Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian

kombinasi serta mengetahui perbandingan kombinasi ekstrak rimpang jahe merah

(Zingiber officinale var. rubrum) dan ekstrak rimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) yang paling berpengaruh terhadap aktivitas analgetik pada

mencit putih jantan (Mus musculus) dengan metode panas (hotplate) bila

dibandingkan dengan pemberian asetosal sebagai kontrol positif. Pengujian

aktivitas analgetik akan dilakukan dengan memberikan kombinasi ekstrak yang

berbeda. Terdapat kelompok kontrol positif berupa pemberian larutan asetosal,

kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquadest, kelompok perlakuan 1

diberikan ekstrak rimpang jahe merah 80 mg, kelompok perlakuan 2 kombinasi

ekstrak rimpang jahe merah 60 mg dan ekstrak rimpang temulawak 20 mg,

kelompok perlakuan 3 kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 40 mg dan ekstrak

rimpang temulawak 40 mg, kelompok perlakuan 4 kombinasi ekstrak rimpang

jahe merah 20 mg dan ekstrak rimpang temulawak 60 mg, kelompok perlakuan 5

diberikan ekstrak rimpang temulawak 80 mg yang masing-masing kombinasi

ekstrak akan dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10 mL.

Analgetik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau

mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran seperti asetosal. Pada

penelitian ini, sampel yang digunakan adalah rimpang jahe merah (Zingiber

officinale var. rubrum) dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

46
47

Seperti yang diketahui, bahwa kandungan curcumin yang terdapat pada rimpang

jahe merah dan rimpang temulawak memiliki efek analgetik. Curcumin yang

merupakan zat aktif dari rimpang jahe merah dan rimpang temulawak

menghambat dibagian perifer. Curcumin menghambat kerja enzim COX, sehingga

asam arakidonat yang menumpuk tidak bisa berubah menjadi prostaglandin.

Prostaglandin yang sedikit mengakibatkan proses transduksi memerlukan waktu

yang lebih lama untuk menghasilkan stimulus nyeri yang akan ditransmisikan ke

otak untuk dipersepsikan.

Rimpang jahe merah dan rimpang temulawak diperoleh secara acak

(random sampling) dari Pasar Induk Brebes-Jawa Tengah dengan memenuhi

kriteria tertentu berupa rimpang segar, memiliki bau khas aromatik rimpang jahe

merah dan rimpang temulawak agar dapat diambil senyawa curcuminnya secara

maksimal. Peneliti menggunakan masing-masing sampel sebanyak 1800 gram

atau setara dengan 1,8 kg. Untuk membuat serbuk simplisia, mula-mula peneliti

melakukan pencucian sampel untuk menghilangkan pengotor seperti debu, tanah,

material lain yang tidak dibutuhkan yang menempel pada rimpang jahe merah dan

temulawak, kemudian diiris tipis. Langkah berikutnya rimpang dikeringkan

terlebih dahulu, pengeringan sampel dilakukan dengan cara mengangin-anginkan

diudara terbuka dan ditutup dengan menggunakan kain hitam pada suhu ruang.

Pengeringan dengan matahari langsung tidak dianjurkan karena akan merusak

kandungan curcumin dalam rimpang jahe merah dan temulawak. Tujuan dari

pengeringan tersebut yaitu untuk mengurangi kadar air, mengawetkan produk dan

mempertahankan kualitas produk.


48

Serbuk simplisia rimpang jahe merah dan rimpang temulawak yang

telah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan cara diblender tanpa

menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan.

Tujuan dari pembuatan serbuk halus yaitu untuk memperbesar luas permukaan

sehingga mempercepat proses ekstraksi karena dengan memperbesar luas

permukaan akan memperbesar kontak antara serbuk dan pelarut semakin besar.

Serbuk rimpang jahe merah dan rimpang temulawak ditimbang untuk persiapan

pembuatan ekstrak.

