Anda di halaman 1dari 15

Fitria MediaTor,AyuningtyasVoldkk,10(2),KomunikasiDesemberTerapeutik2017,201pada-215 Lansia di Graha Werdha...

Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha AUSSI Kusuma


Lestari, Depok
1 Fitria Ayuningtyas, 2Witanti Prihatiningsih
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta E-mail:
1 fitria.irwanto@upnvj.ac.id, 2witanti.p@upnvj.ac.id

Abstrak. Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut ihwal kesehatannya.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung
kepada kebutuhan biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya, seperti
perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya
dari pasien tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik yang
baik bagi lansia, khususnya yang berada di Graha Werdha Aussi Kusuma Lestari Depok. Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada studi
kasus. Penulis juga menggunakan teknik observasi, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dalam
penelitian apa pun, termasuk penelitian kualitatif. Berdasarkan observasi langsung penulis ke Graha
Werdha Aussi Kusuma Lestari, pasien lansia sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati
serta perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak. Banyak hambatan dari komunikasi terapeutik
pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini yang banyak terjadi di Panti Werdha yaitu
resisten. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa penyembuhan terhadap penyakit
tertentu dikarenakan adanya rasa lelah, marah dan sedih terhadap penyakit yang dideritanya. Hasil
dari penelitian ini merekomendasikan adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia
dengan baik. Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal
bagi pasien lansia.

Kata kunci: komunikasi, terapeutik, pasien, lansia

Abstract. The older a person, the more vulnerable a person regarding his health. There is a lot of
evidence that optimal health in elderly patients depends not only on biomedical needs but also on the
conditions surrounding them, such as greater attention to their social, their economic, their cultural,
and their psychological conditions of the patient. The purpose of this research is to know how the best
therapeutic communication for elderly especially in Panti Werdha. The method of this research used
qualitative method. This research focused on a case study. The researcher also used an observational
technique as data collection techniques. This data collection technique used in some research included
the qualitative research. Based on the direct observation by the researcher to Graha Werdha Aussi
Kusuma Lestari, elderly patients desperately need good communication and empathy and “adequate”
attention from various parties. Many obstacles to therapeutic communication in elderly patients occur,
but in this case a lot of events happened in Panti Werdha due to resistant. The resistant behavior
usually showed by the patient during the healing of certain diseases due to tiredness, anger, and
sadness to the illness suffered by it. The result of this research indicated that there should be approach
well communicate to the elderly patient. Therefore therapeutic communication should be optimally
implemented for elderly patients.

Keywords: communication, therapeutic, patient, elderly

201
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

PENDAHULUAN mengenai kesehatannya. Terdapat banyak


Komunikasi mempunyai bukti bahwa kesehatan yang optimal pada
dua fungsi umum. Pertama, untuk pasien lanjut usia, atau selanjutnya penulis
kelangsungan hidup diri sendiri yang sebut sebagai lansia tidak hanya
meliputi keselamatan fisik, meningkatkan bergantung kepada kebutuhan biomedis
kesadaran pribadi, menampilkan diri kita semata namun juga bergantung kepada
sendiri kepada orang lain dan mencapai kondisi disekitarnya, seperti perhatian
ambisi pribadi. Kedua, untuk yang lebih terhadap keadaan sosialnya,
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya ekonominya, kulturalnya, bahkan
untuk memperbaiki hubungan sosial dan psikologisnya dari pasien tersebut.
mengembangkan keberadaan suatu Walaupun seperti kita ketahui pelayanan
masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson kesehatan dari waktu ke waktu mengalami
dalam Mulyana, 2009:5). Selain hal perbaikan yang cukup signifikan pada
tersebut, menurut William I. Gorden dalam pasien lansia, namun mereka pada
Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi akhirnya tetap memerlukan komunikasi
komunikasi, yakni komunikasi sosial, yang baik dan empati juga perhatian yang
komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari
dan komunikasi instrumental, tidak saling keluarganya sebagai bagian penting dalam
meniadakan (mutually exclusive). Fungsi penanganan masalah kesehatan mereka.
suatu peristiwa komunikasi Purwaningsih dan Karlina (2012)
(communication events) tampaknya sama menyebutkan bahwa hubungan saling
sekali tidak independen, melainkan juga memberi dan menerima antara perawat
berkaitan dengan fungsi-fungsi lainya dan pasien dalam pelayanan keperawatan
meskipun terdapat sesuatu fungsi yang disebut sebagai komunikasi terapeutik
dominan. perawat yang merupakan komunikasi
Proses komunikasi dapat dilihat profesional perawat. Komunikasi
dalam dua perspektif besar, yaitu terapeutik sangat penting dan berguna bagi
perspektif psikologis dan perspektif pasien, karena komunikasi yang baik dapat
mekanis. Perspektif psikologis memberikan pengertian tingkah laku
dalam proses komunikasi hendaknya pasien dan membantu pasien dalam
memperlihatkan bahwa komunikasi menghadapi persoalan yang dihadapi
adalah aktivitas psikologi sosial yang olehnya (Utami, 2015, dalam Prasanti,
melibatkan komunikator, komunikan, isi 2017).
pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, Menurut Mulyana (2005),
proses decoding dan encoding. Perspektif komunikasi terapeutik termasuk
mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi interpersonal adalah
komunikasi adalah aktivitas mekanik yang komunikasi antara orang-orang secara
dilakukan oleh komunikator, yang sangat tatap muka yang memungkinkan setiap
bersifat situasional dan kontekstual pesertanya menangkap reaksi orang lain
(Mufid, 2012:83). Manusia pada dasarnya sacara langsung, baik secara verbal dan
merupakan makhluk yang suka menilai nonverbal. Komunikasi antara perawat dan
terhadap apa saja yang dilihat dan pasien lansia harus berjalan efektif
didengarnya. Kita memiliki penilaian terutama bagi pasien lansia karena
(judgement) terhadap orang lain dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
lingkungan sekitar kita. Kita akan kesehatan dari pasien lansia tersebut.
memberikan penilaian kepada teman, Komunikasi yang baik dengan pasien
keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar adalah kunci keberhasilan untuk masalah
kita (Morissan, 2010:19). klinis, hubungan dokter/perawat – pasien
Semakin tua umur seseorang, yang lebih baik dan juga berdampak bagi
maka semakin rentan seseorang tersebut perawatan kesehatan pasien lansia

