“ EXPERIENTIAL MARKETING”
MANAJEMEN MALAM 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah mengenai “Experiential
Marketing” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Komunikasi Pemasaran Terpadu yang diberikan pengarahan oleh Ibu Rapida Nuriana,
S.Pd.,M.M. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan-
kesalahan dan kekurangan yang terdapat didalamnya, baik kesalahan pada penulisan maupun
materi.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
pengganggu. Efeknya, mereka tak merasakan koneksi personal dengan brand yang
diiklankan sama sekali.
Nah, experiential marketing bisa menjadi solusi terbaik dari masalah di atas, lho.
Sebab, experiential marketing ini bukanlah sekedar “iklan yang numpang lewat” saja.
Melainkan, ia berfokus untuk memberikan pengalaman unik bagi calon konsumen
sehingga bisa membangun koneksi personal. Hasilnya, promosi yang Anda lakukan
akan lebih efektif karena membekas di hati dan pikiran konsumen.
2. Meningkatkan Loyalitas Konsumen
Konsumen yang setia itu adalah aset berharga yang diidamkan oleh semua bisnis,
lho. Saking berharganya, terpisah mengenai strategi menjaga kesetiaan konsumen di
Tak heran karena konsumen yang setia bisa membawa berbagai keuntungan bagi
bisnis Anda kedepannya. Seperti selalu membeli produk dari Anda tanpa pikir
panjang dan sukarela mempromosikannya ke khalayak. Kedua hal ini akan mustahil
dicapai jika konsumen tidak mempunyai koneksi personal dengan suatu brand.
3. Meroketkan Brand Awareness Anda
Seperti yang sudah kami singgung di atas, konsumen yang setia akan
mempromosikan bisnis Anda ke mana-mana. Mulai dari word-of-mouth ke orang-
orang terdekatnya, hingga promosi ke seluruh jagat maya melalui media sosial
mereka.
Sedangkan contoh kedua bisa Anda temukan dengan mudah di toko smartphone
resmi seperti Apple Store atau Mi Store. Biasanya, beberapa smartphone rilisan
terbaru dan terpopuler akan ditaruh di atas meja sehingga pengunjung bisa mencoba
semua fiturnya dengan bebas.
2. Seminar
Menjalankan seminar atau workshop itu tak hanya membangun koneksi, tapi juga
mengedukasi konsumen Anda di saat yang sama. Jenis experiential marketing ini juga
tak kalah populer dari pameran produk dan sudah diterapkan oleh bisnis besar
maupun kecil. Bahkan, mungkin Anda juga pernah menjadi peserta dari experiential
marketing ini.
3. Event
Pada experiential marketing, event itu tak hanya terbatas pada event pameran
produk seperti nomor satu di atas. Namun, semua event seperti konser, festival, dan
lain sebagainya. Tinggal bagaimana tingkat kreativitas Anda dan jenis kecocokan
dengan bisnis yang dijalankan. Semakin unik dan kreatif event Anda, semakin
memorable pula di hati konsumen.
Contoh experiential marketing event yang unik bisa Anda temukan pada event
bernama Building a Better Bay Area yang diselenggarakan oleh Google pada tahun
2015 silam. Ceritanya, Google berniat menyumbang $5,5 juta ke beberapa organisasi
nonprofit yang ada di Bay Area.
Namun alih-alih langsung menyumbangkan uang tersebut, Google mengadakan
event terlebih dahulu. Event ini mengajak publik untuk memilih jenis organisasi
nonprofit apa saja yang pantas mendapatkan uang tersebut.
4. User Generated Content
User Generated Content (UGC) adalah konten yang dibuat oleh pengguna dari
produk Anda. Entah itu gambar, video, suara, dan lain sebagainya.
UGC termasuk dalam experiential marketing karena Anda mengajak konsumen
untuk terlibat secara langsung dalam pemasaran produk. Ini tentu saja adalah
pengalaman yang memorable karena Anda menghargai konsumen dan membuat
mereka merasa menjadi bagian dari brand.
5. Pengalaman Imersif
Bisa dikatakan, pengalaman imersif adalah mengajak konsumen untuk benar-
benar masuk dan merasakan dunia dari produk Anda. Anda bisa memanfaatkan
6
teknologi canggih seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed
Reality (MR). Atau bisa juga dengan mengubah dunia nyata menjadi mirip dengan
dunia yang ada di dalam produk Anda.
Jenis experiential marketing ini masih sangat jarang diterapkan. Tak heran karena
menggunakan teknologi yang cukup canggih. Sehingga membutuhkan budget yang
cenderung lebih besar dibandingkan jenis yang lainnya.
Contoh experiential marketing ini di Indonesia bisa Anda temukan pada
KCMTKU. Perusahaan kacamata ini menyediakan fitur bernama Virtual Try-on yang
menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Di websitenya, para pengunjung
bisa “mencoba” berbagai model kacamata via kamera HP/laptopnya.
d. Metode dan alat bersifat eklektik, artinya bahwa experiential marketing menawarkan
kesempatan untuk mengatasi consumption experiences dari berbagai perspektif
dengan menggunakan metode analitik dan intuitif.
Berikut merupakan perbedaan antara traditional marketing dan experiential
marketing (Maghnati, Ling, & Nasermoadeli, 2012) :
Modern Marketing
Traditional Marketing
( Experiential Marketing )
Fitur dan kelebihan dari
Focus Pengalaman konsumen
Pelayanan yang diberikan
Definisi yang sempit Konteks terkait konsumsi
Scope Mengenai kategori dan socio-kultural yang
pelayanan dan konsumsi lebih luas
Theconsumer Keputusan rasional dan
Keputusanrasional
modelis basedon emosional
Marketer’s Eklektik, verbal, visual,
Analitik, verbal, kuantitatif
Approach intuitif
yang terdiri dari kualitas layanan, inovasi layanan akan mendorong kepuasan pelanggan
melalui nilai fungsional, emosional, dan kebaruan (Pham & Huang, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Wu & Tseng (2015) mendefinisikan bahwa perspektif
experiential marketing sangat luas dan membantu dalam meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Wu & Tseng (2015) meneliti hubungan antara pemasaran
pengalaman, kepuasan pelanggan, dan keinginan untuk mengunjungi atau menggunakan
jasa kembali. Dimensi-dimensi pengukuran experiential marketing berfokus pada ide
Schmitt tentang indera, rasa, berpikir, bertindak, dan berhubungan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa experiential marketing memiliki efek positif yang signifikan
terhadap kepuasan pelanggan.
dikonsumsinya (brand loyalty). Pemberian bonus atau sampel produk yang diberikan
secara cuma-cuma (baik secara langsung maupun tak langsung, dalam bentuk paket
dengan pembelian produk lain) digunakan untuk mengenalkan produk baru ke pelanggan.
Ini dilakukan Nestle ketika meluncurkan Nescafe Ice, Unilever dengan produk sabun cair
Dove dan Sunsilk Hair Nourisher. Melalui sampel tersebut diharapkan pelanggan
mendapatkan pengalaman langsung ketika mengkonsumsi produk. Dengan experiential
marketing pemasar berharap dapat menanamkan citra dari produk baru itu (brand
perception dan brand awareness) yang dapat mempengaruhi pelanggan untuk melakukan
pembelian.
3.1 Kesimpulan
Experiential marketing adalah proses pemasaran yang melibatkan pelanggan dengan
memberikan pengalaman mendalam atas produk atau merek (Patrick & Adeosun, 2003).
Berdasarakan beberapa definisi experiential marketing, dapat disimpulkan bahwa
experiential marketing merupakan suatu upaya pemasaran yang berfokus pada pemberian
pengalaman bagi pelanggan untuk memberikan stimulus secara emosional sehingga
pelanggan akan memiliki suatu ikatan dengan produk atau jasa tertentu. Fokus utama
experiential marketing adalah customer experience atau pengalaman yang dirasakan oleh
pelanggan. Hal ini bisa dilihat dari praktek yang terjadi di pasar tradisional. Quantity
discount atau pengurangan harga untuk pembelian produk tertentu dengan volume yang
lebih besar juga masih diterapkan hingga sekarang ini. Fokus utama dari suatu
Experiential Marketing adalah pada tanggapan panca indra, pengaruh, tindakan serta
hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat menciptakan experiential
brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari konsumen.
12
DAFTAR PUSAKA
13
factories in Taiwan. Sustainability (Switzerland), 11(4), 1–12.
https://doi.org/10.3390/su1104104
14