Anda di halaman 1dari 24

MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SEDERHANA


DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN BENDA
NYATA PADA SISWA KELAS III SDN RAWA BONI III
TAHUN AJARAN 2020-2021

Oleh :
SITI RAHAYAU
NIM.836349071
Email: rahayoesiti@gmail.com

ABSTRAK

Matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-


bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu.
Berdasarkan hasil penulis meneliti pada siswa kelas III SDN Rawa Boni III di
peroleh data bahwa mata pelajaran Matematika materi pecahan sederhana nilai
rata-rata siswa paling rendah di bandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Berdasarkan masalah diatas maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
memperbaiki hasil belajar yang masih kurang tersebut. Tujuan perbaikan ini
adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika materi pecahan
sederhana dengan media gamabr dan benda nyata. Setelah dilakukan perbaikan
pembelajaran diperoleh pada siklus I ini hanya baru 6 orang siswa saja yang
dapat tuntas KKM persentase sekitar 24 % dengan nilai rata – rata kelas sebesar
61,6. Pada tabel siklus II terlihat peningkatan yang sangat menggembirakan
karena siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 65 menjadi 22 orang atau
77,4%. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan, didapatkan hasil yang menunjukkan grafik peningkatan baik dari hasil
belajar maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dan benda nyata maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :Dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok ternyata
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika materi
pecahan sederhana dengan menggunakan media gambar dan benda nyata.

Kata kunci: Matematika, Media gambar, Hasil Belajar

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan
bentuk-bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang di anggap sulit dan
menakutkan oleh sebagaian peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah. Anggapan peserta didik yang menyatakan bahwa
mata pelajaran Matematika itu sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan
ulangan harian atau tes hasil belajar, baik berupa Penilaian Tengah Semester
(PTS) maupun Penilaian Akhir Tahun (PAT).
Pada pembelajaran matematika guru seharusnya lebih banyak menggunakan
media pembelajaran supaya materi dapat lebih mudah tersampaikan terutama di
kelas rendah siswa berada dalam tahap operasional konkret. Pada kenyataannya
penggunaan media pembelajaran matematika tidak di gunakan secara maksimal.
Berdasarkan hasil penulis meneliti pada siswa kelas III SDN Rawa Boni
III di peroleh data bahwa mata pelajaran Matematika nilai rata-rata siswa paling
rendah di bandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Selama proses pembelajaran guru masih banyak menggunakan metode ceramah
dan masih jarang menggunakan media pembelajaran dengan maskimal dalam
menyampaikan mata pelajaran matematika sehingga siswa kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan daftar nilai siswa kelas III tahun ajaran 2020/2021 semester 1
bahwa nilai rata-rata matematika materi pecahan sederhana masih rendah.
Mayoritas siswa kelas III masih kesulitan memahami materi pecahan sederhana
yang menyebabkan hasil pembelajaran kurang memuaskan bahkan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65 masih banyak siswa yang tidak
mencapainya, dari jumlah 25 siswa hanya ada 6 siswa yang mencapai KKM 65
dengan presentase sekitar 24% dan nilai rata-rata kelas sebesar 61,6. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: dalam penyampaian materi pokok tentang
pecahan sederhana guru menggunakan metode ceramah saja hal tersebut
membuat siswa merasa jenuh dan tidak merespon materi yang disampaikan oleh

2
guru, artinya bahwa seorang guru kurang tepat menggunakan metode dan media
pembelajaran yang di gunakan pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan masalah yang terjadi pada mata pelajaran Matematika, yakni
kurangnya hasil belajar pada siswa kelas III pada materi pecahan sederhana,
maka penulis ingin melakukan penelitian untuk memperbaiki hasil belajar yang
masih kurang tersebut. Dalam hal ini jenis penelitian yang akan di lakukan
adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media gambar dan benda
nyata dengan begitu guru berharap siswa mampu memecahkan masalah yang di
hadapinya ketika belajar mengenai materi pecahan sederhana.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Pemahaman pada Mata Pelajaran Matematika
tentang Pecahan Sederhana dengan menggunakan Media Gambar dan Benda
Nyata pada Siswa Kelas III SDN Rawa Boni III Tahun Ajaran 2020-2021”.
1. Identifikasi Masalah
Siswa kelas III SDN Rawa Boni III Kec.Pakuhaji belum memahami materi
pecahan sederhana dengan media gambar dan benda nyata, pada muatan
pelajaran MATEMATIKA, karena dari tes formatif diperoleh nilai yang pada
umumnya rendah . Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk muatan
pelajaran MATEMATIKA adalah 65. Dengan demikian rata-rata nilai yang
diperoleh siswa masih jauh dari ketercapaian minimal Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Dari hasil pengamatan, terungkap beberapa masalah di antaranya :
a. Kurangnya pemahaman siswa pada materi pecahan sederhana.
b. Kurangnya minat belajar pada materi tersebut.
c. Hasil belajar siswa kelas III SD Negri Rawa Boni III masih kurang dari
KKM karena sebagian siswa belum mengerti.
d. Suasana kelas yang tidak kondusif karena siswa masih senang becanda di
dalam kelas.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, berikut ini adalah analisis masalah
dalam penelitian ini, yaitu :

3
a. Metode pembelajaran kurang tepat.
b. Media yang digunakan kurang memadai.
c. Kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
d. Kurang mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui penyebab masalah tersebut maka guru harus segera
melakukan tindakan penyelesaian dengan beberapa alternatif lain yaitu :
a. Kegiatan awal nya lebih memacu anak agar bersemangat belajar.
b. Memperbanyak pemberian contoh tentang materi pecahan sederhana.
c. Menggunakan metode yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah analisis masalah maka rumusan
masalahnya sebagai berikut:
“Bagaimana meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran matematika materi
pecahan sederhana dengan menggunakan media gambar dan benda nyata pada
siswa kelas III di SD Negri Rawa Boni III Kecamatan Pakuhaji Tangerang?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan perbaikan ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Matematika materi pecahan sederhana dengan media gamabr dan benda nyata
pada siswa kelas III di SD Negri Rawa Boni III Kec.Pakuhaji Kab.Tangerang
Provinsi Banten tahun ajaran 2020-2021.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Manfaat Penelitian Bagi Guru
a) Mengukur sejauh mana keberhasilan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.
b) Mengembangkan sikap profesionalitas.
c) Mengembangkan ide-ide inovatif dalam menyajikan pembelajaran
yang berkualitas.

2. Manfaat Penelitian Bagi Siswa


a) Dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran.

4
b) Belajar lebih aktif dan menyenangkan.
c) Belajar secara realistis dengan benda konkret.
3. Manfaat Penelitian Bagi Sekolah
a) Meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Rawa Boni III
b) Bahan Pertimbangan bagi sekolah dalam menyediakan prasarana atau
alat peraga pendukung.
c) Meningkatkan mutu lulusan
d) Membantu sekolah untuk tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan
masyarakat sekitar.

5
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Pembelajaran Matematika di SD
Adapun pengertian dari pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki
peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan
kontribusi yang sangat besar, yang mulai dari sederhana sampai yang
kompleks, mulai yang dari abstrak sampai yang konkrit untuk pemecahan
masalah dalam segala bidang. Matematika salah satu mata pelajaran yang telah
diperkenalkan kepada siswa tingkat sekolah dasar (SD) sampai ke jenjang
yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi).
Matematika sendiri pada dasarnya memiliki objek dasar yang abstrak.
Menurut Soejadi(1999) dalam Muhsetyo bahwa “keabstrakan matematika
karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip”.
Sedangkan menurut Piaget, siswa sekolah dasar yang umurnya berkisar antara
6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, berada pada fase operasional konkret.
Pada fase ini umumnya siswa masih terikat dengan objek yang konkret atau
cenderung berpikir konkret, rasional dan objektif dalam memahami suatu
situasi.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh pengetahuan tentang matematika yang dipelajari,
cerdas, terampil, mampu memahami dengan baik bahan yang diajarkan. Dalam
pembelajaran matematika, keberhasilan suatu pengajaran dipengaruhi oleh
factor yang terangkum dalam sistem pengajaran. Salah satu factor yang
menentukan keberhasilan suatu pengajaran yaitu penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa,
sehingga tercapai pengajaran secara optimal.
Menurut Dienes (dalam Hudoyo) dikatakan bahwa setiap konsep atau
prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-
tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk konkret. Dengan

6
demikian dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya memanipulasi obyek-
obyek dalam bentuk permainan yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar Kurikulum 2013.
Pendidikan matematika disekolah di harapkan memberikan kontribusi dalam
mendukung pencapaian kompetensi lulusan pendidikan dasar melalui
pengalaman belajar.
Tujuan Pembelajaran Matematika adalah agar siswa mampu :
1. Memahami konsep dan menerapkan prosedur matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Melakukan operasi matematika untuk mpenyederhanaan dan analisis
kompenen yang ada
3. Melakukan penalaran matematis yang meliputi membuat generalisasi
berdasarkan pola, fakta, fenomena atau data yang ada, membuat dugaan
dan memverifikasinya.
4. Memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasan melalui simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Menumbuhkan sikap positif seperti sikap logis, kritis, cermat, teliti dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Secara lebih khusus,
mata pelajaran matematika diajarkan untuk tujuan membekali peserta didik
pengetahuan, pengetahuan dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi.
B. Metode Pembelajaran Matematika di SD
Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting oleh guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan menggunakan metode
mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi
pelajaran yang di ajarkan oleh guru. Menurut Djayadisastra (1985:13)
mengemukakan bahwa “berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran sangat
tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh

7
guru dan cara yang di gunakan oleh guru untuk mengaplikasikan strategi belajar
yang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Macam-macam Metode Mengajar
a. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode dimana guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok, kemudian memberikan suatu persoalan atau masalah
untuk dipecahkan secara bersama-sama dengan teman atau kelompoknya.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian bahan ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan
yang di harapkan.
c. Metode Ceramah
Metode Ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan
tidak asing lagi bagi kita dan telah alam di jalankan dalam sejarah
pendidikan. Cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaanya
memerlukan keterampilan teretntu, agar penyajiannya tidak membosankan
dan dapat menarik perhatian siswa.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Mengajar
Metode Diskusi
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Dapat memperluas wawasan peserta didik.
2) Dapat merangsang kreativitas peserta didik dalam memunculkan
ide-ide dalam memecahkan suatu masalah.
3) Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
4) Dapat menumbuhkan partisipasi peserta didik menjadi lebih aktif.
5) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian
atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Kelemahan Metode Diskusi
1) Kemungkinan besar diskusi akan di kuasai oleh peserta didik yang
suka berbicara atau inginmenonjolkan diri.
2) Tidak dapat di pakai pada kelompok yang besar.

8
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Memakan waktu yang cukup banyak.
5) Tidak semua guru memahami cara peserta didik melakukan
diskusi.
Metode Tanya Jawab
a. Kelebihan Metode Tanya Jawab
1) Situasi kelas lebih hidup karena para siswa aktif berpikir dan
menyampaikan buah pikirannya melalui atas pertanyaan guru.
2) Sangat positif untuk melatih anak agar berani mengemukakan
pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3) Timbulnya perbedaan pendapat di antara para anak didik, membawa
kelas pada situasi diskusi yang menarik.
4) Siswa yang segan mencurahkan perhatian, menjadi berhati-hati
dengan secara bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
5) Sekalipun pembelajaran agak lamban, tetapi guru dapat melakukan
control terhadap pemahaman dan pengertian siswa tentang masalah.
b. Kelemahan Metode Tanya Jawab
1) Siswa sering merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang
dan akrab.
2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir siswa dan mudah dipahami siswa
3) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4) Guru masih tetap mencominasi proses belajar mengajar.
5) Apabila jumlah siswa sepuluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
6) Sering jawaban di borong oleh sejumlah kecil siswa yang
menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya
tidak memeikirkan jawabannya.

9
Metode Ceramah
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3) Dapat di ikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6) Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7) Mmemberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
8) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas.
9) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis dan penuh
perhatian.
b. Kelemahan Metode Ceramah
1) Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif,
karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep
yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja.
2) Kepadatan konsep-konsep yang di berikan dapat berakibat siswa
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat
terlupakan.
4) Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal”
yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
5) Mudah menjadi verbalisme.
6) Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang
benar-benar menerimanya.
7) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
8) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
9) Cenderung membuat siswa pasif.

10
D. Media Konkret
1. Pengertian Media Konkret
Media Konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien menuju kepada
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Mulyani Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum media
konkret berfungsi sebagai (a) Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif, (b( Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar,
(c) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dan konsep yang abstrak sehingga
dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) Mengembangkan
motivasi belajar peserta didik, (e) Mmempertinggi Mutu belajar mengajar.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Pemanfaatan Media Konkret
Dengan menggunakan benda konkret lain seperti buah jeruk dalam materi
pecahan sederhana dengan membagi potongan sebuah jeruk. Dalam
menjelaskan konsep pecahan sederhana siswa di minta membawa satu buah
jeruk, kemudian buah jeruk di potong-potong menjadi 2 bagian sama rata
setelah itu bagi 1 potong buah jeruk kepada temannya. Jadi 1 buah jeruk
dipotong menjadi 2 bagian sama rata lalu di bagi kepada temannya 1 potongan
1
buah jeruk tersebut dalam pecahan sederhana dapat di tulis menjadi .
2
2. Fungsi Media Konkret
Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru. Levie Lentz dalam Azhar Arsyad
mengemukakan empat fungsi media pengajaran, yaitu:
a. Fungsi Atensi, yaitu menarik perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi
pada isi pelajaran yang ditampilkan
b. Fungsi Afektif, yaitu media dapat menggugah emosi dan sikap peserta
didik, dan peserta didik dapat menikmati pembelajaran

11
c. Fungsi Kognitif, yaitu media memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di
dalamnya
d. Fungsi Kompensatoris, yaitu media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks/verbal.
Fungsi media konkret antara lain:
a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar;
c. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit dan konsep yang abstrak sehingga
dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme;
d. Mengembangkan motivasi belajar siswa;
e. Mempertinggi mutu pembelajaran.
3. Kelebihan dan Kelemahan Media Benda Konkret
Kelebihan:
a. Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat
konseptual, sehingga mengurangi kesalah pahaman siswa dalam
mempelajarinya
b. Meningkatkan minat siswa untuk mempelajari materi pelajaran
c. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas
diri sendiri untuk belajar.
d. Dapat mengambangkan jalan pikiran yang berkelanjutan
e. Menyediakan pengalaman- pengalaman yang tidak mudah di dapat
melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar
mendalam dan beragam.
Kelemahan:
a. Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah terkadang memiliki
resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya
b. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata tidak
sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunaknnya.

12
Kelemahan yang ada diatas hendaknya dapat diatasi dengan cara
menggunakan media benda asli atau konkrit yang ada di sekitar lokasi sekolah
yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, dan disesuaikan
dengan materi pembelajaran serta tetap berusaha membawa benda nyata ke
dalam kelas yang berguna untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media konkrit atau
nyata pada saat proses pembelajaran berlangsung akan lebih baik daripada
hanya berceramah saja. Karena dengan adanya media pembelajaran dapat
membantu untuk memperjelas maksud yang kita sampaikan dan merangsang
peserta didik untuk belajar.
Sehingga, dengan penggunaan media benda konkrit tersebut peserta didik
menjadi lebih giat lagi dalam belajar dan mempunyai pengalaman serta
persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran,
biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil
belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses
belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh
kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.
Menurut Sudjana (2001), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa
belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah
laku seseorang”. Selanjutnya Menurut Muhibbin Syah (2006:145) secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
Faktor internal (factor dari dalam diri siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani
dan rohani siswa. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan disekiatr siswa. Faktor pendekatan belajar ( approach to learning),
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

13
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah Siswa-Siswi
Kelas III SD Negeri Rawa Boni III, Kecamatan Pakuhaji Kabupaten
Tangerang dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 11 Siswa
Laki-laki dan 14 Siswa Perempuan.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran di laksanakan di SD
Negeri Rawa Boni III Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang
Pada Mata Pelajaran Matematika kelas III semester 2.
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian disesuaikan dengan pelaksanaan mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yaitu pada bulan April s/d
Mei 2021.
Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut.
No Siklus Mata Pertemuan Hari/Tanggal Jam Kelas
Pelajaran
1. Siklus Matematika Ke-1 Rabu, 14 Ke-2 III
I April 2021
Siklus Matematika Ke-2 Senin, 19 Ke-2 III
I April 2021
2. Siklus Matematika Ke-1 Rabu, 19 Mei Ke-2 III
II 2021
Siklus Matematika Ke-2 Senin, 24 Ke-2 III
II Mei 2021

2. Pihak yang Membantu dalam Penelitian


Pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini adalah :

14
1. Ibu Een Rochaeni, M.Pd Selaku Supervisor 1 sekaligus pengesah
laporan PKP.
2. Bapak Jajan Sukarjan, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SDN Rawa
Boni III Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten yang telah memeberi izin untuk observasi penelitian
perbaikan pembelajaran.
3. Bapak Sadi Basrowi, S.Pd.SD Selaku teman sejawat sekaligus
supervisor 2 yang telah membantu menulis dalam penyusunan
RPP.
4. Rekan-rekan guru SDN Rawa Boni III Kecamatan Pakuhaji
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain prosedur penelitian perbaikan pembelajaran mengacu kepada
langkah langkah penelitian tindakan kelas sebagaimana yang dikemukakan
oleh Wardani, Julaeha, & Marsinah (2005), PTK merupakan penelitian
tindakan yang dimulai dari mengidentifikasi masalah, melakukan analisis
penyebab masalah, memberikan alternatif pemecahan masalah, merumuskan
masalah, dan menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang kesemuanya
dilakukan secara bersiklus dan Merencanakan (R), Melaksanakan tindakan (T)
Mengamati (M), dan Merefleksi (L), seperti tertera pada badan berikut.

R1 R2 R3

L1 L2 T1 L3 T3 T3

M1 M2 M3

Gambar 3.1
Siklus Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran dalam PKP

15
Kegiatan perbaikan pembelajaran diadakan karena dirasa oleh guru adanya
kekurangan/kelemahan dalam kegiatan pembelajara yang dilakukan. Untuk itu
guru berusaha mencari penyebab dari kelemahan-kelemahan tersebut dengan
meminta teman sejawat megamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan menuliskannya pada lembar pengamatan.
Rancangan siklus penelitian ini menggunakan tipe (Kemmis dan
Mc.Tanggart,1991) karena prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan Tanggart pada dasarnya merupakan suatu siklus yang
meliputi tahap-tahap (a) Refleksi, (b) Perencanaan, (c) Pelaksanaan, (d)
Pengamatan, dari terselesaikan kemudian di lanjutkan kembali Refleksi
prosedur perbaikan pembelajaran di lakukan sebanyak 2 siklus adapun jenis
kegiatan sebagai tindakannya sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada kegiatan ini peneliti menyiapkan beebrapa hal yang diperlukan
pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran dikelas. Hal-hal tersebut
meliputi Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan)
menyiapkan lembar kerja siswa dan menyiapkan lembar observasi.
Menentukan waktu pelaksanaan dan memohon kesediaan teman sejawat
untuk supervisor.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam kegiatan pembelajaran perbaikan pelaksanaan tindakan
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran (RPP Perbaikan) dengan materi Pecahan Sederhana.
3. Observasi dan Evaluasi
Tahapan ini dilakukan observasi pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui perkembangan hasil belajar siswa disetiap siklusnya.
4. Refleksi
Refleksi ini bertujuan untuk mengkaji keunggulan dan kelemahan yang
ditemukan selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas dilakukan
oleh guru dalam hal ini penelitian. Refleksi ini yang menjadi dasar

16
perbaikan pembelajaran berikutnya. Kegiatan ini di lakukan setiap akhir
tindakan.
1. Proses Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Dari hasil data yang diperoleh pada pembelajaran siklus I maka
peneliti mengadakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang mengacu
pada prosedur PTK mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan
merefleksi. Untuk kelancaran perbaikan pembelajaran, maka dilakukan
pengamatan terhadap kinerja guru oleh teman sejawat yang bertindak sebagai
kolabolator yang memberi masukan terhadap hasil refleksi pembelajaran.
Langkah-langkah perbaikan pembelajaran tentang pecahan sederhana
dengan menggunakan media gambar dan benda konkret sebagaimana
diuraikan berikut:
a. Tahapan Perencanaan
Berdasarkan hasil Refleksi pembelajaran awal maka mata pelajaran
Matematika Kelas III dengan materi Pecahan Sederhana guru masih belum
puas dengan hasil evaluasi. Maka perencanaan perbaikan pembelajaran Siklus
I difokuskan pada hal-hal berikut.
1) Keaktifan siswa dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok
pada pembahasan materi mengenai pecahan sederhana.
2) Perubahan hasil nilai belajar siswa pada materi pecahan sederhana.
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran tersebut perlu
dipersiapkan, yaitu :
1) Membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Membuat lembar analisis hasil tes formatif
3) Membuat lembar evaluasi
4) Menyusun daftar nilai
b. Tahapan Pelaksanaan atau Tindakan
Tahapan Pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran Siklus I
dilaksanakan pada Rabu, 14 April 2021 dan Senin, 19 April 2021 selama
4x35 Menit (2 x Pertemuan) dalam proses pembelajaran di kelas III SDN

17
Rawa Boni III Kecamatan Pakuhaji, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajarsn.
3) Guru menjelaskan materi dengan metode diskusi.
c. Tahapan Pengamatan/Observasi
Tahapan dilaksanakan bersamaan pada proses pembelajaran pada tahapan
ini memonitor siswa selama proses pembelajaran dan menilai hasil belajar
siswa dalam pembelajaran Matematika materi pecahan sederhana kegiatan di
lakukan pada tahapan ini, yaitu :
1. Mengobservasi aktivitas siswa pada proses belajar mengajar
2. Kreatifitas siswa pada saat proses kegiatan belajar mengajar
3. Menilai hasil belajar siswa
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini , guru dan peneliti mendiskusikan dan mengevaluasi
kembali tentang hasil yang diperoleh pada siklus I. kegiatan ini membahas
tentang permasalahan yang dihadapi guru baik yang dirasakan oleh guru itu
sendiri maupun dari hasil pemantauan dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, pamantauan memberikan refleksi sebagai bahan rancangan
dalam pemecahan masalah berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi. Apabila
pada siklus I belum dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal PG pada materi pecahan sederhana atau dengan kata lain
belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka peneliti dan guru melakukan
tindakan selanjutnya.
2. Proses Perbaikan Pembelajaran Siklus II
a. Tahapan Perencanaan
Berdasarkan hasil Refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus II
mata pelajaran Matematika materi pecahan sederhana. Dengan hal
tersebut maka perencanaan pembelajaran difokuskan pada hal-hal berikut.
1) Keaktifan siswa dengan metode diskusi kelompok.
2) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.

18
3) Keaktifan siswa dengan memaksimalkan penggunaan
pemanfaatan media gambar dan benda konkret.
4) Memperbaiki nilai hasil belajar siswa.
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran tersebut perlu
dipersiapkan, yaitu :
1) Didalam kegiatan ini peneliti melakukan analisis standar isi untuk
mengetahui materi pecahan sederhana yang akan di ajarkan pada
peserta didik.
2) Membuat RPP mata pelajaran Matematika materi pecahan
sederhana dengan menggunakan media gambar dan benda konkret.
3) Membuat lembar kerja siswa
b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan
Pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus II
dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Mei 2021 selama 4x 35 Menit (2 x
pertemuan) dalam proses pembelajaran kelas 3 SDN Rawa Boni III
Kec.Pakuhaji. Langkah-langkah yang di tempuh dalamperbaikan
pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut :
1) Guru melakukan apersepsi.
2) Guru menjelaskan isi materi dan komptensi yang ingin dicapai.
3) Guru membimbing siswa membentuk kelompok.
4) Guru menyajikan materi.
5) Siswa melaporkan hasil belajar.
6) Guru memotivasi yang belum berperan aktif.
7) Guru memberikan evaluasi.
8) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses
pembelajaran terhadap setiap aktivitas usaha siswa.
c. Tahapan Pengamatan/ Observasi
Dalam tahap ini memantau proses belajar mengajar yang dilakukan
pada siklus I yaitu :
1) Mengobservasi aktivitas siswa pada saat proses kegiatan belajar
mengajar

19
2) Kreatifitas siswa pada saat proses kegiatan belajar mengajar
3) Menilai hasil belajar siswa
d. Tahap Refleksi
Kegiatan ini peneliti dan guru merefleksi dan menganalisis serta
mengadakan diskusi dan evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Matematika materi tentang pecahan sederhana dengan
menggunakan media gambar dan benda konkret..
C. Teknik Analisis Data
Dalam memperoleh data pada kegiatan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran, peneliti menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatitf yang berupa hasil belajar dan data kuantitatif berupa hasil
pengamatan observasi untuk mengumpulkan data selama penelitian
menggunakan instrument sebagai berikut.
1) Lembar Tes atau soal-soal tes
Tes merupakan suatu cara yang berbentuk tugas atau serangkaian
tugas yang harus diselesaikan siswa yang bersangkutan. Untuk
mengetahui perbaikan pembelajaran , data-data di kumpulkan melalui tes
pembelajaran. Tes pembelajaran berupa soal-soal tes yang disusun dalam
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) setiap siklus.
Peneliti menggunkan instrument tes untuk mengumpulkan data
mengenai kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pecahan
sederhana dengan menggunakan media gambar dan benda konkret dan
dijadikan acuan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu ingin
menigkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan sederhana. Dalam
penelitian ini, jenis tes yang akan diujikan yaitu tes tertulis, dengan
Bentuk tes objektif pilihan ganda ( PG).
Memes dalam Rustam (2010 : 53) mengatakan bahwa tingkat
ketuntasan belajar siswa secara kuantitatif setiap siklus menggunakan
rumus sebagai berikut.

Tingkat penguasaan :
∑ Jawaban benar × 100%
∑ Jumlah soal

20
Rumus presentase ketuntasan :
∑ tuntas × 100%
∑ siswa
Indikator kinerja ketuntasan minimal 80% dan nilai kinerja ketuntasan
minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika SDN Rawa Boni Kec.
Pakuhaji yaitu 65.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data-data mengenai hal-hal yang
berupa catatan,arsip dan lain-lain. Teknik ini untuk mendukung dalam
mendapatkan data-data agar lebih akurat tentunya berkaitan dengan
penelitian ini. Untuk penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil
dokumentasi berupa foto atau gambar pada saat penelitian berlangsung.
3) Lembar Observasi
Secara sederhana observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu,
yaitu untuk mengumpulkan data-data hasil perbaikan. Observasi
penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap guru sebagai peneliti oleh
supervisor 2 dan pengamatan (observasi) terhadap siswa sebagai subyek
penelitian. Lembar Observasi terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal
yang telah disediakan. Lembar Observasi untuk siswa sebagai subyek
perbaikan penelitian adalah observasi aktifitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Instrument observasi ini diambil dengan tujuan untuk megumpulkan
data yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas mengajar guru dan
aktivitas siswa pada materi pecahan sederhana dengan menggunakan
media gambar dan benda konkret.
1) Proses Analisis Data
Setelah data diperoleh dari hasil pengumpulan data, maka data perlu segera
diolah. Data ditafsir dari evaluasi pada setiap siklus. Secara garis besar
pengolahan data mencakup tiga langkah :
1. Langkah persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada langkah persiapan ini adalah sebagai
berikut :

21
a. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrument
b. Mengecek macam-macam isian data
2. Tahap pentabulasian
Dalam tahap ini peneliti mengklasifikasikan data melalui tabulasi dan
kegiatan pentabulasian data meliputi hal, yang antara lain :
a. Menjumlahkan daftar nilai untuk dibuat presentase
b. Pemberian skor terhadap soal-soal tes dan menjumlahkan skor yang
diperoleh setiap siswa. Skor setiap siswa dikumpulkan untuk dibuat rata-
rata pada setiap siklus pembelajaran.
Adapun untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dilakukan melalui
penelitian sebagai berikut :

Rumus : x=
∑x
N
Keterangan :
x = Nilai Rata-rata Siswa
∑x = Jumlah Nilai Siswa
N = Jumlah Siswa
3. Tahap penerapan data
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, kegiatan tersebut
adalah :
a. Menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan peneliti
b. Mandeskripsikan hasil temuan, membahasnya, dan menarik sebuah
kesimpulan
2) Tolak Ukur Ketuntasan Belajar
Berdasarkan ketentuan sekolah, siswa dinyatakan tuntas belajar dalam tes jika
nilai yang diperoleh mencapai 65,00 atau lebih, dengan nilai maksimal 100.
Kemudian presentase siswa yang mencapai nilai KKM adalah dengan rumusan
sebagai berikut :
Rumus Presentase Ketuntasan = Jumlah siswa yang mencapai KKM x 100
Jumlah seluruh siswa

22
Ketuntasan belajar juga dilihat dari kelasa dimana akan disebut tuntas belajar
apabila terdapat 80 % dari jumlah siswa keseluruhan mendapatkan nilai 65 atau
lebih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, W. Sri. dkk. (2019). Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang

Selatan: Universitas Terbuka

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Gemar Matematika 3. Jakarta:

Pusat Perbukuan

Karso, dkk. (2014). Pendidikan Matematika 1. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka

Media Zaky. (2013). Kajian Teori. Diunduh 6 Mei 2021 dari

http://www.zakymedia.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-hasil-

belajar.html?m=1

Mulyani Sumantri. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara

Sudjana, Nana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakaraya.

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Wardani, I G. A. K., dkk. (2020). Pemantapan Kemampuan Propesional.

Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Wardani, I G.A.K. dan Wihardit, K. (2020). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Universitas Terbuka

24

Anda mungkin juga menyukai