202
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

tersebut. Keberhasilan komunikasi Djaman (2017), psikolog yang peduli pada


memerlukan pendekatan efektif kepada masalah-masalah lansia, meluruskan
pasien, kemampuan untuk mendengarkan pandangan itu. Dijelaskannya, hanya ada
dan mempersilakan pasien untuk bercerita dua tempat penampungan lansia, yaitu
serta cakap dalam melakukan investigasi panti sosial (dari pemerintah) dan panti
untuk mengklarifikasi dan mendapatkan jompo berbayar. Lansia yang masuk ke
informasi yang penting sangatlah panti sosial adalah mereka yang telantar
diperlukan. Terkait dengan pasien lansia atau diketahui tidak punya keluarga. Panti
yang berada di Graha Werdha Aussi sosial yang aktif berperan memasukkan
Kusuma Lestari, Panti Werdha, ini lansia-lansia telantar ini. Sedangkan bila
merupakan salah satu contoh Panti lansia berada di panti jompo berbayar
Werdha modern yang berbentuk seperti – atau bahkan sekadar day care lansia,
apartemen. Dikelilingi oleh taman yang jatuhnya bukan penelantaran atau yang
ditata asri, graha werdha ini memang seperti dipikirkan banyak orang, bentuk
cukup ‘wah’ untuk ukuran panti “membuang” orangtua. “Ketika seorang
umumnya. Dibangun di tanah seluas 6.000 lansia masuk dan tinggal di penitipan,
m2 memiliki kapasitas kamar yang hampir pasti disertai keinginan lansia itu
mampu menampung sekitar 60 lansia. sendiri,” ungkap Evita.Tentu ada
Suasananya begitu tenang dan hawanya kesepakatan-kesepakatan yang sudah
pun masih sejuk untuk ukuran tempat dibicarakan dan disetujui antara pihak
yang dekat dengan Jakarta. Graha werdha orangtua yang sudah lansia ini dan
milik Yayasan AUSSI Kusuma Lestari ini keluarga atau anak-anaknya.
juga memiliki sarana bak sebuah hotel,
yang terdiri beberapa kelas kamar: VVIP, Pasien Lansia
VIP, dan standard room. Untuk Pasien adalah setiap orang yang
pemeriksaan kesehatan, mereka memiliki melakukan konsultasi masalah
sarana fisioterapi dan juga bekerja sama kesehatannya untuk memperoleh
dengan RS Puri Cinere. “Bahkan pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik
seminggu sekali kami mendatangkan hair secara langsung maupun tidak langsung di
stylist kalau ada yang mau potong atau rumah sakit (Undang-undang Nomor 44
nge-blow rambut,” ujar salah seorang Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Orang
pengurusnya. Maka, tak heran jika mereka lanjut usia (lansia) pada umumnya
mematok biaya yang tidak murah bagi menderita lebih dari satu penyakit. Hal ini
penghuninya, antara Rp 2.000.000 pun membuat mereka harus mendatangi
– 4.000.000 per bulan. Karenanya yang sejumlah dokter spesialis untuk berobat
tinggal di sana kebanyakan berasal dari (Maharani, 2014). Pada kenyataannya,
kalangan menengah ke atas (Kusuma, pasien lansia berbeda dengan pasien
2017). kebanyakan. Pasien lansia mempunyai
Kultur yang terjadi di Indonesia cara khusus dalam perawatannya
sangat tidak menyetujui bahwa pasien mengingat usianya sudah tidak muda lagi
lansia harus dititipkan di panti werdha, dan kebanyakan dari pasien lansia
kultur di Indonesia mendukung penuh mempunyai penyakit yang kompleks dan
pasien lansia tinggal sendiri atau tinggal atau beberapa penyakit sekaligus. Kegiatan
bersama keluarganya, padahal dengan ini, menurut Depkes (1993:1b), untuk
demikian jika kondisi tidak memberikan bantuan, bimbingan,
memungkinkan akan menimbulkan pengawasan, perlindungan, dan
berbagai macam permasalahan yang lebih pertolongan kepada lanjut usia secara
kompleks dan rumit. Banyak alasan anak individu maupun kelompok, seperti di
menitipkan orangtuanya ke panti werdha, rumah atau lingkungan keluarga,
seperti yang penulis kutip dalam puskesmas, yang diberikan

