahan Penyakit Lupus

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah prototipe penyakit autoimun, yang merupakan
suatu penderitaan yang dapat menimbulkan manifestasi klinis dengan spektrum yang luas
dan gangguan imunologi yang beragam yang melibatkan hampir semua sistem organ
(Ramirez, 2004). Saat ini belum ada obat untuk LES, dan kondisi ini dapat mengancam hidup
ketika mempengaruhi organ utama. Baru-baru ini, terdapat penurunan dramatis dalam
kematian dari semua penyebab antara pasien dengan LES yang sebagian dapat dikaitkan
dengan kemajuan pengobatan yang menunda perkembangan penyakit dan meminimalkan
kerusakan organ. Bagi banyak pasien yang terdiagnosis LES, penyakit ini terus memiliki
dampak besar pada kehidupan sehari-hari mereka (Julian, 2009). Mereka tidak hanya secara
pasti mengalami berbagai gejala somatik seperti sakit dan kelelahan ( Katz, 2009; Kozora et
al., 2008) tetapi juga mengalami kesulitan eksistensial, emosional, sosial dan psikologis
seperti penurunan ambang batas stres, kecemasan, depresi dan perubahan peran sosial yang
dibawa oleh penyakit mereka ( Doria, 2004; Mattje, 2006). Semua ini telah dikaitkan dengan
penurunan produktivitas kerja dan memburuknya kualitas hidup (Mok, 2008; Yelin, 2009).
LES lebih sering ditemukan pada ras-ras tertentu seperti bangsa Afrika – Amerika, Cina, dan
mungkin juga Filipina.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lupus Eritematosis Sistemik (LES)?
2.Jelaskan Mekanisme Terjadinya Penyakit Lupus Eritematosis Sistemik (LES)?
3. Jelaskan Faktor Resiko,Gejala,Diagnosis,Pengobatan dan Penyegahan Penyakit Lupus
Eritematosis Sistemik(LES)?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang Pengertian Lupus Eritematosis Sistemik (LES)
2. Menjelaskan tentang Mekanisme Terjadinya Penyakit Lupus Eritematosis Sistemik (LES)
3. Menjelaskan Faktor Resiko,Gejala,Diagnosis,Pengobatan dan Penyegahan Penyakit Lupus
Eritematosis Sistemik(LES)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lupus Eritematosis Sistemik (LES)
LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap
autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Pada sebagian orang hanya kulit dan sendinya saja yang terkena, akan tetapi pada sebagian
Pasien, lupus lainnya menyerang organ vital seperti Jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf
pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan adanya dua orang pasien lupus terkena
sistemik lupus dengan gejala yang persis sama.
Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang
bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi tubuh dari
serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem imun justru
menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan oleh lupus bisa
menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain sel darah dan paru-paru.
Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru gejala
penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah penanganan yang
kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah satunya lupus eritematosus
sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).
Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi autoimun
lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada
munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di samping itu, proses
pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi serius.
2.2 Manifestasi
Manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit LES sangat beragam. Sistem
kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat
perbedaan antara substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada Penyakit LES
terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen tetapi
menyerang sistim kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut
“auto-antibodi” yang bereaksi dengan antigen “sendiri” membentuk kompleks imun.
Kompleks imun yang terdapat dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan
dan kerusakan pada jaringan.
Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi
penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki
risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup.
Untuk itu diperlukan pengenalan dini serta penatalaksanaan yang tepat.
Penyakit LES sering dijuluki dengan istilah “great imitator” (peniru yang ulung)/ Penyakit
Seribu Wajah mengingat manifestasinya yang beragam. Gejala Penyakit LES dapat terjadi
dari ringan sampai berat. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi
dengan angka kematian yang cukup tinggi.
2.3 Mekanisme Terjadinya Penyakit LES

