Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan rahmat-Nya
penulis telah menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Implementasi Nilai-nilai Dasar
Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai syarat untuk persyaratan untuk mengikuti ujian
kenaikan pangkat penyesuaian ijazah (UKPPI) bagi PNS di lingkungan Sekretariat KPU Provinsi
Rancangan Aktualisasi ini tentu tidak akan selesai tanpa kontribusi banyak pihak yang
telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Bernad Dermawan Sutrisno selaku Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia
2. Bapak Michael Mote, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua
Barat
3. Bapak Joni Jitmau, SP., MH selaku Kepala Bagian Hukum, Teknis dan Hupmas Komisi
4. Bapak Muhammad Ikhsan Payapo, SH selaku Kepala Sub Bagian Teknis dan Hupmas Komisi
5. Ibu Marqaline E. Kaiway, SH selaku Kepala Sub Bagian Hukum Komisi Pemilihan Umum
6. Seluruh Staf Sub Bagian Sumber Daya Manusia Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat
ii
Terutama terima kasih kepada keluarga yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi
dan dukungan. Menyadari penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari kekurangan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar karya tulis ilmiah ini dapat memberi
manfaat dalam bidang pekerjaan dan penerapannya di lapangan serta mampu dikembangkan lebih
lanjut.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 4
C. Metode Penulisan............................................................................................................... 4
D. Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 9
A. Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)...................................................................... 9
1. Pengertian ........................................................................................................................ 9
2. Fungsi, Tugas dan Peran................................................................................................ 10
3. Hak dan Kewajiban ....................................................................................................... 11
B. Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) ............................................................ 12
C. Gatifikasi .......................................................................................................................... 20
1. Pengertian ...................................................................................................................... 20
2. Kategori Gratifikasi ....................................................................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS ........................................................................................ 25
A. Gambaran Objek Penulisan .............................................................................................. 25
1. Profil Organisasi ................................................................................................................ 25
2. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................................................... 27
3. Visi dan Misi ................................................................................................................. 29
4. Struktur Organisasi ........................................................................................................ 30
B. Pembahasan ......................................................................................................................... 31
1. Implementasi Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya
Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua
Barat .................................................................................................................................... 32
iv
2. Faktor Penghambat Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai
Upaya Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Papua Barat ........................................................................................................................ 35
3. Optimalisasi Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya
Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua
Barat .................................................................................................................................... 36
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................... 39
A. KESIMPULAN ................................................................................................................ 39
B. SARAN ............................................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 41
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Alur Gejala Gratifikasi…………………………………...
3
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan tindak pidana korupsi atau lebih dikenal dengan korupsi merupakan
masalah yang serius dan multidimensi yang tidak hanya berkaitan dengan masalah hukum, tetapi
juga berkaitan dengan masalah sosial, budaya dan ekonomi. Data penanganan perkara di Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga Juni 2020, menunjukkan setidaknya ada 397 kasus korupsi
yang melibatkan politisi, diantaranya melibatkan DPR/DPRD sebanyak 274 orang, Gubernur 21
Tidak hanya di Indonesia, korupsi juga menjadi permasalahan global. Pada tahun 1992,
The Center for International Crime Prevention (CICP) bekerjasama dengan Departemen
Kehakiman Amerika Serikat mempublikasikan panduan praktis dalam menghadapi korupsi. Hal
bahwa korupsi menjadi penghalang yang serius terhadap pemerintahan yang demokratis, kualitas
Definisi korupsi secara jelas disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang selanjutnya dirumuskan kedalam 30 bentuk atau jenis tindak pidana korupsi
1
Komisi Pemberantasan Korupsi, diakses melalui https://www.kpk.go.id/id/pilkada-berintegritas/pilkada-
berintegritas-utama pukul 20.27 WIT
2
UN Anti-Corruption Policy, Global Programme Againts Corruption, Draft UN Manual on Anti Corruption Policy,
Vienna, June 2001, hal. 2 dalam : Arief Amrullah, Korupsi, Politik dan Pilkada (Dalam Perspektif Pemberantasan
Korupsi di Indonesia), Jurnal Ilmu Hukum MADANI, FH-UNISBA, Bandung, 2005, hal. 129
3
Syamsa Ardisasmita, diakses melalui http://hileud.co/kpk-definisi korupsi diakses pada tanggal 19 Agustus 2021
pukul 20:50 WIT
1
1. Kerugian keuangan negara;
2. Suap-menyuap;
4. Pemerasan;
5. Perbuatan curang;
7. Gratifikasi.
Berdasarkan pengelompokan tersebut, gratifikasi menjadi salah satu bentuk korupsi yang
banyak terjadi khususnya dalam dunia birokrasi baik oleh pegwai Aparatur Sipil Negara (ASN)
maupun penyelenggara atau pejabat negara. Suatu kebiasaan yang sering kali terjadi dan dianggap
wajar seperti pemberian tanda terima kasih atau hadiah, cendera mata baik berupa barang, uang
maupun fasilitas. Namun, dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih, hukum
memandang pemberian tersebut sebagai sesuatu yang negatif dan berpotensi menimbulkan korupsi
yang diawali dengan pengabaian terhadap tugas dan kewajiban. Potensi inilah yang harus dicegah,
terutama apabila pemberian tersebut diduga berkaitan dengan jabatan atau kewenangan yang
dimiliki seseorang dalam suatu instansi karena dapat mendorong ASN bersikap tidak objektif,
tidak adil dan tidak professional, serta ASN tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik4.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Dalam berita yang dilansir dari mediaindonesia.com
(9/9/2020), Ketua KPK menyatakan: “… Di samping tindak pidana korupsi berupa suap menyuap,
hal lain yang rentan terjadi dalam tahapan pilkada adalah gratifikasi”. Berikut merupakan alur
gejala gratifikasi:
4
Marwan Mas,2014,Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Ghalia Indonesia,Bogor,hlm.77.
2
Gambar 1.1 Alur Gejala Gratifikasi
Mengingat Indonesia akan segera melangsungkan Pemilu dan Pilkada Serentak Tahun
2024 dan tahapannya direncakan dimulai pada tahun 2022, maka penting bagi ASN dan pejabat
atau penyelenggara negara di lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara
untuk lebih memperhatikan pencegahan gratifikasi. KPU sendiri telah memiliki Unit Pengendalian
Gratifikasi yang dibentuk pada satuan kerja Sekretariat KPU Republik Indonesia, Sekretariat KPU
Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Unit Pengendalian Gratifikasi bersinergi dengan
KPK untuk memberikan penjelasan mengenai gratifikasi dan pelaporan gratifikasi. Namun,
kurangnya sosialisasi, rendahnya pemahaman dan kesadaran pegawai ASN terhadap gratifikasi
dan proses pelaporannya menyebabkan kurangnya partisipasi ASN dalam pencegahan gratifikasi.
KPU Provinsi Papua Barat sendiri sampai saat ini belum membentuk Unit Pengendalian
Gratifikasi. Sehingga dibutuhkan sosialisasi lebih lanjut untuk meningkatkan awareness pegawai
ASN terhadap gratifikasi salah satunya yaitu melalui implementasi nilai-nilai dasar ASN. Adapun
1. Akuntabilitas;
3
2. Nasionalisme;
3. Etika Publik;
5. Anti Korupsi.
Mengingat KPU Provinsi Papua Barat belum membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi,
maka penulis melihat perlunya peningkatkan komitmen dalam pengimplentasian nilai-nilai dasar
ASN melaui penyusunan program kerja sebagai upaya mencegah gratifikasi. Dari latar belakang
tersebut, penulis menyusun karya tulis ilmiah dengan judul: “Implementasi Nilai-nilai Dasar
Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi
B. Identifikasi Masalah
Dalam kaitanya penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
mengikuti ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah (UKPPI) bagi PNS di lingkungan Sekretariat
KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota Tahun 2021. Di sisi lain penulis juga berharap
sekiranya karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat secara lebih konkret bagi lembaga. Atas dasar
Bagaimana implementasi nilai-nilai dasar ASN sebagai salah satu upaya dalam
C. Metode Penulisan
memaksimalkan waktu yang ada dengan seefisien mungkin. Maka, penulis menggunakan metode
4
studi pustaka. Dimana studi pustaka merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen, buku, majalah, dan sebagainya (Mardalis ebagaimana dikutip dalam Mirzaqon.T dan
Purwoko, 2017). Adapun langkah-langkah dalam melakukan studi pustaka menurut Zed (2008),
meliputi:
4. Mencari dan menemukan bahan bacaan yang diperlukan dan mengklasifikasikan bahan bacaan
tersebut;
Selanjutnya penentuan sumber data, subjek dan objek penulisan karya tulis. Sumber data
berkaitan dengan subjek dan objek yang dianggap sesuai untuk menjawab identifikasi masalah.
Adapun dalam penyusunan karya tulis ini, sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder.