203
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

perawat. Untuk asuhan keperawatan yang tujuan dalam asuhan keperawatan. Stuart
masih dapat dilakukan anggota keluarga dan Sundeen dalam Taufik (2010:45)
atau petugas sosial yang bukan tenaga menjelaskan bahwa dalam prosesnya
keperawatan, diperlukan latihan komunikasi terapeutik terbagi menjadi
sebelumnya atau bimbingan langsung pada empat tahapan, yaitu tahap persiapan atau
waktu tenaga keperawatan melakukan tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau
asuhan keperawatan di rumah atau panti. orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang Adapun penjelasan dari masing-
diberikan, disesuaikan pada kelompok masing tahapan tersebut sebagai berikut:
lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau (1) Tahap pra-interaksi, pada tahap pra-
pasif, antara lain, untuk lanjut usia yang interaksi, perawat/dokter sebagai
masih aktif, asuhan keperawatan dapat komunikator yang melaksanakan
berupa dukungan tentang personal komunikasi terapeutik
hygiene, kebersihan lingkungan serta mempersiapkan dirinya untuk
makanan yang sesuai dan kesegaran bertemu dengan klien atau pasien.
jasmani; untuk lanjut usia yang telah Sebelum bertemu pasien, perawat/
mengalami pasif, yang tergantung pada dokter haruslah mengetahui
orang lain. Hal yang perlu diperhatikan beberapa informasi mengenai
dalam memberikan asuhan keperawatan pasien, baik berupa nama, umur,
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama jenis kelamin, keluhan penyakit,
sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan dan sebagainya. Apabila perawat/
bantuan penuh oleh anggota keluarga atau dokter telah dapat mempersiapkan
petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, diri dengan baik sebelum bertemu
perlu dicegah agar tidak terjadi dengan pasien, maka ia akan bisa
dekubitus.Lanjut usia mempunyai potensi menyesuaikan cara yang paling
besar untuk terjadi dekubitus karena tepat dalam menyampaikan
perubahan kulit berkaitan dengan komunikasi terapeutik kepada
bertambahnya usia dalam Perwari (2015). pasien, sehingga pasien dapat
dengan nyaman berkonsultasi
Komunikasi Terapeutik dengan petugas/dokter.
Dalam Prasanti (2017) komunikasi (2) Tahap perkenalan atau tahap
terapeutik adalah komunikasi yang orientasi pada tahap ini antara
direncanakan secara sadar, bertujuan dan petugas/dokter dan pasien terjadi
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan kontak dan pada tahap ini
pasien. Dalam dunia kesehatan, banyak penampilan fisik begitu penting
kegiatan komunikasi terapeutik yang karena dimensi fisik paling terbuka
terjadi. Menurut Heri Purwanto, untuk diamati. Kualitas-kualitas
komunikasi terapeutik adalah komunikasi lain seperti sifat bersahabat
yang direncanakan secara sadar dan kehangatan, keterbukaan dan
bertujuan, kegiatannya difokuskan untuk dinamisme juga terungkap.
kesembuhan pasien, dan merupakan (3) Tahap kerja atau sering disebut
komunikasi profesional yang mengarah sebagai tahap lanjutan adalah tahap
pada tujuan untuk penyembuhan pasien pengenalan lebih jauh, dilakukan
(dalam Mundakir, 2006). Komunikasi untuk meningkatkan sikap
terapeutik meningkatkan pemahaman dan penerimaan satu sama lain untuk
membantu terbentuknya hubungan yang mengatasi kecemasan, melanjutkan
konstruktif di antara perawat dengan klien. pengkajian dan evaluasi masalah
Tidak seperti komunikasi sosial, yang ada, pada tahap ini termasuk
komunikasi terapeutik mempunyai tujuan pada tahap persahabatan yang
untuk membantu klien mencapai suatu menghendaki agar kedua pihak

204
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

harus merasa mempunyai bahwa penelitian kualitatif adalah


kedudukan yang sama, dalam artian multimetode dalam fokus termasuk
ada keseimbangan dan kesejajaran pendekatan interpretif dan naturalistik
kedudukan. Secara psikologis terhadap pokok permasalahannya. Ini
komunikasi yang bersifat terapeutik berarti para penulis kualitatif mengkaji
akan membuat pasien lebih tenang, segala sesuatu dalam latar alamiahnya,
dan tidak gelisah. berusaha untuk memahami atau
(4) Tahapan terminasi, pada tahap ini menginterpretasi fenomena dalam hal
terjadi pengikatan antar pribadi yang makna-makna yang orang-orang berikan
lebih jauh, merupakan fase pada fenomena tersebut. Penelitian
persiapan mental untuk membuat kualitatif mencakup penggunaan
perencanaan tentang kesimpulan dan pengumpulan beragam material
perawatan yang didapat dan empiris yang digunakan –studi kasus,
mempertahankan batas hubungan pengalaman personal, introspektif, kisah
yang ditentukan, yang diukur, antara hidup dan teks wawancara, observasi,
lain, mengantisipasi masalah yang sejarah, interaksional dan teks visual–
akan timbul karena pada tahap ini yang mendeskripsikan momen-momen
merupakan tahap persiapan mental rutin dan problematik serta makna dalam
atas rencana pengobatan, melakukan kehidupan individual dalam Ahmadi
peningkatan komunikasi untuk (2014:14-15).
mengurangi ketergantungan pasien Adapun pada penelitian ini
pada petugas/dokter. Terminasi difokuskan pada studi kasus. Penelitian
merupakan akhir dari setiap lapangan tidak mempunyai desain
pertemuan antara petugas dengan penelitian yang dipaketkan sebelumnya.
klien. Bahwa tahap terminasi dibagi Lebih dari itu, metode-metode
dua, yaitu terminasi sementara dan pengumpulan data yang spesifik, prosedur
terminasi akhir. Terminasi sampling, dan pola-pola analisis yang
sementara adalah akhir dari setiap digunakan untuk menciptakan desain
pertemuan, pada terminasi ini klien pertanyaan-spesifik yang unik yang
akan bertemu kembali pada waktu mencakup seluruh proses penelitian.
yang telah ditentukan, sedangkan
terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatannya.

METODE
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut Denzin dan Lincoln (1998:8)
dalam Ahmadi (2014:14-15) kata kualitatif
menyatakan penekanan pada proses dan
makna yang tidak diuji atau diukur dengan
setepat-tepatnya, dalam istilah-istilah
kuantitas, jumlah, intensitas atau
frekuensi. Para peneliti kualitatif
menekankan sifat realitas yang dikonstruk
secara sosial, hubungan yang intim antara
peneliti dan apa yang distudi dan kendala-
kendala situasional yang membentuk
inkuiri. Denzin dan Lincoln (1994) dalam
Creswell (1998:15) mengemukakan GAMBAR 1. Alur Pemikiran

205
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

Desain kualitatif atau lapangan ini itu; orang-orang yang berpartisipasi


mengambil bentuk, baik suatu studi dalam kegiatan-kegiatan; makna latar;
kasus atau studi topikal (Crabtree & kegiatan-kegiatan dan partisipasi mereka
Miller, 1998:5). Studi kasus adalah suatu dalam orang-orangnya menurut Patton
kajian rinci tentang satu latar atau subjek (1980:124) dalam Ahmadi (2014:162).
tunggal atau satu tempat penyimpanan Miles dan Huberman
dokumen atau suatu peristiwa tertentu mengemukakan bahwa aktivitas dalam
(Bogdan & Biklen, 1998:54). Definisi analisis data kualitatif dilakukan secara
lain mengetengahkan bahwa studi kasus interaktif dan berlangsung secara terus-
adalah eksaminasi sebagian besar atau menerus sampai tuntas, sehingga
seluruh aspek-aspek potensial dari unit datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
atau kasus khusus yang dibatasi secara analisis data, yaitu data reduction, data
jelas (atau serangkaian kasus) (Ahmadi, display, dan conclusion drawing
2014:15). verification dalam Moleong (2010:246).
Dalam penelitian ini pun, penulis Langkah analisis data model interaktif
menggunakan teknik observasi di mana ditunjukkan pada Gambar 2.
observasi merupakan salah satu teknik Pada bagan tersebut terlihat adanya
pengumpulan data dalam penelitian apa pun, ketiga kegiatan yang saling terkait dan
termasuk penelitian kualitatif dan digunakan merupakan rangkaian yang tidak berdiri
untuk memperoleh informasi atau data sendiri. Penyajian data selain berasal dari
sebagaimana tujuan penelitian. Dalam hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali
penelitian kualitatif, ada beberapa tipe dalam proses pengumpulan data untuk
observasi sebagaimana akan dijabarkan memastikan bahwa tidak ada data penting
dalam uraian berikut. Istilah observasi, di yang tertinggal. Demikian jika dalam
mana sebagian besar ilmuwan sosial verifikasi ternyata ada kesimpulan yang
memaknai observasi partisipan, telah masih meragukan dan belum disepakati
menjadi sinonim dengan penelitian lapangan kebenaran maknanya, maka kembali pada
(Williamson, Karp, dan Dalpin, 1977:199), proses pengumpulan data. Tindakan
kerja lapangan atau observasi tidak memvalidasi data sangat penting dalam
terkontrol, observasi partisipan dan non penarikan kesimpulan.
partisipan (Guban dan Lincoln, 1981:189) Dalam penelitian ini, penarikan
dalam Ahmadi (2014:161). Tujuan data kesimpulan dilakukan setelah data yang
observasi adalah untuk mendeskripsikan diperoleh di lapangan telah terkumpul,
latar yang diobservasi; kegiatan-kegiatan data primer maupun data sekunder yang
yang terjadi di latar diperoleh melalui observasi,

GAMBAR 2. Model Interaktif Miles dan Huberman


Sumber: Moleong (2010:246)

206
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

wawancara, maupun dokumen yang dari Central Intelligence Agency (2010)


diperoleh di lapangan, disimpulkan tentang the world factbook yang
setelah dilakukan pemilihan antara data menyebutkan bahwa usia harapan hidup
yang penting dan yang tidak penting orang Indonesia rata-rata adalah 70
sehingga penarikan kesimpulan dalam sampai dengan maksimal 76 tahun.
penelitian ini menghasilkan data yang Namun saat ini, rata-rata penghuni yang
valid. Jika masih ada kekurangan akan ada di Graha Werdha Aussi Kusuma
kebenaran data tersebut, peneliti kembali Lestari, yaitu berusia 60 sampai dengan
melakukan pengumpulan data baik 90 tahun.
dengan observasi maupun wawancara Berdasarkan luas bangunan dan
dengan informan yang dianggap juga jumlah kamar, Graha Werdha ini
berkompeten dengan penelitian ini dan dapat menampung sebanyak 60 lansia.
akan memberikan jawaban yang jujur, Namun, saat penulis melakukan kunjungan
sehingga menghasilkan data-data yang ke Graha Werdha tersebut yang ada di
akurat pada saat dilakukan verifikasi. sana saat ini hanya ±55 lansia. Penulis pun
membuat rangkuman pada Tabel 1 di
HASIL DAN PEMBAHASAN bawah ini berdasarkan hasil observasi dan
Menurut WHO dalam Depkes juga berdasarkan hasil tanya-jawab penulis
(2015), batasan umur seseorang yang ke bagian administrasi dari Graha Werdha
tergolong lanjut usia (lansia) adalah ini. Bagian adminstrasi tersebut tidak
sebagai berikut: Middle age: 45 – 59 dapat menyebutkan dengan pasti jumlah
tahun, Elderly (lansia): 60 – 70 tahun, Old dari masing-masing kategori usia
(lansia tua): 75 – 90 tahun, Very Old dikarenakan penulis berkunjung ke Graha
(lansia sangat tua): > 90 tahun. Werdha tersebut pada hari Sabtu, di mana
Berdasarkan penjelasan dari pendahuluan bank data mengenai biodata lengkap dari
di atas sebelumnya dan juga berdasarkan penghuni Graha Werdha ini hanya dapat
observasi langsung penulis ke Graha diakses pada hari kerja saja, yaitu Senin
Werdha Aussi Kusuma Lestari yang sampai dengan Jumat dan sifatnya sangat
beralamatkan di Jalan Bandung No. 25, rahasia. Untuk dapat menjadi “penghuni”
Bukit Cinere Indah, Kota Depok, Jawa di Graha Werdha ini, sebelumnya lansia
Barat, kondisi para penghuni di Graha harus berusia minimal 60 tahun dan juga
Werdha Aussi Kusuma Lestari rata-rata harus mengikuti check up kesehatan oleh
berusia Elderly (lansia): 60 – 70 tahun dan tim dokter yang bekerjasama dengan
Old (lansia tua): 75 – 90 tahun. Tidak Graha Werdha AUSSI serta wawancara
ditemukan oleh penulis untuk Middle age: dengan lansia dan pihak keluarga. Pihak
45 – 59 tahun dan Very Old (lansia sangat keluarga pun harus mengisi form lengkap
tua): > 90 tahun di Graha Werdha Aussi sebagai penanggung jawab dari lansia
Kusuma Lestari. Hal tersebut dikarenakan tersebut jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu
Middle age: 45 – 59 tahun rata-rata masih ke lansia tersebut. Para lansia pun harus
produktif dan masih bekerja di kantor atau didampingi penuh oleh masing-masing
berbisnis, kondisipun masih sangat stabil perawat/suster, perawat/suster tersebut
walaupun terkadang sudah mengalami dapat dicarikan oleh Graha Werdha atau
beberapa keluhan seperti gula darah tinggi, dicarikan sendiri oleh pihak keluarga.
tekanan darah tinggi, sering merasa lelah, Adapun untuk biaya sewa bagi
dan asam urat meningkat. Sedangkan perawat/suster tersebut di Graha Werdha
untuk usia Very Old (lansia sangat tua): > ini masing-masing keluarga dari lansia
90 tahun mengapa tidak dapat ditemukan dikenakan tarif Rp. 2.000.000 per bulan di
di Graha Werdha tersebut dikarenakan luar dari gaji bulanan dan makan serta
berdasarkan hasil penelusuran penulis kebutuhan lainnya dari perawat/ suster
tersebut, sehingga penulis dapat

