Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

“ EXPERIENTIAL MARKETING”

Dosen Pengampu : Rapida Nuriana, S.Pd.,M.M

MANAJEMEN MALAM 3

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Ayu Rizky Seftiani ( 20612257 )


Dikha Wirayudha ( 20612261 )
Eka Nur Cahyati ( 20612264 )
Guntur Leo Putra ( 20612267 )
Haryantono Lhowchinlong ( 20612268 )
Nanang Willy Prayogo ( 20612278 )
Rosaline Titanika ( 20612285 )
Syahrul Gunawan ( 20612289 )
Tereny Kesuma ( 20612291 )
Yudi Styawan ( 20612294 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN
TANJUNGPINANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah mengenai “Experiential
Marketing” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Komunikasi Pemasaran Terpadu yang diberikan pengarahan oleh Ibu Rapida Nuriana,
S.Pd.,M.M. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan-
kesalahan dan kekurangan yang terdapat didalamnya, baik kesalahan pada penulisan maupun
materi.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Tanjungpinang, 09 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Experiential Marketing ................................................................... 3
2.2 Jenis – Jenis Experiential Marketing ................................................................ 4
2.3 Dimensi Atau Komponen Experiential Marketing ........................................... 6
2.4 Karakteristik Experiential Marketing .............................................................. 7
2.5 Cara Pengukuran Experiential Marketing ........................................................ 8
2.6 Penelitian Experiential Marketing Di Dunia .................................................... 9
2.7 Implementasi Experiential Marketing .............................................................. 10
2.8 Manfaat Experiential Marketing ....................................................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era persaingan usaha yang makin ketat ini, keberhasilan menciptakan persepsi
positif di benak konsumen merupakan faktor penting dalam kesuksesan produk/merk,
bahkan mungkin lebih penting dari pada keunggulan teknologi. Keunggulan kompetitif
dalam fungsi teknis produk adalah penting, tetapi akhirnya yang menentukan produk
dapat berhasil dipasar adalah konsumen. Bagaimana menciptakan nilai emosional
diproduk/merk dan menimbulkan rasa kepemilikan kepada merek tersebut sehingga
konsumen bersedia menyisihkan atau berbagi dompetnya untuk produk/merek kita,
adalah kunci keberhasilan merek di pasar. Kuncinya adalah menciptakan pengalaman luar
biasa dengan membuat produk bisa dirasakan konsumen. Selama ini pelanggan hanya
melihat iklan dan kemasan produk.
Dari sekilas uraian latar belakang masalah ini, maka penulis merasa tertarik untuk
menyusun makalah ini dengan judul, "Eksperiential Marketing” tetapi tidak bisa
merasakan produknya. Suatu Perusahaan dapat memberikan penawaran kepada
pelanggannya dapat berupa komoditi (commodities), barang (goods), layanan (services)
dan pengalaman (experiences) (Pine and Gilmore, 1999). Dahulu, saat era services
economy dan service excellence, barang dan layanan yang bagus sudah cukup untuk
memuaskan pelanggan. Karena itulah kepuasan pelanggan kemudian menjadi ukuran
kesuksesan sebuah merek. Namun kini, telah memasuki pada era experiential economy.
Oleh karena itu, produk harus mampu membangkitkan sensasi dan pengalaman yang akan
menjadi basis loyalitas pelanggan. Karena pergeseran ini, maka konsep kepuasan
pelanggan kini menjadi kurang relevan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan experiential marketing ?
2. Apa saja jenis – jenis experiential marketing ?
3. Apa saja dimensi atau komponen eksperiental marketing atau strategic experiential
modules (SEM) ?
4. Bagaimana karakteristik experiential marketing ?
5. Bagaimana mekanisme pengukuran untuk experiential marketing ?

1
2

6. Bagaimana penelitian experiential marketing ?


7. Bagaimana implementasi experiential marketing ?
8. Apa manfaat dari experiential marketing ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan experiential marketing ?
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dari experiential marketing ?
3. Untuk mengetahui apa saja dimensi atau komponen eksperiential marketing atau
strategic experiential modules (SEM) ?
4. Untuk mengetahui karakteristik experiential marketing ?
5. Untuk mengetahui mekanisme pengukuran untuk experiential marketing ?
6. Untuk mengetahui penelitian experiential marketing ?
7. Untuk mengetahui implementasi experiential marketing ?
8. Untuk mengetahui apa manfaat dari experiential marketing ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Experiential Marketing


Experiential marketing adalah proses pemasaran yang melibatkan pelanggan dengan
memberikan pengalaman mendalam atas produk atau merek (Patrick & Adeosun, 2003).
Experiential marketing adalah pemasaran suatu produk atau layanan melalui pemberian
pengalaman bagi pelanggan, sehingga dalam prosesnya pelanggan menjadi terlibat secara
emosional dan terhubung dengan suatu produk atau merek (Mathur, 1971). Schmitt
(1999) mendefinisikan experiential marketing sebagai pemasaran yang memungkinkan
pelanggan mengenali dan melakukan pembelian suatu barang atau jasa setelah pelanggan
mendapatkan rangsangan dari pengalaman penggunaan produk atau jasa tersebut. Schmitt
(1999) menjelaskan bahwa experiential marketing yang efisien terwujud ketika terdapat
usaha untuk menumbuhkan dan memelihara ikatan antara pelanggan dengan produk atau
merek tertentu. Experiential marketing merupakan proses pelanggan individu untuk
merasakan stimulasi tertentu dan memotivasi pelanggan untuk melakukan pembelian dan
menghasilkan pemikiran setelah pelanggan mengamati dan berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu (Yeh, Chen, & Chen, 2019).
Berdasarakan beberapa definisi experiential marketing, dapat disimpulkan bahwa
experiential marketing merupakan suatu upaya pemasaran yang berfokus pada pemberian
pengalaman bagi pelanggan untuk memberikan stimulus secara emosional sehingga
pelanggan akan memiliki suatu ikatan dengan produk atau jasa tertentu. Fokus utama
experiential marketing adalah customer experience atau pengalaman yang dirasakan oleh
pelanggan.
Ada tiga alasan kenapa Anda harus mempertimbangkan untuk menjalankan
experiential marketing di tahun 2021 ini (atau tahun-tahun selanjutnya). Berikut alasan –
alasannya :
1. Membangun Koneksi dengan Konsumen
Seperti yang Anda tahu, di zaman serba digital ini iklan bisa muncul di mana-
mana. Mulai dari televisi, radio, website, media sosial, di dalam aplikasi, video game,
video YouTube, jeda lagu Spotify, hingga di bak truk sekalipun.Maka dari itu, orang-
orang sudah kebal dengan iklan dan justru menganggapnya sebagai

3
4

pengganggu. Efeknya, mereka tak merasakan koneksi personal dengan brand yang
diiklankan sama sekali.
Nah, experiential marketing bisa menjadi solusi terbaik dari masalah di atas, lho.
Sebab, experiential marketing ini bukanlah sekedar “iklan yang numpang lewat” saja.
Melainkan, ia berfokus untuk memberikan pengalaman unik bagi calon konsumen
sehingga bisa membangun koneksi personal. Hasilnya, promosi yang Anda lakukan
akan lebih efektif karena membekas di hati dan pikiran konsumen.
2. Meningkatkan Loyalitas Konsumen
Konsumen yang setia itu adalah aset berharga yang diidamkan oleh semua bisnis,
lho. Saking berharganya, terpisah mengenai strategi menjaga kesetiaan konsumen di
Tak heran karena konsumen yang setia bisa membawa berbagai keuntungan bagi
bisnis Anda kedepannya. Seperti selalu membeli produk dari Anda tanpa pikir
panjang dan sukarela mempromosikannya ke khalayak. Kedua hal ini akan mustahil
dicapai jika konsumen tidak mempunyai koneksi personal dengan suatu brand.
3. Meroketkan Brand Awareness Anda
Seperti yang sudah kami singgung di atas, konsumen yang setia akan
mempromosikan bisnis Anda ke mana-mana. Mulai dari word-of-mouth ke orang-
orang terdekatnya, hingga promosi ke seluruh jagat maya melalui media sosial
mereka.

2.2 Jenis – Jenis Experiential Marketing


Agar Anda mendapat gambaran lebih jelas, di bawah ini kami akan memberikan
jenis-jenis beserta contoh experiential marketing yang bisa dicoba.
1. Pameran Produk
Alih-alih menjelaskan panjang lebar mengenai manfaat produk, biarkan konsumen
merasakan sendiri produk tersebut secara langsung. Simpel, bukan? Namun walaupun
begitu, pameran produk ini berhasil membantu 65% konsumen untuk memahami
produk dengan lebih baik pameran produk ini bisa Anda lakukan dengan dua cara:
menggelar event khusus atau sekedar menaruh produk baru Anda di toko. Contoh
experiential marketing pertama bisa Anda lihat pada PlayStation Events.
Event ini merupakan acara tahunan untuk memamerkan daftar video games yang
akan dirilis di konsol PlayStation pada tahun tersebut. Sepanjang event berjalan, para
pengunjung bisa mencoba memainkan semua video games tersebut di booth yang
sudah disediakan.
5

Sedangkan contoh kedua bisa Anda temukan dengan mudah di toko smartphone
resmi seperti Apple Store atau Mi Store. Biasanya, beberapa smartphone rilisan
terbaru dan terpopuler akan ditaruh di atas meja sehingga pengunjung bisa mencoba
semua fiturnya dengan bebas.
2. Seminar
Menjalankan seminar atau workshop itu tak hanya membangun koneksi, tapi juga
mengedukasi konsumen Anda di saat yang sama. Jenis experiential marketing ini juga
tak kalah populer dari pameran produk dan sudah diterapkan oleh bisnis besar
maupun kecil. Bahkan, mungkin Anda juga pernah menjadi peserta dari experiential
marketing ini.
3. Event
Pada experiential marketing, event itu tak hanya terbatas pada event pameran
produk seperti nomor satu di atas. Namun, semua event seperti konser, festival, dan
lain sebagainya. Tinggal bagaimana tingkat kreativitas Anda dan jenis kecocokan
dengan bisnis yang dijalankan. Semakin unik dan kreatif event Anda, semakin
memorable pula di hati konsumen.
Contoh experiential marketing event yang unik bisa Anda temukan pada event
bernama Building a Better Bay Area yang diselenggarakan oleh Google pada tahun
2015 silam. Ceritanya, Google berniat menyumbang $5,5 juta ke beberapa organisasi
nonprofit yang ada di Bay Area.
Namun alih-alih langsung menyumbangkan uang tersebut, Google mengadakan
event terlebih dahulu. Event ini mengajak publik untuk memilih jenis organisasi
nonprofit apa saja yang pantas mendapatkan uang tersebut.
4. User Generated Content
User Generated Content (UGC) adalah konten yang dibuat oleh pengguna dari
produk Anda. Entah itu gambar, video, suara, dan lain sebagainya.
UGC termasuk dalam experiential marketing karena Anda mengajak konsumen
untuk terlibat secara langsung dalam pemasaran produk. Ini tentu saja adalah
pengalaman yang memorable karena Anda menghargai konsumen dan membuat
mereka merasa menjadi bagian dari brand.
5. Pengalaman Imersif
Bisa dikatakan, pengalaman imersif adalah mengajak konsumen untuk benar-
benar masuk dan merasakan dunia dari produk Anda. Anda bisa memanfaatkan
6

teknologi canggih seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed
Reality (MR). Atau bisa juga dengan mengubah dunia nyata menjadi mirip dengan
dunia yang ada di dalam produk Anda.
Jenis experiential marketing ini masih sangat jarang diterapkan. Tak heran karena
menggunakan teknologi yang cukup canggih. Sehingga membutuhkan budget yang
cenderung lebih besar dibandingkan jenis yang lainnya.
Contoh experiential marketing ini di Indonesia bisa Anda temukan pada
KCMTKU. Perusahaan kacamata ini menyediakan fitur bernama Virtual Try-on yang
menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Di websitenya, para pengunjung
bisa “mencoba” berbagai model kacamata via kamera HP/laptopnya.

