BUKU PANDUAN
PENDIDIKAN PROFESI
NERS
TIM PENYUSUN :
Ns. Rizki Hidayat S.Kep.M.Kep, WOC(ET)N
Ns. Naziyah S.Kep.,M.Kep, CWCCA
Visi:
Menjadikan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta sebagai salah satu institusi
pendidikan terkemuka yang berperan bagi pengembangan pendidikan tinggi bidang ilmu
kesehatan di Indonesia.
Misi
Visi :
Menjadi Institusi Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam bidang wound care di tatananklinik
dan komunitas pada tahun 2025
Misi:
1. Melaksanakan pendidikan keperawatan yang berdaya saing unggul dalam bidang wound care
2. Melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat untuk mengembangkan IPTEK
keperawatan untuk kemasylahatan manusia dalam bidang wound care.
3. Mengembangkan jejaring kerja sama didalam maupun luar negeri untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
4. Menciptakan perawat yang professional, memiliki integritas dan berdaya saing nasional
maupun internasional
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan Mahasiswa Praktek
Profesi stase keperawatn Wound care pada pasien dewasa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Buku panduan ini berisi tentang informasi-informasi dan penjelasan-penjelasan yang mendasar dalam
pelaksanaan rangkaian kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) pada Praktek Profesi Ners Stase Wound
care pada pasien dewasa. Melalui pengadaan buku panduan ini diharapkan mahasiswa akan mengetahui
dengan jelas tentang deskripsi singkat, tujuan, persiapan, dan pelaksanaan PBL Wound Care, pencapaian
kompetensi serta metode evaluasi termasuk instrumen (format penilaian), dan indikator yang digunakan
dalam evaluasi penampilan klinik peserta didik, meliputi : kognitif, afektif, dan psikomotor dalam Praktik
Belajar Lapangan.
Untuk itu penyusunan buku panduan ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi peserta
didik/presepti, pembimbing/preseptor baik dari pendidikan maupun dari lahan praktik/lapangan (preceptor)
dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan ditatanan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Akhir kata, tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian buku panduan ini. Masukan dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan buku panduan ini.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Keperawatan Wound Care pada program profesi merupakan Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang
membahas tentang Asuhan Keperawatan perawatan luka. Stase Wound Care ini merupakan Keunggulan
yang dimiliki oleh program studi keperawataan Fakultas Ilmu kesehatan universitas nasional. Fokus
bahasannya adalah pada penerapan berbagai konsep dan teori Wound Care pada pasien dewasa. Dengan
menguasai pokok bahasan tersebut, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan kondisi luka akut dan luka kronis di lahan praktek klinik maupun tatanan komunitas.
Peserta didik adalah mahasiswa yang telah lulus pada tahap sarjana dalam kurikulum Prodi Pendidikan
Profesi Ners FIKES-UNAS pada tahap I profesi. Mahasiswa merupakan lulusan SMU/sederajat danProgram
Transfer. Program transfer merupakan mahasiswa lulusan dari Akademi Perawatan (DIII Keperawatan).
Mata ajar ini memiliki kredit sebesar 3 SKS, yang pelaksanaannya melalui Pengalaman Belajar Klinik yaitu:
2 sks x 170 menit x 16 mg efektif = 5440 : 60 = 91: 40 jam= 3 minggu. Waktu yang digunakan selama 4
minggu setiap minggunya lima hari efektif (Senin s/d Jumat). Mata Ajar ini adalah seluruh Mata Ajar di
tahap akademik yaitu : Asuhan Keperawatan Wound Care pada pasien dewasa.
Lahan praktik yang digunakan adalah Klinik Moist Care Jakarta timur dan Klinik WOCARE Bogor.
Pembimbing dan penguji klinik berasal dari Tim Wound Care Prodi Pendidikan Profesi Ners FIKES- UNAS
dan pembimbing klinik di lahan praktik.
BAB II
METODE BIMBINGAN, TATA TERTIB, DAN LAHAN PRAKTIK
Proses pembelajaran praktik klinik Mata Ajar Asuhan keperawatan Wound Care pada pasien dewasa
meliputi berbagai tahapan, yaitu tahapan pra interaksi, orientasi/introduksi, kerja dan terminasi. Keseluruhan
proses ini akan dilaksanakan selama mahasiswa praktik di Klinik Luka yaitu moist care dan WOCARE
CENTRE Bogor dan juga di tatanan Komunitas. Kegiatan mahasiswa dan kegiatan
pembimbing klinik diuraikan pula untuk setiap tahapan interaksi pembelajaran.
• Catat jam datang dan jam pulang pada lembar daftar hadir dan ditanda tangani oleh pembimbing atau
Clinical Instructure atau Perawat Wound care bila pembimbing tidak ada ditempat pada hari yang sama.
1. Kelengkapan Praktik :
2. Kehadiran :
d. Ketidakhadiran harus diberitahukan kepada pembimbing dan koordinator mata ajar disertai
dengan surat keterangan serta harus mengganti hari dinas sesuai dengan kesepakatan dengan
pembimbing.
e. Jika meninggalkan ruangan mahasiswa harus izin kepada Clinical Instructure atau Preceptor di
Klinik
a. Mahasiswa wajib menggunakan seragam klinik sesuai dengan ketentuan program studi dan
tanda pengenal dari lahan praktik (jika ada), tidak menggunakan perhiasan dan make up wajah
yang berlebihan. Jika tidak memenuhi ketentuan ini tidak diijinkan untuk melakukan
praktik.
b. Di ruangan tertentu (kamar bersalin) perlu memakai gaun khusus yang dapat dipinjam di
laboratorium perawatan.
c. Bersikap profesional dan melakukan komunikasi dengan benar terhadap klien, kolega, atau
pembimbing. Perhatikan tata tertib, sopan santun, dan peraturan yang berlaku di lahan praktik.
4. Sangsi :
Setiap pelanggaran tata tertib akan diberikan sanksi akademik berupa teguran, pengurangan nilai
sampai dengan tidak lulus mata ajar.
C. Tempat Praktik
Setelah mengikuti praktik klinik profesi stase wound care pada pasien dewasa diharapkan
mahasiswa mampu mencapai target pencapaian keterampilan klinik disetiap area praktik
sebagai berikut (secara rinci dapat dilihat pada Buku Target dilembar lampiran).
1. Membuat Laporan Pendahuluan (LP) yang telah ditentukan oleh CI Akademik dan CI
Lahan praktek
2. Melakukan Assesment luka kronis
3. Melakukukan Implementasi luka dengan Prinsip Tatalaksana TIME Management pada
klien dengan luka kronis
4. Melakukan Simulasi 3M (Mencuci Luka, Mengangkat jaringan mati dan Memberikan
Topical terapi) pada pasien dengan luka kronis
5. Melakukan simulasi konsep universal precaution dalam prinsip perawatan luka kronis
6. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan kelolaan dari pasien yang dikelola
7. Memberikan Edukasi tentang perawatan luka kaki diabetikum kepada pasien luka kaki
diabetikum
Pedoman Penugasan
Dalam membuat tugas mahasiswa perlu memperhatikan pedoman dibawah ini :
1. Setiap melakukan kegiatan :
Didokumentasikan dalam buku target dan ditanda tangani oleh perawat penanggung jawab
pada hari yang sama. Target pencapaian dalam buku target adalah target minimal yang harus
dicapai.
2. Ujian:
a. Jadwal ujian penilaian luka, bed wound preparation sampai implementasi perawatan
luka dilakukan sesuai dengan jadwal yang disepakati. Format penilaian dan alat
kelengkapan ujian disediakan oleh mahasiswa. Prosedur kasus ujian ditentukan oleh
koordinator, diberi waktu untuk melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dilakukan
dihadapan penguji, dilakukan responsi setelah mahasiswa membuat ringkasan laporan
berupa pengkajian sesuai format dan ringkasan proses keperawatan. Bila pencapaian
nilai kurang mahasiswa diberikan kesempatan mengulang satu kali. menolong
persalinan diklinik. Apabila pencapaian nilai kurang, mahasiswa diberikan kesempatan
mengulang satu kali.
b. Penilaian kinerja dengan menggunakan format yang tersedia pada buku panduan ini.
c. Buku Presensi dan target dikumpulkan pada koordinator MA pada akhir putaran (tidak
disatukan dengan laporan lainnya). Semua nilai atau tanda tangan pada buku ini tidak
diperkenankan diubah-ubah oleh mahasiswa
a. Laporan Pengkajian/Assesment awal Luka akut (pasien post op) dan Luka kronis
(Pasien luka kaki diabetik, ulkus diabetikum, dekubitus, luka CA maamae, luka
ganggren, luka bakar)
b. Laporan Wound Bed Preparation (Perawatan dan jenis dressing luka yang sesuai dengan
jenis
c. Laporan hasil Home Care (Edukasi dalam perawatan luka cara cleansing luka,
menentukan balutan sampai fiksasi luka/penutupan luka)
Nama Mata Kuliah Keperawatan Luka (Wound Care) pada pasien dewasa
Semester II (Prodi Profesi Ners)
Beban Kredit 2 SKS
Tim Dosen Ns. Naziyah S.Kep.M.Kep
Ns. Rizki HIdayat S.Kep.M.Kep
Deskripsi Mata Kuliah Stase wound care ini membahas asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah sistem integumen.
Penatalaksanaan dan perawatan luka yang komprehensif
merupakan modal utama bagi institusi kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh kepada
pasiennya serta proses dokumentasi proses keperawatan.
Capaian Pembelajaran Stase Melakukan simulasi dan pendokumnetasian pasien
keperawatan Wound Care pada dengan luka akut dan luka kronis, dengan melakukan
pasien dewasa Assesment luka awal, bed preparation, Evaluasi hasil
balutan dan melakukan Edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien saat melakukan Home Care atau
perawatan luka di komunitas atau di rumah.
Capaian Pembelajaran khusus pada 1. Membuat Laporan Pendahuluan (LP) yang
mahasiswa praktek Profesi Ners telah ditentukan oleh CI Akademik dan CI
Lahan praktek
2. Melakukan Assesment luka kronis dan luka
akut
3. Melakukukan Implementasi luka dengan
Prinsip Tatalaksana TIME Management pada
klien dengan luka kronis dan luka akut
4. Melakukan Simulasi 3M (Mencuci Luka,
Mengangkat jaringan mati dan Memberikan
Topical terapi) pada pasien dengan luka kronis
dan luka akut
5. Melakukan simulasi konsep universal
precaution dalam prinsip perawatan luka
kronis dan luka akut
6. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan
kelolaan dari pasien yang dikelola
7. Memberikan Edukasi tentang perawatan luka
kaki diabetikum kepada pasien luka kaki
diabetikum
A. KEGIATAN PEMBELAJARAN
II Home care Asuhan Keperawatan pada pasien luka 1. Pre dan post Mahasis
Akut dan Luka kronis menerap
Di unit ini, mahasiswa Conference keperaw
diharapkan mampu 1) Melakukan pengkajian luka pada pa
akut/kronis 2. Tutorial individual
mencapai target pasien
yang diberikan
pengelolaan perawatanluka luka pas
2) Menentukan rencana keperawatan preceptor
pasien selama dirumah
yang akan diberikan kepada pasien 3. Diskusi kasus
dengan cara melakukan
dan keluarga pasien selama di 4. Case report dan
edukasi cara perawatan
rumah overan dinas (ronde)
pasien dengan jenis luka.
5. Pendelegasian
3) Mengimplementasikan dan kewenangan
mensimulasikan cara perawatan bertahap
luka kronis dan luka akut pada 6. Seminar kecil
pasien dan keluarga pasien tentang klien atau
ilmu dan teknologi
4) Memberikan nilai edukasi dengan
kesehatan/keperawa
membuat leaflet atau booklet
tan terkini
khuss dalam memodifikasi metode
7. Belajar berinovasi
penyampaian informasi terkait
dalam pengelolaan
menentukan dressing luka, fikasasi
. asuhan
/penutupan luka sampai
8. Bed side teaching
mensimulasikan bagaimana
memberikan topical treatment bagi
pasien
B. EVALUASI
MODEL
DEFINISI MODEL EVALUASI INDIKATOR KELULUSAN
EVALUASI
Log Merupakan model evaluasi proses pembelajaran Mahasiswa dikatakan lulus apabila:
Book/Mini - klinik mahasiswa yang terdiri atas komponen
Cex pencapaian kompetensi , pembelajaran klinik, refleksi • Log book dikumpulkan tepat pada waktuny
diri, supervisi, kontrol pembimbing, asuhan • Terdapat seluruh komponen penilaian dala
keperawatan kasus kelolaan, seminar kasus log book
• 80% kompetensi tercapai
Portofolio Merupakan penilaian kemapuan analisis dan Mahasiswa dikatakan lulus apabila:
pengambilan keputusan mahasiswa terhadap suatu
kasus atau tindakan keperawatan dengan pendekatan • Portofolio dikumpulkan tepat pada waktuny
ilmiah berdasarkan sumber terkini. • Terdapat kasus, atau prosedur yang dianalis
• Menggunakan referensi sedikitnya 3 buku
utama dan 2 artikel dari jurnal terindeks
Diskusi Refleksi Kegiatan responsi pra dan paska dinas di klinik luka Mahasiswa dikatakan lulus apabila:
SOCA Kegiatan evaluasi akhir mahasiswa dalam mengelola Mahasiswa dikatakan lulus apabila:
sebuah kasus yang dianalisa secara ilmiah dan dapat
dipertanggungjawaban, melakukan praktik tindakan • Mampu menjelaskan kasus kelolaan secara
keperawatan yang sesuai dengan etika hukum tepat
keperawatan • Menetapkan diagnosa keperawatan secara t
• Menetapkan intervensi sesuai diag
keperawatan yang muncul
• Mengimplementasikan tindakan keperawat
sesuai prosedur
• Melakukan evaluasi sementara terkait tind
keperawatan yang dilakukan
• Mengaplikasikan prinsip etik keperawatan
• Menunjukkan perilaku yang baik
bertanggungjawab
A. DEFINISI LUKA
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh oleh sebab-sebab
fisik, mekanik, kimia dan termal. Luka, baik luka terbuka atau luka tertutup, merupakan salah
satu permasalahan yang paling banyak terjadi di praktek sehari-hari ataupun di ruang gawat
darurat. Penanganan luka merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh dokter
umum.
Tujuan utama manajemen luka adalah mendapatkan penyembuhan yang cepat dengan
fungsi dan hasil estetik yang optimal.Tujuan ini dicapai dengan pencegahan infeksi dan
trauma lebih lanjut serta memberikan lingkungan yang optimal bagi penyembuhan luka.
Keterlambatan penyembuhan luka dapat diakibatkan oleh penatalaksanaan luka yang
kurang tepat, seperti :
1. Tidak mengidentifikasi masalah-masalah pasien yang dapat mengganggu
penyembuhan luka.
2. Tidak melakukan penilaian luka (wound assessment) secara tepat.
3. Pemilihan dan penggunaan larutan antiseptik yang kurang tepat.
4. Penggunaan antibiotika topikal dan ramuan obat perawatan luka yang kurang tepat.
5. Teknik balutan (dressing) kurang tepat, sehingga balutan menjadi kurang efektif atau
justru menghalangi penyembuhan luka.
6. Pemilihan produk perawatan luka kurang sesuai dengan kebutuhan pasien atau justru
berbahaya.
7. Tidak dapat memilih program penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
dan kondisi luka.
8. Tidak mengevaluasi efektifitas manajemen luka yang diberikan.
B. JENIS-JENIS LUKA
Jenis luka
Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi :
a. Erosi, Abrasi, Excoriasi :
Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum
Abrasi: Luka sampai stratum spinosum
Excoriasi: Luka sampai stratum basale
- Merupakan kerusakan epitel permukaan akibat trauma gesek pada epidermis.
- Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh.
12
- Luka harus segera dicuci, benda asing dalam luka harus dibersihkan dengan seksama
untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah “tattooing” (luka kedalamannya
sampai stratum papilare dermis).
b. Kontusio :
- Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan.
- Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
- Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya dapat
menjadi non-viable.
- Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam otot
dapat menetap.
- Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes.
c. Laserasi :
§ Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan, misalnya
robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada kepala.
§ Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu :
1) Insisi :
- Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam.
- Kerusakan jaringan sangat minimal.
- Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kaca.
- Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips (plester) atau
lem. Luka pembedahan dapat terbuka kembali secara spontan (dehisensi) atau
dibuka kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah (hematoma) atau
infeksi.
2) Tension laceration :
- Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force yang
kekuatannya melebihi daya regang jaringan.
- Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak teratur disertai
kontusio jaringan di sekitarnya.
- Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi kulit karena
pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
3) Crush laceration atau compression laceration :
- Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di
bawahnya.
- Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang dari
jaringan di sekitarnya.
- Kejadian infeksi lebih tinggi.
- Hasil kosmetik kurang baik.
13
- Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja.
4) Kombinasi dari mekanisme di atas.
d. Kombinasi dari ketiga tipe luka di atas.
14
LUKA AKUT LUKA KRONIS
15
b. Luka kronis : luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3 bulan.
Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan yang berlangsung
lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik dan keganasan. Waktu
penyembuhan cenderung lebih lama, risiko terinfeksi lebih besar.
Semua jenis luka berpotensi menjadi kronis jika pemilihan regimen terapi tidak adekuat.
Penilaian luka dilakukan terhadap 2 aspek, yaitu terhadap pasien dan terhadap luka itu sendiri.
16
Tabel 1. Penilaian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Faktor yang dinilai
1. Adanya penyakit lain : Underlying disease dapat menghambat
17
2. Keluhan yang dirasakan saat ini :
- Rasa nyeri
Rasa nyeri pada luka kronis dirasakan sebagai nyeri hebat, persisten dan
mengakibatkan pasien sulit tidur, gangguan emosi, rendah diri serta depresi.
- Gejala infeksi : kemerahan, bengkak, demam, nyeri.
- Gangguan fungsi motorik atau sensorik : menunjukkan kemungkinan terjadinya
kerusakan otot, ligamentum, tendo atau saraf.
18
Tabel 2. Nutrisi yang Diperlukan untuk Penyembuhan Luka
- Protein
- Asam amino Proline, hydroxyproline, cysteine, cystine, methionine,
tyrosine, lysine, arginine, glycine
- Karbohidrat Glukosa
- Lipid Asam linoleat, asam linolenat, asam arachidonat, eicosanoat,
asam lemak
- Vitamin A, B kompleks, C, D, E, K
- Mineral Natrium, Kalium, Cuprum, Calcium, Ferrum, Magnesium,
Zinc, Nikel, Chromium
- Air
Sumber : Eagle, 2009
4. Riwayat penanganan luka yang sudah diperoleh :
- Status vaksinasi tetanus
- Penutupan luka : jahitan, balutan
- Penggunaan ramuan-ramuan topikal : salep, powder, kompres, ramuan herbal dan lain-
lain.
- Penggunaan antibiotika.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda vital
2. Pemeriksaan fisik umum : bertujuan mencari tanda adanya faktor komorbid, seperti :
- Inspeksi mukosa konjungtiva dan bibir (mengetahui kemungkinan anemia).
- Menilai status gizi (mengetahui adanya malnutrisi atau obesitas).
- Pemeriksaan neurologi (reflex dan sensasi – mengetahui kemungkinan neuropati).
- Pemeriksaan kardiovaskuler (menilai oksigenasi jaringan dan kemungkinan adanya
penyakit vaskuler perifer).
3. Penilaian adanya infeksi :
a. Gejala dan tanda umum : demam, malaise, limfadenopati regional
b. Gejala dan tanda lokal : edema, eritema, rasa nyeri, peningkatan suhu lokal, gangguan
fungsi.
4. Penilaian terhadap terjadinya kerusakan struktur di bawah luka (pembuluh darah, saraf,
19
ligamentum, otot, tulang) :
a. Pembuluh darah :
- Cek pengisian kapiler : adakah pucat atau sianosis, apakah suhu area di distal luka
teraba hangat.
- Cek pulsasi arteri di distal luka.
- Jika terdapat perdarahan, dinilai apakah perdarahan berasal dari kapiler, vena atau
arteri. Dilakukan penanganan sesuai dengan sumber perdarahan.
b. Saraf :
- Lakukan penilaian status motorik (kekuatan otot, gerakan) dan fungsi sensorik di
distal luka.
- Penilaian status sensorik harus selalu dilakukan sebelum tindakan infiltrasi anestesi.
c. Otot dan tendon :
- Kerusakan tendo dapat dinilai dengan inspeksi, akan tetapi tetap harus dilakukan
penilaian terhadap range of motion dan kekuatan dari tiap otot dan tendo di sekitar
luka.
d. Tulang :
- Dinilai adakah fraktur (terbuka atau tertutup) dan dislokasi.
1. Benda asing dalam luka Adakah pasir, aspal, kotoran binatang, logam atau
karat dan lain-lain. Benda asing dalam luka akan
mengganggu penyembuhan luka dan
meningkatkan risiko infeksi.
2. Dasar luka/ tingkat penyembuhan Identifikasi jenis jaringan di dasar luka penting
luka untuk menentukan penatalaksanaan dan pemilihan
dressing (balutan).
3. Posisi luka Posisi luka mempengaruhi kecepatan
penyembuhan dan pemilihan dressing.
4. Ukuran luka - Ukur panjang, lebar, kedalaman dan luas dasar
luka.
20
- Amati adakah pembentukan sinus, kavitas dan
traktus.
- Amati adanya undermining (menggaung).
- Dinilai adakah penambahan atau pengurangan
ukuran luka.
- Gunakan alat ukur yang akurat, jangan
berganti-ganti alat ukur.
- Penyembuhan luka ditandai dengan
pengurangan ukuran luka.
5. Jumlah discharge - Lakukan penilaian kelembaban luka (luka
kering, lembab atau basah).
- Lakukan penilaian jumlah discharge(sedikit,
sedang, banyak).
- Lakukan penilaian konsistensi discharge
(berupa pus, seropurulen, serous,
serohemoragis, hemoragis)
21
Keadaan dasar luka (wound bed)
Keadaan dasar luka mencerminkan tahapan penyembuhan luka. Karakteristik dasar luka
bervariasi dan sering diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan yang berada di dasarnya, yaitu
: nekrotik, sloughy, granulasi, epithelial dan jaringan hipergranulasi. Pada satu luka sering
terdapat beberapa jenis tipe jaringan sekaligus.Keadaan dasar luka menentukan pemilihan
dressing.
Jaringan nekrotik
Akibat kematian jaringan, permukaan luka tertutup oleh lapisan jaringan nekrotik
(eschar) yang seringkali berwarna hitam atau kecoklatan. Pada awalnya konsistensi lunak, tetapi
kemudian akan mengalami dehidrasi dengan cepat sehingga menjadi keras dan kering. Jaringan
nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi. Diperlukan
pembersihan luka (debridement) dari jaringan nekrotik secepatnya sehingga luka dapat
memasuki tahapan penyembuhan selanjutnya.
Gambar 13. Dasar luka tertutup jaringan nekrotik (*) & slough (à)
Slough
Slough, juga merupakan jenis jaringan nekrotik, merupakan material lunak yang terdiri
atas sel-sel mati, berwarna kekuningan dan menutupi luka.Dapat berbentuk seperti serabut/
benang yang menempel di dasar luka. Slough harus dibedakan dari pus, di mana slough tetap
menempel di dasar luka meski diguyur air, sementara pus akan terlarut bersama air. Slough
22
merupakan predisposisi infeksi dan menghambat penyembuhan luka, meski demikian, adanya
slough tidak selalu merupakan tanda terjadinya infeksi pada luka. Pada luka kronis yang dalam,
tendo yang terpapar juga sering dikelirukan dengan slough, sehingga dokter harus hati-hati saat
melakukan debridement menggunakan skalpel. Untuk menstimulasi pembentukan jaringan
granulasi dan membersihkan luka dari eksudat, slough dibersihkan dengan aplikasi dressing
yang sesuai.
Jaringan granulasi
Granulasi adalah jaringan ikat yang mengandung banyak kapiler baru yang akan
membantu penyembuhan dasar luka. Jaringan granulasi sehat berwarna merah jambu pucat atau
kekuningan, mengkilat dan terlihat seperti tumpukan kelereng. Jika disentuh terasa kenyal, tidak
nyeri dan tidak mudah berdarah meski dalam jaringan granulasi terdapat banyak pembuluh
darah baru.Jaringan granulasi yang berwarna merah terang dan mudah berdarah menunjukkan
terjadinya infeksi.
Jaringan hipergranulasi
Hipergranulasi merupakan pembentukan jaringan granulasi secara berlebihan.
Hipergranulasi akan mengganggu migrasi epitel sehingga memperlambat penyembuhan luka.
Jaringan epitel
Berupa jaringan berwarna putih keperakan atau merah jambu, merupakan epitel yang
bermigrasi dari tepi luka, folikel rambut atau kelenjar keringat. Biasanya menutupi jaringan
granulasi.Terbentuknya jaringan epithelial menandakan fase penyembuhan luka tahap akhir
hampir selesai.
23
Jaringan terinfeksi
Luka yang terinfeksi ditandai dengan :
- Jaringan sekitar luka bengkak dan kemerahan.
- Penambahan ukuran luka.
- Luka mudah berdarah, terutama saat mengganti balutan.
- Peningkatan produksi eksudat dan pus.
- Luka berbau.
- Terbentuk jaringan nekrotik.
- Perubahan warna pada luka, tepi luka dan di sekitar luka.
- Perubahan sensasi : luka lebih nyeri, atau sebaliknya, hipoestesi/ anestesia.
- Keterlambatan penyembuhan luka.
- Gejala sistemik dari infeksi : demam, malaise.
Lokasi luka
Lokasi dan posisi mempengaruhi pemilihan dressing, sebagai contoh jenis dan ukuran
dressing untuk luka di abdomen berbeda dengan dressing untuk luka di tumit atau jari-jari
kaki.
Ukuran luka
Harus diukur panjang, lebar, lingkar luka, kedalaman luka dan luas dasar luka, serta
perubahan ukuran luka setiap kali pasien datang. Pergunakan alat ukur yang sama supaya hasil
ukuran akurat dan dapat saling diperbandingkan.
Kedalaman luka diukur dengan bantuan aplikator atau cotton-bud yang dimasukkan
tegak lurus ke dasar luka terdalam -- tandai aplikator -- ukur dengan penggaris.
Kadang kerusakan jaringan dan nekrosis meluas ke lateral luka, di bawah kulit, sehingga
sering tidak terlihat.Perlu dinilai ada tidaknya pembentukan sinus, kavitas, traktus atau fistula,
yang dapat mengganggu drainase eksudat, berpotensi infeksi dan menghambat penyembuhan
luka.Penyembuhan luka ditandai dengan berkurangnya ukuran luka.
24
Gambar 17. Mengukur kedalaman luka, kiri : dengan jari, kanan : dengan aplikator
Bau
Luka diklasifikasikan sebagai tidak tidak berbau, berbau dan sangat berbau. Bau luka
berdampak psikologis sangat hebat bagi pasien. Bau biasanya terjadi pada luka terinfeksi,
ditimbulkan oleh adanya jaringan nekrotik, eksudat dan material toksik dalam luka (pus, debris
dan bakteri), sehingga tindakan membersihkan luka dan nekrotomi dapat mengurangi bau dan
memperbaiki infeksi.Akan tetapi, hal ini tidak dapat sepenuhnya dilakukan pada lesi
maligna.Pada kasus-kasus ini, bau luka dikurangi dengan mengaplikasikan balutan
mengandung antibiotic, balutan mengandung karbon, larval therapy atau gel antibakteri.
Nyeri
Rasa nyeri akan membatasi aktifitas, mempengaruhi mood dan berdampak besar
terhadap kualitas hidup pasien. Nyeri merupakan tanda bahwa luka tidak mengalami
25
penyembuhan atau terjadi infeksi pada luka. Nyeri pada luka harus diidentifikasi penyebabnya
(inflamasi atau infeksi), kualitas dan kuantitasnya.
Tepi luka
Tepi luka dapat menyempit atau justru melebar. Dapat menggaung (meluas ke lateral, di
bawah kulit -- undermining), membentuk kavitas, traktus atau sinus. Tepi luka bisa curam,
landai, regular, ireguler atau meninggi.Selama penyembuhan luka pasti terjadi perubahanbentuk
luka.Penting untuk memantau dan mencatat keadaan tepi luka karena merupakan indikator
penyembuhan luka.
Gambar 20. Kiri : maserasi kulit, kanan : luka terinfeksi. Tampak selulitis di sekitar luka.
D. LUKA BAKAR
26
1. Penyebab : termal (api, suhu panas), elektris, zat kimia.
2. Kedalaman luka dan kerusakan jaringan.
3. Luas luka bakar dibandingkan dengan luas permukaan tubuh
4. Lokasi
5. Umur pasien
6. Faktor komorbid
Menilai kedalaman luka bakar sering tidak dapat dilakukan dengan mudah. Dari
penyebabnya bisa diperkirakan kedalaman luka bakar : luka bakar karena kilatan api (flash burn)
sering superfisial (derajat I), sementara luka bakar karena kobaran api (flame burn) bisa derajat
II atau III.
Terdapat 4 elemen yang harus dinilai, yaitu :
• Perdarahan — Luka ditusuk perlahan dengan jarum ukuran 21. Adanya perdarahan
menunjukkan bahwa bahwa luka bakar superfisial atau superfisial dermal (derajat I atau
27
derajat II superfisial). Bila dengan tusukan yang lebih dalam terjadi perdarahan terlambat
(delayed bleeding) menunjukkan luka bakar derajat II deep atau deep dermal, sementara
bila tidak terlihat perdarahan menunjukkan luka bakar derajat III (full thickness).
• Sensasi — Luka ditusuk perlahan dengan jarum ukuran 21. Bila terasa nyeri berarti luka
bakar derajat I atau derajat II superfisial, masih terasanya sensasi tapi tidak nyeri
menunjukkan luka bakar derajat II (deep), bila tidak ada sensasi sama sekali menunjukkan
luka bakar derajat III. Akan tetapi tes ini sering kurang akurat karena adanya oedema akan
menumpulkan sensasi.
• Penampilan luka dan memucat bila ditekan (blanching) — Menilai kedalaman luka bakar
sering sulit untuk dilakukan karena luka tertutup partikel produk kebakaran, kotoran atau
bula. Bula kadang harus dipecah untuk menilai dasar luka di bawahnya. Pengisian kembali
kapiler (capillary refill) dinilai dengan menekan luka menggunakan cotton bud steril.
- Luka kemerahan, lembab, memucat bila ditekan tapi kembali memerah dengan cepat
berarti luka bakar derajat I.
- Luka berwarna pucat, kering, memucat bila ditekan dan kembali memerah perlahan
menunjukkan luka bakar derajat II (superficial).
- Luka bakar dengan bercak-bercak merah cerah, tidak memucat bila ditekan
menunjukkan luka bakar derajat II (deep), karena darah terjebak dalam kapiler yang
mengalami kerusakan.
- Luka bakar kering, berwarna seperti kulit, mengkilat dan keras mengindikasikan luka
bakar derajat III (full thickness). Pada luka bakar yang luas, penampilan luka bakar
derajat III sering terlihat seperti kulit yang normal.
Sebagian besar luka bakar merupakan kombinasi luka dengan berbagai derajat kedalaman.
Meski penting untuk menentukan penatalaksanaan (luka bakar superficial akan sembuh spontan
sementara luka bakar yang lebih dalam memerlukan intervensi bedah), estimasi kedalaman luka
tidak mempengaruhi penghitungan kebutuhan resusitasi cairan. Oleh karena itu, pada keadaan
akut estimasi kedalaman luka tidak mendesak untuk dilakukan.Luka bakar merupakan luka
dinamis, kedalaman luka juga dipengaruhi oleh efektifitas resusitasi.
Klasifikasi derajat luka bakar berdasarkan kedalaman luka dan kerusakan jaringan
ditampilkan pada gambar 21. Sangat penting untuk membedakan luka bakar luka bakar derajat
II (superficial) dengan luka bakar derajat II (deep) dan derajat III.
Estimasi luas luka bakar dilakukan dengan asumsi bahwa luas permukaan palmar pasien
dalam keadaan jari-jari rapat dianggap sebagai 1% luas permukaan tubuh (gambar 33).Pada
28
orang dewasa, estimasi luas luka bakar ditentukan dengan rule of 9.Saat melakukan estimasi
luas luka bakar, penting untuk diketahui bahwa area eritematous tidak dihitung.
Gambar 22. Estimasi luas luka bakar dengan rule of 9 pada orang dewasa dan modifikasi rule
of 9 (Lund & Browder) pada anak
Rule of 9 kurang tepat untuk menentukan estimasi luas luka bakar pada anak-anak karena
proporsi ukuran kepala dan luas permukaan ekstremitas inferior pada bayi dan anak tidak sama
dengan orang dewasa.
Cara menghitung luas luka bakar berdasar luas permukaan tubuh adalah dengan
memperkirakan luas luka bakar pada tiap regio tubuh kemudian menjumlahkannya.
Kepala …%
Leher …%
Torso anterior …%
Torso posterior …%
Tangan kanan …%
Tangan kiri …%
Pantat …%
Genitalia …%
Kaki kanan …%
Kaki kiri …%
Luas luka bakar total …%
29
Gambar 23. Pada seorang pasien kedalaman luka bakar sering tidak uniform.
Luka bakar merupakan luka dinamis yang masih akan berkembang dalam 2-3 hari
pertama, oleh karena itu setelah 2-3 hari perlu dilakukan penilaian luka kembali. Luka bakar
pada satu pasien sering tidak uniform, kedalaman luka di satu area dapat berbeda dengan area
yang lain, sehingga semakin menyulitkan assessment luka bakar.
Penatalaksanaan luka bakar didasarkan pada area dengan luka paling dalam.Penanganan
awal luka bakar menentukan hasil kosmetik dan fungsional daripenyembuhan luka.
30
Mengurangi nyeri
Akhiran saraf yang terbuka menyebabkan rasa nyeri. Mendinginkan luka dapat
mengurangi nyeri secara signifikan, akan tetapi terkadang diperlukan analgetik atau opioid.
31
Tabel 5. Klasifikasi Derajat Luka Bakar berdasarkan Kedalaman & Kerusakan Jaringan
Klasifikasi Kedalaman Karakteristik Gambar
Luka bakar Hanya - Eritema, oedema
derajat I epidermis - Nyeri
- Kulit intak
- Tidak terbentuk bula
- Sembuh dalam 3-5 hari tanpa jaringan parut
31
E. MENETAPKAN DERAJAT ULKUS DECUBITUS
32
Sistem staging Ulkus Tekan berdasarkan NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel)
33
Ulkus tekan stage 4
Seluruh dermis dan jaringan subkutan hilang;
tulang, tendo dan otot terlihat. Bisa terjadi
undermining dan tunneling.
34
o Ulkus sakral tipe II :
• Penatalaksanaan :
- Debridement luka, meski setelah debridement akan terbentuk ruangan yang dalam
dan luka yang menggaung (undermining).
- Manajemen ulkus.
- Alas duduk atau kasur anti dekubitus, mobilisasi & mengubah posisi pasien setiap 2
jam.
- Perbaikan nutrisi.
ULKUS DI KAKI
o Ulkus kaki kronis didefinisikan sebagai luka terbuka pada ekstremitas inferior di antara lutut
dan tumit, tidak sembuh dalam 4 minggu.
o Penyebab : penyakit vaskuler, infeksi, tekanan, keganasan, penyakit jaringan ikat, penyakit
metabolik, obat-obatan, gigitan serangga, trauma dan penyakit autoimun.
o Ulkus Venosa :
• Patogenesis : gangguan drainase vena akibat tingginya tekanan hidrostatis.
• Predileksi : di atas maleolus medialis dan maleolus lateralis.
• Pada inspeksi :
- Ulkus cenderung dangkal tanpa batas ulkus (punched out).
- Lipodermatosclerosis: deposisi jaringan ikat secara progresif di dalam dermis danlemak
subkutan mengakibatkan indurasi yang keras dengan perubahan warna kaki bagian
bawah menjadi kecoklatan.
35
- Atrofi kulit yang tampak sebagai area berwarna putih dengan kulit yang lebih tipis.
- Eczema atau dermatitis stasis.
• Penatalaksanaan : balutan non-adheren sederhana dengan kompresi menggunakan
beberapa lapis perban elastis.
o Ulkus arterial
• Jarang, tapi bila terdapat insufisiensi arterial, akan mengganggu penyembuhan luka. I
• Faktor risiko : merokok, hiperlipidemia, diabetes, hipertensi, obesitas, usia lanjut, trauma,
sickle cell disease, dan penyakit kardiovaskuler.
• Inspeksi :
- Jika pasien berbaring mendatar di tempat tidur kaki terlihat pucat, mengindikasikan
iskemia.
- Pada beberapa kasus, kulit dapat terlihat kemerahan atau kebiruan sianotik karena
gangguan perfusi akibat stagnasi darah di dalam arteriole yang mengalami dilatasi.
- Predileksi : Ulkus arterial sering terjadi di dorsum pedis, ventral ibu jari, di atas
maleolus dan di bawah tumit.
36
Gambar 25. Ulkus arterial di kaki
ULKUS DIABETIKUM
o Penderita diabetes mempunyai problem neuropati dan angiopati (arterial dan venosa).
o Diabetes tipe II mempunyai risiko 3-5 kali lebih tinggi untuk terjadinya penyakit arteri perifer
dibandingkan non-diabetes. Pada pasien dengan penyakit arteri perifer dan diabetes, risiko
terjadinya infark miokardium dan stroke lebih tinggi, dan kejadian amputasi meningkat
hampir 7 kali lipat.
o Hilangnya sensasi meningkatkan risiko trauma di kaki yang tidak disadari, berkembang
menjadi ulkus dan terinfeksi.
o Predileksi : kaki, terutama pada area tonjolan tulang dan tempat-tempat yang sering terkena
tekanan, gesekan atau trauma.
o Manajemen ulkus diabetikum cukup kompleks dengan angka amputasi cukup tinggi, sehingga
manajemen ulkus diabetikum harus dirujuk ke spesialis yang terkait.
37
38
PERBEDAAN LUKA KRONIS SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN
PERAWATAN
Sebelum Sesudah
39
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
41
LAMPIRAN 1
FORMAT EVALUASI
PERAN SERTA PRE CONFERENCE, DISKUSI DAN POST CONFERENCE
Nama Preseptee :
Ruang :
Observasi / Supervisi
Mandiri
No Aspek Yang Dinilai Terbimbing Terstruktur
D TD D TD D TD
1 Membuat LP dan SP
2 Mengidentifikasikan masalah atau
mengemukakan isu untuk diskusi
kelompok
3 Memberikan ide selama conference
4 Mensintesa pengetahuan dan
memakainya dalam masalah
5 Menerima ide-ide orang lain
6 Mengontrol emosi sendiri
7 Memperlihatkan perhatian dalam
proses kelompok dan kerjasama
dalam pencapaian kelompok
Total Nilai
Tanggal
Nama Dan Paraf Preseptor
42
LAMPIRAN 2
FORMAT PENILAIAN SIKAP
Nama Preseptee :
Ruang :
Supervisi
Observasi Mandiri Mandiri
No Aspek Yang Dinilai Terstruktur
D TD D TD D TD D TD
1 Kedisiplinan (datang dan
pulang tepat waktu)
2 Pemakaian seragam dan atribut
saat praktik di ruangan
3 Pelaksanaan prosedur sesuai
dengan rencana kegiatan harian
4 Kerjasama dalam kelompok
5 Kepatuhan mengikuti jadwal
tempat praktek sesuai rotasi
Total Nilai
Tanggal
Nama Dan Paraf Preseptor
Keterangan : D : Dilakukan,
TD : Tidak Dilakukan
43
LAMPIRAN 3
FORMAT PENILAIAN SEMINAR KELOMPOK
Nama Preseptee :
Ruang :
Nilai 0 - 100
Keterangan : D = dilakukan, TD = Tidak Dilakukan
*) Catatan
Topik seminar adalah:
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dianalisa dengan menggunakan metode ilmiah
2. Trend dan Issue terkait asuhan keperawatan yang dapat diaplikasikan di lahan
44
LAMPIRAN 4
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Nama Preseptee :
Ruang :
Supervisi
Terbimbing Mandiri Mandiri
No Aspek Yang Dinilai Terstruktur
D TD D TD D TD D TD
1 Persiapan ---- 30%
1. Identifikasi maslah
2. Membuat SAP/SATPEL
3. Penggunaan media
4. Penggunaan metode
2 Pelaksanaan ---- 50%
1. Melakukan pendekatan secara tepat
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Penyampaian materi:
- Tepat dan benar
- Sistematis
- Mudah dimengerti
4. Penggunaan alat peraga
5. Asertif selama penyuluhan
6. Mampu membangkitkan minat/motivasi
peserta penyuluhan
7. Penampilan luwes
8. Mengevaluasi peserta penyuluhan
3 Lain-lain ---- 20%
1. Aloksi waktu penyuluhan tepat
2. Kerjasama dalam kelompok
Total Nilai
Tanggal
Nama Dan Paraf Preseptor
Nilai 0 - 100
Keterangan : D: Dilakukan, TD: Tidak Dilakukan
45
LAMPIRAN 5
Ket :
Nilai = Jumlah nilai : 13 = ...............................
Jakarta, ...............................20..
Pembimbing,
( ..................................................... )
46
LAMPIRAN 6
Nama Preseptee :
Ruang :
Supervisi
No Aspek Yang Dinilai Terbimbing Mandiri Mandiri
Terstruktur
A Responsi (Bobot 35%) D TD D TD D TD D TD
1Kelengkapan dokumentasi (LP,
SP, dan laporan proses
keperawatan)
2 Kemampuan menganalissi
hasil pengkajian
3Kemampuan menetapkan
diagnosa sesuai dengan hasil
pengkajian
4 Keseuaian rencana tindakan
yang akan disusun dengan
diagnosa toeri
5 Kemampuan mengartikan
kasus dengan teori
6 Ketepatan memberikan ide
dan tanggapan rasionalisasi
sesuai dengan kasus yang
dikelola
B Interaksi dengan klien /
keluarga (Bobot 50%)
1 Melakukan langkah-langkah
metode SP kepada
klien/keluarga sesuai dengan
diagnosa keperawatan
Orientasi:
- Salam
- Evaluasi validasi
- Kontrak Kerja:
- Melakukan langkah-
langkah SP dengan tepat
- Melakukan tindakan
keperawatan dengan
tepat
- Kemampuan dalam
modifikasi tindakan
keperawatan
Terminasi:
- Evaluasi/validasi
- Tindak lanjut
- Kontrak yang akan
datang
47
Supervisi
No Aspek Yang Dinilai Terbimbing Mandiri Mandiri
Terstruktur
A Responsi (Bobot 35%) D TD D TD D TD D TD
2 Dokumentasi hasil interaksi
dan evaluasi tindakan dengan
tepat Bobot (15%)
Total Nilai
Tanggal
Nama Dan Paraf Preseptor
Nilai 0 - 100
Keterangan : D : Dilakukan
TD: Tidak Dilakukan
48
LAMPIRAN 7
Nama Preseptee :
Ruang :
Observasi/ Supervisi
No Aspek Yang Dinilai Mandiri Mandiri
Terbimbing Terstruktur
PENGKAJIAN D TD D TD D TD D TD
1 Pengumpulan data secara
komprehensif dan akurat
2 Menggunakan teknik komunikasi
dengan tepat dalam mendapatkan data
3 Mengidentifikasi masalah
keperawatan setiap aspek data
pengkajian klien
4 Mengidentifikasi daftar masalah
keperawatan potensial dan aktual
5 Membuat analisa data dengan
mengelompokkan hasil pengkajian
secara tepat
DIAGNOSA
6 Rumusan diagnosa keperwatan
berdasarkan masalah dan kebutuhan
klieh
7 Pembuatan prioritas dari diagnosa
keperawatan klien
PERENCANAAN
8 Menetapkan tujuan klien yang sesuai
dengan konsisten dengan diagnosa
keperawatan
9 Menetapkan kriteria evaluasi hasil
yang realitas dan dapat diukur
10 Membuat strategi tindakan
keperawatan
11 Merencanakan keterlibatan keluarga
dalam perencanan askep klien
IMPLEMENTASI
12 Mengimplementasikan strategi
tindakan keperawatan yang telah
dibuat
49
Observasi/ Supervisi
No Aspek Yang Dinilai Mandiri Mandiri
Terbimbing Terstruktur
PENGKAJIAN D TD D TD D TD D TD
13 Melakukan strategi komuniksai
terapeutik dengan tepat dalam
melakukan interaksi:
Fase orientasi:
- Salam terapiutik
- Evaluasi/validasi
- Kontrak
Fase Kerja:
- Melakukan langkah-langkah
metode implementasi SP
sesuai dengan diagnosa
keperawatan
Fase Terminasi
- Melakukan evaluasi subyektif
dan obyektif
- Memberikan tindak lanjut
yang harus dilakukan klien
setelah interaksi
- Membuat kontrak yang akan
datang
DOKUMENTASI
14 Mencatat semua prilaku klien
(subyektif dan obyektif) setelah
interaksi
15 Melakukan penelitian tentang
keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan
16 Memodifikasi rencana tindakan
keperawatan berdasar.
Total Nilai
Tanggal
Nama Dan Paraf Preseptor
Nilai 0 - 100
Keterangan : D : Dilakukan
TD: Tidak Dilakukan
50
LAMPIRAN 8
DAFTAR KOMPETENSI
Stase/Unit/MK : Preseptee :
Periode : Preseptor :
No. Kompetensi Tanggal Tanda Tangan
Pencapaian Preseptor
A. Kompetensi Utama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst....
B. Kompetensi Pendukung
1.
2.
3.
4.
5.
Dst...
C. Kompetensi Lainnya
1.
2.
3.
51
LAMPIRAN 9
52
LAMPIRAN 10
LOGBOOK/DAILY LOG
Nama Preseptee : ........................................................
Ruang/Unit : ........................................................
Stase : ........................................................
( ) ( )
53
LAMPIRAN 11
Stase/Unit/MK : Preseptee :
Periode : Preseptor :
Hari/Tanggal Tanda Tangan
No. Ruang Keterangan Ijin
Ijin Preceptor Klinik
54
LAMPIRAN 12
Stase/Unit/MK : Preseptee :
Periode : Preseptor :
Tanda
Tanda Tangan
Hari/Tanggal Keterangan Perawata Tangan
No Ruang Preceptor
Ijin Ijin jaga Perawat
Klinik
Jaga
55
LAMPIRAN 13
Stase/Unit/MK : Preseptee :
Periode : Preseptor :
Tanda Tangan
No. Laporan Keterangan Ijin Hari/Tanggal Preceptor Preceptor
Akademik Klinik
1
2
3
4
5
6 Resume harian
7 Penyuluhan
8 Seminar
9 Buku Profesi
56
LAMPIRAN 14
Nama : Kode :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
1. P x L < 4 cm
2. P x L 4 < 16 cm
1. Ukuran luka 3. P x L 16 < 36 cm
4. P x L 36 < 80 cm
5. P x L > 80 cm
57
1. Stage 1
2. Stage 2
3. Stage 3
2. Kedalaman
4. Stage 4
5. Luka nekrotik
/unstageable
58
1. Samar, tidak jelas
terlihat
2. Terlihat, menyatu
dengan dasar luka
3. Terlihat, tidak
menyatu dengan
3. Tepi luka
dasar luka
4. Jelas, tidak menyatu
dengan dasar luka,
tebal
5. Jelas, fibrotik, parut
tebal/ hiperkeratonik
1. Tidak ada
2. Goa < 2 cm di area
manapun
3. Goa 2-4 cm < 50%
4. GOA pinggir luka
4. Goa 2-4 cm > 50%
pinggir luka
5. Goa > 4 cm di area
manapun
1. Tidak ada
2. Bloody
5. Tipe
3. Serosanguineous
eksudat
4. Serous
5. Purulent
1. Kering
2. Moist
6. Jumlah
3. Sedikit
eksudat
4. Sedang
5. Banyak
1. Pink atau normal
2. Merah terang jika
ditekan
7. Warna
3. Putih atau pucat /
kulit
hipopigmentasi
sekitar
4. Merah gelap / abu-
luka
abu
5. Hitam atau
hyperpigmentasi
59
1. Tidak edema
2. Edema - non piting
edema
8. Jaringan
3. Piting edema < 4
yang
cm disekitar luka
edema
4. Piting edema >4
cm
5. Krepitasi
1. Kulit utuh atau
stage 1
2. Granulasi 100%
9. Jaringan
3. Granuasi 50%
granulasi
4. Granulasi 25 %
5. Tidak ada jaringan
granulasi
1. 100% epitelisasi
2. 75 % - 100 %
epitelisasi
3. 50 % - 75 %
10. Epitelisasi
epitelisasi
4. 25 % - 50 %
epitelisasi
5. < 25 % epitelisasi
Skor Total
Paraf dan Nama petugas
Winners Scale
60
LAMPIRAN 15
61
LAMPIRAN 16
2 Menilai perubahan status kesehatan pasien secara umum (tanda vital, tanda-
tanda infeksi)
3 Memastikan vaskularisasi ke area luka tetap baik (mengecek pengisian kapiler,
pulsasi arteri di distal luka)
4 Memeriksa perubahan ukuran luka
5 Mengamati perubahan pada luka (dasar luka, tepi luka, jaringan di sekitar luka)
Aspek Profesionalisme
62
LAMPIRAN 17
CEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN
MELAKUKAN ASSESSMENT LUKA BAKAR
5. Menilai sensasi
7. Menilai luas luka bakar (memperkirakan luas luka bakar pada tiap regio tubuh
kemudian menjumlahkannya)
63
Standar Operasional Prosedur (SOP)
• Pengertian:
Luka adalah gangguan integritas kulit.
Pengkajian luka adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi luka
yang terjadi pada pasien.
• Tujuan:
Mengumpulkan data luka yang menunjang, diagnose keperawatan gangguan
integritas kulit.
• Alat:
1. Sarung tangan
2. Status pengkajian luka
3. Alat ukur luka
4. Spidol atau pulpen
• Prosedur:
1. Ucapkan salam perkenalan diri
2. Sampaikan prosedur serta tujuan yang akan dilakukan terhadap luka pasien
3. Cuci tangan, desinfektan dengan alkohol dan gunakan sarung tangan
4. Balutan klien dibuka dan dicuci dengan sabun dan air hingga bersih
5. Kemudian melakukan pemeriksaan terhadap luka:
a. Mengukur luas luka, panjang x lebar x kedalaman atau ketinggian
b. Periksa adanya goa atau undermining
c. Menilai presentase dasar luka : merah, kuning atau hitam
d. Menilai tepi luka (edema, kalus dan epitel)
e. Menilai adanya bau tidak sedap atau odor
f. Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka, catat adanya perubahan suhu,
warna kulit atau kondisi upnormal.
g. Inspeksi stadium luka, grade I, II, III, IV
h. Catat adanya tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, fungsiolaisa)
i. Catat adanya nyeri tekan
j. Catat kondisi eksudat (darah, cairan pus sesuai konsistensi dan jumlah)
6. Catat seluruh hasil penilaian di status pengkajian
7. Buat analisa data dan skoring penilaian luka sesuai format pengkajian
8. Buat rencana perawatan yang kemudian disetujui oleh pasien dan perawat
PJ (ETN, WOCN, CWCC).
Referensi: Ruth A Bryant, Denise D, Nix, 2007. Acute and Chronic Wounds, 3rd
edition, Mosby
64
Standar Operasional Prosedur Pencucian Luka
• Pengertian :
Pencucian luka adalah tindakan membersihkan luka dari sisa balutan, jaringan
nekrosis yang luruh dan benda asing atau partikel yang tidak berguna bagi
tubuh.
• Tujuan :
1. Membersihkan luka dari sisa balutan lama dan jaringan mati
2. Membersihkan luka dari kuman dan bakteri
3. Mengoptimalkan proses penyembuhan luka
• Alat :
1. Cairan fisiologis (NaCl, air rebusan daun jambu biji)
2. Baskom atau ember bersih air hangat
3. Sarung tangan
4. Infus set (bila perlu)
5. Antiseptik yang ramah pada granulasi (teh herbal wocare, ferracrylum 1%)
6. Sabun klin-care
7. Kassa
• Prosedur :
1. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan mencuci luka
2. Lakukan komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
3. Siapkan sabun, cairan fisiologis, antiseptic, air rebusan daun jambu biji (5
lembar daun jambu biji + air 1L dan rebus hingga mendidih lama.
4. Gunakan sarung tangan
5. Buka balutan lama, bila menempel atau kering lakukan irigasi cairan
perlahan atau ikut direndam pada baskom atau ember
6. Setelah terbuka balutan lama, lakukan pencucian :
a. Bela letak luka di kaki atau tangan, lakukan perendaman ±10 s/d 15
menit
b. Bila luka di area dada, wajah dan area sulit dilakukan irigasi
7. Cuci luka dan gosok dengan lembut
8. Bersihkan dengan sabun di kulit sekitar luka
9. Bilas dengan air bersih dan antiseptic (ferracrylum 1%) hingga sisa-sisa
sabun tidak ada
10. Keringkan
11. Bersihkan dan luka siap ditutup dengan balutan
Referensi: Ruth A Bryant, Denise D, Nix, 2007. Acute and Chronic Wounds, 3rd
edition, Mosby
65
Standar Operasional Prosedur Terapi Ozon
• Pengertian :
suatu proses eksternal yang berguna untuk mempercepat penyembuhan luka,
dimana luka pada kulit atau jaringan dibungkus dengan plastic khusus yang
kemudian dimasukan ozone kedalam plastic tersebut sehingga luka langsung
terpapar dengan ozon tersebut.
• Tujuan :
1. Membunuh kuman, bakteri atau virus yang berada di luka
2. Menumbuhkan jaringan baru
• Alat :
1. Alat ozon
2. Plastic ozon
3. Selang ozon
4. Tali pengikat
• Prosedur :
1. Jelaskan prosedur atau tindakan yang akan dilakukan
2. Masukan kaki kedalam plastic ozon
3. Masukan selang ozon kedalam plastic yang telah terhubungdengan
alat ozon
4. Ikat plastic agar udara tidak keluar
5. Atur ozon selama 15 menit.
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2009, Adult Minor Wounds (Lacerations and Abrasions),Remote Nursing Certified
Practice, CRNBC: 1-8 http: www.certifiedpractice@crnbc.ca
2. Bluestein, D, Javaheri, A, Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation, and Management, Am
Fam Physician,2008;78(10):1186-1194, 1195-1196.
3. Cooper, P, Russell, F, Stringfellow, S, A Review of Different Wound Types and Their
Principles of Management in : Applied Wound Management Supplement, Wounds, 2004 :
22 – 30. Available athttp://www.enquiries@wounds-uk.com atau http://www.wounds-
uk.com
4. Dunn, D.L.,Wound Closure Manual, Ethicon Inc, Johnson & Johnson Co, Philadelphia.
5. Eagle, M, 2009, Wound Assessment: The Patient and The Wound, Wound Essentials,
Volume 4 : 14-24.
6. Gray,S.H., Hawn, M.T., Prevention of Surgical Site Infections, Hospital Physician
November 2007 : 41 – 51.
7. Hettiaratchy, S., Papini, R., ABC of Burns : Initial Management of a Major Burn: I—
Overview, BMJ, 2004; BMJ, 2004; 328: 1555 – 7.
8. Hettiaratchy, S., Papini, R., ABC of Burns : Initial Management of a Major Burn: II—
Assessment and Resuscitation, BMJ, 2004; 329 :101 – 3.
9. Hudspith, J., Rayatt, S., ABC of Burns : First Aid and Treatment of Minor Burns, BMJ,
2004; 328: 1487 – 9.
10. Leaper, D.J, Traumatic and surgical wounds, BMJ 2006;332;532-535.
11. Morris, C, 2008, Blisters : Identification and Treatment in Wound Care, Wound Essentials, 3,
125-5.
12. Papini, R., ABC of Burns : Management of Burn Injuries of Various Depths, BMJ, 2004;
329: 158 – 60.
13. Semer, N., Watts, H.G., 2003, The HELP Guide to Basics of Wound Care, Global-HELP
Publication.
14. Singer, A.J., Dagum, A.B. Current Management of Acute Cutaneous Wounds, N Engl J Med
2008; 359: 1037-46.
15. Sinha, S.N., 2007, Wound Debridement: Doing and Teaching, Primary Intention, 15; 4: 162
– 164.
16. Slachta, P.A, 2008, Caring for Chronic Wounds : A Knowledge Update, American Nurse
Today Volume 3, Number 7 : 27-32.
17. Thomsen, T.W., Barclay, D.A., Setnik, G.S., 2006, Basic Laceration Repair, N Engl J Med;
355: e18.
18. Weller, C., Sussman, G, Wound Dressings Update, J Pharm Pract Res 2006; 36: 318-24.
67