C.PENYEBAB
Factor predisposisi
Faktor Predisposisiada 5 jenis: (1). Faktor perkembangan, (2) faktor sosial budaya, (3) Faktor Psikologis,
(4) Faktor biologis dan (5) faktor genetik. Faktor perkembangan pasti akan mengganggu hubungan
interpersonalnya akan meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
akan menekan perasaannya sehingga fungsi intelektual dan emosinya tidak akan efektif. Faktor sosial
budaya, contohnya seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian lama kelamaan akan menyebabkan
timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda dalam keluarga dapat menimbulkan
ansietas dan lama kelamaan akan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyaaan. Waham diyakini
terjadi karena atrofi otak, pembesaran ventrikel diotak atau perubahan pada sel kortikal dan limbik, serta
diturunkan karena adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
biologis.
1.faktor biologis :
1.latar belakang genetik
-adanya Riwayat keturunan (diturunkan melalui kromosom orang tua)
-rieayat janin pada saat prenatal dan perinatal seperti adanya Riwayat trauma,aspiksia premature
preeklamsi,mal nutrisi dan stress
-adanya Riwayat keturunan gangguan pada janin
a.adannya Riwayat keturunan gangguan pada janin
b.neurobiologis :adanya gangguan pada korteks pre frontal dankorteks limbik
c.neurotransmiter :abnormalitas pada dopamine serotonim dan glutamat
2.status nutrisi :status nutrisi yang jelek KEP & malnutrisi
3.keadaan Kesehatan scara umum :kurang tidur gangguan irama sirkadian lethargi,Riwayat
infeksi,Riwayat aktiifitas&tidak ada inisiatif mencari bantuan yankes
4.sensivitas biologis :Riwayat pengguanaan obat ,infeksi dan radiasi,&terpapar dengan racun
2.faktor psikologis
Intelegensi :Riwayat kerusakan pada korteks prefrontal dan korteks limbik serta gangguan sirkulasi
oksigen dan glukosa ke otak
Keterampilan verbal :komunikasi tertutup komunikasi dengan emosi berlebihan,komunikasi peran ganda
gagap dan Riwayat adanya stroke trauma kepala dan infeksi
Moral :Riwayat tinggal dilingkungan broken home,panti asuhan,panti sosial,pesantren,biara dan lapas
Kepribadian :mudah kecewa putus asa tidak mamou membuat keputusan,menutup diri dan cemas yang
tinggi
3.faktor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang
yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok,atau lingkungan pekerjaan
Internal :persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya orang lain dan lingkunganya
Eksternal :kurangnya dukungan keluarga,kurangnya dukungan masyarakat,dan kelompok atau teman
sebaya
Timing :stress terjadi dalam waktu dekat
Faktor Presipitasi
Faktor predisposisi dibagi menjadi 3 bagian: (1) Faktor sosial budaya, (2) Faktor biokimia, (3) Faktor
psikologis. Biasanya yang memicu terjadinya waham adalah karena ada perpisahan dengan orang berarti
atau bisa saja karena diasingkan dari suatu kelompok, kecemasan yang memanjang dan terbatasnya
kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga terkadang seseorang menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan juga bisa mengakibatkan waham. Obat-obatan seperti dopamin, norepineprin dan zat
halusinogen lainnya juga menjadi penyebab waham pada seseorang.
a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang
yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
b.Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan
dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
memungkinkan berkurangnya orientasi realiata
D.TANDA DAN GEJALA
-klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama kebesaran kecurigaan keadaan dirinya
berulang kali scara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
-klien tampak tidak mempunyai orang lain
-curiga,bermusiuhan
-merusak diri,orang lain dan lingkungan
-takut sangat waspada
-tidak tepat menilai lingkungan/realitas
-ekspresi wajah tegang
-mudah tersinggiung
E.AKIBAT
Waham dapat menimbulkan klien menjadi resiko untuk mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan.tanda dan gejalanya seperti memperlihatkan permusuhan keras dan menuntut mendekati orang
lain dengan ancaman memberi kata kata ancaman menyentuh orang klain dengan cara menakutkan
rencana melukai diri sendiri dan orang lain.
F.POHON MASALAH
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan proses pikir : waham
SP 1
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Susana, saya mahasiswa
keperawatan dari Stikes Banyuwangi yang akan praktek di ruangan ini selama
2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang
akan merawat Bapak pagi ini.”
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Nama Bapak siapa? Senangnya
dipanggil apa?”
c) Kontrak
1. Topic
“ Bapak, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Bapak rasakan
sekarang?”
2. Waktu
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
25 menit?”
3. Tempat
“Bapak mau kita berbincang- bincang di mana?”
2. Fase Kerja
“ Saya mengerti Bapak merasa bahwa Bapak adalah seorang…., tapi yang Bapak
rasakan tidak dirasakan oleh orang lain”
“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur -atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak
yang lain?”
“Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon
Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan bapak… setelah kita berbincang-
bincang ?”
Evaluasi Objektif : ““Coba bapak sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita
perbincangkan.”
b) Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi.”
c) Kontrak
1. Topic
“Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang hobi bapak?”
2. Waktu
“Besok jam berapa pak?”
“bagaimana kalau jam 09.00 pak?”
3. Tempat
“mau dimana kita diskusi ?”
“bagaimana kalau diruangan ini saja?”
“Baiklah kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi pak.”
DAFTAR PUSTAKA
Towsend. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri (ed. Indonesia).
Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa (ed. Indonesia ). Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tim Keperawatan Jiwa STIKES DHB. 2018. Panduan Praktik Profesi Ners Keperawatan Jiwa.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing . Bandung : Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015 . Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika.
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSUD Dr. Amino
Gonohutomo