mencit putih jantan (Mus musculus) dengan metode panas (hotplate) bila
penelitian ini, sampel yang digunakan adalah rimpang jahe merah (Zingiber
46
47
Seperti yang diketahui, bahwa kandungan curcumin yang terdapat pada rimpang
jahe merah dan rimpang temulawak memiliki efek analgetik. Curcumin yang
merupakan zat aktif dari rimpang jahe merah dan rimpang temulawak
yang lebih lama untuk menghasilkan stimulus nyeri yang akan ditransmisikan ke
kriteria tertentu berupa rimpang segar, memiliki bau khas aromatik rimpang jahe
merah dan rimpang temulawak agar dapat diambil senyawa curcuminnya secara
atau setara dengan 1,8 kg. Untuk membuat serbuk simplisia, mula-mula peneliti
material lain yang tidak dibutuhkan yang menempel pada rimpang jahe merah dan
diudara terbuka dan ditutup dengan menggunakan kain hitam pada suhu ruang.
kandungan curcumin dalam rimpang jahe merah dan temulawak. Tujuan dari
pengeringan tersebut yaitu untuk mengurangi kadar air, mengawetkan produk dan
telah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan cara diblender tanpa
Tujuan dari pembuatan serbuk halus yaitu untuk memperbesar luas permukaan
permukaan akan memperbesar kontak antara serbuk dan pelarut semakin besar.
Serbuk rimpang jahe merah dan rimpang temulawak ditimbang untuk persiapan
pembuatan ekstrak.
sebanyak 1800 gram diperoleh berat akhir sebanyak 174,96 gram dengan
persentase bobot kering terhadap bobot basah sebesar 9,72%. Sedangkan untuk
rimpang temulawak dengan berat awal 1800 gram diperoleh berat akhir sebanyak
211,53 gram dengan persentase bobot kering terhadap bobot basah sebesar
11,75%. Dengan membuat kadar air suatu bahan dibawah nilai minimal sehingga
mestinya.
jahe merah dan rimpang temulawak bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, bau,
serbuk, berbau khas jahe merah, memiliki rasa pedas dan berwarna putih
organoleptik yaitu berbentuk serbuk, berbau khas temulawak, memiliki rasa tajam
dan agak pahit, dan berwarna kuning jingga hingga coklat jingga terang.
Selanjutnya melakukan uji mikroskopik pada rimpang jahe merah dan rimpang
temulawak. Uji mikroskopik yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.3
dibawah ini:
Serabut
Butir amilum
Parenkim
dengan sel
sekresi
51
Berkas
pengangkut
Serabut
sklerenkim
Butir amilum
Parenkim korteks
52
rimpang jahe merah adalah serabut, butir amilum, berkas pengangkut dan
parenkim dengan sel sekresi. Bentuk jaringan yang ditemukan secara mikroskopik
dalam serbuk rimpang jahe merah berupa serabut, butir amilum dan parenkim
dengan sel sekresi. Kemudian untuk identifikasi dalam serbuk rimpang temulawak
butir amilum dan jaringan gabus. Sedangkan bentuk jaringan yang ditemukan
menimbang sampel berupa serbuk rimpang jahe merah sebanyak 150 gram dan
yang disesuai. Untuk rimpang jahe merah digunakan pelarut etanol 96% sebanyak
750 mL, rimpang temulawak mengunakan pelarut etanol 96% dan air dengan
perbandingan 1:1 sehingga pelarut yang digunakan etanol sebanyak 375 mL dan
53
air sebanyak 375 mL. Alasan etanol dan air dipilih sebagai pelarut yaitu
berdasarkan sifat zat aktif yang akan diisolasi berupa senyawa curcumin. Senyawa
menggunakan etanol. Selain kepolaran dari zat aktif, berdasarkan metode yang
distandarisasi oleh BPOM (2005) menjelaskan bahwa untuk ekstraksi suatu bahan
yang akan digunakan sebagai obat harus menggunakan etanol sebagai pelarutnya.
Alasan lainnya adalah karena etanol lebih mudah menguap, murah, mudah
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian disimpan dalam toples tertutup rapat
lakban hitam. Hal ini bertujuan agar sampel yang dimaserasi tidak terpapar sinar
matahari dan pelarut yang digunakan tidak mudah menguap sehingga hasil yang
dengan cara pemanasan langsung. Hal ini bertujuan untuk menguapkan pelarut
yang digunakan yaitu etanol. Untuk pembuktian bahwa ekstrak tersebut telah
benar-benar terbebas dari etanol maka perlu dilakukan uji bebas etanol. Dengan
menggunakan pereaksi H2SO4 pekat dan asam asetat kemudian mengamati aroma
yang muncul saat penambahan bahan pereaksi. Apabila masih berbau etil asetat
(ester) maka ekstrak tersebut belum terbebas dari etanol. Ciri bau ester yaitu
54
aromanya seperti bau balon (Kurniawati, 2015). Namun apabila berbau khas
rimpang. Uji kandungan curcumin dengan cara menambahkan larutan basa yang
+HCL +HCL
55
+HCL +HCL
basa, kemudian menambahkan 2 tetes laruan asam. Perubahan warna yang terjadi
Uji daya analgetik ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak rimpang
ekstrak yang berbeda, antara lain: kelompok kontrol positif berupa pemberian
larutan asetosal. Alasan digunakannya asetosal sebagai kontrol positif yaitu karena
metode yang digunakan untuk merangsang nyeri pada hewan uji berupa mencit
Tjay dan Raharja pada tahun 2003 menyebutkan bahwa stimulus panas dari
hotplate yang terlalu kuat dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Sehingga efek
nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus panas dapat diatasi dengan asetosal yang
aquadest tidak memiliki aktivitas analgetik terhadap hewan uji saat diberikan
mL. Kombinasi ekstrak jahe merah dan ekstrak rimpang temulawak digunakan
hotplate. Rangsangan panas yang dihasilkan hotplate akan menimbukan rasa nyeri
yang ditunjukan dengan gerakan lompatan maupun jilatan pada kaki. Langkah
57
waterbath dengan suhu 550C, amati respon mencit dan catat sebagai data respon
ekstrak diberikan secara oral pada mencit yang sudah dikelompokkan. Setelah 30
sebelumnya telah dipanaskan dengan suhu 550C, amati respon mencit dan catat
kembali selama satu menit, dengan mengamati dan catat data sebagai respon pada
berpengaruh sebagai daya analgetik terhadap mencit putih jantan (Mus musculus).