Sumber data primer menurut Sugiyono (2012) merupakan sumber data utama yang
diperoleh dari berbagai informasi dan keterangan langsung dari sumbernya, yaitu pihak-pihak
yang dijadikan informan dalam penulisan ini. Maka, dalam hal ini wawancara menjadi sumber
data primer. Sedangkan, sumber data sekunder menurut Sugiyono (2012) adalah sumber data yang
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber
dari literatur. Data sekundernya bersumber dari dokumen-dokumen berupa peraturan perundang-
5
undangan, buku, penelitian dalam bentuk jurnal atau tesis serta materi audio dan visual lainnya
analisis data. Proses analisis data menurut Miles dan Huberman (sebagaimana dikutip dalam
1. Pengumpulan data
Dalam hal ini, selain wawancara penulis juga melakukan studi pustaka yang meliputi
dokumentasi untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis
dan dokumen lainnya yang hasilnya adalah data yang akan diolah.
2. Reduksi data
Reduksi data pada intinya adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang dianalisis. Hasil dari wawancara dan
pengumpulan materi melalui dokumentasi yang telah penulis kumpulkan diubah menjadi bentuk
3. Display data
Pada prinsipnya display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam
dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas sesuai tema untuk memudahkan
4. Kesimpulan/verifikasi
Secara esensial dalam penelitian ini kesimpulan berisi tentang uraian dari seluruh
6
D. Sistematika Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini relevan dengan profesi sebagai ASN khususnya sebagai
penyelenggara Pemilu yang rentan terhadap pemberian gratifikasi terutama pada saat tahapan
Pemilu dan Pilkada berlangsung. Bertolak dari identifikasi masalah yang diangkat, penyusunan
karya tulis ini dibatasi pada lingkup untuk menggali dan menganalisis Implementasi Nilai-nilai
Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi
Agar memperoleh hasil penulisan yang komprehensif dan data yang optimal, maka yang
menjadi sumber dari data primer dalam penyusunan karya tulis ini adalah hasil wawancara dengan
narasumber. Selanjutnya, data sekunder diperoleh dari buku, dokumen maupun literatur yang
Berikut sistematika penulisan yang dibagi ke dalam empat bab dengan rincian sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan. Bagian pembuka dari karya tulis ilmiah terdiri dari empat subbab
yaitu latar belakang, identifikasi masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka. Terdiri dari subbab tinjauan pustaka yang berisi teori dan
eksisting dan dibandingkan dengan kajian konsep sebagai bentuk evaluasi dalam
Subbab objek penulisan dituliskan gambaran objek penulisan yaitu Sekretariat KPU
7
Subbab pembahasan menguraikan keterkaitan antara hasil analisis dengan teori dan
konsep yang digunakan terkait Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara
Subbab kesimpulan, dituliskan secara ringkas temuan- temuan dan menarik simpulan
Subbab saran, dituliskan kekurangan dan kelemahan yang direfleksikan dalam bentuk
Daftar Pustaka
Berisikan sumber-sumber dan referensi yang digunakan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan tinjauan Pustaka yang berisi teori dan konsep yang memiliki
relevansi dengan tema penulisan karya tulis ilmiah, diantaranya: Manajemen ASN, Nilai-nilai
Dasar ASN serta Gratifikasi. Teori dan konsep tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai pisau
1. Pengertian
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
1) Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah;
2) Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri
sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
3) Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
berikut:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
9
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
i. Keterbukaan;
j. Nondiskriminatif;
m. Kesejahteraan.
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
10
Berdasarkan Pasal 12 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara, pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
b. Cuti;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
11
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
Nilai-nilai dasar profesi ASN atau disebut juga ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi), dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor, maupun kelompok termasuk juga kepentingan
pribadi;
b. Memliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan dalam
politik praktis;
c. Memperlakukan masyarakat sebagai warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara
12
Sejalan dengan nilai akuntabilitas, terdapat 9 (sembilan) dasar nilai-nilai yang diamalkan
a. Kepemimpinan. Lingkungan yang akuntabel dapat tercipta secara vertikal dimana pemimpin
memiliki peranan yang cukup penting dalam menciptakan lingkungan kondisi tersebut.
b. Transparansi. Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan baik oleh
c. Integritas. Integritas merupakan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan.Selain itu integritas dapat diartikan keselarasan antara ucapan
d. Tanggung Jawab. Tanggungj awab merupakan kesadaran akan tingkah laku atau perbuatan
e. Keadilan. Keadilan merupakan kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai suatu hal baik
f. Kepercayaan. Kepercayaan merupakan perwujudan dari akuntabilitas dan selaras dengan rasa
h. Kejelasan. Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas
i. Konsistensi. Konsistensi dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara terus menerus
13
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan
negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Dalam kaitannya dengan ASN, nasionalisme
menjadi pondasi untuk mengaktualisasikan tugas dan fungsi yang berorientasi kepentingan publik,
bangsa dan negara atau yang lebih dikenal sebagai paham kebangsaan.Nilai-nilai nasionalisme
merupakan jabaran dari Pancasila yang menjadi dasar dari pelaksanaan semua segi kehidupan.
Menyatakan keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan sesuai dengan keimanan dan
religious, toleransi, etos kerja, transparansi, tanggungjawab, amanah dan percaya diri.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, sadar bahwa keadaan manusia dengan derajat yang
sama sehingga perlu mengembangkan sikap saling menghormati dan toleransi antara satu dan yang
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun golongan.Nilai persatuan merupakan
jabaran dari dasar semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika.Nilai-nilai persatuan termasuk cinta
tanah air, rela berkorban, menjaga ketertiban, mengutamakan kepentingan publik dan gotong
royong.
14
d. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/Perwakilan
Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi keputusan musyawarah, karena itu semua pihak
harus menerima dan melaskanakan hasil musyawarah dengan penuh tanggungjawab. Keputusan
yang diambil harus menjunjung tinggi nilai keadilan serta dapat dipertanggung jawabkan.Selain
itu nilai kerakyatan termasuk musyawarah mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat dan
bijaksana.
Hak dan kewajiban itu sama kedudukannya dalam menciptakan keadilan dalam
masyarakat. Perlu dikembangkan perbuatan yang luhur dan sikap gotong royong, sehingga
diperlukan kesinambungan antara hak dan kewajiban untuk dapat menjaga keadilan yang
dikehendaki.
3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi atas standar atau norma yang menentukan baik atau
buruk, benar atau salah suatu tindakan maupun keputusan, perilaku untuk mengarahkan kebijakan
15
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
kualitas hasil.Nilai komitmen mutu yang utama adalah mengedepankan komitmen terhadap
kepuasan dan memberikan layanan yang menyentuh hati untuk menjaga dan
penyelenggaraan pemerintahan.
a. Efektivitas. Menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncakan, baik menyangkut
pekerjaan dilaksanakan;
c. Inovasi. Merupakan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap
individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan
16
d. Mutu penyelenggaraan pemerintahan. Merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen.
5. Anti Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
Sedangkan Anti korupsi sendiri adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi, merugikan Negara atau masyarakat baik secara langsung
maupun tidak.
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi
a. Kejujuran
Kejujuran ialah merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi.Tanpa
kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam
kehidupan sosial. Orang yang dalam dirinya tertanam nilai kejujuran, maka akan senantiasa selalu
transparan dalam setiap tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini juga dapat menghindari dan menjadi
benteng bagi seseorang untuk berbuat curang dalam hal apapun termasuk Korupsi.
b. Kepedulian
17
Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya. Sebagai masyarakat yang mencintai sesama, hal ini dapat diwujudkan
dengan rasa peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta
turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar. Memiliki sifat Kepedulian, mencerminkan rasa
kasihsayang antara sesama, sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain serta
tidakmenutup mata dan hatinya ketika melihat orang lain menderita dan lemah.
c. Kemandirian
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap
orang termasuk seorang pemimpin, karena tanpa kemandirian seseorang tidak akan mampu
memimpin orang lain. Kemandirian mencerminkan karakter dari diri seseorang. Pribadi yang
mandiri selalu terjaga mental dan emosinya, dalam berbagai aspek kehidupan. Menggunakan hati,
akal dan pikiran dalam bekerja, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang-orang yang yang
d. Kedisiplinan
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dengan nilai-nilai anti korupsi lainnya yaitu
dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinanan juga
merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Orang yang disiplin selalu konsisten dalam
tugas dan pekerjaannya. Kepatuhan pada kebaikan dan kebenaran menjadi prinsip utama dalam
bekerja, sehingga membuat seseorang tidak akan bermalas-malasan, yang akan membawahnya
kejalan yang tidak benar. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku.
18
e. Tanggung jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung
jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
f. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan.Di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang
mundur.Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat
disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak
sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk
h. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.
19
i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
C. Gatifikasi
1. Pengertian
Pengertian gratifikasi terdapat pada Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) Undang- Undang
“Yang dimaksud dengan ”gratifikasi” dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar
negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik”.
Dari definisi tersebut di atas, gratifikasi, diartikan sebagai pemberian dalam arti luas,
namun dapat dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya. Dilihat dari pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi suatu yang perbuatan pidana suap
khususnya pada seorang Penyelenggara Negara atau ASN adalah pada saat Penyelenggara Negara
atau ASN tersebut melakukan tindakan menerima suatu gratifikasi atau pemberian hadiah dari
pihak manapun sepanjang pemberian tersebut diberikan berhubungan dengan jabatan atau
pekerjaannya.
