Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada

Kasus Pendarahan Postpartum Sekunder


MODUL
Kegawatdaruratan
Maternal dan
Neonatal

KELOMPOK 7
ANISA FEBTY ANGGRAINI (P07524419093)
PUTRI REGINA A. BR SINUHAJI (P07524419108)
Dosen Pengampu:
WARIDHATUL ASHLA (P07524419117)
Julietta Hutabarat,SST.
M.Keb Kelas DIV 3C
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN MEDAN
T.A. 2022/2023

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | i


HALAMAN PENGESAHAN

1. Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

2. Judul Modul : Asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada Kasus Pendarahan Postpartum


Sekunder

3. Penyusun Modul : 1. Anisa Febty Anggraini

2. Putri Regina Andalia BR Sinuhaji


3. Waridhatul Ashla

4. Institusi : Poltekkes Kemenkes Medan

5. Nomor Pustaka :

Medan, 25 Januari 2022

Mengetahui,

Direktur Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan Kebidanan Medan

Dra.Ida Nurhayati,M,Kes Betty Mangkuji,SST,M.Keb

NIP:1966091019940320001 NIP:1967711101993032002
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN MEDAN

VISI:
Menghasilkan lulusan D-IV Kebidanan yang mampu berwirausaha dengan pendekatan asuhan
kebidanan holistic berbasis kearifan lokal di Tingkat Nasional dan siap bersaing di Tingkat
Internasional pada tahun 2024

MISI:
1. Menyelenggarakan pendidikan D-III, D-IV dan Profesi Kebidanan yang memiliki daya saing
di tingkat internasional sesuai dengan perkembangan iptek
2. Melakukan penelitian (evidence based) dalam kewirausahaan dengan pendekatan asuhan
kebidanan holistic berbasis kearifan lokal
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat bermitra dengan stake holder khususnya dalam
kewirausahaan pendekatan asuhan kebidanan holistik berbasis kearifan lokal
4. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk meningkatkan kualitas lulusan serta mampu
berwirausaha dengan pendekatan asuhan kebidanan holistik berbasis kearifan lokal
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya itulah penyusunan
makalah ini dapat disesuaikan dengan rencana.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itulah,
Penyusun menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormat Ibu Julietta Hutabarat,
S.Psi, SST, M.Keb selaku Dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dapat
terselesaikannya modul ini yang berjudul “Asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada Kasus
Pendarahan Postpartum Sekunder”.

Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Atas
perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terimakasih.

Medan, 25 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................ii
VISI DAN MISI...................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................v
Perdarahan Postpartum Sekunder.....................................................................................6
PENDAHULUAN.................................................................................................................6
URAIAN MATERI...............................................................................................................8
A. Pengkajian Data Perdarahan Postpartum Sekunder.....................................................8

B. Diagnosa/ Masalah Perdarahan Postpartum Sekunder..............................................11

C. Penatalaksanaan Asuhan Awal Perdarahan Postpartum Sekunder............................15

D. Pendokumentasian Asuhan Perdarahan Postpartum Sekunder dengan metode SOAP


17

TES FORMATIF................................................................................................................25
RANGKUMAN...................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................30
Perdarahan Postpartum Sekunder
 120 Menit

PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat
.
Modul ini berjudul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada Kasus
Pendarahan Postpartum Sekunder bahan kajian dari Mata Kuliah Kegawatraruratan
Maternal dan Neonatal.

Definisi Singkat
Melalui modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada Kasus Pendarahan
Postpartum Sekunder ini diharapkan dapat membantu anda dalam mengetahuinya.

Relevasi
Materi dalam modul ini berkaitan dengan Mata Kuliah Kegawadaruratan Maternal
dan Neonatal, Obstetri dan Patologis
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu Mengenali dam mengetahuo factor-faktor predisposisi yang
berhubungan dengan kejadian prolaps tali pusat serta mengambil tindakan yang tepat untuk
menyelamatkan janin.

Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Pengkajian Data Perdarahan Postpartum Sekunder
2. Mengetahui Diagnosa/ Masalah Perdarahan Postpartum Sekunder
3. Mengetahui Penatalaksanaan Asuhan Awal Perdarahan Postpartum Sekunder
4. Mengetahui Pendokumentasian Asuhan Perdarahan Postpartum Sekunder dengan
metode SOAP
URAIAN MATERI

A. Pengkajian Data Perdarahan Postpartum Sekunder


Sedikit berbeda dengan perdarahan primer, perdarahan pascamelahirkan
sekunder terjadi setelah 24 jam hingga 6 minggu pascamelahirkan. Umumnya, kondisi
ini diakibatkan oleh infeksi pada rahim (endometritis), yang merupakan penyebab
kematian tersering pada ibu melahirkan.
Selain endometritis, retensi plasenta dan kantong air ketuban yang masih
tersisa di dalam rahim juga dapat menyebabkan perdarahan pascamelahirkan
sekunder. Pasalnya, plasenta atau kantong air ketuban yang masih tersisa di dalam
rahim dapat membuat rahim tidak bisa berkontraksi secara normal untuk
menghentikan perdarahan.
Akibat kehilangan darah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain
pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan
darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL 2.

BILA KITA DAPATKAN SETELAH 24 JAM POST PARTUM


TERJADI PERDARAHAN, KITA HARUS MEWASPADAI
MELALUITANDA DAN GEJALA

Etiologi/Penyebab terjadinya perdarahan post partum:


1. Sub Involusio Uteri
2. Plasenta Rest
3. Endometritis

Pada ibu > 24 pasca persalinan yang mengalamai perdarahan dapat


memberikan tanda dan gejala melalui data subyek maupun obyektif seperti
dibawah ini :
DATA PERDARAHAN
SEKUNDER

SUBYEKTIF OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik:
Ibu post partum dengan Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah
keluhan lemah, limbung rendah, denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin
Riwayat Kehamilan serta tampak darah keluar melalui vagina terus
Anak lebih dari 4 menerus
Perdarahan saat hamil Pemeriksaan obstetri:
Riwayat Persalinan : Mungkin kontraksi usus lembek, bila kontraksi baik,
Persalianan cepat/lama perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
Ditolong dengan tindakan Pemeriksaan ginekologi: setelah kondisi stabil untuk
Operasii mengecek kontraksi uterus/luka jalan lahir/retensi sisa
Riwayat tindakan persalinan: plasenta
Pengeluaran placenta dengan dirogoh Pemeriksaan laboratorium
Perdarahan setelah melahirkan dan di Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl
infus

Bagan 1.1. Data Subyektif dan Obyektif Perdarahan Sekunder

SELANJUTNYA
Anda dapat melakukan penilaian kehilangan darah melalui tanda gejala yang dapat dilihat
dalam table dibawah ini untuk mengetahui apa penyebab Perdarahan Sekunder
 Sub Involusio Uteri
subinvolusi uteri adalah ukuran rahim yang tidak kembali menjadi normal
(mengecil) setelah bersalin. Faktor risiko subinvolusi uteri antara lain:

 Multiparitas
 Uterus meregang berlebihan (kehamilan kembar, polihidramnion)
 Mioma uteri
 Operasi sesar
 Uterus prolaps
 Sisa plasenta

Gejala yang dapat dialami pasien subinvolusi uterus adalah


keluarnya lochia dari vagina dalam waktu yang panjang, demam, kram perut. Selain
itu akan uterus masih tetap teraba walaupun sudah lama di masa nifas. Pemeriksaan
penunjang seperti ultrasonografi diperlukan untuk memeriksa apakah ada sisa
jaringan pada rahim atau kelainan lain yang menyebabkan kondisi subinvolusi
tersebut.