Tabel 4.9 Data Rata-Rata Jumlah Respon Mencit Kontrol Positif (Asetosal)
Jumlah Respon
Waktu ƩRata-
No Lompatan dan Jilatan Kaki Jumlah
(Menit) rata
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
I 0 27 30 28 85 28,33
II 30 24 30 29 83 27,67
III 60 18 21 16 55 18,33
IV 90 20 21 19 60 20
V 120 23 20 21 64 21,33
Jumlah 112 122 113 347 115,67
respon 119. Untuk kelompok perlakuan 3 (kombinasi ekstrak rimpang jahe merah
dan ekstrak rimpang temulawak 60 mg) didapatkan rata-rata jumlah respon 123.
Data rata-rata jumlah respon mencit pada setiap perlakuan bertujuan untuk
mengetahui nilai rata-rata dari setiap kelompok perlakuan. Selanjutnya nilai rata-
rata tersebut digunakan untuk mencari nilai persentase daya analgetik dari
perhitungan:
dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah respon dari menit ke 0 sampai dengan menit
ke 120 pada kontrol negatif dengan pemberian aquadest memiliki rata-rata jumlah
respon sebanyak 115,67 dengan daya analgetik sebesar 0%. Kontrol positif
memiliki rata-rata jumlah respon sebanyak 120,33 dengan daya analgetik sebesar
perlakuan III dengan pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah 40 mg dan
mL dengan rata-rata 119,00 dengan daya analgetik sebesar 90,77%. Hasil tersebut
temulawak yang paling efektif dalam memberikan efek analgetiknya pada mencit
putih, maka dapat dilakukan dengan Uji One-way Anova dengan menggunakan
antara lain agar peneliti dapat membandingkan hasil antar perlakuan kelompok
Tabel 4.16 Data Statistik Rata-Rata Respon Mencit Selama 120 Menit Per
Perlakuan dengan Uji One-Way Anova
ANOVA
Rata.rata_Respon_Mencit_Selama_120_Menit
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 104.103 6 17.350 12.081 .000
Within Groups 20.107 14 1.436
Total 124.210 20
Berdasarkan tabel 4.16 data statistik rata-rata respon mencit selama 120 menit per
perlakuan dengan uji One-Way Anova, diperoleh nilai F hitung 12.081 dengan F
tabel 2.996. Sehingga didapatkan F hitung > F tabel yaitu 12.081 > 2.996 dengan
63
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-
rata respon mencit selama 120 menit tiap kelompok perlakuan memang benar-
benar berbeda dalam memberikan daya analgetik pada kombinasi ekstrak rimpang
Tabel 4.17 Data Statistik Deskriptif Rata-Rata Respon Mencit Selama 120
Menit Per Perlakuan Dengan Uji One-Way Anova
Descriptives
Rata.rata_Respon_Mencit_Selama_120_Menit
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
Kelompok Kontrol
3 30.3333 .75719 .43716 28.4524 32.2143 29.80 31.20
Negatif (Aquadest)
Kelompok Kontrol
3 23.1333 1.10151 .63596 20.3970 25.8696 22.40 24.40
Positif (Asetosal)
Kelompok Perlakuan 1
3 24.0667 1.28582 .74237 20.8725 27.2608 22.60 25.00
(JM 80 mg)
Kelompok Perlakuan 2
(JM 60 mg dan TM 20 3 23.8000 1.70880 .98658 19.5551 28.0449 22.20 25.60
mg)
Kelompok Perlakuan 3
(JM 40 mg dan TM 40 3 25.2000 .87178 .50332 23.0344 27.3656 24.20 25.80
mg)
Kelompok Perlakuan 4
(JM 20 mg dan TM 60 3 24.6000 .91652 .52915 22.3233 26.8767 23.80 25.60
mg)
Kelompok Perlakuan 5
3 25.9333 1.44684 .83533 22.3392 29.5275 25.00 27.60
(TM 80 mg)
Total 21 25.2952 2.49208 .54382 24.1609 26.4296 22.20 31.20
Tabel 4.17 menunjukkan nilai rata-rata respon mencit selama 120 menit
per perlakuan dengan uji One-Way Anova. Kelompok kontrol negatif dengan
pemberian aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai
64
kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 23,13.
uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 24,06. Kelompok perlakuan
hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 23,80. Kelompok
kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata 25,20.
mL aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata
aquadest kepada hewan uji sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata
25,93.