Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI DAN JENIS-JENIS KEMATIAN

Definisi

Umumnya, mati dapat didefinisikan secara sederhana sebagai berikut: berhentinya tiga penunjang
kehidupan yaitu sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan secara permanen, yang disebut sebagai
mati klinis atau mati somatik.1

Menurut IDI, Mati adalah suatu proses yang berangsur-angsur. Tiap sel dalam tubuh manusia
mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap tidak adanya oksigen dan oleh karenanya
mempunyai saat kematian yang berbeda pula. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang
penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru, dan otak
(khususnya batang otak). Diantara ketiga organ tersebut, kerusakan permanen pada batang otak
merupakan tanda bahwa manusia itu secara keseluruhan tidak dapat dinyata-kan hidup lagi. Oleh
karena itu, setelah mendengar pertimbangan dari para ahli kedokteran, agama, hukum, dan sosiologi,
IDI berpendapat bahwa manusia dinyatakan matijika batang otak tidak berfungsi lagi. 1

Jenis-Jenis Kematian

Menyangkut dengan masalah kematian, menurut cara terjadinya maka ilmu pengetahuan
membedakannya ke dalam tiga jenis kematian, yaitu:

1. Orthothanasia adalah kematian yang terjadi karena suatu proses alamiah. Misalnya meninggal
dunia karena usia yang sudah lanjut;
2. Dysthanasia adalah kematian yang terjadinya suatu sebab yang tidak wajar. Misalnya meninggal
karena pembunuhan; dan
3. Euthanasia adalah suatu kematian yang dapat terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter.2

MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN PENYEBAB KEMATIAN (DEFINISI,


KLASIFIKASI, TANDA TANDA ASFIKSIA DAN CARDIAC ARREST)

ASFIKSIA

Definisi

Definisi asfiksia menurut beberapa sumber:


 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis.
 WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
 ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
 Nilai Apgar menit kelima 0-3
 Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
 Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
 Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular, gastrointestinal,
hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Klasifikasi

Asfiksia neonatorum di klasifikasikan (Fida & Maya, 2012):


1. Asfiksia Ringan (vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus.
2. Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asphyksia berat.3,4
Tanda-Tanda

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)


Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis sehingga memerlukan perbaikan dan
resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat antara lain:
frekuensi jantung < 40 kali per menit, tidak ada suhu panas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak
ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan
sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul antara lain: frekuensi jantung menurun
menjadi 60–80 kali per menit, usaha panas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi
masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi
kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul antara lain: napas lebih dari 100 kali
per menit, warna kulit bayi tampak kemerah-merahan, gerak/tonus otot baik, bayi menangis kuat
(Yuliana, 2012).5

CARDIAC ARREST

Definisi

Henti jantung adalah hilangnya fungsi pompa jantung secara mendadak, terjadi tiba-
tiba, dipicu oleh kerusakan listrik pada jantung yang menyebabkan detak jantung
tidak teratur (aritmia) dan selanjutnya akan menyebabkan gangguan pompa jantung,
sehingga jantung tidak bisa memompa darah ke otak, paru-paru dan organ lainnya.

Cardiac arrest atau Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya
fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita
penyakit jantung. Hal ini terjadi ketika sistem kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi
dengan baik dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal.6

Tanda-Tanda

Henti jantung ditandai dengan penurunan kesadaran, tidak adanya respon saat dipanggil bahkan saat
diberi respon nyeri dan disertai tidak adanya nadi dan nafas (AHA, 2010). Jika kondisi ini dibiarkan
terlalu lama, maka dapat menimbulkan kematian. Sehingga, perlu tindakan yang tepat untuk
mencegah tejadinya kematian.7
SUMBER:

1. Senduk, E. A., Mallo, J. F., & Tomuka, D. C. (2013). Tinjauan Medikolegal Perkiraan Saat
Kematian. Jurnal Biomedik: JBM, 5(1).
2. Krisnalita, L. Y. (2021). Euthanasia Dalam Hukum Pidana Indonesia dan Kode Etik
Kedokteran. Binamulia Hukum, 10(2), 171-186.
3. Carver JD, Wu PYK, Hall RT dkk. Growth of preterm infats fed nutrient-enriched or term
formula after hospital discharge. Pediatr 2001; 107:683-9.
4. Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Nutritional needs of preterm
infants. Dalam: Kleinman RE, penyunting. Pediatric Nutrition Handbook. Illnois: American
Academy of Pediatrics, 1998. h. 58-85.
5. Br Sembiring, J. (2017). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Prasekolah (Pertama). Sleman:
CV Budi Utama.
6. American Heart Association. Scientific Position Risk Factors & Coronary Heart Disease.
AHA Scientific Position. 2015.
7. Bakara, D. M., Khoirini, F., & Kurniyati, K. (2020). PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG
PARU (CARDIAC AREST) BAGI KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CURUP
KECAMATAN CURUP KOTA KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2019.
RAMBIDEUN: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(3), 41-45.

Anda mungkin juga menyukai