Berdasarkan hasil pengeringan, dari berat awal rimpang jahe merah

sebanyak 1800 gram diperoleh berat akhir sebanyak 174,96 gram dengan

persentase bobot kering terhadap bobot basah sebesar 9,72%. Sedangkan untuk

rimpang temulawak dengan berat awal 1800 gram diperoleh berat akhir sebanyak

211,53 gram dengan persentase bobot kering terhadap bobot basah sebesar

11,75%. Dengan membuat kadar air suatu bahan dibawah nilai minimal sehingga

dapat menghambat pertumbuhan jamur atau mikroba. Yang dibutuhkan oleh

mikroba untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sehingga mikroba tersebut

tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh, atau tidak berkembang sebagaimana

mestinya.

Kemudian dilakukan pengujian uji organoleptis pada serbuk rimpang

jahe merah dan rimpang temulawak bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, bau,

warna dan rasa.


49

Gambar 4.1 Serbuk Rimpang Jahe Merah

Tabel 4.1 Hasil Organoleptis Rimpang Jahe Merah.

No Keterangan Hasil Pustaka


1. Bentuk Serbuk
2. Bau Khas jahe merah Depkes RI, 2008.
3. Rasa Pedas
4. Warna Putih kekuningan

Gambar 4.2 Serbuk Rimpang Temulawak.

Tabel 4.2 Hasil Organoleptis Rimpang Temulawak.

No Keterangan Hasil Pustaka


1. Bentuk Serbuk
2. Bau Khas temulawak
3. Rasa Tajam dan agak pahit Depkes RI, 2008.
Kuning jingga hingga
4. Warna
coklat jingga terang

Identifikasi rimpang jahe merah secara organoleptik yaitu berbentuk

serbuk, berbau khas jahe merah, memiliki rasa pedas dan berwarna putih

kekuningan. Sedangkan untuk hasil identifikasi rimpang temulawak secara


50

organoleptik yaitu berbentuk serbuk, berbau khas temulawak, memiliki rasa tajam

dan agak pahit, dan berwarna kuning jingga hingga coklat jingga terang.

Selanjutnya melakukan uji mikroskopik pada rimpang jahe merah dan rimpang

temulawak. Uji mikroskopik yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Mikroskopik Rimpang Jahe Merah

Nama fragmen Pustaka


Fragmen hasil
serbuk (Farmakope Herbal Edisi 1
pengamatan
jahe merah Tahun 2008)

Serabut

Butir amilum

Parenkim
dengan sel
sekresi
51

Tabel 4.4 Hasil Uji Mikroskopik Rimpang Temulawak

Nama fragmen Pustaka


Fragmen hasil
serbuk (Farmakope Herbal Edisi
pengamatan
temulawak 1 Tahun 2008)

Berkas
pengangkut

Serabut
sklerenkim

Butir amilum

Parenkim korteks
52

Identifikasi dalam serbuk rimpang jahe merah secara mikroskopik

yaitu berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan. Fragmen pengenal dari

rimpang jahe merah adalah serabut, butir amilum, berkas pengangkut dan

parenkim dengan sel sekresi. Bentuk jaringan yang ditemukan secara mikroskopik

dalam serbuk rimpang jahe merah berupa serabut, butir amilum dan parenkim

dengan sel sekresi. Kemudian untuk identifikasi dalam serbuk rimpang temulawak

secara mikroskopik yaitu berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan. Fragmen

pengenalnya adalah berkas pengangkut, parenkim korteks, serabut sklerenkim,

butir amilum dan jaringan gabus. Sedangkan bentuk jaringan yang ditemukan

secara mikroskopik dalam serbuk rimpang temulawak berupa: berkas pengangkut,

parenkim korteks, serabut sklerenkim, dan butir amilum.

Ekstrak rimpang jahe merah dan rimpang temulawak diperoleh

menggunakan metode maserasi dengan perbandingan serbuk simplisia jahe merah

terhadap pelarut (1:5). Sedangkan untuk ekstrak rimpang temulawak

menggunakan perbandingan serbuk simplisia temulawak terhadap pelarut (1:10).

Masing-masing bahan diisolasi untuk mendapatkan zat aktif yang diinginkan

berupa kandungan curcumin. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah

menimbang sampel berupa serbuk rimpang jahe merah sebanyak 150 gram dan

serbuk rimpang temulawak sebanyak 75 gram. Sampel yang telah ditimbang

kemudian dimaserasi selama 7 hari dengan menggunakan masing-masing pelarut

yang disesuai. Untuk rimpang jahe merah digunakan pelarut etanol 96% sebanyak

750 mL, rimpang temulawak mengunakan pelarut etanol 96% dan air dengan

perbandingan 1:1 sehingga pelarut yang digunakan etanol sebanyak 375 mL dan
53

air sebanyak 375 mL. Alasan etanol dan air dipilih sebagai pelarut yaitu

berdasarkan sifat zat aktif yang akan diisolasi berupa senyawa curcumin. Senyawa

curcumin merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga pelarut yang

digunakan untuk mengekstrak rimpang jahe merah dan rimpang temulawak

menggunakan etanol. Selain kepolaran dari zat aktif, berdasarkan metode yang

distandarisasi oleh BPOM (2005) menjelaskan bahwa untuk ekstraksi suatu bahan

yang akan digunakan sebagai obat harus menggunakan etanol sebagai pelarutnya.

Alasan lainnya adalah karena etanol lebih mudah menguap, murah, mudah

didapatkan dan cukup aman (tidak beracun).

Hal yang dilakukan pada proses maserasi adalah merendam simplisia

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian disimpan dalam toples tertutup rapat

lakban hitam. Hal ini bertujuan agar sampel yang dimaserasi tidak terpapar sinar

matahari dan pelarut yang digunakan tidak mudah menguap sehingga hasil yang

diperoleh maksimal. Saat dilakukannya maserasi, setiap hari perlu dilakukan

pengadukan dengan maksud agar keseimbangan konsentrasi bahan aktif lebih

cepat di dalam cairan setelah 7 hari kemudian disaring dengan kain.

Dari proses maserasi, diperoleh ekstrak cair kemudian dipekatkan

dengan cara pemanasan langsung. Hal ini bertujuan untuk menguapkan pelarut

yang digunakan yaitu etanol. Untuk pembuktian bahwa ekstrak tersebut telah

benar-benar terbebas dari etanol maka perlu dilakukan uji bebas etanol. Dengan

menggunakan pereaksi H2SO4 pekat dan asam asetat kemudian mengamati aroma

yang muncul saat penambahan bahan pereaksi. Apabila masih berbau etil asetat

(ester) maka ekstrak tersebut belum terbebas dari etanol. Ciri bau ester yaitu
54

aromanya seperti bau balon (Kurniawati, 2015). Namun apabila berbau khas

ekstrak berarti ekstrak tersebut sudah terbebas dari etanol.

Tabel 4.5 Hasil Uji Bebas Etanol

Pengamatan Perlakuan Pusaka Hasil pengamatan Keterangan


2 tetes ekstrak Dipanaskan Tidak Tidak berbau etanol, +
+ 2 tetes tabung reaksi berbau bau khas ekstrak
H2SO4 pekat menggunakan etanol rimpang jahe merah
+ 2 tetes asam bunsen. Amati dan rimpang
asetat aromanya. temulawak.
Keterangan : (+) : Sesuai pustaka (Samsumaharto, 2009)
Selain uji bebas etanol, peneliti juga melakukan uji kualitatif

kandungan curcumin dengan cara deteksi perubahan warna terhadap ekstrak

rimpang. Uji kandungan curcumin dengan cara menambahkan larutan basa yang

akan menimbulkan perubahan warna ekstrak menjadi merah kecoklatan. Setelah

ditambahkan larutan basa, kemudian menambahkan laruan asam. Perubahan

warna yang terjadi menjadi warna kuning curcumin.

Tabel 4.6 Uji Kandungan Curcumin Rimpang Jahe Merah

Perlakuan Hasil pengamatan


(Kiso, 1985) Sebelum Sesudah
1 mL ekstrak + NaOH + NaOH
+ 2 tetes NaOH
+ 2 tetes HCL

+HCL +HCL
55

Tabel 4.7 Uji Kandungan Curcumin Rimpang Temulawak

Perlakuan Hasil pengamatan


(Kiso, 1985) Sebelum Sesudah
+ 2 tetes NaOH + NaOH + NaOH
+ 2 tetes HcL

+HCL +HCL

Sesuai dengan literatur bahwasanya simplisia yang mengandung

senyawa curcumin apabila ditambahkan larutan basa berupa NaOH, saat

ditambahkan 2 tetes NaOH ekstrak rimpang jahe merah maupun temulawak

berubah warna menjadi merah kecoklatan. Setelah menambahkan 2 tetes larutan

basa, kemudian menambahkan 2 tetes laruan asam. Perubahan warna yang terjadi

menjadi warna kuning curcumin.

Uji daya analgetik ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak rimpang

temulawak dilakukan pada mencit putih jantan dengan memberikan kombinasi

ekstrak yang berbeda, antara lain: kelompok kontrol positif berupa pemberian

larutan asetosal. Alasan digunakannya asetosal sebagai kontrol positif yaitu karena

metode yang digunakan untuk merangsang nyeri pada hewan uji berupa mencit

putih jantan (Mus musculus) adalah menggunakan metode panas (hotplate).


56

Asetosal temasuk kedalam obat golongan analgetik-antiinflamasi kuat. Menurut

Tjay dan Raharja pada tahun 2003 menyebutkan bahwa stimulus panas dari

hotplate yang terlalu kuat dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Sehingga efek

nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus panas dapat diatasi dengan asetosal yang

berkhasiat sebagai analgetik, sedangkan khasiat sebagai antiinflamasi kuat dapat

mengatasi kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh stimulasi panas dalam

penelitian ini. Kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquadest. Alasan

digunakannya aquadest sebagai kontrol negatif yaitu untuk memastikan bahwa

aquadest tidak memiliki aktivitas analgetik terhadap hewan uji saat diberikan

perlakuan. Kelompok perlakuan I diberikan ekstrak rimpang jahe merah 80 mg,

kelompok perlakuan II kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 60 mg dan ekstrak

rimpang temulawak 20 mg, kelompok perlakuan III kombinasi ekstrak rimpang

jahe merah 40 mg dan ekstrak rimpang temulawak 40 mg, kelompok perlakuan IV

kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 20 mg dan ekstrak rimpang temulawak 60

mg, kelompok perlakuan V diberikan ekstrak rimpang temulawak 80 mg yang

masing-masing kombinasi ekstrak akan dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10

mL. Kombinasi ekstrak jahe merah dan ekstrak rimpang temulawak digunakan

untuk mengetahui manakah kombinasi antara kedua ekstrak rimpang yang

digunakan yang berpengaruh sebagai analgetik.

Untuk mengetahui bagaimana aktivitas analgetik kombinasi ekstrak

rimpang jahe merah dan rimpang temulawak, peneliti menggunakan metode

hotplate. Rangsangan panas yang dihasilkan hotplate akan menimbukan rasa nyeri

yang ditunjukan dengan gerakan lompatan maupun jilatan pada kaki. Langkah
57

pertama yang dilakukan adalah memberikan rangsangan nyeri dimenit pertama

selama satu menit menggunakan beakerglass yang telah dipanaskan menggunakan

waterbath dengan suhu 550C, amati respon mencit dan catat sebagai data respon

sebelum perlakuan. Langkah selanjutnya diberikan larutan sesuai dengan kontrol

negatif berupa aquadest, kontrol positif berupa larutan asetosal kemudian

perbandingan kombinasi yang digunakan. Pemberian kontrol maupun kombinasi

ekstrak diberikan secara oral pada mencit yang sudah dikelompokkan. Setelah 30

menit kemudian diberikan perlakuan lagi menggunakan beakerglass yang

sebelumnya telah dipanaskan dengan suhu 550C, amati respon mencit dan catat

sebagai data respon ke 30 menit. Langkah berikutnya mencit diberikan perlakuan

kembali selama satu menit, dengan mengamati dan catat data sebagai respon pada

menit ke 60, menit ke 90 dan menit ke 120.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah diamati, membuktikan bahwa

kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak rimpang temulawak

berpengaruh sebagai daya analgetik terhadap mencit putih jantan (Mus musculus).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Kontrol Negatif


(Aquadest)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 24 32 26 82 27,33
II 30 34 29 30 93 31
III 60 29 31 34 94 31,33
IV 90 35 25 32 92 30,67
V 120 34 32 28 94 31,33
Jumlah 156 149 150 455 151,67
58

Tabel 4.9 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Kontrol Positif (Asetosal)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 27 30 28 85 28,33
II 30 24 30 29 83 27,67
III 60 18 21 16 55 18,33
IV 90 20 21 19 60 20
V 120 23 20 21 64 21,33
Jumlah 112 122 113 347 115,67

Tabel 4.10 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Perlakuan 1 (Ekstrak


Rimpang Jahe Merah 80 mg)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 26 25 31 82 27,33
II 30 28 25 26 79 26,33
III 60 16 22 20 58 19,33
IV 90 20 25 23 68 22,67
V 120 23 26 25 74 24,67
Jumlah 113 123 125 361 120,33

Tabel 4.11 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Perlakuan 2 (Kombinasi


Ekstrak Rimpang Jahe Merah 60 mg dan Ekstrak Rimpang Temulawak 20
mg)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 27 31 26 84 28
II 30 21 27 30 78 26
III 60 17 18 21 56 18,67
IV 90 21 20 25 66 22
V 120 25 22 26 73 24,33
Jumlah 111 118 128 357 119
59

Tabel 4.12 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Perlakuan 3 (Kombinasi


Ekstrak Rimpang Jahe Merah 40 mg dan Ekstrak Rimpang Temulawak 40
mg)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 34 31 26 91 30,33
II 30 30 28 30 87 29
III 60 19 20 21 60 20
IV 90 21 20 25 66 22
V 120 25 22 26 73 24,33
Jumlah 129 121 128 378 126

Tabel 4.13 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Perlakuan 4 (Kombinasi


Ekstrak Rimpang Jahe Merah 20 mg dan Ekstrak Rimpang Temulawak 60
mg)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 28 30 29 87 29
II 30 31 27 30 88 29,33
III 60 20 19 21 60 20
IV 90 22 25 18 65 21,67
V 120 21 27 21 69 23
Jumlah 122 128 119 369 123

Tabel 4.14 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Perlakuan 5 (Ekstrak


Rimpang Temulawak 80 mg)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 30 32 26 88 29,33
II 30 28 25 34 87 29
III 60 21 21 25 67 22,33
IV 90 22 20 28 70 23,33
V 120 25 27 25 77 25,67
Jumlah 126 125 138 389 129,67

Berdasarkan tabel data rata-rata jumlah respon tiap perlakuan, terhitung

dari menit ke 0 sampai dengan menit ke 60 untuk kelompok kontrol negatif

(aquadest) didapatkan rata-rata jumlah respon 151,67. Untuk kelompok kontrol


60

positif (asetosal) didapatkan rata-rata jumlah respon 115,67. Untuk kelompok

perlakuan 1 (ekstrak rimpang jahe merah 80 mg)) didapatkan rata-rata jumlah

respon 120,33. Untuk kelompok perlakuan 2 (kombinasi ekstrak rimpang jahe

merah 60 mg dan ekstrak rimpang temulawak 20 mg) didapatkan rata-rata jumlah

respon 119. Untuk kelompok perlakuan 3 (kombinasi ekstrak rimpang jahe merah

40 mg dan ekstrak rimpang temulawak 40 mg) didapatkan rata-rata jumlah respon

126. Untuk kelompok perlakuan 4 (kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 20 mg

dan ekstrak rimpang temulawak 60 mg) didapatkan rata-rata jumlah respon 123.

Untuk kelompok perlakuan 5 (ekstrak rimpang temulawak 80 mg) didapatkan

rata-rata jumlah respon 129,67.

Data rata-rata jumlah respon mencit pada setiap perlakuan bertujuan untuk

mengetahui nilai rata-rata dari setiap kelompok perlakuan. Selanjutnya nilai rata-

rata tersebut digunakan untuk mencari nilai persentase daya analgetik dari

masing-masing kelompok perlakuan. Berikut adalah data daya analgetik hasil

perhitungan:

Tabel 4.15 Data Persentase Daya Analgetik


Rata-rata Jumlah Daya
Perlakuan Respon Selama 120 Analgetik
Menit (%)
Aquadest 151,67 0%
Asetosal 115,67 100%
Perlakuan 1 (JM 80 mg) 120,33 87.06%
Perlakuan 2 (JM 60 mg + TM 20 mg) 119,00 90,77%
Perlakuan 3 (JM 40 mg + TM 40 mg) 126,00 71,31%
Perlakuan 4 (JM 20 mg + TM 60 mg) 123 79,65%
Perlakuan 5 (TM 80 mg) 129,67 61,12%
Keterangan : JM (Jahe Merah) TM (Temulawak)
61

Berdasarkan hasil tabel 4.15 mengenai data persentase daya analgetik,

dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah respon dari menit ke 0 sampai dengan menit

ke 120 pada kontrol negatif dengan pemberian aquadest memiliki rata-rata jumlah

respon sebanyak 115,67 dengan daya analgetik sebesar 0%. Kontrol positif

dengan pemberian larutan asetosal memiliki rata-rata jumlah respon sebanyak

115,67 dengan daya analgetik sebesar 100%. Kelompok perlakuan I dengan

pemberian ekstrak bahan tunggal berupa ekstrak rimpang jahe merah 80 mg

memiliki rata-rata jumlah respon sebanyak 120,33 dengan daya analgetik sebesar

87.06%. Kelompok perlakuan II dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang

jahe merah 60 mg dan ekstrak rimpng temulawak 20 mg memiliki rata-rata jumlah

respon sebanyak 119,00 dengan daya analgetik sebesar 90,77%. Kelompok

perlakuan III dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 40 mg dan

ekstrak rimpang temulawak 40 mg memiliki rata-rata jumlah respon sebanyak

126,00 dengan daya analgetik sebesar 71,31%. Kelompok perlakuan IV dengan

pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 20 mg dan ekstrak rimpang

temulawak 60 mg memiliki rata-rata jumlah respon sebanyak 123 dengan daya

analgetik sebesar 79.65%. Kelompok perlakuan V dengan pemberian ekstrak

bahan tunggal berupa ekstrak rimpang temulawak 80 mg memiliki rata-rata

jumlah respon sebanyak memiliki rata-rata sebanyak 129,67 dengan daya

analgetik sebesar 61,12%.

Sehingga dapat dikatakan perbandingan kombinasi ekstrak yang hasilnya

mendekati kontrol positif dengan rata-rata 115,67 adalah pada kelompok

perlakuan kedua dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 60 mg


62

dan ekstrak rimpang temulawak 20 mg yang ditambahkan aquadest sebanyak 10

mL dengan rata-rata 119,00 dengan daya analgetik sebesar 90,77%. Hasil tersebut

membuktikan bahwa walaupun rimpang jahe merah dan rimpang temulawak

sama-sama berkhasiat sebagai analgetik, tetapi berdasarkan literatur rimpang jahe

merah memiliki aktivitas analgetik yang lebih besar dibandingkan dengan

rimpang temulawak karena rimpang temulawak memiliki khasiat yang lebih

dominan sebagai antioksidan.

