Anda di halaman 1dari 21

Kajian Putusan Kasus Korupsi Pengadaan:

(i) metode mengkaji, (ii) ekspose, dan (iii) pengkualifikasian


putusan yang jelas, kurang jelas & kuat untuk dipertanyakan

Richo Andi Wibowo


richo.wibowo@ugm.ac.id
Dosen Fak Hukum UGM dengan minat riset kontrak
pemerintah & pencegahan patologi birokrasi

Disampaikan pada webinar nasional yang diselenggarakan oleh LKPP, 28 Agustus 2020
Menyusun, membaca & mengevaluasi putusan
• Holmes (1987): Putusan harus
membadankan temuan atas fakta, harus
menjelaskan asas d/a aturan apa yang
relevan untuk diterapkan, beserta langkah
penerapannya.
• Putusan harus memungkinkan pembaca
untuk mengikuti alur dari fakta hingga
kesimpulan putusan.
• Putusan harus koheren, sistematis, dan
tertata secara logis.

Intinya, putusan hrs transparan & dpt menjelaskan dgn sendirinya (self explanatory)
Pakem putusan: Fact – Issues – Regulation – Application – Conclusion (“F – IRAC”)
Putusan perlu transparan & dapat dipahami publik
• Putusan peradilan bukan hanya harus dapat diakses oleh publik,
namun juga wajib dapat dipahami dengan mudah oleh publik, krn:
• Hukum bukan hanya harus ditegakan, tetapi juga harus terlihat tegak (R v
Sussex Justices; Ex parte McCarthy [1924])
• Jika ada keputusan yang motivasinya tidak kuat/jelas, itu akan mendorong
pembaca menilai bahwa keputusan tersebut tdk lahir dengan dasar
pemikiran/alasan yg kuat (Padfield v. Minister of Agriculture, Fisheries and
Food).
• Kasus yg tidak dalam sorotan publik, bukan berarti menghilangkan kewajiban
hakim utk memberikan putusan dengan alasan yang baik, karena pihak yg
berperkara tetap berhak mendapatkan alasan2 yg baik dr putusan tsbt
(Sivakumar: 2016, 282).
Metode dalam memeriksa perkara pidana

• Aparat Penegak Hukum (APH) akan menggunakan mekanisme


deduktif, yakni mencari Pasal yang pas untuk diterapkan dalam
kasus konkrit
• Terdakwa akan diputus bersalah jika
o Seluruh elemen2 (unsur2) dalam pasal tersebut terpenuhi semua
o Terpenuhinya elemen2 tsbt adlh manifestasi tindakan berlanjut terdakwa
o Keterpenuhan elemen2 tersebut didukung bukti bukti yang kuat
o Hakim yakin bahwa memang itu perbuatan pidana dan terdakwa yang
bertanggungjawab
Metode dalam memeriksa perkara pidana
• Pasal 184 KUHAP:
Alat bukti yang sah adalah:
• Pasal 183 KUHAP: o Keterangan saksi > yang ia lihat & alami
Hakim baru boleh memutus sendiri; “satu saksi bukan saksi”; tapi satu
bersalah jika: saksi bisa bernilai jk ada alat bukti lainnya
o Ada 2 alat bukti sah; o Keterangan ahli
o Surat
o Hakim yakin memang ada
perbuatan pidana o Petunjuk > perbuatan, kejadian, keadaan, yg
krn persesuaiannya (…) menandakan telah
o Hakim yakin memang terjadi tindak pidana & siapa pelakunya (Pasal
terdakwalah pelakunya 188)
o Keterangan terdakwa > apa yang terdakwa
nyatakan di sidang
Standar pembuktian
Secara konseptual standar pembuktian Karena, “keliru memvonis pidana orang
dalam hukum pidana wajib dibuat lebih yang tidak bersalah, lebih berbahaya
tinggi (“beyond reasonable doubt”)
daripada standar pembuktian hukum secara moral daripada keliru
perdata dan hukum administrasi (“more membebaskan orang yang bersalah”
likely than not”) Ronald Dworkin

Tujuannya adalah jangan sampai orang didera hukum pidana, terutama


dipenjara (baca: dibatasi hak asasinya) tapi ternyata bukan dia
pelakunya. Bisa saja ia dijebak*; bisa saja pejabat, pengusaha atau
orang kuat lainnya kongkalikong dengan aparat untuk merekayasa
kasus **; bisa saja dipaksa mengaku oleh aparat, atau ia sengaja
pasang badan atau dikorbankan ***
Cth putusan yg dpt menjelaskan dg sendirinya (self explanatory)
• Ada muda mudi pacaran, suatu • Di MA, kasus ini ditangani oleh
hari berhubungan intim, • Di pengadilan negeri, si pria Hakim Adi Andojo (yg juga dikenal
belakangan pria tidak mau dihukum beberapa bulan, di berintegritas), beliau menganulir
menikahi perempuan tingkat banding kasus ditangani putusan Hakim Bismar.
• Si perempuan lapor polisi, polisi Hakim Bismar Siregar (yg dikenal • Alasannya, janji mengawini hanya
bingung*, krn keduanya sm2 blm berintegritas), si pria dihukum berdasarkan saksi korban semata,
menikah; cukup umur, melakukan tiga tahun tak didukung alat bukti lain
krn suka sama suka. Belakangan • Alasannya, hakim yakin bahwa • Benar ada surat pengakuan, tp itu
si pria diproses dg Pasal 378: hubungan intim tsbt terjadi tidak membuktikan adanya tipu
• Barang siapa dg maksud karena si laki laki berjanji untuk muslihat/kebohongan; surat
menguntungkan diri sendiri atau menikahi, hal ini didukung adanya pengakuan dibuat setelah
orang lain scr melawan hukum, surat pernyataan, lalu senggama dilakukan (shg tdk mkn
dengan (…) tipu muslihat, keperawanan si perempuan itu surat ini “menggerakkan orang
ataupun rangkaian kebohongan, dianggap sebagai suatu ”barang” untuk menyerahkan barang”.
menggerakkan orang lain untuk (hakim Bismar merujuk bahasa
Tapanuli “Bonda” sebagai • Putusan ini jg diapresiasi;
menyerahkan barang sesuatu pembaca bisa memahami alasan
kepadanya, (….) diancam “benda/barang”
hakim (wlpn tdk sll sependapat);
penipuan dg pidana maks 4 thn. • Putusan ini diapresiasi oleh hakim berupaya menjaga garis
masyarakat terutama pemerhati samen leven dg penipuan.
perempuan
Analisa putusan korupsi

Bukti kuat, uraian hakim jelas,


Jelas putusan bersifat self explanatory

Bukti ada, putusan menyinggung


Kurang jelas bukti, tapi tidak mengelaborasi bukti,
intinya uraian kurang meyakinkan

Kuat untuk Bukti sumir, uraian putusan tidak


dipertanyakan meyakinkan
Putusan korupsi PBJ yang jelas (i)
• Kasus2 korupsi PBJ yang ditangkap oleh OTT KPK bisa dipastikan putusannya
bagus;
• Kasus2 korupsi yang tidak OTT, tapi ditangani oleh KPK, biasanya juga bagus

• Kenapa? karena buktinya kuat..


• Ybs sudah dipantau lama; ada sadapan telepon, aneka jepretan foto/video
• Ada supply data tambahan ttg transaksi mencurigakan dari PPATK
• Ybs ditangkap pada waktu melakukan perbuatan pidana atau setidaknya sesaat setelah
perbuatan pidana (artinya > saksi pasti banyak)

• Misal: “Apel malang, Apel Washington”; rekaman percakapan Nazarudin ketika


atur atur uang untuk proyek Hambalang
Putusan korupsi PBJ yang jelas (ii)

• Ini bukan OTT KPK, tapi bukti2 yang


disajikan kuat, ada pengakuan dari aneka
saksi
• Dia mengenalkan rekanan ke Ditjen dan
mengarahkan agar dibantu
Kasus Bachtiar Chamsyah, korupsi pengadaan • Dia menginstruksikan agar melakukan
mesin jahit & sarung di Kemensos
penunjukan langsung
• Bawahan (pokja) sempat menolak instruksi
Dirjen, tapi dihardik
• Semua info ini ada di putusan
Putusan korupsi yang kurang jelas
Kasus pengadaan tinta pemilu 2004 yang dilakukan oleh Rusadi
Kantaprawira, Anggota KPU dan Ketua Pengadaan Tinta

• Anggaran turun terlambat padahal jadwal Pemilu 2004


di depan mata
• Karena waktu yang terbatas, maka ia mengarahkan agar
tender dilakukan dengan penunjukan langsung, namun
yang ditunjuk tidak hanya satu, melainkan empat
penyedia. Ia juga tidak punya konsultan; tidak punya HPS
• Tindakan ini dianggap keliru oleh penegak hukum (KPK
dan Hakim bahkan hingga level MA), sehingga ybs
dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan denda 200 juta
(vonis PT, kasasi ke MA > menguatkan)
Kepergian ybs ke India untuk
Mengingat prosedur pengadaan mengecek pabrik tinta dibiayai oleh
panjang, pdhl waktu mendesak, maka empat rekanan terpilih (tiket dan uang
penunjukan langsung adalah bisa saku); pdhl juga menerima anggaran
dimaklumi dari KPU. Ini bs dianggap sbg
gratifikasi.

Debatable & kurang


jelas krn:

Kalaupun APH menilai penunjukan Sayangnya, isu tiket, uang saku justru
langsung, tidak punya HPS, dlsb dinilai tidak elaboratif didiskusikan; diskusi
salah, tapi itu belum cukup lebih pada tepat tidaknya
meyakinkan utk menyatakan ybs telah penunjukkan langsung (pelanggaran
melakukan kejahatan Perpres & bukan bukti niat jahat ybs)
Putusan korupsi PBJ yg kuat dipertanyakan (i)
Kasus Agus Koncoro – pembangunan Gedung bea cukai di SBY

• Konteks: anggaran terlambat turun, tender dilakukan terlambat


• Menjelang akhir tahun pekerjaan belum selesai, sbg PPK ia melakukan
perpanjangan (masih merupakan tindakan legal)
• Pasca perpanjangan, pekerjaan blm selesai jg, ia berikan perpanjangan lg
(hingga 2-3 x)
• Alasannya: takut anggaran tdk terserap; lalu thn dpn anggaran dipotong; juga
khawatir krn kontraktor yg baru tdk mau masuk ke pekerjaan setengah jalan
• Kejaksaan masuk, pekerjaan dihentikan dg posisi pekerjaan selesai 70%
• Agus dianggap melakukan perbuatan melawan hukum (krn melakukan
perpanjangan berulang), menguntungkan korporasi (dg bukti ada uang negara
yg sudah diterima kontraktor), & merugikan keuangan negara (karena
pekerjaan tidak selesai)
• Tidak ada bukti uang masuk ke kantong Agus sendiri
Putusan korupsi PBJ yg kuat dipertanyakan (ii) & (iii)

Kasus Mobil Listrik - Dasep Ahmadi


• Dasep adalah orang yang mampu membuat mobil listrik
• Dia mendapatkan pembiayaan dari CSR dana tiga konsorsium BUMN, untuk
membuat 16 kendaraan listrik untuk dipakai di event OPEC, Bali
• Di ending kontrak, dia hanya mampu membuat 4 kendaraan listrik, itupun
tidak oke.
• Mengingat pekerjaan tidak berhasil dipenuhi, kegagalan tersebut
dikualifikasikan sebagai kerugian negara. Argumentasinya, kegagalan Dasep
memenuhi janji adalah merugikan keuangan BUMN dan keuangan BUMN
adalah keuangan negara.
Kasus pembangunan kantor bea cukai dengan terdakwa kontraktor
Sama dengan kasus Agus Kuncoro, tapi yang dijerat kontraktor
Mengapa saya nilai janggal?
• Kasus (i) lebih tepat dianggap sebagai kesalahan administrasi;
kasus (ii & iii) lebih tampak kepada kasus perdata
(wanprestasi) Mengapa?

• Untuk kasus (i) yang baru berhasil ditunjukkan adalah


penyimpangan prosedur yang terdapat di regulasi di bawah
UU; belum berhasil ditunjukkan adanya niat d/a
permufakatan jahat, dan bukti2 yang mendukung hal tersebut