207
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

TABEL 1. Kategori Lansia berdasarkan Kategori Batasan Usia dari WHO


Old (Lansia Tua): 75 – 90
Kategori Usia Elderly (Lansia): 60 – 70 tahun tahun
Kemampuan Mandiri Cukup Mandiri
Membutuhkan perawat,
Masih memiliki insiatif sendiri inisiatif sudah terbatas,
dan kelompok, masih belum membutuhkan terapi
Aktivitas membutuhkan perawat, mampu kesehatan dikarenakan
bersosialisasi dengan baik. kesehatan sudah mulai kurang
baik.
Jumlah ±40 lansia ±15 lansia
Sumber: Observasi penulis di lapangan

menyimpulkan untuk dapat menjadi Jakarta merupakan salah satu contoh panti
penghuni di Graha Werdha ini harus werdha modern yang berbentuk seperti
berusia minimal 60 tahun, berkondisi apartemen. Berdirinya Graha Werdha ini
sehat jasmani dan rohani serta mampu berawal dari kepedulian para anggota
secara finansial. Pada Tabel 1 diuraikan Alumnarum Ursulae Sanctae Societas
data yang penulis dapat berdasarkan Internasionalis (AUSSI) yang merupakan
hasil lapangan. organisasi para lulusan sekolah Ursulin,
Pasien lansia sangat memerlukan pada tahun 1990 timbul gagasan
komunikasi yang baik dan empati juga mendirikan hunian nyaman untuk para
perhatian yang “cukup” dari berbagai lansia. Pada tanggal 16 November 1996
pihak, terutama dari keluarganya sebagai akhirnya resmi dibuka Graha Werdha ini.
bagian penting dalam penanganan masalah Fasilitas ini dikelola penuh oleh para
kesehatan mereka. Namun, dengan anggota Alumnarum Ursulae Sanctae
berkembangnya zaman dan semakin Societas Internasionalis (AUSSI) secara
tingginya kebutuhan hidup sehari-hari non-profit di bawah payung Yayansan
maka orang-orang kini sibuk untuk bekerja AUSSI Kusuma Lestari.
mencari nafkah. Berangkat ke tempat kerja Bangunan Graha Werdha ini
sebelum subuh dan tiba di rumah saat dikelilingi taman yang ditata asri, udara
malam hari dikarenakan macetnya jalanan yang sejuk dan juga pemandangan yang
di area sekitar Jabodetabek (Jakarta, cukup indah karena posisi tempat ini
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). berada di perbukitan. Graha werdha ini
Hal tersebut ternyata menjadi alasan dikenal cukup ‘wah’ untuk ukuran panti
utama, sebagian orang yang menitipkan werdha umumnya. Dibangun di tanah
orangtuanya yang telah lansia ke Panti seluas 6.000 m2, memiliki kapasitas kamar
Werdha dan tidak semata-mata untuk yang mampu menampung sekitar 60
“membuangnya,” lansia. Suasananya begitu tenang dan
melainkan ingin memberikan kenyamanan hawanya pun masih sejuk untuk ukuran
dan keamanan mengingat jika ditinggal tempat yang dekat dengan Jakarta. Graha
sendiri di rumah memiliki risiko yang Werdha ini dilengkapi dengan satpam
tidak sedikit. Graha Werdha Aussi yang standby selama 24 jam, mobil
Kusuma Lestari, di mana AUSSI ambulan dan juga fasilitas lainnya seperti
merupakan kepanjangan dari Alumnarum televisi agar lansia tidak bosan. Pada pagi
Ursulae Sanctae Societas Internasionalis hari para lansia diajak untuk olahraga atau
merupakan salah satu panti werdha yang setidaknya menggerakkan badannya bagi
berada di Cinere (salah satu area yang yang sudah tidak mampu berolahraga di
cukup elit di kota Depok), cukup dekat ke halaman depan panti, di halaman depan