Penyakit LES terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit
yang biasanya terjadi pada usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, infeksi,
paparan zat kimia). Akibat kombinasi hal-hal tersebut sistem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan
reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibodi ini juga
berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi
imun sistemik dengan kerusakan multiorgan. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan
berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Pada penyakit LES dan
penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan antigen dari tubuh
sendiri. Antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang
sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga dapat terjadi kerusakan organ.
2.4 Faktor Resiko Penyakit Lupus (LES)
Terrdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan terjadi lupus, antara lain:
A. Faktor Hormon:
 Usia, lupus memang bisa menyerang segala usia, tetapi usia 15 sampai 40 tahun
merupakan usia yang paling sering didiagnosis penyakit ini.
 Jenis kelamin, lupus lebih sering menyerang wanita daripada pria.
B. Faktor Genetik:
 Ras. Gangguan ini lebih rentan terjadi pada orang-orang dengan kulit berwarna,
terutama pada ras Asia, Afrika, dan Hispanik.
 Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki kerabat tingkat pertama atau kedua dengan
penyakit lupus akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya.
C. Faktor Lingkungan
 Merokok. Peningkatan jumlah kasus dalam beberapa dekade terakhir kemungkinan
dapat disebabkan oleh paparan tembakau yang lebih tinggi.
 Paparan sinar matahari. Beberapa sumber mengatakan jika pancaran sinar matahari
yang terkena tubuh kemungkinan dapat meningkatkan risiko dari lupus.
 Pengobatan. Sekitar 10 persen kasus lupus mungkin terkait dengan obat.
 Infeksi virus. Hal ini dapat memicu gejala pada orang yang rentan terhadap SLE.

2.5 Gejala penyakit Lupus

Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala utama yang umumnya selalu muncul,
yaitu:

1. Rasa Lelah yang Ekstrem


Melakukan rutinitas sehari-hari yang sederhana, misalnya tugas rumah tangga atau
rutinitas kantor, dapat membuat pengidap LES merasa sangat lelah. Rasa lelah yang
ekstrem ini mungkin saja tetap dialami pengidapnya, meski sudah mendapatkan istirahat
yang cukup.
2. Ruam pada Kulit
Ruam yang menyebar pada batang hidung dan pipi merupakan ciri khas dari LES.Gejala
ini dikenal dengan istilah ruam kupu-kupu (butterfly rash) karena bentuknya yang mirip
sayap kupu-kupu.
Selain hidung dan pipi, tangan dan pergelangan tangan merupakan bagian tubuh lain yang
mungkin mengalami ruam. Ruam pada kulit akibat LES dapat membekas secara permanen
dan bertambah parah jika terpapar sinar matahari akibat reaksi fotosensitivitas.

3. Nyeri pada Persendian

Gejala utama lain dari LES adalah rasa nyeri. Pada sebagian besar kasusnya, gejala ini
muncul pada persendian tangan dan kaki. Rasa nyeri juga mungkin dapat berpindah
dengan cepat dari sendi satu ke sendi lain. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak akan
menyebabkan kerusakan atau cacat permanen pada persendian.Ada beragam gejala lain
yang dapat muncul selain yang gejala di atas. Berikut ini beberapa gejala SLE lain yang
mungkin dialami pengidapnya:

 Sariawan yang terus muncul;


 Demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih);
 Tekanan darah tinggi;
 Pembengkakan kelenjar getah bening;
 Sakit kepala;
 Rambut rontok;
 Mata kering;
 Sakit dada;
 Hilang ingatan;
 Napas pendek akibat inflamasi paru-paru, dampak ke jantung, atau anemia.
 Tubuh menyimpan cairan berlebihan, sehingga terjadi gejala, seperti pembengkakan
pada pergelangan kaki
 Jari-jari tangan dan kaki yang memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin atau
karena stres (fenomena Raynaud).
2.6 Diagnosis Penyakit Lupus

Faktanya, penyedia layanan kesehatan tidak memiliki suatu metode pasti untuk mendiagnosis
lupus.Beberapa hal yang dinilai adalah tanda dan gejala yang timbul dan mengesampingkan
kondisi potensial lainnya yang dapat menjadi penyebab penyakit ini.Namun, beberapa
antibodi yang spesifik berhubungan dengan lupus, termasuk ds-DNA dan antibodi Smith
(Sm).Antibodi Sm sendiri kerap dihubungkan dengan penyakit ginjal terkait LES.