Salah satu kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat adalah pemberian tanda terima
kasih atas jasa yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam bentuk barang atau bahkan uang. Hal
ini dapat menjadi suatu kebiasaan yang bersifat negatif dan dapat mengarah menjadi potensi
20
perbuatan korupsi di kemudian hari. Potensi korupsi inilah yang berusaha dicegah oleh Undang-
undang. Oleh karena itu, berapapun nilai gratifikasi yang diterima Penyelenggara Negara atau
ASN, bila pemberian itu patut diduga berkaitan dengan jabatan/kewenangan yang dimiliki, maka
sebaiknya Penyelenggara Negara atau ASN segera melapor ke KPK untuk dianalisa lebih lanjut.
2. Kategori Gratifikasi
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2015 penerimaan gratifikasi terdiri
dari:
9. Proses komunikasi, negosiasi, dan pelaksanaan kegiatan dengan pihak lain terkait dengan
21
b. Penerimaan gratifikasi tidak terkait kedinasan.
Penerimaan Gratifikasi dalam Kedinasan sebagaimana dimaksud di atas yang tidak wajib
dilaporkan meliputi:
barang lainnya yang diperoleh dari seminar, lokakarya, workshop, konferensi, pelatihan atau
kegiatan dinas lainnya sepanjang nilainya tidak melebihi dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah);
akomodasi dan pembiayaan serta materi seminar, simposium, workshop, konferensi, pelatihan
atau kegiatan lain sejenis yang telah ditetapkan dalam standar biaya yang berlaku di instansi
penerima Gratifikasi, sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat benturan
sebagai berikut:
barang lainnya yang diperoleh dari seminar, lokakarya, workshop, konferensi, pelatihan atau
kegiatan dinas lainnya yang nilainya melebihi dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
b. penerimaan honorarium, transportasi dan akomodasi yang melebihi dari standar biaya yang
Adapun penerimaan gratifikasi yang tidak dianggap suap dan tidak terkait kedinasan
1. pemberian karena hubungan Keluarga Inti sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;
22
2. hadiah dalam bentuk barang yang memiliki nilai jual dalam rangka pesta pernikahan,
kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi atau upacara adat/agama lainnya dengan
batasan nilai per pemberian paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per orang;
3. pemberian uang atau barang terkait musibah atau bencana yang dialami oleh Penerima dan
Keluarga Inti per pemberian paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per orang;
4. pemberian sesama Pegawai Sekretariat dalam acara pisah sambut, pensiun, promosi jabatan,
dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau setara uang per pemberian paling banyak
5. kompensasi yang diperoleh atas profesi di luar kedinasan yang tidak terkait dengan tugas
pokok dan fungsi, tidak memiliki konflik kepentingan dan tidak melanggar aturan internal di
Lingkungan KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN, misalnya sebagai pembicara atas
6. keuntungan/manfaat yang berlaku umum bagi masyarakat atas penempatan dana atau
kepemilikan saham secara pribadi oleh setiap Jajaran KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan
KPPSLN;
7. keuntungan dari undian, kontes, kompetisi yang dilakukan secara terbuka bagi masyarakat
8. manfaat yang berlaku umum bagi seluruh anggota koperasi pegawai di Lingkungan KPU
9. sertifikat yang diperoleh dalam suatu pelatihan, seminar, lokakarya di luar rangkaian
kedinasan;
10. pemberian penghargaan hasil dari prestasi akademik maupun non akademik yang diperoleh di
23
11. penerimaan parcel pada hari raya yang bukan berasal dari Pihak Ketiga yang mempunyai
hubungan dengan Jajaran KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN; dan
12. pemberian sesama rekan kerja di Lingkungan KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN
paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan total
pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam satu tahun dari pemberi yang sama.
Penerimaan gratifikasi yang tidak dianggap suap dan tidak terkait dengan kedinasan yang
1. Pemberian pihak ketiga, sesama rekan kerja di Lingkungan KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan
KPPSLN terkait hadiah dalam bentuk uang, barang dan jasa yang memiliki nilai jual dalam
rangka pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi atau upacara
adat/agama lainnya dengan batasan nilai melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per orang;
2. pemberian uang atau barang terkait musibah atau bencana yang dialami oleh Penerima dan
Keluarga Inti per pemberian melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per orang;
3. pemberian sesama Pegawai Sekretariat dalam acara pisah sambut, pensiun, promosi jabatan,
dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau setara uang per pemberian paling banyak
4. pemberian sesama rekan kerja di Lingkungan KPU, PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN
paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan total
pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam satu tahun dari pemberi yang sama;
5. penerimaan hadiah yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja, baik yang diberikan
oleh pemerintah maupun pihak mitra dengan kesepakatan maupun persetujuan tertulis melebihi
24
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS
Bab ini memuat dua subbagian utama yaitu gambaran objek penulisan dan pembahasan.
