Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PERADILAN AGAMA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen dan administrasi PA
Semester VI

Dosen Pengampu:

Drs. M. Yusuf Was Syarif M.HI

Disusun Oleh :

HELTY HERSYAH VIRONICA

JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MEMPAWAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kepada kita
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi Agung Muhammad Saw. Yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti. Ucapan terima kasih yang mendalam
Kami haturkan kepada Bapak Drs. M. Yusuf Was Syarif M.HI yang telah
memberikan kesempatan untuk Kami menyusun makalah ini.
Makalah ini Saya susun dengan Judul Manajemen Peradilan agama.
Makalah ini akan membahas tentang Manajemen Peradilan agama secara rinci
dari berberapa referensi yang Kami peroleh. Makalah ini juga Saya susun dengan
bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh pembaca.

Mempawah, 23 Maret 2022

Penyusun,

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan Agama juga adalah salah satu diantara 3 Peradilan Khusus di


Indonesia. Dikatakan Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili
perkara-perkara perdata tertentu dan mengenai golongan rakyat tertentu. Dalam
struktur 0rganisasi Peradilan Agama, ada Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama yang secara langsung bersentuhan dengan penyelesaian perkara di
tingkat pertama dan banding sebagai manifestasi dari fungsi kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan agama dilaksanakan
oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara- antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi
syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power),
Fungsi pembinaan Fungsi pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan
fungsi lainnya melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat
dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-
lain, serta pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan
sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era
keterbukaan dan Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang
Keterbukaan Informasi di Pengadilan.
Sesuai dengan surat Direktur Pembinaan Tenaga Tehnis Peradilan Agama
adalah kehormatan bagi saya untuk menyampaikan beberapa catatan kecil sekilas
Manajemen Peradilan Agama, bagi saudara-saudara Hakim Pengadilan Agama se-
Indonesia. Pasal 11 ay. 4 Undang-Undang no. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan

3
kehakiman menyatakan bahwa Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada di
bawahnya berdasarkan ketentuan undang-undang Mahkamah Agung RI. Sebagai
pengadilan negara tertinggi mempunyai kekuasaan untuk melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dibawahnya.
Dalam pelaksanaan pengawasan peranan hakim menjadi penting sebab
pelaksanaan pengawasan di pengadilan tingkat pertama dalam prakteknya
dilakukan oleh para hakim dengan adanya hakim pengawas bidang, dengan
dikordinasikan oleh wakil ketua pengadilan agama.
Surat edaran No. 2 tahun 1988 tentang pedoman pembagian tugas antara
ketua dan wakil ketua pengadilan menyatakan bahwa sebagi unsur pimpinan
pengadilan ketua dan wakil ketua bersama-sama melaksanakan tugas dan
tanggungjawab atas terselenggaranya peradilan yang baik dengan jalan melakukan
kegiatan perencanaan (Planning and programming), pelaksanaan (executing) dan
pengawasan (controlling) sebagai bagian dari manajemen.
Dalam penyusunan rencana kerja baik jangka panjang, jangka menengah
maupun jangka pendek ketua mengikut sertakan seluruh jajaran termasuk para
hakim. Dalam rangka pelaksanaan tugas baik tugas yustisial, non yustisial, ekstra
yustisial/ tugas tambahan, administrasi pengawasan peradilan
dipertanggungjawabkan kepada ketua/wakil ketua pengadilan, dan dapat
mendelegasikan kepada hakim, dan oleh karena itulah dikenal apa yang disebut
dengan hakim pengawas bidang.
Membicarakan Manajemen Peradilan Agama tidak bisa terlepas
membicarakan administrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian peradilan agama.
2. Pengertian Manajemen.
3. Tugas Pokok dan Fungsi.

C. Tujuan Masalah

4
1. Untuk Mengetahui Pengertian Peradilan Agama.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen.
3. Untuk Mengetahui Tugas Pokok dan Fungsi Peradilan Agama.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peradilan Agama

5
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama yang di ubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 50 tahun 2009.
Pengadilan Agama Bangko selaku pengadilan tingkat pertama mempunyai tugas
pokok dan fungsi memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang : perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.1
B. Pengertian Manajemen
. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah
tujuan suatu organisasi dengan cara bekerja dalam team. Manajemen juga
diartikan sebagai seni untuk mengatur sesuatu, baik orang ataupun pekerjaan.
Pada penerapannya manajemen memiliki subyek dan obyek. Di mana Subyek
adalah orang yang mengatur sedangkan obyek adalah yang diatur. Manajemen
juga diartikan sebagai ilmu yang sangat luas, bahkan belum jelas asal-usul ilmu
ini mulai ada. Karena ilmu manajemen adalah ilmu yang sangat berguna bukan
hanya dalam ilmu bisnis tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Secara bahasa
atau etimologi manajemen disadur dari bahasa Perancis Kuno yaitu ménagement
yang artinya adalah seni melaksanakan serta mengatur.

C. Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas pokok Peradilan Agama adalah memeriksa, memutus, mengadili
dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam serta wakaf dan shadaqah, pengangkatan anak, lain –
lain dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan

1
Muara Teweh, Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Agama, mahkamahagung.go.id, 28 maret 2022, 12.00

6
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang -
undang nomor 50 tahun 2009.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan teknis yudisial dan administrasi kepaniteraan bagi
perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi;
2. Memberikan pelayanan di bidang administrasi perkara Banding, Kasasi
dan Peninjauan Kembali serta administrasi perkara lainnya;
3. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di
lingkungan Pengadilan Agama (umum, kepegawaian dan keuangan
kecuali keuangan perkara);
4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
pada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta
sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) Undang-undang No.7 Tahun
1989 Jo Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan undnag –
undang nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan
pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang
beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana
diatur dalam pasal 107 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
6. Waarmerking Akta keahliwarisan di bawah tangan untuk pengambilan
deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya;
7. Melaksanakan tugas penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah sesuai
dengan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Jo
undang – undang Nomor. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
8. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,
memberikan/melaksanakan hisab rukyat dalam penentuan awal pada tahun
hijriyah, pelayanan riset/penelitian, memberikan keterangan/nasehat
mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu sholat.

7
Dengan perubahan perundang-undangan tersebut, maka Badan
Peradilan Agama telah menambah tugas kewenangan baik dalam pengelolaan
manajemen peradilan, administrasi peradilan maupun bidang teknis yustisial.
Sebagai salah satu bagian dari pelaksana kekuasaan kehakiman,
Mahkamah Syar’iyah secara eksplisit diatur dalam beberapa peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia diantaranya2:
Menurut Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman :
Istilah pengadilan khusus baru dinyatakan secara tegas pada Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Hal ini sebagaimana tercantum
dalam Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman, bahwa Peradilan Syariah Islam di Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam merupakan peradilan khusus dalam lingkungan peradilan agama,
selama menyangkut kewenangan pengadilan agama dan merupakan peradilan
khusus dalam lingkungan peradilan umum selama menyangkut kewenangan
pengadilan umum.3 Namun dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman tidak disebutkan lagi secara rinci tentang
kewenangan Mahkamah Syar’iyah, akan tetapi hanya disebutkan tentang
Kekuasaan Kehakiman secara umum, termasuk di dalamnya pengadilan agama
atau Mahkamah Syar’iyah.

D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama


Susunan Organisasi Pengadilan Agama sesuai Bab II, bagian pertama Pasal 9
UU Nomor 7 tahun 1989 terdiri dari :
1. Pimpinan
2. Hakim Anggota
3. Panitera
4. Sekretaris, dan
5. Juru Sita

2
Abdul Manan, Op.Cit, hlm.265.
3
Pasal 15 ayat (2), Undang-Undang Nomor4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

8
E. Struktur Organisasi Pengadilan Tinggi Agama
  Susunan Organisasi Pengadilan Tinggi Agama sesuai Bab II bagian pertama
Pasal 9 UU Nomor 7 Tahun 1989 terdiri dari :
1. Pimpinan
2. Hakim Anggota
3. Panitera, dan
4. Sekretaris

DAFTAR PUSTAKA

Manan, Abdul Op.Cit, Pasal 15 ayat (2), Undang-Undang Nomor4 Tahun


2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Teweh, Muara, Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Agama, mahkamahagung.go.id,

Anda mungkin juga menyukai