Anda di halaman 1dari 9

“Sengketa Diplomatik Dengan Studi Kasus Pengusiran Dubes Amerika

Serikat dari Venezula”


Oleh :
Mubaroka Alfarizi Ruswandi (6211201009) – Difa Tsaniya Fauziyyah (6211201012) - Dinda
Risty Putri (6211201013) - Rully Khoirul Abrori (6211201016) - Sekar Ayu Budiarsih
(6211201025) – Riski Puji Lestari (6211201031) - Nikita Salsabila (6211201041)

LATAR BELAKANG

Hubungan diplomatic Amerika Serikat dan Venezuela memiliki sejarah yang panjang,Venezuela
dan Amerika secara resmi membangun hubungan diplomatik, melalui penandatanganan
perjanjian komersial antara Amerika serikat dan Venezuela pada 20 Januari 1836. Dikuti
perjanjian perjanjian lain yang memperkuat hubungan antara kedua negara tersebut. Namun
semua berubah ketika akhirnya Amerika Serikat berhasil menjadi negara power yang sangat kuat
dan berusaha untuk melakukan hegemoni ke beberapa wilayah di dunia terutama wilayah
amerika latin,Venezuela cenderung menutup diri dari intervensi asing sebagai upaya dalam
melindungi kekayaan nasionalnya dari Amerika serikat. Sehingga Amerika serikat kian gencar
dalam melakukan berbagai upaya untuk menghentikan ideologyisosialis oleh para pemimpin
Venezuela terutama pada era pemerintahan presiden Hugo Chaves. Amerika Serikat dan
Venezuela terus berseteru meskipun pernah membaik ketika presiden Barack Obama menjalin
kembali hubungan baik dengan Venezuela. Namun perseteruan antara dua negara ini terus
terjadi.

Salah satunya dalam kasus Pengusiran perwakian diplomatik Amerika Serikat di Venezuela pada
mulanya disebabkan karena aksi solidaritas antar negara Amerika Latin, dimana pada saat itu
negara Bolivia mengusir Duta Besar Amerika Serikat. Tindakan yang diambil oleh Bolivia
tersebut merupakan sebuah bentuk perlawanan, karena utusan diplomatik Amerika dituding
sebagai tokoh dibalik layer para anti-pemerintahan Evo Morales, serta memicu unjuk rasa rakyat
Bolivia mengenai kebijakan ekonomi dan sosial di masa pemerintahan Morales.

Langkah pengusiran Duta Besar Amerika Serikat itu, selanjutnya di tahun 2012 membawa pada
keputusan pengusiran Duta Besar Amerika Serikat oleh pemerintahan Venezuela yang pada saat
itu dipimpin oeh Presiden Hugo Chavez. Selain mengusir, Presiden Chavez juga melakukan
penarikan utusan diplomatik Venezuela dari Washington. Keputusan yang diambil oleh Chavez
tersebut dikarenakan Chavez menuding bahwa beberapa pejabat dan mantan pejabat militer
Venezuela berencana mengkudeta pemerintahan Chavez dengan bantuan dari Amerika Serikat,
sehingga hal tersebut diambil untuk menanggapi aksi-aksi Amerika Serikat yang tidak sesuai
dengan Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan Diplomatik. Langkah yang diambil kedua
negara ini membuat Amerika Serikat tidak tinggal diam, dimana Amerika pun melakukan
persona non-grata kepada Duta Besar Bolivia.

Sengketa diplomatik selanjutnya muncul pada bulan Maret tahun 2013, setelah lungsurnya
Presiden Hugo Chavez. Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan Menteri Luar Negeri
Venezuela Elias Jaua megusir atase pertahanan AS dari Venezuela. Hal tersebut dikarenakan
Maduro menduga atase Angkatan Udara AS yakni Kolonel David Delmonico dan Asisten Atase
Devlin Kostal telah melakukan aksi spionase kepada militer Venezuela.

Pada bulan Oktober tahun 2013, Maduro terpilih sebagai Presiden Venezuela juga melakukan
pengusiran kepada tiga utusan Diplomatik Amerika Serikat, dengan alasan pengusiran tersebut
adalah para utusan diplomat tersebut melakukan pertemuan dengan kelompok oposisi
pemerintahan Maduro yang mendorong aksi sabotase atas sistem lisrik dan ekonomi, dan ketiga
diplomat dinyatakan terlibat. Bahkan Maduro menyatakan tiga utusan diplomatik itu telah
menyuap sebuah perusahaan Venezuela untuk mengurangi produksi barang sembako, padahal
pada saat itu pun Venezuela sedang mengalami krisis berbagai kebutuhan barang-barang.