Objek penulisan yang dideskripsikan antara lain Profil Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi
dan Misi, serta Struktur Organisasi. Pada subbagian pembahasan diuraikan keterkaitan antara hasil
penelitian dengan teori dan konsep yang digunakan terkait Implementasi Nilai-nilai Dasar
Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan
1. Profil Organisasi
Penyelenggara Pemilihan Umum, yang dimaksud dengan Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
KPU adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Pemilu, KPU bebas dari pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenangnya. KPU berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia, KPU Provinsi
25
berkedudukan di ibu kota provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota
kabupaten/kota.
Dalam menjalankan tugasnya, KPU dibantu oleh Sekretariat Jenderal; KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota masing-masing dibantu oleh sekretariat. Jumlah anggota KPU sebanyak 7
(tujuh) orang; KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) orang; dan KPU Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima)
orang. Keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota dan anggota. Ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dipilih
dari dan oleh anggota. Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mempunyai
hak suara yang sama. Komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
keanggotaaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota 5 (lima) tahun terhitung sejak
pengucapan sumpah/janji.
Adapun objek penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Sekretariat KPU Provinsi Papua
Barat yang beralamat di Jalan Brigjen Abraham Oktavianus Atururi Kompleks Perkantoran Arfai
26
Lokasi kantor yang berada di Kompleks Perkantoran Gubernur Papua Barat menjadi
mudah diakses. Dalam melaksanakan tugasnya, KPU Provinsi Papua Barat dibantu oleh 13 KPU
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya, diantaranya, yaitu: KPU Kota Sorong, KPU Kabupaten
Manokwari, KPU Kabupaten Manokwari Selatan, KPU Kabupaten Pegunungan Arfak, KPU
Kabupaten Teluk Bintuni, KPU Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, KPU Kabupaten
Kaimana, KPU Kabupaten Fakfak, KPU Kabupaten Teluk Wondama, KPU Kabupaten Maybrat,
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Jenderal
Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/
urusan keuangan, umum, dan logistik di lingkungan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota di
b. Pengelolaan urusan rumah tangga, umum, dan logistic KPU Provinsi; dan
c. pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi pengelolaan keuangan, urusan rumah tangga, umum,
27
Bagian Teknis Penyelenggaraan Pemilu, Partisipasi, Hubungan Masyarakat, Hukum, dan
evaluasi, dan pelaporan teknis penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan, partisipasi, hubungan
masyarakat, hukum, dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan KPU Provinsi dan KPU
b. Pemberian bimbingan teknis, sosialisasi dan pengelolaan partisipasi pemilih dan hubungan
pemberian advokasi dan pendapat hukum serta fasilitasi penyelesaian sengketa Pemilu dan
Pemilihan di lingkungan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya; dan
d. Pelaksanaan fasilitasi dan administrasi pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan KPU
penyusunan rencana, program, dan anggaran, serta pengelolaan data dan informasi di lingkungan
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya. Bagian Perencanaan, Data dan
c. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi pengelolaan perencanaan program dan anggaran, serta
28
4. Kelompok Jabatan Fungsional
2020-2024 yaitu :
Visi
Visi Komisi Pemilihan Umum menggambarkan kondisi ke depan yang ingin dicapai
melalui serangkaian Program dan Kegiatan yang diselesaikan dalam periode 5 (lima) tahun yaitu
Berintegritas”.