2.3 Dimensi atau Komponen Experiental Marketing


Menurut Schmitt, 2010, terdapat 5 dimensi atau komponen dari experiential
marketing yang juga disebut Strategic Experiential Modules (SEM), antara lain:
1. Sense
Sense merupakan dimensi yang merujuk kepada pengalaman yang dirasakan
melalui 5 indera manusia (Gheorghe, Gheorghe, & Purcărea, 2017). Sense atau
sensory experience merujuk kepada bagaimana pelanggan mendapatkan persepsi dan
informasi melalui penglihatan, suara, aroma, rasa dan sentuhan (Pham & Huang,
2015).
2. Feel
Feel dapat juga disebut dengan affective experience. Dimensi feel menitikberatkan
kepada relasi emosional pelanggan. Dimensi ini merujuk kepada bagaimana cara
untuk memicu emosi positif dari pelanggan yang cenderung sulit dikarenakan terdapat
berbagai macam budaya pada pelanggan. Dimensi feel berarti bahwa pelanggan
mendapatkan persepsi emosional dan informasi mengenai perusahaan atau produk
tertentu melalui pengalaman secara langsung.
3. Think
Think dapat diartikan sebagai creative cognitive experiences yang membuat
konsumen mempertimbangkan kembali mengenai perusahaan atau produk dan jasa
yang disediakan. Dimensi think berkaitan dengan elemen kognitif dari atribut-atribut
jasa yang disediakan. Dimensi ini berhubungan dengan stimulus yang diberikan
kepada konsumen sehingga konsumen menyadari perbedaan antar jasa dan produk,
dapat dilihat dari penggunaan teknologi dan hal inovatif lainnya. Dimensi ini
7

membentuk sebuah pengalaman rasional yang memungkinkan untuk memperbanyak


konsumen melalui pengalaman emosi.
4. Act
Dimensi act merujuk kepada perilaku konsumen. Dimensi ini menggambarkan
hubungan konsumen secara fisik dengan produk atau jasa yang digunakan. Dimensi
act ini berarti tahap menciptakan pengalaman secara fisik untuk konsumen.
Pengalaman secara fisik ini akan memungkinkan konsumen untuk membangun
perilaku jangka panjang dan gaya hidup. Perilaku akan menunjukkan apa yang
dilakukan dan bagaimana dilakukannya.
5. Relate
Dimensi relate berkonsentrasi pada dimensi sosial yang berasal dari pengalaman.
Hal ini berarti bahwa pengalaman memungkinkan konsumen, melalui proses
konsumsi, untuk menjalin hubungan dengan berbagai rekan dan komunitas.
Pengalaman yang dialami akan berkaitan dengan kelompok referensi atau budaya
(Schmitt, 1999). Pengalaman ini akan melampaui tingkat individu, mengacu pada
hubungan dengan orang lain, kelompok, atau masyarakat. Hubungan dengan orang
lain akan membuat konsumen merasakan, berpikir, dan mengalami sebuah kegiatan.
Pengalaman ini akan membuat ikatan antara individu dengan orang lain dan dengan
budaya sosial secara umum.
Berdasarkan 5 dimensi / elemen experiential marketing, dapat disimpulkan bahwa
kelima elemen tersebut dapat digunakan untuk mengukur pengalaman emosi konsumen.
Pengalaman ini didapatkan melalui experience providers (ExPros). Experiential providers
dapat berbentuk komunikasi, visual maupun verbal, kehadiran produk secara fisik, media
elektronik, dan lain sebagainya.

2.4 Karakteristik Experiential Marketing


Menurut Schmitt (1999) berikut merupakan karakteristik dari experiential marketing :
a. Pengalaman konsumen harus mengganti nilai-nilai fungsional dari layanan dengan
nilai-nilai sensorik, emosional, kognitif, perilaku dan relasional;
b. Pengalaman bagi konsumen harus disesuaikan dengan konteks sosial-budaya;
c. Konsumen harus dianggap sebagai makhluk yang rasional dan emosional dan
karenanya, pengalaman konsumsi sering dilatarbelakangi oleh emosi, fantasi dan
kreativitas;
8

d. Metode dan alat bersifat eklektik, artinya bahwa experiential marketing menawarkan
kesempatan untuk mengatasi consumption experiences dari berbagai perspektif
dengan menggunakan metode analitik dan intuitif.
Berikut merupakan perbedaan antara traditional marketing dan experiential
marketing (Maghnati, Ling, & Nasermoadeli, 2012) :
Modern Marketing
Traditional Marketing
( Experiential Marketing )
Fitur dan kelebihan dari
Focus Pengalaman konsumen
Pelayanan yang diberikan
Definisi yang sempit Konteks terkait konsumsi
Scope Mengenai kategori dan socio-kultural yang
pelayanan dan konsumsi lebih luas
Theconsumer Keputusan rasional dan
Keputusanrasional
modelis basedon emosional
Marketer’s Eklektik, verbal, visual,
Analitik, verbal, kuantitatif
Approach intuitif

2.5 Cara Pengukuran Experiential Marketing


Menurut buku Experiential Marketing oleh Smilansky (2009), pengukuran
experiential marketing dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran
disesuaikan dengan tujuan experiential marketing. Hasil dari pengukuran experiential
marketing dapat berguna sebagai bahan evaluasi. Tabel berikut merupakan sistem atau
mekanisme pengukuran untuk experiential marketing:
Sistem dan Mekanisme untuk
Kode Tujuan Experiential Marketing
Pengukuran
A Melaksanakan riset pasar ( 1. Mencatat setiap pertanyaan,
memperoleh informasi mengenai saran dan umpan balik dari
opini pelanggan mengenai produk pelanggan
dan competitor produk ) 2. Melakukan survey yang berisi
pertanyaan ( kuantitatif maupun
kualitatif )
B Mendorong pemasaran dari 1. Jumlahi nteraksi
mulut-ke-mulut 2. Mengamati jumlah referral dari
pelanggan lain
C. Meningkatkan kesadaran 1. OTS
Pelanggan mengenai produk 2. Distribusidata
D. Mendorongtrial produk Jumlah produk yang dicobakan
E. Mendemonstrasikan fitur dan Jumlah produk yang di
Kelebihan produk demonstrasikan
F. Capture data Jumlah data entry yang dicapture
G. Meningkatkan traffic padawebsite Membandingkan jumlah yang
berinteraksi dengan website pada
saat ini dengan waktus ebelumnya
9

H. Mendorong word-of-web Jumlah orang yang membagikan


pengalaman online mereka
kepada orang lain
I. Meningkatkan penjualan 1. Jumlah barang yang terjual / jasa
yang digunakan
2. Jumlah kode / voucher penjualan
yang telah diklaim.
J. Meningkatkan customer loyalty / 1. Mengamati perilaku pelanggan
meningkatkan hubungan brand 2. Melakukan kontak dengan
dengan pelanggan pelanggan secara rutin
K. Membuat pengalaman yang tidak 1. Mengamati perilaku pelanggan
terlupakan 2. Melakukan kontak dengan
pelanggan secara rutin
L. Menghidupkan brand personality Melakukan survey pada non-
pelanggan dan membandingkan
hasilnya dengan pelanggan
M. Mendapatkan kredibilitas dari 1. Melakukan survey padanon-
pelanggan pelanggan dan membandingkan
hasilnya dengan pelanggan
2. Melakukan analisis demografi
pelanggan
N. Memposisikan brand Melakukan survey pada non-
pelanggan dan membandingkan
hasilnya dengan pelanggan

2.6 Penelitian Experiential Marketing di dunia


Pemasar memandang konsumen sebagai makhluk yang irasional dan emosional yang
mementingkan pencapaian pengalaman yang menyenangkan. Oleh karena itu,
experiential marketing menawarkan pelanggan pengalaman yang tak terlupakan untuk
mencapai keunggulan kompetitif dan kepuasan pelanggan (Snakers & Zajdman, 2010).
Loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan merupakan hasil dari pengalaman dalam
menerima pelayanan yang baik (Supawan). Tingkat pengalaman memuaskan yang tinggi
akan memperkecil kemungkinan pelanggan untuk beralih kepada penyedia layanan lain
(Ueacharoenkit, 2013).
Bennett et al. (2005) menyatakan bahwa tingkat kepuasan pelanggan sangat berkaitan
dengan pengalaman masa lalu konsumen dengan perusahaan, produk atau layanan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen didapatkan melalui pengalaman
sebelumnya sesuai dengan situasi pembelian produk atau penggunaan jasa
(Ueacharoenkit, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa experiential marketing
termasuk persepsi konsumen melalui indera, perasaan, berpikir dan komponen lainnya
10