• Untuk kasus (ii) dan (iii) yang baru berhasil ditunjukkan adalah
terlambatnya pekerjaan, dan ketidaksesuaian output produk
• Bandingkan kasus Agus dengan ilustrasi berikut. Katakanlah ada
Negara rugi tidak sekelompok ASN disekolahkan negara ke luar negeri. Karena
serta merta dapat kendala bahasa dan adaptasi, mereka gagal menyelesaikan study
tepat waktu. Mereka izin terlambat kembali ke tanah air,
langsung dianggap perpanjangan pun diberikan oleh negara.
• Tapi setelah perpanjangan tersebut, tesis mereka tetap belum
sebagai korupsi berhasil selesai, mereka tidak lagi dapat meminta perpanjangan
karena regulasi tidak memungkinkan. Mereka bersikeras untuk
tidak pulang guna finalisasi study.
• Dengan menggunakan logika pada kasus Agus, maka uang
negara keluar baik beasiswa yang sebelumnya maupun gaji yg
terus berjalan dpt diartikan APH sbg negara rugi & mereka dapat
keuntungan (wlpn pasti gaji ASN tdk akan cukup utk hidup di LN);
APH jg dpt dg mudah menuduh mereka melakukan perbuatan
melawan hukum, karena tdk dpt izin perpanjangan study.
Mereka juga bisa dijerat kasus korupsi tipe merugikan keuangan
negara. Janggal bukan?
• Lalu, bandingkan kasus Dasep dengan ilustrasi berikut. Katakanlah ada sekelompok peneliti yang
di kontrak pemerintah untuk membuat vaksin penanggulangan covid 19, lalu di akhir masa
kontrak, vaksin gagal ditemukan. Padahal uang negara sudah keluar (negara rugi dan berkurang
asetnya). Dengan menggunakan logika pada kasus Dasep, mereka jg dapat dengan mudah
dianggap korupsi tipe merugikan keuangan negara.
Dimana masalahnya? (i) - Konteks
• Semua kasus yang janggal diatas terasosiasi dengan Pasal 2 d/a 3 UU Tipikor
• Unsur-unsur Pasal 2 d/a 3 adalah
- Setiap orang;
- Secara melawan hukum;
- Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi;
- (xx dapat xx) merugikan keuangan negara (kata dapat dihapus di putusan MK 2016)

Penjelasan Pasal ini sebelum dihapus oleh putusan MK 2006


Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” (…) yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam
peraturan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai
dengan rasa keadilan atau norma-norma sosial masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.

Kata “dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan atau perekonomian


negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi
cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.
Dimana masalahnya? (ii)
1. Unsur2/elemen2 Pasal diatas tidak membadankan standar
pembuktian “beyond reasonable doubt”, terutama pada unsur
“perbuatan melawan hukum” yang dapat menjangkau urusan
keperdataan dan pelanggaran administrasi dan pada unsur
“memperkaya diri, orang lain, atau korporasi”
2. Sudah ada perbaikan dengan dua kali putusan MK, tapi beberapa
kali disimpangi oleh MA
• MK pernah dua kali mengeluarkan putusan guna meningkatkan standar
pembuktian pada Pasal tersebut pada tahun 2006 dan 2016. Sayang, sebagian
hakim MA memilih menghindari putusan MK diatas.
• MA kemudian malah mengeluarkan SE 07/2012 yang salah satu substansinya
tidak sejalan dengan putusan MK diatas.
Cara mengatasinya
1. Standar pembuktian untuk unsur “perbuatan melawan hukum” haruslah
standar yang tinggi (beyond reasonable doubt)
2. Unsur “memperkaya diri, orang lain, atau korporasi” tidak boleh dibaca
dengan cara dipenggal, melainkan perlu dibaca dengan cara sbb:
“tindakan memperkaya orang lain atau korporasi adlh satu kesatuan
dari tindakan memperkaya diri sendiri”;
o Karena tidak mungkin ada orang mau berhadapan dengan resiko hukum untuk
memperkaya orang lain/korporasi, tanpa mendapatkan keuntungan untuk
dirinya.
o Dengan begitu, unsur ini seharusnya baru terpenuhi jika bisa dibuktikan:
• Diyakini ada permufakatan jahat antara pejabat publik dengan penyedia;
• Ada bukti permufakatan jahat tsb menguntungkan diri pejabat publik tsb;
• Ada bukti permufakatan jahat tsb menguntungkan orang lain dan/atau korporasi.
Penutup
• Jika membaca dan menerapkan unsur ini dengan mengikuti kaidah dalam tulisan
orange diatas, maka Agus Kuncoro seharusnya “lepas”, demikian juga kontraktor
dikasus itu, dan demikian halnya Dasep.
• APH termasuk hakim perlu berhati hati dalam memeriksa perkara, karena unsur
Pasal 2 d/a 3 UU Tipikor bersifat longgar, sehingga mudah terpenuhi.
• Jangan sampai ada “Agus2” dan “Dasep2” yang lain; caranya dengan kembali ke
konsep standar pembuktian dan dgn membaca frase “memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korporasi” dengan cara tulisan orange di slide sebelumnya.
Metode ini bs membantu hakim menghasilkan putusan yg jls/“self explanatory”
• Dengan demikian, kekhawatiran praktisi pengadaan bisa berkurang, namun pasal
ini tetap dapat bermanfaat untuk menghukum pelaku yang jahat.
Bacaan lanjutan..

Anda mungkin juga menyukai