Konflik Diplomatik yang berikutnya antara AS denga Venezuela yaitu di tahun 2015 ketika
Maduro mengultimatum bahwa Washington atau pihak Amerika untuk mengurangi jumlah
diplomat AS yang bertugas di Venezuela dengan jumlah awal 100 orang menjadi 17 orang saja.
Hal ini dikarena Venezuela mengingkan kesamaan atau keseimbangan dalam jumlah utusan
Diplomatik, dimana utusan diplomatik Venezuela di Washington juga hanya berjumlah 17 orang.

Dengan adanya kondisi yang seperti ini maka dapat dikatakan adanya ketidaksesuaian antara
teori ataupun bentuk idealis dari hubungan diplomatik yang semestisnya dengan realita yang ada
di anatara kedua negara, dimana dalam hal ini banyak pihak terutama Amerika Serikat sebagai
pihak luar terlalu mencampuri urusan dalam negeri Venezuela bahkan hingga menimbulkan
kerusuhan di antara tatanan pemerintahan Venezuela. Maka dengan demikian hal ini menarik
untuk di bahas, dan pengambilan judul Sengketa Diplomatik dengan Studi Kasus Pengusiran
Dubes Amerika Serikat dari Venezula didasarkan pada kondisi konfliktual diantara keduanya
yang membutuhkan waktu lama dalam hal penyelesaiannya, hingga bahkan dialami dalam dua
periode pemerintahan yang berbeda.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja prinsip Hukum yang dilanggar oleh Amerika Serikat ?


2. Bagaimana pertanggung jawaban negara atas pelanggaran hak kekebalan diplomatik
ditinjau dalam hukum internasional (konvensi Wina 1961)?
3. Mengapa Venezuela menginginkan jumlah diplomat yang seimbang ?
4. Bagaimana perkembangan kasus AS - Venezuela?

PENDEKATAN DAN KONSEP TEORI ATAU LANDASAN HUKUM

1. Kasus yang terjadi antara pemerintah diplomatik Amerika Serikat kepada pemerintah
diplomatik Venezuela merupakan sebuah kasus pelanggaran kode etik, hukum protokoler
diplomatik dan konsuler, dimana ada beberapa peristiwa yang pernah terjadi yang
menunjukan bahwasanya diplomat Amerika Serikat melakukan pelanggaran terhadap
pemerintah negara Venezuela, diantaranya :
 Peristiwa yang pertama ialah pada saat pemerintahan presiden Hugo Chavez
dimana Amerika Serikat dituding bekerjasama dengan pihak yang kontra terhadap
pemerintahan presiden Hugo Chavez untuk menggulingkan pemerintahan
presiden Chavez, hal itu didasarkan pada adanya penangkapan sekelompok orang.
Aksi yang dilakukan oleh diplomat AS tersebut tentu saja melanggar hukum
konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik.
 Peristiwa kedua terjadi pada tahun 2013 dimana adanya aksi spionase terhadap
militer Venezuela yang diduga kuat hal tersebut dilakukan oleh Atase pertahanan
AS. Selain juga ditemukan fakta bahwasanya mereka melak
 ukan pertemuan dengan para perwira militer untuk mengacaukan situasi internal
dari Venezuela. Tidak hanya itu, pada tahun tersebut presiden maduro kembali
mengusir tiga utusan diplomatik AS untuk Venezuela karena adanya bukti ketiga
utusan diplomatik tersebut telah mengadakan sebuah pertemuan dengan kelompok
kanan jauh Venezuela yangana kelompok tersebut merupakan kelompok oposisi
untuk mendanai para lawan politik pemerintah Maduro pada saat itu dan juga
berperan dalam mendorong sebuah aksi sabotase atas sistem listrik dan ekonomi
dimana pada saat itu di Venezuela sedang terjadi krisis kebutuhan barang-barang
seperti sembako.

Tindakan yang dilakukan oleh para utusan diplomatik dari AS seperti Spionase,
mencampuri urusan dalam negeri negara utusan, dan membuat keributan di negara
utusan, sudah sangat jelas melanggar kode etik hukum protokoler diplomatik dan
konsuler dimana hal tersebut melanggar hukum konvensi Wina tentang Hubungan
Diplomatik yang sudah ditentukan.

2. Pemulangan atau pengembalian perwakilan diplomatik kenegara asal dapat dikatakan


tindakan persona non grata. Deklarasi persona non grata yang dikenakan kepada seorang
diplomat khususnya terhadap mereka yang sudah tiba di Negara tujuan, melibatkan
kepada kegiatan yang dinilai bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
Konvensi Wina1, yaitu:
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para diplomat asing yang dianggap
bersifat politis maupun subversive dan bukan saja dapat juga merugikan
kepentingan nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu Negara penerima.
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu jelas-jelas melanggar peraturan hukum dan
perundang-undangan Negara penerima.
 Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan spionase yang dapat
dianggap dapat mengganggu baik stabilitas maupun keamanan nasional Negara
penerima.

1
Widagdo, S., & Ardhiansyah, A. (2020). Kekebalan dan Hak-Hak Istimewa dalam Hubungan Diplomatik Menurut
Konvensi Wina 1961. Universitas Brawijaya Press.
3. Terhadap tindakan penyalahgunaan kekebalan diplomatik Negara penerima dapat
melakukan pengusiran atau persona non grata terhadap pejabat diplomatik, yang mana
hal ini di atur dalam Konvensi Wina 19612, pada Pasal-pasal sebagai berikut:
 Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Konvensi Wina 1961, yang berbunyi:

Negara penerima, setiap waktu dan tanpa harus memberikan penjelasan atas
keputusannya, dapat memberitahukan kepada Negara pengirim bahwa kepala
perwakilan atau salah seorang anggota staf diplomatik dari perwakilannya adalah
persona non grata atau bahwa salah seorang staf perwakilan tersebut tidak dapat
diterima baik. Dalam keadaan demikian, Negara pengirim, sepatutnya, harus
memanggil kembali orang yang bersangkutan atau mengakhiri tugasnya pada
perwakilan. Seseorang dapat dinyatakan persona non grata atau tidak dapat diterima
bak sebelum tiba di wilayah Negara penerima.

Jika kalau Negara pengirim menolak atau tidak mampu dalam jangka waktu yang
pantas untuk melaksanakan kewajibannya tersebut dalam ayat (1) dari Pasal ini,
Negara penerima dapat menolak untuk mengakui orang tersebut sebagai seorang
anggota perwakilan”.

 Pasal 41 ayat (1), yang berbunyi: “Tanda mengurangi hak-hak istimewa dan
kekebalan mereka, maka menjadi kewajiban semua orang yang mempunyai hak-
hak istimewa dan kekebalan-kekebalan demikian untuk menghormati hukum dan
peraturan-peraturan dari Negara penerima. Mereka juga mempunyai kewajiban
untuk tidak mencampuri urusan-urusan dalam Negara dari Negara itu”.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.2 Prinsip Hukum Umum Yang dilanggar Oleh Amerika Serikat

Terkait dengan tindakan Diplomat Amerika yang telah dibuktikan bahwa tindakan
tersebut merupakan campur tangan terhadap Suatu Kedaulatan Negara lain.Dalam Prinsip-
prinsip hukum umum terdapat beberapa Prinsip yang mengatur mengenai adanya sikap saling

2
Elok, N. (n.d.). 57539236-konvensi-wina-tentang-hubungan-diplomatik-1961. Retrieved May 26, 2022, from
https://www.academia.edu/8056715/57539236_konvensi_wina_tentang_hubungan_diplomatik_1961
menghormati antara negara satu dengan lain dalam hal yurisdiksi,prinsip tersebut yaitu “Par In
Parem Non Habet Yurisdikdiksionen” yaitu negara tidak boleh ikut campur dalam yurisdiksi
negara lain.selain itu,dalam hukum diplomatik dikenal adanya asas Good Neoghtboorlinnes yaitu
adanya sikap salin menghormati antara negara satu dengan yang lain.Maka Jelaslah sudah bahwa
Tindakan Diplomat Amerika tersebut merupakan pelanggaran terhadap dua asas tersebut.jika
ditarik ke atas lagi,maka asas YURISDIKSI lah yang merupakan asas IUS COGENS Yang
dilanggar oleh Amerika Serikat.

2.2 Pertanggung jawaban negara atas pelanggaran hak kekebalan diplomatik ditinjau
dalam hukum internasional (konvensi Wina 1961)

Pertanggung jawaban berarti kewajiban memberikan tanggung jawab atau bertanggung


jawab atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk pemulihan atas kerugian yang mungkin
ditimbulkan. Pertanggung jawaban negara merupakan konsekuensi dari adanya suatu hak.
Pertanggung jawaban negara dalam hukum internasional pada dasarnya dilatarbelakangi pikiran
bahwa tidak ada satupun negara yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak hak
negara lain. Dan pelanggaran hak kekebalan diplomatic itu merupakan pellanggaran terhadap
hukum internasional. didalam hal negara penerima wajib bertanggung jawab apabila terjadi
pelanggaran hak istimewa dan kekebalan dari perwakilan diplomatic asing, baik itu diplomat,
keluarga, maupun Gedung perwakilan diplomatic. Pertanggung jawaban negara dilakukan
sebagai bentuk pemulihan atas kerugian yang ditimbulkan oleh suatu negara atau suatu
konsekuensi dari suatu kesalahan ataupun kegagalan untuk melaksanakan suatu kewajiban atau
untuk memenuhi suatu standar internasional tertentu yang telah ditetapkan.

Dalam kasus Diplomatik pengusiran duta besar Amerika Serikat oleh Venezuela,
Tindakan yang dilakukan oleh para utusan diplomatik dari AS seperti Spionase, mencampuri
urusan dalam negeri negara utusan, dan membuat keributan di negara utusan, sudah sangat jelas
melanggar kode etik hukum protokoler diplomatik dan konsuler dimana hal tersebut melanggar
hukum konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik yang sudah ditentukan. Atas kejadian itu,
Venezuela sebagai negara penerima seharusnya meminta pertanggungjawaban kepada AS
dengan cara melakukan: permintaan maaf secara resmi kepada Venezuela atau berjanji tidak
akan terjadi lagi untuk kedua kalinya. Akan tetapi sikap saling membalas pengusiran diplomat
yang dilakukan kedua belah pihak membuat perselisihan terus berlanjut.
3.2 Alasan Venezuela menginginkan jumlah diplomat yang seimbang

Pada tanggal 28 februari 2015, perseteruan Venezuela dan Amerika Serikat memanas.
Venezuela meminta AS untuk segera mengurangi jumlah anggota staff kedutaan besarnya di
karakas hingga 80 persen dimana dari jumlah total anggota pertama duta besar AS berjumlah 100
orang menjadi 17 orang, pemerintah Venezuela memberikan batas waktu selama 15 hari kepada
Amerika Serikat untuk segera memulanggkan sebagian personilnya, Sedangkan presiden
Venezuela Nicolas Maduro sendiri menegaskan pada tanggal 03 maret 2015, dengan Pidatonya
di taman istana Miraflores, hal tersebut bertujuan untuk menyamaratakan jumlah staff diplomat
Venezuela di Amerika Serikat yang hanya berjumlah 17 orang dan juga untuk membendung
campur tangan Amerika Serikat di negara Venezuela yang kerap terjadi sebelum-sebelumnya.
Seperti pada tanggal 28 februari 2015 yang pernah di umumkan oleh pemerintah Venezuela
bahwa mereka telah menangkap sejumlah warga Amerika Serikat karena terlibat dalam aksi
spionase dan merekrut aktivis, diantaranya seorang pilot AS asal Amerika latin yang tertangkap
membawa sejumlah dokument berisi informasi rahasia Venezuela, tidak hanya itu Maduro pun
memutuskan untuk menerapkan suatu sistem wajib visa bagi setiap warga amerika yang
berkunjung ke Venezuela3.

