Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi Sebagai Ciri Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Oleh Shinta Azzahra Pujihan, 2106708646, PKK E, FIK UI

Manusia adalah makhluk sosial yang melakukan hubungan timbal balik dengan manusia
lainnya. Sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan di Universitas Indonesia, terdapat mata
kuliah Praktikum Komunikasi Keperawatan. Berbagai teknik komunikasi diajarkan untuk
menghadapi berbagai jenis pasien, bahkan juga teknik berkomunikasi interprofesi. Tujuannya
agar para mahasiswa nantinya mampu berkomunikasi efektif dengan sesama tim kesehatan
untuk mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan maksimal bagi pasien. Menurut saya ini
adalah mata kuliah yang penting sehingga setiap mahasiswa dapat lebih mampu menyampaikan
pesan untuk memahami dan menghargai tugas dan fungsi masing-masing profesi. Komunikasi
yang diajarkan adalah komunikasi terapeutik yang memiliki teknik-teknik berbeda dengan
disesuaikan dengan usia pasien, pasien dalam kondisi khusus, dan komunikasi interprofesi.
Penggunaan komunikasi terapeutik bertujuan untuk membangun hubungan dengan pasien dan
menciptakan hasil yang bermanfaat bagi pasien (DeLaune & Ladner, 2011).

Kebiasaan gotong royong masih sangat kental di Indonesia. Dalam lingkungan kesehatan
seperti rumah sakit, budaya gotong royong juga sangat diperlukan karena setiap profesi
memiliki peran masing-masing sehingga membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Belajar mata kuliah ini menyadarkan saya bahwa setiap peran sangat penting
dalam pengobatan pasien. Saya juga merasa sangat senang mempelajari teknik berkomunikasi
terapeutik dengan pasien karena saya menjadi paham bahwa dalam berkomunikasi diperlukan
teknik dan pengetahuan yang tepat agar pesan dapat disampaikan dengan baik. Pasien yang
berbeda membutuhkan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Sebagai perawat, kita perlu
memiliki sifat empati, memperhatikan ucapan yang kita keluarkan, jangan berbicara tanpa
berpikir, jangan mudah menghakimi, dan harus peka terhadap kondisi orang lain.

Salah satu peristiwa yang berkesan dalam kehidupan gotong royong di rumah sakit adalah
ketika tante saya meninggal. Tante saya memiliki penyakit komplikasi yang mengharuskan
beliau untuk dirawat inap selama beberapa minggu. Kondisinya cukup kritis sehingga keluarga
saling bergantian untuk menjaga beliau. Pada saat tante saya sedang kritis, ada seorang perawat
yang datang, lalu perawat tersebut dengan sigap memanggil dokter untuk memeriksa keadaan
tante saya. Perawat dan dokter bekerja sama dengan baik dalam keadaan yang darurat. Mereka
tetap tenang dan saling bertatapan untuk berkomunikasi satu sama lain. Tidak ada yang merasa
lebih superior dan mengambil tindakan secara sepihak, dokter juga menggunakan teknik
mendengar dan mengklarifikasi saat perawat melaporkan kondisi pasien pada pemeriksaan
terakhir. Pada akhirnya takdir Tuhan berkata lain, meskipun berbagai usaha telah dikerahkan
tetapi hari itu tante saya harus kembali kepada Sang Pencipta. Saat beliau menghembuskan
nafas terakhirnya, semua keluarga yang menjaga menangis histeris. Perawat lain datang untuk
menenangkan keluarga saya yang histeris, perawat yang satu lagi menjelaskan kondisi tante
saya kepada orang tua saya. Perawat dapat menunjukan empatinya tetapi tetap menjalin
komunikasi yang baik saat menyampaikan informasi agar pihak keluarga paham dengan situasi
yang terjadi. Dalam menghadapi keluarga pasien yang saat itu sedang sedih, perawat
memegang tangan ibu saya yang bergemetar, menjelaskan dengan pelan dan rinci, serta
perawat dapat tetap tenang dalam kondisi yang tidak karuan saat itu.

Peristiwa di atas adalah contoh teknik komunikasi interprofesi untuk berkolaborasi dalam
lingkup lingkungan kesehatan. Peristiwa tersebut memenuhi kategori teknik komunikasi
interprofesi yang baik, yakni adanya kerja sama yang efektif dari dokter dan perawat, adanya
komunikasi yang baik dengan mendengarkan informasi dari perawat, melakukan tindakan
berdasarkan keputusan bersama, memberikan informasi yang jelas kepada keluarga pasien,
tetap tenang dalam kondisi yang tidak karuan, menjaga kontak mata, dan saling menghormati
satu sama lain untuk memberikan tindakan sesuai perannya, lalu yang terpenting adalah adanya
tujuan yang sama yaitu memberikan penanganan terbaik untuk tercapainya hasil yang
maksimal bagi pasien. Melalui pembelajaran ini saya memahami pentingnya komunikasi dan
kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama dengan saling menghargai dan menghormati setiap
elemen yang terlibat. Setelah belajar mata kuliah ini saya semakin sadar bahwa komunikasi
perlu dilakukan dengan teknik dan pengetahuan yang baik dan dalam kolaborasi kesehatan
tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua profesi memiliki posisi yang setara tetapi
dengan peran yang berbeda-beda.

Saya memiliki rencana agar kedepannya saya lebih bisa berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan orang lain untuk mencapai kemaslahatan bersama. Saya akan terus belajar teknik
komunikasi yang tepat untuk menghadapi berbagai jenis pasien dan rekan profesi. Saat saya
berkuliah maka saya harus bisa berkomunikasi dengan dosen, teman, dan mampu bekerja sama
dengan anggota kelompok dengan memberikan kepercayaan kepada teman, bersikap terbuka,
tidak mudah menghakimi, serta menghargai dan menghormati pendapat teman. Saat saya
berada di masyarakat, maka saya harus bisa peka terhadap lingkungan sekitar, saling
membantu, serta bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain. Saat
saya bekerja, maka saya harus paham dengan tugas dan fungsi profesi saya, menghargai
wewenang profesi lain, berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja, serta bisa lebih
bermawas diri dan memahami kondisi orang lain.
Referensi

Stuart, G. W. (2016). PRINCIPLES AND PRACTICE OF PSYCHIATRIC NURSING,


10th edition. St. Louis: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai