Anda di halaman 1dari 2

A.

Patofisiologi
Patofisiologi GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awalnya tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama.
Pada diabetes melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi
nefropati diabetik, dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular sehingga terjadi
ekspansi mesangial, hipertrofi glomerular. Semua itu akan menyebabkan
berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada glomerulosklerosis (Sudoyo, 2009).
Tingginya tekanan darah juga menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah yang tinggi
menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi penurunan
filtrasi (Rahman,dkk, 2013).
Pada pasien GGK, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh. Hal
ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu keseimbangan
glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang akan
menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume cairan ekstrasel. Reabsorbsi
natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler peritubular
sehingga dapat terjadi hipertensi. Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung
meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal
mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari hipertensi
(Rahman, 2013).

B. Pathways

C. Pencegahan
Pada penderita gagal ginjal kronis, upaya pencegahan agar kondisi ini tidak
bertambah buruk meliputi:
 Menjaga berat badan ideal
 Menghentikan kebiasaan merokok, karena rokok dapat memperburuk kondisi ginjal
 Mengikuti petunjuk dokter dalam mengatur pola makan dan mengonsumsi obat
 Menghindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat memperburuk
kondisi ginjal

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
2. USG ginjal
3. Biopsi ginjal
4. EKG
5. Endoskopi ginjal/nesfrokopi
6. Angiografi renal

E. Penatalaksanaan
Menurut Suhardjono (2001), penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi:
a. Penatalaksanaan konservatif gagal ginjal kronik lebih bermanfaat bila
penurunan faal ginjal masih ringan, yaitu dengan memperlambat progesif
gagal ginjal, mencegah kerusakan lebih lanjut, pengelolaan uremia dan
komplikasinya, kalsium dan fosfor serum harus dikendalikan dengan diet
rendah fosfor dan hiperurisemia.
b. Dialisis
Dialisis Peritonial (DP) meliputi:
1) DP intermiten (DPI)
2) DP Mandiri Berkesinambungan (DPMB)
3) DP Dialirkan Berkesinambungan (DPDB)
4) DP Nokturnal (DPN)
c. Hemodialisa
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisis
tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya LFG sekitar 5-10 mL/menit.
Dialisis diperlukan bila ditemukan keadaan seperti keadaan umum buruk dan
gejala klinis nyata, K serum >200mg/dL, pH darah <7,1. Anuri
berkepanjangan >5 hari, sindrom uremia; mual, muntah, anoreksia, neuropati
memburuk.
d. Tranplantasi ginjal (TG)
1) Transplantasi Ginjal Donor Hidup (TGHD)
2) Transplantasi Ginjal Donor Jenazah (TGDJ)

Anda mungkin juga menyukai