 Plasenta Rest
Retensi plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tidak keluar dengan
sendirinya atau tertahan di dalam rahim setelah melahirkan. Kondisi ini sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan infeksi, bahkan kematian. Plasenta adalah organ yang
terbentuk di dalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini berfungsi sebagai
penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta sebagai saluran untuk membuang
limbah sisa metabolisme dari darah janin.
Retensi plasenta juga bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Kondisi ini mungkin terjadi bila hanya sebagian kecil plasenta yang
tertinggal.Perdarahan postpartum sekunder terjadi pada waktu lebih dari 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.
Setelah persalinan, mungkin ibu hanya mengalami sedikit perdarahan dalam
batas normal. Namun, pada hari ke 10-12 setelah melahirkan, ibu bisa saja mengalami
perdarahan hebat.Ibu dapat mengalami nyeri perut hebat selama 2-3 minggu setelah
melahirkan. Selain itu, ada kemungkinan terjadi demam, penurunan produksi ASI,

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 10


dan keputihan dari kemaluan yang berbau.

 Endometritis
Endometritis didefinisikan sebagai infeksi pada lapisan endometrium uterus.
Infeksi ini dapat meluas hingga melibatkan miometrium dan parametrium. Pasien
endometritis umumnya akan mengeluhkan demam dan nyeri abdomen bagian bawah,
serta pada kasus postpartum, dapat ditemukan lochia (duh uterus setelah persalinan)
yang berbau busuk.
Endometritis paling sering terjadi setelah persalinan, terutama pada
operasi sectio caesarea karena bakteri dapat menginvasi saluran genitalia atas.
Endometritis yang tidak disebabkan oleh infeksi setelah persalinan digolongkan
sebagai penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease / PID). Berdasarkan
pedoman terapi penyakit menular seksual dari CDC tahun 2015, yang termasuk PID
adalah kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tubo-ovarian dan peritonitis
pelvis.
Endometritis umumnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dengan
keluhan utama berupa demam dan nyeri abdomen bagian bawah. Selain itu, juga
dapat ditemukan nyeri tekan uterus, nyeri tekan adneksa uterus, dan nyeri goyang
uterus. Endometritis dapat diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti
kombinasi gentamicin dan clindamycin. Endometritis yang tidak diterapi dengan
adekuat dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis dan bahkan kematian.

B. Diagnosa/ Masalah Perdarahan Postpartum Sekunder


Pemeriksaan fisik pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni
pemeriksaan umum dan khusus atau obstetri.
 Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, nadi,
laju napas, tekanan darah, hidrasi kulit dan membran mukosa, capillary refill
time (CRT), dan urine output. Pemeriksaan fisik secara umum penting dilakukan
terutama untuk menilai derajat keparahan hipovolemik akibat perdarahan postpartum.
Berikut ini adalah tanda gejala sesuai derajat hipovolemik.

Klasifikasi Tanda Klinis


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 11
- Keadaan umum pasien tampak lemas
- Tekanan darah sistolik (80-100 mmHg)

- Takikardia ringan

- Mottled skin

Ringan - Akral atau ekstremitas dingin

- CRT memanjang
Jumlah perdarahan 1000-1500 mL
(10-15%) - Urine output menurun

- Keadaan umum pasien tampak gelisah


- Tekanan darah sistolik (70-80 mmHg)

- Takikardia >110 kali per menit

- Laju napas >30 kali per menit

Sedang - Kulit pucat (telapak tangan, mukosa bibir)

- CRT memanjang
Jumlah perdarahan 1500-2000 mL
(25-35%) - Urine output menurun (oligouria)

- Keadaan umum pasien tampak agitasi atau bingung,


Berat
terkadang tidak sadarkan diri
- Tekanan darah sistolik (50 - 70 mmHg)
Jumlah perdarahan 2000-3000 mL
(35-50%) - Anuria

 Pemeriksaan Fisik Khusus


Pada pemeriksaan fisik khusus atau obstetri dicari tahu penyebab dari
perdarahan. Pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan kontraksi uterus, letak,
konsistensi uterus, pemeriksaan dalam untuk menilai adanya perdarahan atau sumber
perdarahan, melihat keutuhan plasenta, tali pusat, serta mencari apakah terdapat

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 12


robekan pada jalan lahir. Berikut ini adalah tanda gejala sesuai penyebab perdarahan
postpartum.