Awalnya, ahli medis akan melihat riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Setelah rincian didapatkan dan hasil dari pemeriksaan fisik terlihat, beberapa pemeriksaan
kesehatan akan dilakukan. Berikut ini pemeriksaan untuk mendiagnosis lupus:

 Tes darah: Pemeriksaan ini termasuk hitung darah lengkap, yaitu tes yang berguna untuk
menentukan jumlah dan jenis sel darah yang ada di dalam tubuh. Tes lain yang mungkin
dilakukan adalah sedimentasi eritrosit, tes protein C-reaktif, dan tes antibodi anti-nuklir
yang mampu melihat peningkatan pada aktivitas sistem imunitas di tubuh.

 Tes urine: Untuk hal ini, ahli medis menggunakan urinalisis untuk menentukan
peningkatan kadar darah atau protein dalam urine. Pemeriksaan ini mampu menunjukkan
jika lupus dapat memengaruhi ginjal.

 Tes pencitraan: Rontgen dada dan ekokardiogram juga kerap digunakan untuk
mengindikasikan peradangan atau penumpukan cairan di dalam atau di sekitar jantung
dan paru-paru.

 Biopsi jaringan: Pengambilan sampel sel dari area ruam yang mirip dengan gejala lupus
juga dapat dilakukan untuk menentukan sel khas dari pengidap penyakit ini. Jika
seseorang mengalami kerusakan pada ginjal, biopsi pada organ tersebut dapat membantu
untuk menentukan pengobatan yang tepat.
2.7 Komplikasi Penyakit Lupus

Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh lupus.Hal ini dapat terjadi
akibat peradangan yang ditimbulkan penyakit tersebut. Beberapa kemungkinan
komplikasi akibat lupus yang dapat terjadi, antara lain:

 Gangguan ginjal: Peradangan yang timbul akibat penyakit ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal.

 Darah atau pembuluh darah: Lupus dapat terjadi akibat peradangan yang terjadi pada
pembuluh darah, disebut juga vaskulitis. Selain itu, lupus juga mampu menyebabkan
masalah pada perdarahan atau pembekuan darah.

 Penyakit jantung: Saat peradangan akibat lupus terjadi pada jantung dan jaringan di
sekitarnya, seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung, serangan
jantung, hingga stroke.

 Paru-paru: Radang paru-paru akibat lupus dapat menyebabkan nyeri saat bernapas.

 Sistem saraf: Saat lupus menyerang otak, pengidapnya dapat mengalami pusing, sakit
kepala, atau bahkan kejang.

2.8 Pengobatan
LES tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala serta
mencegah kerusakan organ pada pengidap LES. Beberapa dekade lalu penyakit ini bahkan
dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki harapan sembuh) yang bisa berujung
pada kematian.
Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap LES. Namun,
kini obat-obatan untuk LES terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua
pengidapnya bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Selain itu, bantuan
dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu
para pengidap LES dalam menghadapi penyakit ini.
2.9 Pencegahan Penyakit Lupus

Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit lupus
dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan gejalanya. Beberapa cara
pencegahannya, antara lain:

 Batasi paparan sinar matahari, terutama pada siang hari.

 Hindari stres dan konsumsi beberapa obat-obatan.

 Pastikan untuk menerapkan pola hidup sehat.

 Berhenti merokok.

 Berolahraga secara teratur.

 Lakukan diet nutrisi.

 Kembangkan teknik manajemen stres, seperti meditasi dan yoga.

 Istirahat yang cukup setiap malam, kurang lebih tujuh hingga sembilan jam lamanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap
autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi
penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki
risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup.
Faktor resiko penyakit lupus terdiri dari factor hormone, genetic, dan lingkungan.
Gejala penyakit lupus : rasa lelah yang ekstrem, ruam pada kulit, dan nyeri pada persendian.
Diagnosis penyakit lupus terditi dari pemeriksaan tes darah, tes wine, tes pencitraan, dan
biopsy jaringan. LES tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi
tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada pengidap LES. Namun, kini obat-obatan
untuk LES terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua pengidapnya bisa
hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Cara pencegahan penyakit lupus
antara lain : membatasi paparan sinar matahari terutama siang hari, hindarai stress dan obat-
obatan, pola hidup sehat dan istirahat yang cukup setiap malam.
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uns.ac.id/31478/1/S501108044_pendahuluan.pdf

http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-kronik-dan-gangguan-
imunologi/les-lupus-eritematosus-sistemik

https://www.halodoc.com/kesehatan/lupus

Anda mungkin juga menyukai