Setelah menentukan rata-rata jumlah respon, langkah selanjutnya untuk

mengetahui kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak rimpang

temulawak yang paling efektif dalam memberikan efek analgetiknya pada mencit

putih, maka dapat dilakukan dengan Uji One-way Anova dengan menggunakan

tingkat signifikansi α = 5%. Tujuan pengujian menggunakan One-Way Anova

antara lain agar peneliti dapat membandingkan hasil antar perlakuan kelompok

dengan memperhatikan tingkat signifikansinya. Berikut adalah data Uji One-Way

Anova yang dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini:

Tabel 4.16 Data Statistik Rata-Rata Respon Mencit Selama 120 Menit Per
Perlakuan dengan Uji One-Way Anova
ANOVA
Rata.rata_Respon_Mencit_Selama_120_Menit
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 104.103 6 17.350 12.081 .000
Within Groups 20.107 14 1.436
Total 124.210 20

Berdasarkan tabel 4.16 data statistik rata-rata respon mencit selama 120 menit per

perlakuan dengan uji One-Way Anova, diperoleh nilai F hitung 12.081 dengan F

tabel 2.996. Sehingga didapatkan F hitung > F tabel yaitu 12.081 > 2.996 dengan
63

signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-

rata respon mencit selama 120 menit tiap kelompok perlakuan memang benar-

benar berbeda dalam memberikan daya analgetik pada kombinasi ekstrak rimpang

jahe merah dan ekstrak temulawak terhadap mencit putih.

Tabel 4.17 Data Statistik Deskriptif Rata-Rata Respon Mencit Selama 120
Menit Per Perlakuan Dengan Uji One-Way Anova
Descriptives
Rata.rata_Respon_Mencit_Selama_120_Menit
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
Kelompok Kontrol
3 30.3333 .75719 .43716 28.4524 32.2143 29.80 31.20
Negatif (Aquadest)
Kelompok Kontrol
3 23.1333 1.10151 .63596 20.3970 25.8696 22.40 24.40
Positif (Asetosal)
Kelompok Perlakuan 1
3 24.0667 1.28582 .74237 20.8725 27.2608 22.60 25.00
(JM 80 mg)
Kelompok Perlakuan 2
(JM 60 mg dan TM 20 3 23.8000 1.70880 .98658 19.5551 28.0449 22.20 25.60
mg)
Kelompok Perlakuan 3
(JM 40 mg dan TM 40 3 25.2000 .87178 .50332 23.0344 27.3656 24.20 25.80
mg)
Kelompok Perlakuan 4
(JM 20 mg dan TM 60 3 24.6000 .91652 .52915 22.3233 26.8767 23.80 25.60
mg)
Kelompok Perlakuan 5
3 25.9333 1.44684 .83533 22.3392 29.5275 25.00 27.60
(TM 80 mg)
Total 21 25.2952 2.49208 .54382 24.1609 26.4296 22.20 31.20

Tabel 4.17 menunjukkan nilai rata-rata respon mencit selama 120 menit

per perlakuan dengan uji One-Way Anova. Kelompok kontrol negatif dengan

pemberian aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai
64

rata-rata 30,33. Kelompok kontrol positif dengan pemberian larutan asetosal

kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 23,13.

Kelompok perlakuan pertama dengan pemberian ekstrak bahan tunggal yaitu

rimpang jahe merah 80 mg yang dilarutkan dalam 10 mL aquadest kepada hewan

uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 24,06. Kelompok perlakuan

kedua dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 60 mg dan

ekstrak rimpang temulawak 20 mg yang dilarutkan dalam 10 mL aquadest kepada

hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 23,80. Kelompok

perlakuan ketiga dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 40 mg

dan ekstrak rimpang temulawak 40 mg yang dilarutkan dalam 10 mL aquadest

kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 25,20.

Kelompok perlakuan keempat dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe

merah 20 mg dan ekstrak rimpang temulawak 60 mg yang dilarutkan dalam 10

mL aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata

24,60. Kemudian kelompok perlakuan kelima dengan pemberian ekstrak bahan

tunggal yaitu ekstrak rimpang temulawak 80 mg yang dilarutkan dalam 10 mL

aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata

25,93.

Anda mungkin juga menyukai