Penyebab Tanda dan gejala

 Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4-6
minggu pasca nifas.
 Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis dari yang
diperkirakan atau penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
 Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk
serosa, lalu kebentuk kochia alba.

Sub Involusio  Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari
Uteri postpartum atau lebih dari 2 minggu pasca nifas
 Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
 Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi
 Pucat,pusing, dan tekanan darah rendah
 Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
 Nadi lemah, gelisah, letih, ektrimitas dingin

 Jaringan plasenta yang keluar dari rahim tidak utuh.


 Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pasca persalinan disertai subinvolusi
Plasenta Rest
uterus

 Tidak enak badan, Demam


 Nyeri perut bagian bawah dan panggul
 Perut membengkak
 Perdarahan tidak normal pada vagina atau di luar waktu haid
Endometritis
 Keputihan yang tidak normal disertai bau
 Nyeri saat berhubungan seksual atau buang air kecil
 Tidak nyaman saat buang air besar, termasuk mengalami konstipasi

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 13


 Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada perdarahan postpartum adalah berdasarkan
etiologinya.
 Sub Involusio Uteri
Pada pemeriksaan bimanual, uterus menjadi lebih besar dan lebih lunak
daripada seharusnya. Baik retensi sisa plasenta maupun infeksi pelvis dapat
menyebabkan subinvolusi
 Retensio Plasenta
Sisa plasenta dapat terdeteksi segera setelah plasenta lahir dengan melihat
kelengkapan plasenta, dan beberapa hari setelah lahir dimana didapatkan perdarahan
terus menerus dan subinvolusi uterus.
 Endometritis
Diagnosis banding dan konfirmasi diagnosis, terutama pada kasus endometritis
kronis. Endometritis kronis merupakan kondisi yang sulit didiagnosis dan hanya dapat
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologis pada biopsi endometrium.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada perdarahan postpartum tidak selalu dilakukan,
karena disesuaikan dengan jenis perdarahan serta onset kejadian. Namun berikut ini
adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (terutama pada asuhan antenatal)
untuk membantu dokter dalam mencari faktor risiko, mendiagnosis, serta menentukan
penyebab perdarahan postpartum.

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin. Umumnya jika
terjadi perdarahan masif dapat ditemukan hasil Hb kurang dari 8 g/dL. selain itu
apabila pada saat asuhan antenatal ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka
keadaan ini dapat segera dikoreksi.
Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan tatalaksana
bila pasien membutuhkan transfusi darah. Transfusi sebaiknya tidak ditunda dan tidak
diputuskan berdasarkan kadar hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan
berdasarkan kondisi klinis pasien.
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 14
Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu pembekuan, trombosit, protrombin
dan partial prothrombin time / PTT, untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan
faktor pembekuan darah.
Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk membantu
penegakan diagnosis disseminated intravascular coagulation (DIC).

 Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun
gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat antenatal dapat membantu dokter
mendeteksi plasenta previa dan plasenta akreta.

C. Penatalaksanaan Asuhan Awal Perdarahan Postpartum Sekunder


Penatalaksanaan yang tepat dapat diberikan pada diagnosa yang dapat anda
pelajari dibawah ini.
A. Sub Involusio Uteri
Penanganan subinvolusi uterus tergantung dari penyebab yang mendasari,
antara lain dengan pemberian antibiotik apabila terjadi infeksi pada rahim, eksplorasi
rahim, kuretase, pemberian obat-obatan untuk menurunkan darah dari rahim.

B. Plasenta Rest
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara digital atau
dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun dengan
pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim dibersihkan, namun jika
perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan walaupun ada demam.
Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang
melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas
plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau
perforasi uterus yang biasanya membutuhkan tindakan hisrektomi. Terapi yang biasa
digunakan :
a. Pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk mempertahankan
keadaan umum ibu dan merangsang kontraksi uterus.
b. Kosongkan kandung kemih
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 15


d. Antiobiotika ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1 gram per
oral dikombinasikan dengan metrodinazol 1 gram suppositoria dilanjutkan
dengan 3x500 mg.
e. Oksitosin
1) Methergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung dengan
analgesik bila kram.
2) Mungkin perlu dirujuk ke rumah sakit untuk dilatasi dan kuretase bila
terdapat perdarahan.
f. Observasi tanda – tanda vital dan perdarahan
g. Bila kadar HB <8 gr % berikan tranfusi darah. Bila kadar Hb >8 gr%,
berikan sulfas ferosis 600mg/hari selama 10 hari
Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium
uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual/
digital atau kuret dan pemberian uterotonika

C. Endometritis
Sebagian besar kasus endometritis akan membaik dengan penatalaksanaan
adekuat berupa pemberian antibiotik spektrum luas dalam waktu 48-72 jam. Pada
kondisi penyebaran infeksi walaupun sudah diterapi dengan antibiotik yang adekuat,
maka tindakan pembedahan seperti histerektomi dapat menjadi pilihan.
 Pertimbangan Terapi
Pasien endometritis umumnya harus dirawat inap, kecuali pada kasus
endometritis ringan dengan riwayat persalinan per vaginam, antibiotik oral dapat
diberikan dan pasien dirawat jalan. Pilihan antibiotik untuk endometritis sebaiknya
yang bersifat spektrum luas. Jika kondisi tidak membaik setelah pemberian antibiotik
selama 48-72 jam, pasien harus dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Selain itu, dokter juga perlu mengevaluasi ada
tidaknya komplikasi endometritis, misalnya abses atau peritonitis.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 16


D. Pendokumentasian Asuhan Perdarahan Postpartum Sekunder dengan metode
SOAP

A. Sub Involusio Uteri


a. Anamnesa
1. Identitas pasien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record, dll.
2. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap
berwarna merah (dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih
dari 2 minggu postpartum adanya leukore an lochia berbau menyengat)
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik hemofilia,
mioma uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir kegagalan kompresi
pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
3) Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita hiertensi,
penyakpit jantung dan preeklamsia, penyakit keturunan hemofilia dan penyakit
menular.
4) Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama siklusnya, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid.
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia
mulai hamil.
5) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
 Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus
 Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup / mati, BB
& panjang anak waktu lahir.
 Riwayat nifas meliputi : keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI
cukup/tidak,kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 17


 Riwayat kehamilan sekarang
 Hamil muda: keluhan selama hamil muda
 Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual atau
keluhan lain.
 Riwayat ANC meliuti: dimana tempat pelayanan. berapa kali perawatan
serta pengobatannya yang di dapat.
 Riwayat persalinan sekarang meliputi : tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (missal:
retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan ,dll), anak lahir
hidup/mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
b. Pemeriksaan umum
 Keadaan ibu
 Tanda – tanda vital meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
 Kulit dingin, berkeringat, pucat, kering, hangat, kemerahan
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun / berkurang
c. Pemeriksaaan khusus
 Uterus
Meliputi: fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
 Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan baunya
 Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
 Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
 Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
d. Pemeriksaan penunjang
 USG
 Radiologi
 Laboratorium ( Hb.golongan darah,eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, CT,
Blooding time )

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 18


 Pemeriksaan patologi jaringan endometrium
B. Rest Plasenta
a. Anamnesa
Identitas pasien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record, dll.
b. Data Subjektif (S)
1. Ibu melahirkan tanggal 02 september 2017.jam 02.20 WITA
2. Ibu merasakan banyak darah keluar dari jalan lahir
3. Ibu merasa pusing dan lemah
c. Data Objektif (O)
1. Tanggal pengkajian 02 September 2017 jam 02.20 WITA
2. Tampak keluar darah banyak dari jalan lahir lebih dari 250 cc
3. Kontraksi uterus tidak keras dan tidak bundar
4. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit Teratur
S : 370C Axiler
P : 24x/menit Teratur
5. Hb: 11 gr %

d. Assesment (A)

Diagnosa :Perdarahan
post partum hari
1 Rest plasenta
Masalah potensial :Potensial terjadinya syok hipovolemik,
anemia dan infeksi peurperium

e. Planning (P)