Sejalan dengan itu, maka pengertian kata mandiri, profesional dan berintegritas adalah
sebagai berikut:
1. Mandiri, memiliki arti bahwa KPU bebas dari pengaruh pihak mana pun, disertai dengan
Misi
Misi Komisi Pemilihan Umum Misi Komisi Pemilihan Umum merupakan rumusan
umum upaya-upaya yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran untuk mewujudkan Visi KPU periode
2020- 2024. Komisi Pemilihan Umum melaksanakan misi Presiden dan Wakil Presiden
29
“Pengelolaan Pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya’’ dengan uraian sebagai
berikut:
2. Menyusun peraturan di bidang Pemilu Serentak yang memberikan kepastian hukum, progresif,
dan partisipatif;
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu Serentak yang efektif dan efisien, transparan,
Serentak;
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, disusun Program dan Kegiatan Komisi Pemilihan
Umum periode 2020-2024 yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni:
1) Mendukung terciptanya organisasi Komisi Pemilihan Umum yang mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya dengan baik, disertai dengan kewibawaan dan kejujuran tanpa dipengaruhi oleh
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Jenderal
30
Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/
Kota, bahwa Sekretariat KPU Provinsi Tipe B. dengan Struktur Organisasi Sebagai berikut:
B. Pembahasan
Subbab pembahasan berisi uraian tentang jawaban dari identifikasi masalah yang
diajukan sebagai fokus yang digali. Dalam hal ini digunakan teori dan konsep —Manajemen
Aparatur Sipil Negara, Nilai-nilai Dasar ASN dan Gratifikasi— sebagai pisau analisis. Adapun
31
1. Implementasi Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai Upaya
Pencegahan Gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat
Pegawai ASN pada Sekretariat KPU Provinsi Papua Barat berjumlah 35 (tiga puluh lima)
orang. Dimana dari jumlah tersebut sebanyak 29 (dua puluh sembilan) orang sudah PNS dan 6
(enam) orang masih CPNS. Artinya bahwa 29 (dua puluh sembilan) orang pegawai sudah
menjalani pendidikan dan pelatihan prajabatan dan menerima materi nilai-nilai dasar ASN.
Terdapat 5 (lima) nilai-nilai dasar ASN yang menjadi pedoman dalam pelayanan publik di
1. Akuntabilitas
transparansi anggaran pemilu dan pilkada yang disebut sebagai NPHD atau Naskah Perjanjian
Hibah Daerah yang merupakan dasar hukum dalam bentuk perjanjian (agreement) antara
Pemerintah Daerah (Pemda) dengan Penyelenggara Pemilu, baik Bawaslu maupun KPU. NPHD
akan diumumkan pada website KPU Provinsi Papua Barat sehingga mudah diakses oleh
masyarakat. Ini merupakan bagian dari transparansi KPU Provinsi Papua Barat sebagai bagaian
2. Nasionalisme
ASN KPU Provinsi Papua Barat dalam hal memberikan informasi maupun menjalankan tahapan
Pemilu dan Pilkada yang adil berorientasi kepentingan publik, bangsa dan negara, serta tidak
3. Etika Publik
32
Implementasi dari etika publik dalam upaya pencegahan gratifikasi dengan memegang
penyelenggaraan pelayanan publik. ASN KPU Provinsi Papua Barat selalu diingatkan untuk tidak
terlibat dala politik praktis serta menghindari pertemuan dan pemberian apapun dari Partai Politik
maupun Peserta Pemilu dan Pilkada. Dalam hal ini, sebagai penyelenggara Pemilu, terdapat
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang berwenang memeriksa pelanggaran kode
4. Komitmen Mutu
profesionalisme ASN KPU Provinsi Papua Barat dalam memberikan layanan publik kepada
seluruh stakeholder.
5. Anti Korupsi
Implementasi dari anti korupsi dalam upaya pencegahan gratifikasi melalui sikap jujur,
disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani dan peduli baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun dalam bekerja. ASN KPU Provinsi Papua Barat mendukung
Gerakan anti korupsi dan tidak mentoleransi Tindakan yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi di lingkungan Sekretariat KPU Provinsi Papua Barat. Pimpinan KPU Provinsi Papua Barat
mewajibkan ASN untuk mengikuti sosialisasi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang
Dalam kaitannya dengan pencegahan gratifikasi, nilai-nilai dasar ASN tersebut memiliki
relevansi dalam meningkatkan awareness ASN terhadap gratifikasi. Sebagai bagian dari
penyelenggara Pemilu dan Pilkada yang rawan akan gratifikasi terutama pada saat tahapan Pemilu
maupun Pilkada berlangsung, ASN KPU Provinsi Papua Barat khususnya pada Bagian Hukum,
33
Teknis dan Hupmas membuat fakta integritas anti korupsi yang ditanda tangani oleh Kepala
Bagian Hukum, Teknis dan Hupmas, Kepala Sub Bagian Teknis, Kepala Sub Bagian Hukum
ASN KPU Provinsi Papua Barat dalam mendukung gerakan anti korupsi. Selain itu, ASN KPU
Provinsi Papua Barat dibiasakan untuk menerapkan budaya anti korupsi yang dimulai dari hal yang
sederhana seperti disiplin waktu dalam masuk kerja dan isoma (istirahat, solat, makan).