208
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

panti cukup luas dan juga memiliki terapeutik merupakan komunikasi yang
parkiran yang dapat menampung banyak direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kendaraan. dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Banyak hambatan dari komunikasi Komunikasi terapeutik mengarah
terapeutik pada pasien lansia yang terjadi. pada bentuk komunikasi interpersonal.
Namun, dalam kasus ini yang banyak Pace (1979) dalam Cangara (2012:32)
terjadi di panti werdha tersebut yaitu mengemukakan bahwa komunikasi
resisten. Resisten merupakan upaya klien antarpribadi atau interpersonal
untuk tetap tidak menyadari aspek communication merupakan proses
penyebab ansietas yang dialaminya. komunikasi yang berlangsung antara dua
Resisten merupakan ketidaksediaan pasien orang atau lebih secara tatap muka di
untuk berubah, ketika kebutuhan untuk mana pengirim dapat menyampaikan
berubah dirasakan harus segera pesan secara langsung dan penerima
dilaksanakan demi kesembuhan atau pesan dapat menerima dan menanggapi
kesehatan si pasien namun pasien tidak secara langsung. Komunikasi
bersedia. Perilaku resisten biasanya interpersonal merupakan komunikasi
diperlihatkan oleh pasien pada masa yang pesannya dikemas dalam bentuk
penyembuhan terhadap penyakit tertentu verbal atau nonverbal, seperti
dikarenakan adanya rasa lelah, rasa marah komunikasi pada umumnya komunikasi
dan rasa sedih terhadap penyakit yang interpersonal selalu mencakup dua unsur
diderita olehnya. pokok, yaitu isi pesan dan bagaimana isi
Berdasarkan informasi yang pesan dikatakan atau dilakukan secara
penulis dapat, banyak para lansia jika verbal atau nonverbal. Dua unsur
mengeluhkan sakit tidak ingin diobati atau tersebut sebaiknya diperhatikan dan
dibawa ke dokter/rumah sakit terdekat. dilakukan berdasarkan pertimbangan
Usaha untuk meyakinkan pasien lansia situasi, kondisi, dan keadaan penerima
untuk berobat ke dokter/ rumah sakit pesan. Selain hal tersebut, komunikasi
bukanlah sesuatu hal yang mudah. sosial sangat mendukung bagi
Seringkali jika ingin dibawa ke komunikasi terapeutik bagi pasien lansia.
dokter/rumah sakit, pasien tersebut Mulyana (2009:5-6), menyebutkan
menolak dengan berbagai alasan. Ia fungsi pertama dari fungsi komunikasi
menyampaikan keberatannya jika dibawa yang baik yaitu komunikasi sosial. Fungsi
ke dokter/rumah sakit. Namun komunikasi sebagai komunikasi sosial
berdasarkan observasi penulis setelah setidaknya mengisyaratkan bahwa
melakukan tanya-jawab dan melakukan komunikasi penting untuk membangun
obrolan santai dengan beberapa lansia (2 konsep-konsep diri, aktualisasi diri, untuk
orang dalam kondisi sakit dan 3 orang kelangsungan hidup, untuk kebahagiaan,
dalam kondisi sebelum sakit atau dapat terhindar dari tekanan dan ketegangan
dikatakan dalam kondisi sehat) di graha antara lain lewat komunikasi yang
tersebut hal sebenarnya dikarenakan menghibur dan memupuk hubungan
sebuah ketakutan. Pasien lansia dengan orang lain. Fungsi komunikasi
mencemaskan kalau dirinya dibawa ke sosial ini harus dapat diterapkan dengan
dokter/rumah sakit maka harus dioperasi/ baik di lingkungan panti werdha
dibedah dan lain sebagainya. Dengan mengingat semakin tuanya seseorang
adanya masalah tersebut, maka harus ada banyak hal yang telah berubah atau bahkan
pendekatan untuk berkomunikasi pada tidak berfungsi dengan baik.
pasien lansia dengan baik. Oleh karena itu, Ketika berkomunikasi dengan
komunikasi terapeutik harus dapat pasien lansia dengan pendengaran yang
diimplementasikan secara optimal bagi berkurang, tataplah pasien sehingga pasien
pasien lansia. Adapun komunikasi dapat membaca bibir dan menggunakan

209
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

isyarat mata. Meminimalkan kebisingan, ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik


dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada secara umum bagi pasien lanjut usia
yang normal. Berteriak akan menghambat dapat dibagi atas dua bagian, yakni
komunikasi, mengubah nada berfrekuensi pasien lanjut usia yang masih aktif, yang
tinggi, dan mempersulit pasien untuk keadaan fisiknya masih mampu bergerak
memahami kata-kata Anda. Jika suara tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
Anda melengking, meredam lengkingan kebutuhan sehari-hari masih mampu
ketika Anda berbicara dapat membantu melakukan sendiri; pasien lanjut usia
pasien untuk mendengar Anda dengan yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
lebih baik. Ketika memberikan instruksi keadaan fisiknya mengalami
untuk medikasi, tes, atau pengobatan, kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
hindarkan untuk bertanya kepada pasien mengetahui dasar perawatan pasien
apakah dia mengerti atau tidak. Orang lanjut usia ini terutama tentang hal-hal
dengan gangguan pendengaran mungkin yang berhubungan dengan keberhasilan
akan menjawab “ya” tanpa menyadari perorangan untuk mempertahankan
bahwa mereka belum mendengar apapun kesehatannya. Kebersihan perorangan
atau salah memahami beberapa informasi. (personal hygiene) sangat penting dalam
Pendekatan yang lebih baik untuk usaha mencegah timbulnya peradangan,
mengecek pemahaman pasien adalah mengingat sumber infeksi dapat timbul
dengan meminta pasien untuk mengulang bila keberihan kurang mendapat
instruksi. perhatian.
Ketika berkomunikasi dengan
pasien dengan gangguan penglihatan, Pendekatan Psikis
lingkungan dapat diperbaiki dengan Perawat harus mempunyai peranan
memperbanyak pencahayaan, penting untuk mengadakan pendekatan
menggunakan warna-warna kontras edukatif pada lanjut usia, perawat dapat
untuk membuat objek lebih jelas dan berperan sebagai supporter, interpreter
menggunakan huruf yang besar serta terhadap segala sesuatu yang asing, dan
berwarna kontras untuk setiap tanda. sebagai sahabat yang akrab. Perawat
Setiap bahan dengan tulisan harus hendaknya memiliki kesabaran dan
dicetak paling tidak dengan huruf ketelitian dalam memberikan kesempatan
berukuran 14 diatas kertas berwarna. dan waktu yang cukup banyak untuk
Ketika membahas rencana pengobatan, menerima berbagai bentuk keluhan agar
ingatlah masalah keamanan potensial para lanjut usia merasa puas. Perawat
yaitu gangguan penglihatan. harus selalu memegang prinsip “Triple S”,
yaitu sabar, simpatik, dan service.
Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia Bila perawat ingin mengubah
Berdasarkan kondisi di lapangan, tingkah laku dan pandangan mereka
nyatanya perawatan bagi lanjut usia terhadap kesehatan, perawat bisa
mempunyai pendekatan-pendekatan melakukannya secara perlahan dan
sebagai berikut: bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kearah
Pendekatan Fisik pemuasan pribadi sehingga seluruh
Perawatan yang memperhatikan pengalaman yang dilaluinya tidak
kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian- menambah beban, bila perlu diusahakan
kejadian yang dialami pasien lanjut usia agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat
semasa hidupnya, perubahan fisik pada merasa puas dan bahagia.
organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, Pendekatan Sosial
dan penyakit yang dapat dicegah atau Mengadakan diskusi, tukar

210
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

pikiran, dan bercerita merupakan salah menyertainya, kegelisahan untuk tidak


satu upaya perawat dalam pendekatan kumpul lagi dengan keluarga atau
sosial. Memberi kesempatan untuk lingkungan sekitarnya.
berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia berarti menciptakan Komunikasi Terapeutik pada Lansia
sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini Peranan perawat sangat besar
merupakan suatu pegangan bagi perawat sekali bagi lansia yang berada di Graha
bahwa orang yang dihadapinya adalah Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok.
makhluk sosial yang membutuhkan Adapun 4 (empat) keharusan yang harus
orang lain. Dalam pelaksanaannya, dimiliki oleh seorang perawat, yaitu
perawat dapat menciptakan hubungan pengetahuan, ketulusan, semangat dan
sosial antara lanjut usia dan lanjut usia praktik. Dalam usaha berkomunikasi
maupun lanjut usia dan perawat sendiri. dengan baik, seorang perawat harus
Perawat memberikan kesempatan mempunyai pengetahuan yang cukup,
yang seluas-luasnya kepada para lajut sehingga memudahkan dalam
usia untuk mengadakan komunikasi dan melaksanakan tugasnya setiap hari. Untuk
melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, ketulusan, jika seseorang telah
menonton film, atau hiburan-hiburan memutuskan sebagai perawat harus dapat
lain misalnya bermain dengan anak-anak dipastikan mempunyai ketulusan yang
yang memiliki keceriaan luar biasa mendalam bagi para pasiennya siapa pun
seperti yang dilakukan oleh Sekolah Cita itu. Semangat serta pantang menyerah
Persada, Cinere, Depok pada tanggal 30 harus selalu dikobarkan setiap harinya agar
Maret 2017 lalu dengan mendatangi para pasiennya selalu ikut bersemangat
Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari. pada akhirnya terutama bagi para pasien
Para lanjut usia perlu dirangsang lansia yang terkadang suka merasa dirinya
untuk mengetahui dunia luar, seperti “terbuang” dan “sakit karena tua”.
menonton tv, mendengar radio, atau Sedangkan untuk praktiknya, seorang
membaca majalah dan surat kabar. Dapat perawat harus dapat berbicara komunikatif
disadari bahwa pendekatan komunikasi dengan para pasiennya, sehingga tidak saja
dalam perawatan tidak kalah pentingnya hanya jago dalam teori namun praktiknya
dengan upaya pengobatan medis dalam pun harus bisa melakukan dengan baik dan
proses penyembuhan atau ketenangan benar.
para pasien lanjut usia. Terkait dengan penjelasan di atas,
Stuart dan Sundeen dalam Taufik
Pendekatan Spiritual (2010:45) menjelaskan bahwa dalam
Perawat harus bisa memberikan prosesnya komunikasi terapeutik terbagi
ketenangan dan kepuasan batin dalam menjadi empat tahapan, yaitu tahap
hubungannya dengan Tuhan atau agama persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap
yang dianutnya, terutama bila pasien perkenalan atau orientasi, tahap kerja,
lanjut usia dalam keadaan sakit atau dan tahap terminasi.
mendekati kematian. (1) Tahap pra-interaksi, pada tahap
Sehubungan dengan pendekatan pra-interaksi, perawat sebagai
spiritual bagi pasien lanjut usia yang komunikator yang melaksanakan
menghadapi kematian, Dr. Tony komunikasi terapeutik
Setyabudhi mengemukakan bahwa maut mempersiapkan dirinya untuk
seringkali menggugah rasa takut. Rasa bertemu dengan klien atau pasien
takut semacam ini didasari oleh berbagai lansia. Sebelum bertemu pasien,
macam faktor, seperti tidakpastian akan perawat haruslah mengetahui
pengalaman selanjutnya, adanya rasa beberapa informasi mengenai
sakit atau penderitaan yang sering pasien, baik berupa nama, umur,

211
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

GAMBAR 3. Hasil Pembahasan

jenis kelamin, keluhan penyakit, dan tentang kondisi keluarganya saat ini,
sebagainya. Apabila perawat telah hobinya apa saja, cerita tentang
dapat mempersiapkan diri dengan masa mudanya dan lainnya
baik sebelum bertemu dengan sebagainya. Turn over para suster/
pasien, maka ia akan bisa perawat di Graha Werdha ini pun
menyesuaikan cara yang paling tepat dapat dikatakan cukup rendah,
dalam menyampaikan komunikasi karena biasanya yang sulit yaitu
terapeutik kepada pasien, sehingga adaptasi kembali kepada orang baru
pasien dapat dengan nyaman dalam hal ini, yaitu perawat/suster.
berkonsultasi dengan perawat. (3) Tahap kerja atau sering disebut
Dikarenakan di Graha Werdha sebagai tahap lanjutan adalah tahap
AUSSI Kusuma Lestari, Depok pengenalan lebih jauh. Secara
mengharuskan 1 lansia ditangani psikologis komunikasi yang
oleh 1 perawat/suster, maka dapat bersifat terapeutik akan membuat
dipastikan bahwa perawat yang pasien lebih tenang, dan tidak
menangani pasien lansia di Graha gelisah. Berdasarkan observasi di
Werdha ini dapat dengan cepat dan lapangan, penulis melihat bahwa
akrab dengan para pasiennya. perawat yang menangani pasien
(2) Tahap perkenalan atau tahap lansia di Graha Werdha ini dapat
orientasi pada tahap ini antara memberikan ketenangan dan
perawat dan pasien lansia di Graha mengurangi kecemasan bagi para
Werdha ini mempunyai kualitas pasiennya. Perawat/susternya
yang cukup baik dalam hal hampir semuanya berpengalaman
kehangatan dan keterbukaan satu sehingga dapat menangani lansia
sama lain, seperti menceritakan dengan sangat baik dan sabar.