Tanggal 02 september 2017 jam 10.00 WITA


1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Hasil : Ibu mengerti dan mau diajak kerja sama untuk tindakan tersebut agar

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 19


dapat berjalan dengan lancar.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital


Hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 83x/menit Teratur
S : 360C Teratur
P : 24x/menit Teratur

3. Mengobservasi tetesan infus


Hasil : Tetesan infus 40 tetes/menit

4. Mengobservasi jumlah perdarahan dan kontraksi uterus


Hasil : Jumlah perdarahan lebih dari 250 cc dan kontraksi uterus lemah dan
tidak teraba bundar

5. Mengajarkan pada ibu untuk melakukan masase fundus uteri


Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya

6. Memberikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya


Hasil : Ibu mengerti dan mau menerima keadaannya

7. Memberi intake yang adekuat


Hasil : Tenaga ibu sudah mulai pulih kembali

8. Memberikan obat sesuai dengan instruksi dokter yaitu amoxan 1 tablet (500
mg) dan nufagrobin 1 tablet (500 mg)

9. Hasil : Ibu bersedia meminum obat yang diberikan 1 kali sehari.

C. Endometritis
a. Identitas Pasien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record, dll.
b. Anamnesa
Keluhan Utama: Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah sejak 3,5 bulan yang lalu, nyeri menjalar sampai ke
punggung dirasakan hilang timbul, nyeri timbul saat pasien sedang haid dan saat
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 20
akan buang air besar atau flatus nyeri yang dirasakan sama beratnya. Pasien
mengeluh demam dua hari yang lalu. Riwayat keputihan,trauma,mual,dan
muntah disangkal oleh pasien. Pasien kemudian rawat inap di ruang Parikesit
untuk observasi lebih lanjut dan persiapan laparoskopi.

Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Lama : 4 hari
Siklus : 28 hari
Dismenore :+
Jumlah : 40 cc/hari

Riwayat Perkawinan
Menikah 1x
Usia menikah 18 tahun Lama menikah 20 tahun

Riwayat Obstetri :P2A0

 Anak I : Tahun partus 2000, Tempat partus bidan, umur hamil 39 minggu,
jenis
persalinan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BBL: 3800 gram,
keadaan anak sehat.
 Anak II : Tahun partus 2003, Tempat partus bidan, umur hamil 38
minggu, jenis persalinan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BBL:
3500 gram, keadaan anak sehat.

Riwayat KB :

 Jenis implan pada tahun 2015 selama 1 tahun.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien seorang karyawan swasta dan suami bekerja sebagai wiraswasta.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 21


Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi disangkal. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
hepatitis, penyakit jantung, dan alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit hipertensi, diabetes,jantung hepatitis, asma, dan
alergi disangkal.

c. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, (GCS 15) Tanda Vital
Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 20x / menit
SpO2 : 99%
TB : 157 cm
BB : 78 kg
Status Internus

 Kulit : Luka (-), Ikterik (-), pucat (-)

 Kepala : Mesochepal, turgor cukup, rambut mudah


dicabut (-), benjolan (-), kaku kuduk (-)
 Mata : Conjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), photophobia(-)

 Telinga : Kurang pendengaran (-), discharge (-).

 Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-), mimisan(-), discharge(-)

 Mulut : Sariawan (-), gusi berdarah (-), sianosis (-), bibir


pucat (-), bibir kering (-), mukosa hiperemis (-),
lidah kotor (-), lidah tremor (-).
 Tenggorokan : Nyeri telan (-), suara serak (-), nyeri tenggorokan (-)

 Leher : Deviasi trakea (-), limfadenopati (-), JVP ↑ (-),


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 22
pembesaran tyroid (-).
 Abdomen : NT abdomen (-)

