Anda di halaman 1dari 3

TENGOK PASAR MODAL SYARIAH

Belakangan ini, sering kita dapati pemberitaan di media tentang pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap Dollar(USD) yang menunjukan hingga Rp. 14.155,-. Angka ini menunjukkan
penurunan nilai dari rata-rata nilai tahunan sebelumnya yaitu Rp. 12.913,- per USD. Searah
dengan rupiah, Bursa Saham juga ikut mengalami pelemahan dengan indeks IHSG (Indeks
Harga Saham Gabungan) di posisi pada level 4.237, 73 Rabu (26/8). Pelemahan ini di dasari
dengan maraknya penarikan dana dari Investor asing terhadap melemahnya rupiah.

Penurunan level IHSG mempengaruhi berbagai macam sikap dari pelaku perdagangan
saham. Ada yang melakukan Cut Loss (menutup di posisi rugi) karena harga perlembar
sahamnya terjun bebas, ada yang melakukan Hold (tahan) karena melihat fundamental
perusahaan yang dipilihnya mempunyai kinerja yang bagus, namun juga ada yang memilih
untuk melakukan transaksi Short Selling (jual kosong).

Short Selling adalah posisi jual beli saham yang dilakukan investor ataupun trader
yang meminjam dana ke Perusahaan Efek untuk menjual saham yang belum dimiliki di harga
mahal dan membeli kembali dengan harapan bisa mengembalikan pinjaman saham ke
pialangnya dengan harga murah.

Perilaku ini sering dianggap negatif karena dapat memicu bursa saham runtuh.
Penyebabnya adalah short seller (pelaku) perdagangan ini mengharapkan harga saham turun.
Padahal, di luar nalar investor, perusahaan dan pemerintah mengharapkan harga perusahaan
itu naik.

Sebagai contoh, peristiwa Great Depression 1929-1932. Pada waktu itu pendapatan
domestik bruto seluruh dunia turun hingga 15 % dikarenakan runtuhnya bursa saham
Amerika Serikat dikarenakan saham melemah dan maraknya transaksi short selling pada 4
September 1939 dan akhirnya menimbulkan kecelakaan pasar saham dunia pada 29 Oktober
1939 yang dikenal sebagai Black Tuesday.

Di Indonesia sendiri, PT. Bursa Efek Indonesia pernah membekukan fasilitas short
selling ini pada 6 Oktober 2008. Pada waktu itu, IHSG menunjukkan penurunan drastis lebih
dari 400 point dari level 2.164 – 1.719. Dan yang terakhir adalah kasus di Saham Bank
Pikko, pelaku menebak bahwa saham bank Pikko akan turun. Akibatnya 52 dari 127
perusahaan efek gagal mengembalikkan saham bank Pikko. Hal ini menyebabkan Bapepam –
LK menjatuhkan sanksi 1 miliar kepada setiap pelaku atau short seller.

Apa yang dilakukan Pemerintah ?

Mengenai fluktuasi harga saham dan pelemahan Bursa yang terjadi belakangan ini.
Bursa Efek Indonesia telah melarang penggunaan transaksi short selling di luar ketentuan
yang ditetapkan. Yaitu melalui Surat Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia
Kep-00009/BEI/01-2009 tentang Persyaratan dan Persyaratan Perdagangan Efek dalam
Transaksi Marjin dan Transaksi Short Selling.

Menengok Pasar Modal Syariah


Pasar Modal Syariah merupakan transaksi yang berkaitan dengan penawaran umum
efek dan perdagangan efek Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Secara umum,
transaksi perdagangan di Pasar modal syariah tidak berbeda jauh dengan transaksi pasar
modal konvensional. Namun, di Pasar Modal syariah mempunyai karakteristik tersendiri.

Selain menggunakan undang-undang Pasar Modal yaitu UU no 8 Tahun 1995,


transaksi ini juga harus menggunakkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) no 08/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Dalam fatwa ini
diatur mengenai transaksi yang diperbolehkan dan dilarang dalam jual beli saham sesuai
syar’i.

Karena mempunyai karakteristik tersendiri maka ada beberapa transaksi yang tidak
diperbolehkan dalam fatwa ini, yaitu Tadlis (menyembunyikan kecacatan) seperti front
running dan misleading information. Taghrir (upaya mempengaruhi orang lain) seperti Wash
sale dan prearrange trade. Najasy (menambah harga untuk menipu pembeli) Pump and
Dump, Hype and Dump dan creating fake demand or supply. Ihtikar (membeli barang saat
dibutuhkan masyarakat dan dijual saat harga lebih mahal) seperti pooling interest dan
cornering. Ghisysy (memperlihatkan keunggulannya saja) seperti marking at the close dan
alternate trade. Ghabn Fahisy (Jual beli atas barang dengan harga jauh dibawah harga pasar)
seperti insider trading. Ba’i Al-Ma’dum (Jual beli kosong) seperti short selling, dan Riba
(tambahan yang diberikan atas pokok utang) seperti margin trading.

Setelah berdiri dan bangkitnya perbankan syariah yang dipelopori oleh Bank
Muamalat pada tahun 1991. Pasar Modal syariah dipelopori oleh PT. Danareksa Investment
Management pada tahun 1997 dengan diterbitkannya Reksadana syariah pertama kali. Pada
tahun 2000 PT. Bursa Efek Indonesia dan PT. Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index(JII) yang berisi 30 emiten liquid bertujuan untuk
memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah.

Selain JII saham syariah secara keseluruhan dikelompokkan dalam Indonesia Sharia
Stock Index (ISSI). Pada tahun 2015 terdapat 316 emiten (perusahaan) yang masuk dalam
keanggotaan ISSI.

Fasilitas perdagangan Pasar Modal Syariah

Perdagangan efek atau saham di Bursa Efek Indonesia melalui online trading yang
disediakan oleh Sekuritas saat ini rata-rata sudah menggunakan sistem syariah. Sebagai
contoh aplikasi e-smart dari BNI Securities sudah menambahkan fasilitas perdagangan saham
syariah. Tahun 2015 sebagai tahun pasar modal syariah telah di gemakan oleh Otoritas jasa
keuangan. Logo dan tagline bertuliskan “Berinvestasi yang amanah” menjadi patokkan untuk
menguatkan produk, lembaga, dan profesi terkait pasar modal syariah.

Lemahnya mata uang atau turunnya Indeks harga saham gabungan banyak
menimbulkan kekhawatiran publik. Namun disamping itu, pastilah banyak manfaat yang
akan dirasakan jika kita dapat mengambil hikmahnya. Perbankan syariah terbukti bisa kuat
terhadap krisis karena tidak menerapkan sistem bunga, Pasar Modal Syariah juga harus
tampil dengan karakteristik tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai