Anda di halaman 1dari 2

NAMA : SALSABILA KARIIMA

NIM : A1011211277

MODEL IRAC
IDENTIFICATION-RULES-ANALYSIS-CONCLUSION
ANALISIS KASUS

Judul Kasus: INTERVENSI RUSIA DI UKRAINA


IDENTIFIKASI Fakta:Wilayah Crimea di Ukraina menjadi pusat lokasi konflik antara Rusia dan
Ukraina sebagai buntut dari digulingkannya kepemimpinan Presiden Viktor Yanukovych oleh
warga pro Barat Ukraina. Menurut catatan Dinas Statistik Negara Ukraina, hingga tanggal 1
November 2013, penduduk Republik Otonom Crimea berjumlah 1.967.119 jiwa dengan
komposisi lebih dari 50 persen merupakan orang Rusia. Menurut survei yang dilakukan oleh
Institut Internasional Sosiologi di Kiev pada 2004, bahasa Rusia digunakan sebagai alat
komunikasi oleh 97 persen penduduk Crimea. Akibatnya, Rusia langsung bertindak dengan
mengirim pasukan dalam jumlah besar ke wilayah selatan Crimea. Isu demografis berkaitan
dengan fakta bahwa separuh lebih penduduk Crimea merupakan etnik Rusia, yaitu sebesar
58,3%. Sisanya merupakan etnik Ukraina sebesar 24,3%, etnik Crimea Tartar 12,1%, dan
etnik minoritas 5,3%. Data ini menunjukan bahwa banyaknya warga Ukraina keturunan
Rusia di Crimea yang membutuhkan perlindungan politik dan keamanan dari potensi
diskriminasi yang dilakukan oleh Rusia, sehingga memicu tindakan Intervensi Rusia di
Ukraina. Dari perspektif sosial-politik, intervensi dipicu oleh kemarahan Rusia atas
tergulingnya Presiden Yanukovych yang merupakan sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir
Putin.

RULES/ Aturan: Penyelesaian intervensi rusia di ukraina, salah satunya pada pasal 33 PBB,
prioritasnya adalah penghentian gencatan senjata biasanya melalui perundingan diplomatik
(jalur politik maupun hukum) sedangkan Ukraina sudah submit ke ICC dalam jalur hukum.
menghentikan melalui jalur politik akan menjadi kurang efektif karena Rusia mempunyai hak
veto sehingga bisa memveto Rusia dalam kasus ini, yang artinya perlu adanya reformasi
dalam hal memvoting. Namun, pada Jalur Hukum, terjadi disagregasi kasus dimana hal
tersebut membuat banyak sekali kasus hukum yang mungkin kurang dipahami sebab atau
akibat oleh ICJ, dimana Ukraina menuduh Rusia mendanai terorisme dua wilayah Ukraina
dan pelanggaran diskriminasi rasial. Rusia tidak menyanggah yurisdiksi ICJ namun Rusia
menyanggah di yurisdiksi materinya, tetapi meskipun begitu perundingan mengenai
disagresi kasus-kasus yang ada antara Rusia dan Ukraina masih belum lanjut karena masih
ada pelanggaran hukum internasional pada Rusia dan Ukraina semenjak invasi. Sama seperti
pasal 33 PBB, secara politik respon Kementrian Luar Negeri Indonesia menganggap serangan
militer Rusia terhadap Ukraina tidak dapat diterima dan dapat membahayakan politik bebas
aktif. Hal ini menyebabkan tidak efektif pada PBB karena banyak terjadi pelanggaran.
Ukraina merupakan perbatasan luar rusia, sehingga rusia masih ingin mempertahankan
ukraina. Terdapat dua kubu di Ukraina yaitu Pro-Rusia dan Non Pro Rusia. Pro-rusia ada di
wilayah Ukraina termasuk Krimea. Diperangi oleh negaranya sendiri sebagai gerakan
separatis, negara eropa timur masih banyak berikatan erat dengan Rusia dibanding dengan
Eropa Barat, keinginan menjadi salah satu anggota NATO sehingga memicu ketegangan,
dianggap mencederai keloyalitasan semenjak perang dunia. Konflik bersenjata Internasional
terjadi di antara 2 negara yang merupakan ke 4 anggota dari Konvensi Geneva yang
mempunyai prinsip yang terkandung pada prinsip hukum perang. Pasal 1 ayat 2 dan Pasal 51
PBB kurang berlaku bagi mereka. Ukraina saat ini memberikan pengakuan pada ICCl,
meskipun mereka bukan negara ICC namun pasal 11, 12, dan 13 punya yurisidiksi terjadi
kejahatan perang dan ketika negara diluar anggota. Ukraina merasa ini waktu yang tepat
untuk pembuktian agar tidak terjadi genosida. Perundingan ini bertujuan untuk mengurangi
tindakan kejahatan internasional, sanksi ekonomi saja tidak efektif.

ANALISIS: Tindakan tak terduga Rusia yang menyerang Ukraina memberikan pelajaran
bahwa perlunya sikap waspada akan segala kemungkinan. Sikap waspada ini perlu kita miliki
dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Memiliki kewaspadaan bertujuan melatih diri untuk
bersiap dalam melakukan aktivitas. Kita perlu merencanakan suatu aktivitas dengan cermat.
Kita juga perlu memikirkan segala kemungkinan dari tindakan kita. Pikirkan kemungkinan
terburuk dari rencana kita. Hal ini bermanfaat untuk membuat kita melakukan segala hal
untuk menghindari konsekuensi paling buruk. Keputusan presiden Ukraina, Volodymyr
Zelensky untuk membawa Ukraina semakin dekat ke Uni Eropa dan bahkan menjadi anggota
NATO sangat disayangkan. Keputusan tersebut membuat Rusia geram dan akhirnya
memperburuk hubungan bilateral kedua negara. Dari konflik ini kita dapat melihat bahwa
perlu kehati-hatian dalam mengambil tindakan. Kita perlu memahami segala dampak baik
positif dan negatif akibat tindakan kita. Tindakan yang terencana dengan baik dapat
membawa kita kepada keberhasilan. Sebaliknya, tindakan tanpa rencana yang matang dapat
menyebabkan kegagalan.

CONCLUSION/ Kesimpulan: Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim serta menekankan


bahwa tindakan pengiriman pasukan militer Rusia ke Ukraina dan Crimea merupakan
bentuk kesiagaan Rusia jika terjadi kekerasan dan hal – hal lain yang dapat menyakiti warga
Rusia yang berdomisili di Ukraina dan Crimea. Sikap ini juga merupakan sikap Rusia yang
menganggap negaranya berhak untuk melindungi kepentingan negara dan rakyat yang
berbahasa Rusia di wilayah ukraina dan Crimea.

Anda mungkin juga menyukai