4.2 Perkembangan kasus Amerika Serikat dan Venezuela

Balas membalas serangan sudut diplomatik antara AS dan Venezuela ternyata terus
berlanjut setelah kasus Venezuela meminta AS untuk segera mengurangi jumlah anggota staff
kedutaan besarnya di karakas hingga 80 persen dimana dari jumlah total anggota pertama duta
besar AS berjumlah 100 orang menjadi 17 orang. Pada tanggal 09 maret 2015 oleh presiden
Amerika Serikat Barrack Obama yang menanggapi langsung hal tersebut dengan bentuk
menyatakan Venezuela sebagai ancaman keamanan nasional mereka dan juga memerintahkan
pemberian sangsi terhadap tujuh pejabat Venezuela dengan alasan telah melakukan pelanggaran
HAM dan korupsi publik, juru bicara gedung putih Josh Earnest menguatkan ketegasan obama
dengan berkata "Para pejabat Venezuela masa lalu dan sekarang yang melanggar hak asasi warga
negara Venezuela dan terlibat dalam tindakan korupsi publik tidak akan diterima di sini. Kami

3
Venezuela batasi diplomat as, terapkan visa bagi warga as. (n.d.). VOA Indonesia. Retrieved May 26, 2022, from
https://www.voaindonesia.com/a/venezuela-batasi-diplomat-as-terapkan-visa-bagi-warga-as/2663475.html
sekarang memiliki alat untuk memblokir aset mereka dan penggunaannya melalui sistem
keuangan AS”.

Menanggapi kembali hal tersebut Nicolas maduro tidak terima dengan sikap arogansi Amerika
Serikat, ia langsung menghubungi kuasa usaha Venezuela untuk menyatakan kutukan atas
tindakan tidak adil, Agresif dan merugikan Venezuela, pada akhir tahun desember 2015 Nicolas
Maduro memutuskan untuk menarik pulang duta besar Venezuela untuk Amerika Serikat
begitupun sebaliknya,

KESIMPULAN

Bahwa tindakan Diplomat Amerika yang telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut
merupakan campur tangan terhadap Suatu Kedaulatan Negara lain.Dalam Prinsip-prinsip hukum
umum terdapat beberapa Prinsip yang mengatur mengenai adanya sikap saling menghormati
antara negara satu dengan lain dalam hal yurisdiksi,prinsip tersebut yaitu “Par In Parem Non
Habet Yurisdikdiksionen” yaitu negara tidak boleh ikut campur dalam yurisdiksi negara lain.
Dalam kasus Diplomatik pengusiran duta besar Amerika Serikat oleh Venezuela, Tindakan yang
dilakukan oleh para utusan diplomatik dari AS seperti Spionase, mencampuri urusan dalam
negeri negara utusan, dan membuat keributan di negara utusan, sudah sangat jelas melanggar
kode etik hukum protokoler diplomatik dan konsuler dimana hal tersebut melanggar hukum
konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik yang sudah ditentukan. Dan akhir dari kasus
Amerika Serikat dengan Venezula , Nicolas Maduro menarik kembali duta besar Venezuela
untuk Amerika Serikat begitu juga sebalik nya karena Venuzuela merasa di rugikan oleh AS.
DAFTAR PUSTAKA

Elok, N. (n.d.). 57539236-konvensi-wina-tentang-hubungan-diplomatik-1961. Retrieved May


26, 2022, from
https://www.academia.edu/8056715/57539236_konvensi_wina_tentang_hubungan_diplo
matik_1961

Lagi, negara di benua amerika putuskan hubungan diplomatik dengan rezim maduro | kabar24.
(2019, November 5). Bisnis.com.
https://kabar24.bisnis.com/read/20191105/19/1167003/lagi-negara-di-benua-amerika-
putuskan-hubungan-diplomatik-dengan-rezim-maduro
PERMATA, S. R., AK, S., & Nurhidayatuloh, N. (2021). ANALISIS PRAKTIK PERSONA
NON GRATA DALAM PERSPEKTIF KONVENSI WINA 1961 MENGENAI
HUBUNGAN DIPLOMATIK (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Press, A. (n.d.). Hubungan tegang, as punya dubes pertama di venezuela. internasional.


Retrieved May 26, 2022, from
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201119150440-134-571917/hubungan-
tegang-as-punya-dubes-pertama-di-venezuela

Vincent Adrian, Makalah Kapita Selekta Hukum Internasional Kasus Diplomatik Pengusiran
Dubes Amerika Serikat Oleh Venezuela, 2015, Universitas Diponegoro, Semarang.

Widagdo, S., & Ardhiansyah, A. (2020). Kekebalan dan Hak-Hak Istimewa dalam Hubungan
Diplomatik Menurut Konvensi Wina 1961. Universitas Brawijaya Press.

Anda mungkin juga menyukai