OLEH
1. Anis Rahmawati / 1904007
2. Bunga Talita Putri / 1904044
3. Citra Nur Rinatri / 1904045
4. Dedi Kurniawan / 1904046
5. Indri Setyowati / 1904048
Maret-2022
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Studi DIII Farmasi Universitas
Muhammadiyah Klaten ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RS PKU ‘Aisyiyah
Boyolali dengan baik dan lancar. Praktik lapangan ini di selenggarakan dalam
rangka memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam
pengolahan apotek kepada mahasiswa serta meningkatkan kemampuan dalam
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
1. Sri Sat Titi Hamranani, S.Kep, Ns., M.Kep selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Klaten.
2. dr. Umi Haniek selaku direktur utama di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.
3. Susanti, S.Farm selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan selama PKL berlangsung.
4. apt. Nurul Hidayati, S. Farm., M. Farm selaku ketua prodi Diploma III
Farmasi.
5. apt. Anita Agustina S, S.Farm., M. Sc. selaku pembimbing akademik selama
PKL.
6. Segenap pegawai di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali yang telah memberikan
bantuan selama PKL berlangsung.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu di mana telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini.
iii
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Tujuan PKL...................................................................................................2
C. Manfaat PKL.................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
A. Rumah Sakit..................................................................................................4
v
2. Denah Lokasi Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali............................23
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
LAMPIRAN...........................................................................................................47
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh
pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama
2
dengan tenaga kesehatan lainnya (Siregar, 2004). Kegiatan yang dilakukan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan
pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
memproduksi, penerimaan penyimpanan dan pendistribusian. Pada pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan sangat diperlukan
peran profesionalisme Apoteker, sebagai salah satu pelaksana pelayanan
kesehatan. Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat
yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya (Siregar, 2004).
Program studi D III Farmasi Universitas Muhammadiyah Klaten
bertanggung jawab untuk menghasilkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
di bidang farmasi dengan tetap berpegang teguh pada iman dan taqwa kepada
Allah SWT. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) perlu dilaksanakan
untuk dapat menghasilkan TTK yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
baik pelayanan pemerintah, swasta, industri, masyarakat maupun sektor lain.
Kegiatan PKL ini dimaksudkan untuk mendalami ilmu bidang farmasi
serta untuk mengenalkan tugas, tanggung jawab dan wewenang TTK secara
langsung kepada mahasiswa sebagai peserta PKL di rumah sakit. Mahasiswa
diharapkan dapat mengenal secara langsung tempat-tempat pengabdian
masyarakat, khususnya di rumah sakit, serta mengenal permasalahan-
permasalahan yang ada di dalamnya melalui PKL.
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami ruang lingkup rumah sakit dan
instalasi farmasi rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami :
2
a. Organisasi rumah sakit
b. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Rawat Inap dan Rawat Jalan)
c. Formularium Rumah Sakit
d. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit
e. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan farmasi, dan bahan
medis habis pakai (pemilihan perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian dan administrasi)
f. Pelayanan farmasi klinik
g. Standar prosedur operasional
C. Manfaat PKL
3
BAB II
A. Rumah Sakit
4
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
5
medik spesalis lain dan 13 pelayanan medik sub spesial. Sarana
prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang diteteapkan
oleh Menteri dengan kapasitas lebih dari 250 unit tempat tidur.
b. Rumah sakit umum kelas B
Rumah sakit umum kelas B haus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik
spesalis dasar, 4 pelayanan spesalis penunjang medik, 8 pelayanan
medik spesalis lain dan 2 pelayanan medik sub spesial dasar.
Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang
diteteapkan oleh Menteri dengan kapasitas lebih dari 200 unit
tempat tidur.
c. Rumah sakit umum kelas C
Rumah sakit umum kelas C haus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik
spesalis dasar, 4 pelayanan spesalis penunjang medik. Sarana
prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang diteteapkan
oleh Menteri dengan kapasitas lebih dari 100 unit tempat tidur.
d. Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit umum kelas D haus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik
spesalis dasar. Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi
standar yang diteteapkan oleh Menteri dengan kapasitas lebih dari
50 unit tempat tidur.
Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 pasal 20
rumah sakit dibedakan berdasarkan pengelolaannya, yaitu :
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat
nirlaba.
b. Rumah Sakit Privat
6
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan atau
Perseroan Terbatas (PT).
7
2. Tugas dan Fungsi
8
f) Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan Kefarmasian
g) Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah
Sakit
h) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu
i) Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari
j) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila
sudah memungkinkan)
k) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
l) Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah
tidak dapat digunakan
m) Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
n) Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
2) Pelayanan farmasi klinik
a) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau
Permintaan Obat
b) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat
c) Melaksanakan rekonsiliasi Obat
d) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik
berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada
pasien/keluarga pasien
9
e) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
f) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga
kesehatan lain
g) Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya
h) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
i Pemantauan efek terapi Obat
ii Pemantauan efek samping Obat
iii Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i) Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j) Melaksanakan dispensing sediaan steril
i Melakukan pencampuran Obat suntik
ii Menyiapkan nutrisi parenteral
iii Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
iv Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang
tidak stabil
k) Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan
Institusi di luar Rumah Sakit;
l) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS).
10
kefarmasian merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional. Selain itu,
penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus menjamin
ketersedian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Tujuan pengaturan standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit diantaranya :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukun bagi tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
Pengelolaan perbekalan menurut Permenkes RI No. 72 tahun 2016
Pasal 3 Ayat (1) huruf a tentang Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan dimulai
dari pemlihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan dari kegiatan pelayanan. Adapun standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik yaitu :
1. Pemilihan
Pemilihan yaitu kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berdasarkan :
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektivitas dan keamanan
11
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan pasar
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan
medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang ada.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangan, sebagai berikut :
a. Anggaran yang tersedia
b. Penetapan prioritas
c. Sisa persediaan
d. Data pemakaian periode yang lalu
e. Waktu tunggu pemesanan
f. Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Merupakan kegiatan yang dimaksutkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
12
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain :
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikasi analisa
b. Bahan bahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai nomer izin edar
d. Masa kadaluarsa (expired date) miniml 2 (dua) tahun kecuali untuk
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu,
atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah
kekosongan obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan
mendapatkan obat saat Instansi Farmasi tutup. Pengadaan dapat
dilakukan melalui :
a. Pembelian
Untuk rumah sakit pemerintah pembelian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :
1) Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat
2) Persyaratan pemasok
3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai
4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu
b. Produksi Sediaan Farmasi
Instansi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila :
1) Sediaan farmasi tidak ada dipasaran
2) Sediaan farmasi lebih murah jika di produksi sendiri
3) Sdiaan farmasi dengan formula khusus
4) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking
5) Sedian farmasi untuk penelitian
13
6) Sediian farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan atau harus
dibuat baru (recenter paratus)
Sediaan yang dibuat di rumah sakit harus memenuhi persyaratan
mutu dan terbatas hanya untuk memahami kebutuhan pelayanan di
rumah sakit tersebut.
c. Sumbangan/ Dropping/ Hibah
Instansi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan pengunaan seiaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sumbangan/ dropping/ hibah. Dalam
menjalankan kegiatan penerimaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dengan cara sumbangan/ dropping/ hibah
harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas supaya
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dapt membantu pelayanan kesehatan, maka jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai harus sesuai dengan
kebutuhan pasien di rumah sakit.
4. Penerimaaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instansi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksut meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
14
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama. Tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibtasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
e. Tempat penyimpaan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang harus disimpan terpisah yaitu :
a. Bahan yang mudah terbakar disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan bahaya
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.
Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis
yang ada isisnya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus
menggunakan tututp demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, jenis
sediaan, bentuk sediaan, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip Frist Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
menajemen. Dalam penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
LASA (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
15
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat.
Rumah sakit juga harus menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergensi untuk konsisi kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
ditetepkan
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa
e. Dilarang untuk dipinjam kebutuhan lain
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis ha bis pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instansi Farmasi
2) Sedian Farmasi,alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sanagat
dibutuhkan
16
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (diatas jam kerja) maka pendistribusianya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan
5) Apoteker harus menyediaan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan
di floor stock
b. Sistem resep perorangan (individual prescription)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis
pakai berdasarkan resep perorangan/ pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instansi Farmasi
c. Sistem unit dose dispensing (UDDS)
Penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem
unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Metode yang digunakan dalam unit dose dispensing, yaitu :
1) Sentralisasi
Yaitu semua obat didistribusikan dari farmasi pusat
2) Desentralisasi
Yaitu adanya depo atau satelit depo farmasi di setiap atau lebih
ruang rawat
3) Kombinasi lainnya
Pelayanan desentralisasi dilakukan hanya pada dosis awal dan
kasus gawat darurat dan pelayanan selanjutnya dilakukan secara
sentralisasi. Yang termasuk dalam sistem distribusi desentralisasi
adalah Instansi Bedah Sentral yang merupakan contoh pelayanan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dilayani oleh Instansi Farmasi.
d. Sistem kombinasi
17
Sistem pendistribusian sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Penggunaan sistem distribusi unit dose dispensing sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan
pemberian obat dapat diminimalkan sampai kurang 35% dibanding
dengan sistem floor stock atau resep individu yang mencapai 18%.
7. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilakukan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik
izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM.
Pemusnahan dilakukan untuk sedin farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habbis pakai bila produk :
a. Tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Dicabut izin edarnya
d. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
Tahap pemusnah terdiri dari :
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang akan dimusnahkan
b. Menyiapkan berita acara pemusnahan
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan, dan
18
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku
8. Pengendalian
Dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan , dan bahan medis habis pakai
dapat dilakukan oleh Instansi Farmasi harus bersama dengan Komite/ Tim
Farmasi dan terapi di rumah sakit.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai adalah :
a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/ kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan
serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai
9. Admisistrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari :
a. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dn pelaporan terhadap pengelolaan sedian farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian
persediaan, pengembalian, pemusnahan, dan penarikan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat
secara periodik yang dilakukan Instansi Farmasi dalam periode waktu
(bulan, triwulan, semester atau pertahun). Jenis pelaporan yang dibuat
menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Pelaporan dilakukan untuk :
19
1) Persyaratan Kementrian Kesehatan/ BPOM
2) Dasar akreditasi rumah sakit
3) Dasar audit rumah sakit
4) Dokumentasi farmasi
Pelaporan dilakukan sebagai :
1) Komunikasi antara level manajemen
Penyiapan laporan tahunan yang komprehenshif mengenai kegiatan
di Instansi Farmasi
2) Laporan tahunan
20
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu :
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan
b. Meningkatkan kulitas pelayanan jika pencapaian sudah memuaskan
E. Formularium Rumah Sakit
21
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
22
dalam bekerja di tengah-tengah keterbatasan sumber daya yang ada serta
melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan rumah
sakit.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal seperti yang
diharapkan, dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian yang baik. Rumah
Sakit Umum Daerah Boyolali sebagai rumah sakit rujukan pelayanan
kesehatan, di era globalisasi dihadapkan pada kekuatan-kekuatan dan
masalah-masalah interen yang ada, seperti terbatasnya sumber daya yang
dimiliki dan inventarisasi yang belum memadai. Di lain pihak secara
bersamaan juga dihadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai
faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh
karena itu, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima
bagi masyarakat perlu disusun visi, misi, tujuan, sasaran, serta indikator
keberhasilan yang diwujudkan dalam bentuk rencana strategis. Indikator
keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik
dan berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk
keuangan/finansial tapi juga dengan indikator yang lain seperti
pelanggan, bisnis internal, juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang
selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan mutu
pelayanan kesehatan agar visi yang telah ditetapkan benar-benar dapat
diwujudkan.
23
Gambar 1 Peta Lokasi Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali
3. Visi, Misi, dan Motto
a. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah yang profesional,
islami dan terjangkau”
Penjelasan : ke depan, RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali berharap bisa
menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
profesional dalam arti dapat dipertanggungjawabkan secara
administrasi, profesi, legal hukum dan finansial, islami dalam arti
dijalankan sesuai kaidah agama islam, serta memperha -tikan
efisiensi agar tetap terjangkau
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan-pelatihan untuk pengembangan
sikap, ilmu dan keterampilan karyawan
2) Menyediakan sarana fasilitas peralatan yang dibutuhkan
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan islami, berkualitas, dan
terjangkau
4) Menyelenggarakan pemeliharaan pelanggan
5) Mencapai kemandirian Rumah Sakit untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama.
c. Motto
Senyum, salam, sopan santun, semangat, setulus hati ( 5 S )
a. Tujuan
Dalam rangka mencapai Misi maka Tujuan yang ditetapkan adalah :
1) Meningkatkan syi’ar agama Islam
2) Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit
3) Meningkatkan kepuasan pelanggan
4) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Monitoring dan
Evaluasi
5) Meningkatkan pelayanan pada keluarga yang kurang mampu
24
6) Meningkatkan kunjungan Rumah Sakit
b. Saran
Atas dasar Tujuan diatas ditetapkan Sasaran sebagai berikut :
1) Tercapainya BOR Rumah Sakit 80 %
2) Tercapainya penggunaan Kamar Bedah : 120 op p/bln dan
Kamar Bersalin 45 pasien/bln
3) Berkurangnya jumlah komplain
4) Terwujudnya Angka Kematian Pasien <15/1.000
5) Terwujudnya Angka Kesembuhan Pasien 90%
6) Tercapainya Kepuasan Pelanggan 75 %
7) Terwujudnya Sistem Monitoring dan Evaluasi Intern
25
2. Posisi rumah sakit saat ini.
3. Asumsi yang digunakan dalam menyusun renstra
4. Penetapan sasaran, strategi dan program kerja 5 tahunan.
Renstra disahkan oleh direktur utama rumah sakit yang dibantu
oleh Kabag Pelayanan Medis keperawatan serta penunjang dan Kabag
administrasi umum dan personalia.
26
DIREKTUR
KA UNIT
KEPALA INSTALASI FARMASI
27
pembagian tugas serta koordinasi didalam IFRS. Pengelolaan sumber daya
manusia yang baik dapat mendukung pelayanan pengobatan yang optimal
kepada pasien. IFRS RS PKU Aisyiyah Boyolali mempunyai SDM
sebanyak 15 orang, yang meliputi 4 orang apoteker, 7 orang tenaga teknis
kefarmasian, 2 orang tenaga administrasi, dan 2 orang pramu instalasi.
SDM yang ada di IFRS pada umumnya telah menjalankan tugas dan
wewenangnya sesuai dengan keahlian yaitu:
1. Apoteker, selaku koordinator segala pelayanan pengobatan di instalasi
farmasi Rumah Sakit dan juga berupaya menciptakan pengobatan yang
rasional kepada pasien.
2. Asisten apoteker, selaku pelaksana teknis kefarmasian yang membantu
apoteker dalam pelayanan pengobatan yang rasional dengan
memberikan pelayanan yang ramah dan memuaskan pasien.
3. Administrasi, selaku pelaksana administrasi yang menangani semua
kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi.
4. Pramu instalasi membantu kegiatan pelayanan dan menyediakan
keperluan rumah tangga yang menunjang kelancaran pelayanan
pengobatan di Instalasi Farmasi.
1. Pemilihan
28
PKU Aisyiyah Boyolali disusun dengan mempertimbangkan
Formularium Nasional dan PDT (Pedoman Diagnosis dan Terapi)
Rumah Sakit. Pemilihan diutamakan pada Obat Generik Berlogo
(OGB), apabila belum tersedia OGB, maka dipilih obat dengan nama
dagang yang tercantum didalam e-katalog.
2. Perencanaan
3. Pengadaan
a. E-purchasing
29
Pengadaan dilakukan dengan RKO (Rencana Kebutuhan Obat)
dibuat pada akhir tahun untuk pengadaan tahun mendatang.
Pengasaan dengan RKO dibagi 12 bulan, hasil perbulannya untuk
pengadaan selama 1 bulan pada bulan tesebut dimana tahun RKO
dibuat. Fungsi RKO untuk kebutuhan akreditasi, syarat Kerjasama
dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Pengadaan
melalui PBF dilakukan dengan Apoteker berdasarkan pencatatan di
Buku Defecta setelah itu mengorder dengan ditulis ke Surat
Pesanan. Setelah itu SP diberikan ke sales PBF
c. Sesuai Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 untuk obat atau alkes
yang tidak termasuk daftar e-katalog terdiri dari: pengadaan
langsung, penunjukan langsung, pelelangan.
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
30
penyimpanan dan pendistribusian obat, bahan obat, alat kesehatan dan
perbekalan farmasi lainnya, maka terdapat gudang farmasi yang
digunakan untuk menyimpan obat-obatan, alat kesehatan habis pakai
dan alat-alat medis sebelum disalurkan ke satelit farmasi yang ada di
rumah sakit.
6. Distribusi
31
persediaan rumah sakit tidak ada maka diberikan copy resep dan
dapat dibeli di apotek.
32
dari Rumah Sakit yang kemudian direkap dalam rekapitulasi
biaya.Obat dan harga yang tertulis dalam DPPM dicocokkan
dalam Arsip Biaya Perhitungan Resep Harian (BPRH), dijumlah
untuk tiap resepnya yang selanjutnya semua resep
diakumulasi.Rekap dari distribusi tersebut kemudian diserahkan
ke Instalasi Penyelesaian Piutang Pasien(IP3) untuk disatukan
dengan berkas yang ada di Instalasi tersebut kemudian diberikan
kepada pasien untuk membayar tagihan registrasi pasien
33
7. Administrasi dan Laporan
c. Pembukuan
Pembukuan meliputi:
2) Buku defecta
34
7) Buku serah terima resep
8. Pemusnahan
35
i. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ke III
36
Panitia Farmasi dan Terapi adalah tim yang beranggotakan
para dokter dan apoteker yang bekerja di rumah sakit. Yang berfungsi
dalam membantu pimpinan rumah sakit untuk menentukan
kebijaksanaan penggunaan obat dan pengobatan. Dokter-dokter yang
dimaksud adalah berasal dari staf medis fungsional yang ada.
Sebaiknya ketua PFT adalah seorang dokter farmakologi klinik atau
kepala SMF tertentu (bedah; penyakit dalam).
37
b. meningkatkan pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
j. Menjalin kerja sama dengan tim lain yang sejenis secara horisontal
yang membutuhkan.
38
merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim
formularium rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
pasien dar antara berbagai produk obat yang ada di pasaran. Sistem
39
kumpulan produk obat yang secara terus menerus ditinjau ulang; obat-
obatan tersebut dipilih oleh panitia farmasi dan terapi, dengan adanya
baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasio dan
yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit terdiri dari obat-
obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau
sebagai sarana:
oleh rumah sakit; telah diseleksi oleh para ahli yang dipilih oleh
PFT.
40
4. Informasi yang khusus seperti: peraturan tentang dosis obat, single
obat yang di terima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi
berdasarkan usulan dari dokter atau SMF dan masukan dari instalasi
41
BAB IV
PEMBAHASAN
42
Pemilihan di RS PKU Aisyiyah Boyolali berdasarkan sumber pada formularium
rumah sakit yang disusun oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi). Selanjutnya
untuk perencanaan barang di RS PKU Aisyiyah Boyolali menggunakan metode
konsumsi dan epidemiologi. Kelebihan dari metode ini adalah menghindari
penumpukan persediaan perbekalan farmasi, dapat memonitor ED perbekalan
farmasi, mengusahakan perbekalan farmasi selalu tersedia dan memperkecil biaya
pembelian. Perencanaan dilakukan berdasarkan e-catalog.
43
Boyolali diakukan oleh pihak ketiga untuk pemusnahan resep dilakukan setelah
resep disimpan selama 5 tahun, pemusnahan dilakukan dengan cara membakar
dan mengubur.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Lampiran
L
A
M
P
I
R
A
N
47
Lampiran 1.1 Daftar Obat-Obat Psikotropika
48
Lampiran 1.3
49
Lampiran 1.4 Daftar Obat High Alert
Lampiran 1.5 Stok Sediaan Infus Instalasi Rawat Inap dan IGD
50
Lampiran 1.6 Stok Penyimpanan Obat-Obatan Suhu 2-8°C
51
Lampiran 1.9 Rak Penyimpanan Sediaan Injeksi
52
Lampiran 1.11 Rak Sediaan High Alert, Tetes Mata, Infus Set dan Tranfusi Set
Pada Instalasi Rawat Inap dan IGD
53
Lampiran 1.12 Rak Stok Penyimpanan Obat Oral Pada Instalasi Rawat Jalan
Lampiran 1.13 Etalase Penyimpanan Sediaan Salep Padan Instalasi Rawat Jalan
54
Lampiran 1.14 Kartu Pemberian Obat Pasien Rawat Inap
55
Lampiran 1.16 Etalase Penyimpanan Obat Generik Instalasi Rawat Jalan
56
Lampiran 1.18 Almari Penyimpanan Obat Psikotropika Instalasi Rawat Jalan
57
Lampiran 1.20 Etalase Penyimapanan Stok Obat Oral Pada Instalasi Rawat Inap
58
59