 Sistem cerna : Nafsu makan menurun (-), mual (-), muntah (-)
 Ekstremitas : Oedem ekstremitas (-/-), akral dingin (-/-), kuku jari
pucat(-/-)
Status Ginekologi
 PPV :-
 Fl/Flx :-/-
 Vulva, Uretra, Vagina dalam batas normal
 Portio licin
 Adneksa , parametrium tak teraba massa

d. Resume
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang dengan keluhan
nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar sampai punggung 3,5 bulan
SMRS dan keluhan dirasakan timbul saat haid. Keluhan demam dan riwayat
trauma disangkal oleh pasien. Pasien menarche pada usia 11 tahun, siklus haid
28 hari, dan lama haid 4 hari. Pasien menikah 1 kali selama 18 tahun. Pasien
memiliki 2 orang anak dan tidak pernah mengalami keguguran.Anak pertama
lahir tahun 2000, aterm, jenis persalinan pervaginam, dan BBL 3800 gram.
Anak kedua lahir tahun 2003, aterm, jenis persalinan pervaginam, dan BBL
3500 gram. Pasien menggunakan KB jenis implan pada tahun 2015 selama 1
tahun.
Pasien tidak memiliki riwayat operasi. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
hepatitis, penyakit jantung, dan alergi disangkal. Pada keluarga pasien tidak
terdapat riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Riwayat
penyakit hepatitis, asma, dan alergi pada keluarga disangkal. Pemeriksaan status
internus dalam batas normal. Pemeriksaan ginekologi didapatkan hasil sebagai
berikut (PPV (-), Fl/Flx (-/-), vulva vagina dan uretra dalama batas normal,
portio licin, adneksa dan parametrium tak teraba massa.

e. Diagnosa Awal

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 23


P2A0, umur 37 tahun, Suspek Endometriosis.

f. Penatalaksanaan

 Bed rest
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
 Laparoskopi – fulgurasi / kauterisasi endometrium, kistektomi

g. Diagnosis Post Operatif

 Diagnosis utama : endometriosis


 Diagnosis sekunder : kista ovarii

h. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 24


TES FORMATIF

Ny. M GVI PIII AII umur 34 tahun, hamil 29 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan
perdarahan pervaginam merah kehitaman, nyeri perut menetap, gerakan janin tidak dirasakan
oleh ibu. Hasil pemeriksaan DJJ (-), palpasi ditemukan perut teraba keras TD 120/80, Nadi
80 x/menit, Suhu 36 oC.

1) Diagnosis yang dapat ditegakkan pada kasus di atas adalah ....


A. Vasa previa
B. Plasenta previa
C. Solutio placenta
D. Placenta letak rendah
E. Hipertensi dalam kehamilan

2) Faktor predisposisi kasus Ny. M adalah ....


A. Usia ibu
B. Riwayat hipertensi
C. Grandemulti gravida
D. Kehamilan trimester III
E. Gerakan janin yang aktif

3) Komplikasi yang terjadi pada kasus di atas adalah ....


A. Bayi Baru Lahir Normal
B. Kecil Masa Kehamilan
C. Besar Masa Kehamilan
D. Intra Uterine Foetal Death
E. Partus Prematur

4) Komplikasi yang terjadi pada Ny. M adalah...


A. Syok sepsis
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 25
B. Syok anafilaktik
C. Syok haemoragic
D. Syok neurogenic
E. Syok hipovolemik

5) Tindakan yang dapat dilakukan pada Ny. M di RS adalah ....


A. Vacum ekstrasi
B. Tirah baring total
C. Pimpin persalinan
D. Persiapan seksio sesaria
E. Pantau kemajuan persalinan

6) Jelaskan perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta…


Jawab : Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yakni pada segmen
bawa rahim, sehingga menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internum. Sedangkan Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh
plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir.
7) Sebutkan penyebab lain dari distosia bahu dalam fase aktif memanjang?
Jawab:
a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d. Serviks yang menetap.
e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
8) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan masa nifas/Post Partum
dengan perdarahan sekunder
Jawab: Kegawatdaruratan masa nifas/Post Partum dengan perdarahan sekunder
merupakan Perdarahan pada masa Nifas/Perdarahan Post Partum Sekunder (late post
partum hemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi lebih dari 24 jam dengan
kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah persalinan vaginal atau lebih dari 1.000
ml setelah persalinan abdominal dan harus diwaspadai melalui tanda dan gejalanya.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 26