212
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

TABEL 2. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia

Pendekatan Bentuk Pendekatan/ Keterangan


Kegiatan
Pendekatan Fisik Perawatan fisik secara umum Untuk mengetahui perubahan
bagi pasien lanjut usia dapat fisik pada organ tubuh,
dibagi atas dua bagian, yakni tingkat kesehatan yang masih
pasien lanjut usia yang bisa dicapai dan
masih aktif dan pasif. dikembangkan, dan penyakit
yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya bagi
pasien lansia.
Pendekatan Psikis Mengadakan pendekatan Untuk mendukung mental
edukatif pada pasien lanjut pasien lansia ke arah
usia, perawat dapat berperan pemuasan pribadi sehingga
sebagai supporter, interpreter seluruh pengalaman yang
terhadap segala sesuatu yang dilaluinya tidak menambah
asing, dan sebagai sahabat beban, bila perlu
yang akrab. diusahakan agar di masa
lanjut usia ini mereka dapat
merasa puas dan bahagia.
Pendekatan Sosial Mengadakan diskusi, tukar Untuk mendukung pasien
pikiran, dan bercarita lansia agar tetap bersosialiasi
merupakan salah satu upaya dengan baik dengan
perawat dalam pendekatan lingkungan di sekitarnya,
sosial. Memberi kesempatan yaitu mengadakan
untuk berkumpul bersama komunikasi dan melakukan
dengan sesama klien lanjut rekreasi, misalnya jalan pagi,
usia berarti menciptakan menonton film, atau hiburan-
sosialisasi mereka. hiburan lain serta selalu
dirangsang untuk mengetahui
dunia luar.
Pendekatan Spiritual Perawat harus bisa memberikan Untuk memberikan
ketenangan dan kepuasan batin ketenangan kepada pasien
dalam hubungannya dengan lansia, terutama ketika
Tuhan atau agama yang di menghadapi ketakutan
anutnya, terutama bila pasien menghadapi kematian.
lanjut usia dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.

(4) Tahapan terminasi, pada tahap ini perawatnya, bahkan menganggap


terjadi pengikatan antarpribadi seperti keluarganya sendiri. Salah
yang lebih jauh. Pasien lansia di satunya seperti mengajak bicara
tahapan ini merasa pada akhirnya dari hati ke hati antara perawat dan
“cukup dekat” dengan para pasien lansia.

213
MediaTor, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215

SIMPULAN Qualitative, Quantitative, and Mixed


Kesehatan yang optimal pada pasien Methods Approaches (2nd ed.).
lanjut usia atau selanjutnya penulis sebut Thousand Oaks, CA: Sage.
sebagai lansia tidak hanya bergantung Damaiyanti, Mukhripah. (2010).
kepada kebutuhan biomedis semata namun Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
juga bergantung kepada kondisi Keperawatan. Bandung: Refika
disekitarnya, seperti perhatian yang lebih Aditama.
terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, Departemen Kesehatan Indonesia. (2015).
kulturalnya bahkan psikologisnya dari https://senyumperawat.com/2015/04/
pasien tersebut. Hubungan saling memberi pengertian-dan-klasifikasi-lansia.html
dan menerima antara perawat dan pasien diakses pada tanggal 7 September
dalam pelayanan keperawatan disebut 2017.
sebagai komunikasi terapeutik perawat yang Departemen Kesehatan Indonesia. (2017).
merupakan komunikasi profesional perawat. Undang-Undang Republik Indonesia
Komunikasi antara perawat dan pasien lansia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
harus berjalan efektif terutama bagi pasien Rumah Sakit. http://www.depkes.
lansia karena mempunyai pengaruh yang go.id/resources/ download/peraturan/
besar terhadap kesehatan dari pasien lansia UU%20No.%2044%20Th%
tersebut. Komunikasi yang baik dengan 2 0 2009%20ttg%20Rumah%20Sakit.
pasien adalah kunci keberhasilan untuk PDF diakses pada tanggal 7 September
masalah klinisnya. Komunikasi terapeutik 2017.
merupakan komunikasi yang direncanakan Djaman, Evita. (2017). Alasan Menitipkan
secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk Orangtua Lansia ke Panti Jompo.
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik https://cantik.tempo.co/read/
mengarah pada bentuk komunikasi news/2017/03/07/336853455/alasan-
interpersonal yaitu komunikasi antara orang- menitipkan-orang-tua-lansia-ke-panti-
orang secara tatap muka yang jompo diakses pada tanggal 3 Juni
memungkinkan setiap pesertanya 2017.
menangkap reaksi orang lain sacara Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari.
langsung, baik secara verbal dan nonverbal. (2017). https://www.facebook.
com/pages/Graha-Werdha-AUSSI-
Kusuma-Lestari/173111006128689
Kusuma, Shinta. (2017). Panti Werdha
Pilihan Merawat Orang Tua. http://
DAFTAR PUSTAKA www. pesona.co.id/article/panti-
Ahmadi, Rulam. (2014). Metode Penelitian werdha--pilihan-merawat-orang-
Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz tua?p=3 diakses pada tanggal 3 Juni
Media. 2017.
Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Maharani, Dian. (2014). Pasien Lansia
Komunikasi. Jakarta: PT Raja Perlu Fasilitas Khusus di Rumah
Grafindo Persada. Sakit. http://lifestyle.kompas.com/
Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan dan read/2014/12/05/130000423/Pasien.
Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Lansia.Perlu.Fa silitas.Khusus.
Grafindo Persada. di.Rumah.Sakit diakses pada tanggal
Central Intelligence Agency. (2010). www. 7 September 2017.
cia.gov. Mufid, Muhammad. (2012). Etika Filsafat
Crabtree, F. B., & Miller, L.W. (1998). Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Doing Qualitative Research. Beverly Kencana.
Hills, CA: Sage Mulyana, Deddy. (2009). Ilmu Komunikasi
Creswell, John. W. (1998). Research design: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

214
Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha...

Rosdakarya. pada tanggal 7 September 2017.


Mulyana, Deddy. (2005). Metodologi Purwaningsih, W dan Karlina, I. (2012).
Penelitian Komunikasi. Bandung: Asuhan Keperawatan Jiwa.
Remaja Rosdakarya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Moleong, Lexy. J. (2010). Metodologi Prasanti, Ditha. (2017). Komunikasi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Terapeutik Tenaga Medis dalam
Remaja Rosdakarya. Pemberian Informasi tentang Obat
Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi. Tradisional bagi Masyarakat. Jurnal
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Mediator Vol. 10, no.1 tahun 2017.
Perwari, Cendikia. (2015). Cara Sangadji dan Sopiah. (2013). Perilaku
Perawatan Pada Lansia. http://www. Konsumen – Pendekatan Praktis,
perawatilmiah.com/2015/11/cara- Yogyakarta: Penerbit Andi.
perawatan-pada-lansia.html diakses

215

Anda mungkin juga menyukai