yang terdiri dari kualitas layanan, inovasi layanan akan mendorong kepuasan pelanggan
melalui nilai fungsional, emosional, dan kebaruan (Pham & Huang, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Wu & Tseng (2015) mendefinisikan bahwa perspektif
experiential marketing sangat luas dan membantu dalam meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Wu & Tseng (2015) meneliti hubungan antara pemasaran
pengalaman, kepuasan pelanggan, dan keinginan untuk mengunjungi atau menggunakan
jasa kembali. Dimensi-dimensi pengukuran experiential marketing berfokus pada ide
Schmitt tentang indera, rasa, berpikir, bertindak, dan berhubungan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa experiential marketing memiliki efek positif yang signifikan
terhadap kepuasan pelanggan.

2.7 Implementasi Experiantial Marketing


Seperti yang dinyatakan oleh Lippman bahwa konsep experiential marketing
bukanlah merupakan hal baru karena telah diterapkan sejak dulu kala. Hal ini bisa dilihat
dari praktek yang terjadi di pasar tradisional. Seorang penjual mangga, misalnya,
memberikan sampel atau contoh buah mangga untuk dicicipi calon pembelinya. Calon
pembeli akan melakukan transaksi harga (tawar menawar) setelah mencicipi buah
mangga yang hendak dibelinya. Karena rasanya manis dan harganya cocok maka dia akan
membeli mangga tersebut. Di sini terlihat jelas pengalaman calon pembeli yang meliputi
‘sense’ karena tampilan buah mangga yang ranum dan segar, ‘feel’ karena rasa buahnya
yang manis dan kemudian dikaitkan ‘relate’ atas harga yang sesuai dengan harapannya
mampu mengarahkannya dalam keputusan pembelian. Bahkan untuk menarik
pelanggannya, pedagang ini tak lupa juga memberikan bonus sebuah mangga jika
pelanggannya membeli 10 buah mangga sekaligus. Praktek seperti ini sudah diterapkan
sejak dulu kala oleh masyarakat Jawa dan Madura di Indonesia. Quantity discount atau
pengurangan harga untuk pembelian produk tertentu dengan volume yang lebih besar
juga masih diterapkan hingga sekarang ini.
Beberapa merek produk juga dipasarkan dengan strategi ini antara lain: Indo Mie
(bonus 1 kemasan untuk setiap pembelian 5 kemasan dengan rasa yang sama), Baygon &
Hit (bonus sebesar 20% dengan volume yang lebih banyak), Pantene (bonus 1 kemasan
produk yang sama sebesar 100 ml untuk setiap pembelian kemasan 200ml), Clear (bonus
1 kemasan sebesar 50 ml untuk setiap pembelian kemasan 200ml). Strategi ini bertujuan
agar pelanggan yang sudah memperoleh pengalaman setelah mengkonsumsi produk tetap
awas (brand awareness) dan senantiasa akan mengkonsumsi produk yang telah
11

dikonsumsinya (brand loyalty). Pemberian bonus atau sampel produk yang diberikan
secara cuma-cuma (baik secara langsung maupun tak langsung, dalam bentuk paket
dengan pembelian produk lain) digunakan untuk mengenalkan produk baru ke pelanggan.
Ini dilakukan Nestle ketika meluncurkan Nescafe Ice, Unilever dengan produk sabun cair
Dove dan Sunsilk Hair Nourisher. Melalui sampel tersebut diharapkan pelanggan
mendapatkan pengalaman langsung ketika mengkonsumsi produk. Dengan experiential
marketing pemasar berharap dapat menanamkan citra dari produk baru itu (brand
perception dan brand awareness) yang dapat mempengaruhi pelanggan untuk melakukan
pembelian.

2.8 Manfaat Experiental Marketing


Fokus utama dari suatu Experiential Marketing adalah pada tanggapan panca indra,
pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat
menciptakan experiential brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari
konsumen. Experiential Marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila
diterapkan pada beberapa situasi tertentu.
Ada beberapa manfaat yang dapat diterima dan dirasakan suatu badan usaha menurut
pandangan Schmitt (1999) apabila menerapkan Experiential Marketing antara lain:
1) Merk mulai memudar (to turn araund adeclining brand), untuk membangkitkan
kembali merk yang sedang merosot.
2) Membedakan produk dengan pesaing (to bedifferentiate a product from competition),
untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing.
3) Memelihara citra perusahaan (to create an image and identity for acorporation), untuk
menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan.
4) Menginformasikan suatu inovasi (to promote innovation), untuk mempromosikan
inovasi.
5) Menciptakan pembelian bagi konsumen setia (to induce trial, purchase and the
mostimportant, loyal consumption), untuk membujuk, percobaan, pembelian dan
loyalitas konsumen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Experiential marketing adalah proses pemasaran yang melibatkan pelanggan dengan
memberikan pengalaman mendalam atas produk atau merek (Patrick & Adeosun, 2003).
Berdasarakan beberapa definisi experiential marketing, dapat disimpulkan bahwa
experiential marketing merupakan suatu upaya pemasaran yang berfokus pada pemberian
pengalaman bagi pelanggan untuk memberikan stimulus secara emosional sehingga
pelanggan akan memiliki suatu ikatan dengan produk atau jasa tertentu. Fokus utama
experiential marketing adalah customer experience atau pengalaman yang dirasakan oleh
pelanggan. Hal ini bisa dilihat dari praktek yang terjadi di pasar tradisional. Quantity
discount atau pengurangan harga untuk pembelian produk tertentu dengan volume yang
lebih besar juga masih diterapkan hingga sekarang ini. Fokus utama dari suatu
Experiential Marketing adalah pada tanggapan panca indra, pengaruh, tindakan serta
hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat menciptakan experiential
brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari konsumen.

12
DAFTAR PUSAKA

Gheorghe, C.-M., Gheorghe, I.-R., & Purcărea, V. L. (2017). Modeling The


Consumer’sPerception of Experiential Marketing in The Romanian Private
OphthalmologicServices.Romanian Journal of Ophthalmology, 61(3), 219–
228.https://doi.org/10.22336/rjo.2017.40
Maghnati, F., Ling, K. C., & Nasermoadeli, A. (2012). Exploring the Relationship between
Experiential Marketing and Experiential Value in the Smartphone Industry.International
Business Research, 5(11), 169–177. https://doi.org/10.5539/ibr.v5n11p169
Mathur, D. C. (1971). Naturalistic Philosophic of Experience. St. Louis, MO: Warren H.
Green, Inc.
Patrick, L., & Adeosun, K. (2003). Experiential Marketing : An Insight into the Mind of the
Consumer. Asian Journal of Business and Management Sciences, 2(7), 21–26.
Pham, T. H., & Huang, T.-Y. (2015). The Impact of Experiential Marketing Use on
Customer’s Experiential Value and Satisfaction: An Empirical Study in Vietnam Hotel
Sector. Journal of Business Management & Social Sciences Research, 4(January).
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2466.7048
Schmitt, B. (2010). Experience Marketing: Concepts, Frameworks and Consumer Insights.
Foundations and Trends® in Marketing, 5(2), 55–
112.https://doi.org/10.1561/1700000027
Smilansky, S. (2009). Experiential: A practical Guide to Interactive Brand Experiences.
Journal of marketing management.
Snakers, E., & Zajdman, E. (2010). Does Experiential Marketing Affect The Behavior of
LuxuryGoods Consumers ? Spring, 5–7. Retrieved
fromhttp://umu.divaportal.org/smash/get/diva2:349115/FULLTEXT01
Ueacharoenkit, S. (2013). Experiential marketing-A consumption of fantasies, feelings and
fun.
Wu, M. Y., & Tseng, L. H. (2015). Customer Satisfaction and Loyalty in an Online Shop: an
Experiential Marketing Perspective. International Journal of Business and Management,
10(1).
Yeh, T. M., Chen, S. H., & Chen, T. F. (2019). The relationships among experiential
marketing,service innovation, and customer satisfaction-A case study of tourism

13
factories in Taiwan. Sustainability (Switzerland), 11(4), 1–12.
https://doi.org/10.3390/su1104104

14

Anda mungkin juga menyukai