Dengan kehilangan darah dapat menimbulkan kematian karena terjadinya syock
hypovolemic
9) Sebutkan macam-macam kegawatdaruratan masa nifas/Post Partum dengan
perdarahan sekunder
Jawab: Cari hal-hal yang sama dan berbeda (yang membedakan) mengenai
perdarahan sekunder pada masa nifas/Post Partum
a) Atonia uteri Ditandai
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
 Perdarahan segera setelah anak lahir Penyulit
 Syok
 Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat
aliran darah keluar
b) Luka/Robekan jalan lahir
Ditandai
 Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
 Uterus berkontraksi dan keras
 Plasenta lengkap

Penyulit :

 Pucat
 Lemah
 Menggigil
c) Retensi sisa plasenta
Ditandai :
 Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
 Sub-involusi uterus
 Perdarahan

Penyulit :

 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang


d) Gangguan pembekuan darah Ditandai :
 Uterus berkontraksi dan lembek.
 Plasenta lahir lengkap
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 27
 Perdarahan
 Riwayat perdarahan lama

Penyulit :

 Pucat dan limbung


 Anemia
 Demam
10) Jelaskan penatalaksanaan yang efektif untuk mengatasi perdarahan post partum akibat
involusi uterus!
Jawab: Perdarahan post partum akibat involusi uterus disebabkan karena tidak ada
kontraksi, untuk itu perlu dilakukan penekanan kedalam uterus untuk menutup
pembuluh darah dengan upaya melakukan penekanan cavum uteri dari sisi dalam ke
arah luar dengan kuat sehingga terjadi penekanan pada arteria sistemik serta
memberikan tekanan hidrostatik pada arteri uterina. Penekanan ini dengan
memberikan tamponade uterus dengan balon, yaitu dengan kondom kateter.
Penggunaan kondom katerter yang dilakukan dengan benar akan memberikan efek 15
menit paska pemasangan maka perdarahan akan berkurang bahkan berhenti.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 28


RANGKUMAN

Perdarahan pada Masa Nifas/Perdarahan Post Partum Sekunder (late post partum
hemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi lebih dari 24 jam dengan kehilangan darah
lebih dari 500 ml setelah persalinan vaginal atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal dan harus diwaspadai melalui tanda dan gejalanya. Dengan kehilangan darah
dapat menimbulkan kematian karena terjadinya syock hypovolemic. Oleh karena itu
penatalaksanaan untuk dilakukan dalam 2 komponen, yaitu: (1) resusitasi dan penanganan
perdarahan obstetri serta kemungkinan syok hipovolemik dan (2) penatalaksanaan perdarahan
postpartum sekunder. Tindakan resusitasi merupakan tindakan preventif yang akan
memberikan keamanan sebelum melakukan penatalaksanaan yang disesuaikan dengan
sumber perdarahan berupa : atonia uteri, luka jalan lahir, dan retensi plasenta serta gangguan
pembekuan darah.

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 29


DAFTAR PUSTAKA

Dwi Anggraini, N., dkk. 2020. Faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan Post
Partum pada ibu bersalin. Vol 2 (2): Hal. 259-268. Lampung: Wellness and Healthy
Magazine

Hello Sehat. 2020. Perdarahan Postpartum.


https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/komplikasi-persalinan/perdarahan-
postpartum/ . Diakses pada tanggal 25 Januari 2022

Ika Setyarini, D.2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta:


Pusdik SDM Kesehatan.

Nurhikma. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Post Partum Pada Ny |”F” Dengan
Perdarahan Akibat Rest Plasenta di RSUD Syeck Yusuf Gowa Tahun 2017. Makassar:
Universitas Islam Negeri.

Novita. 2020. Perdarahan Postpartum. https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-


ginekologi/perdarahan-postpartum/diagnosis. Diakses pada tanggal 25 Januari 2022

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal | 30

Anda mungkin juga menyukai