34
2. Faktor Penghambat Implementasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara sebagai
Papua Barat
upaya pencegahan gratifikasi, penulis melihat masih terdapat beberapa hambatan yang cukup
signifikan. Penulis membagi hambatan tersebut menjadi 2 (dua) faktor yaitu, faktor internal dari
ASN itu sendiri dan faktor eksternal. Namun, terdapat kesamaan antara keduanya yaitu kurangnya
komitmen dan ada program berkelanjutan dalam rangka pencegahan gratifikasi di lingkungan KPU
1. Faktor Internal
terjadi dari faktor internal ASN itu sendiri diantaranya yaitu sebagai berikut:
c. Masih ada anggapan bahwa pemberian hadiah baik uang, barang dan jasa adalah hal yang wajar
d. Tidak semua ASN memahami nilai-nilai dasar ASN, sehingga implementasinya hanya
2. Faktor Eksternal
a. Belum adanya Unit Pengendalian Gratifikasi pada Sekretariat KPU Provinsi Papua Barat;
35
c. Tidak ada follow up atau arahan bagi peserta yang mengikuti sosialisasi dalam
pengimplementasian sikap anti korupsi atau pelaporan apabila menerima atau menolak
gratifikasi; dan
d. Belum adanya program kerja berkelanjutan dalam implementasi nilai-nilai dasar ASN sebagai
Barat
satunya berawal dari kurangnya stimulus untuk meningkatkan komitmen pada. ASN maupun
Sekretariat KPU Provinsi Papua Barat sebagai lembaga pemerintah dalam mengoptimalkan upaya
pencegahan gratifikasi. KPU Provinsi Papua Barat diharapkan dapat memberikan stimulasi
sebagai awal proses perubahan yang baik terhadap budaya baru di lingkungan kerja. Untuk itu,
penulis membagi tindak lanjut upaya optimalisasi implementasi nilai-nilai dasar aparatur sipil
negara sebagai upaya pencegahan gratifikasi pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Papua Barat menjadi dua, yaitu pembentukan program kerja dan pemberian insentif sebagai
Penyusunan program kerja dibutuhkan untuk memberikan arah terhadap kegiatan yang
akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Program kerja sendiri merupakan suatu rencana
kegiatan agar lebih terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu tertentu.
Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi ASN dalam menjalankan rutinitas. Terdapat dua
36
alasan pokok mengapa program kerja perlu disusun oleh KPU Provinsi Papua Barat, yang pertama
Dari sisi efisiensi, dengan telah dibuatnya suatu program kerja, maka waktu yang
dihabiskan untuk memikirkan bentuk kegiatan apa saja yang akan dibuat tidak begitu banyak,
sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah
dibuat. Selain itu dari sisi efektivitas, dimana dengan membuat program kerja, maka selama itu
telah direncanakan sinkronisasi kegiatan pencegahan gratifikasi antara bagian yang satu dengan
Selain penyususunan program kerja, KPU Provinsi Papua Barat juga harus memonitor
pasca dilakukannya sosialiasi. Tujuannya untuk memastikan bahwa sosialisasi telah dimengerti
dan kemudian disebarkan kepada ASN lainnya untuk kemudian diimplementasikan dengan baik.
Dari hasil analisis penulis, maka hal yang harus dilakukan ialah mengadakan sosialisasi berkala
dan reminder terkait nilai-nilai dasar ASN dan gratifikasi di tempat-tempat yang sering dijadikan
2. Pemberian Insentif
Untuk membudayakan suatu hal yang bersifat masih baru maka diperkukan adanya suatu
reward bagi ASN yang berpartisipasi aktif dalam membentuk pribadi yang berintegritas. Menurut
Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984), insentif adalah pengupahan yang
memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Fungsi utama dari
insentif adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif
menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi (dalam
Panggabean, 2002).
37
Insentif ini dapat menjadi salah satu solusi terbaik dalam upaya mengoptimalkan
implementasi nilai-nilai dasar aparatur sipil negara sebagai upaya pencegahan gratifikasi pada
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat. Dengan memberikan insentif, ASN
akan menyadari bahwa instansi menaruh perhatian terhadap isu gratifikasi sehingga sangat
mungkin ASN juga akan semakin membuka mata untuk menolak maupun melaporkan penerimaan
gratifikasi.
38
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gratifikasi merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana korupsi yang banyak terjadi
khususnya dalam dunia birokrasi baik oleh pegwai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun
penyelenggara atau pejabat negara. Selain itu, gratifikasi dalam bentuk pemberian uang,
fasilitas dan jasa masih sering dianggap wajar sebagai sesuatu yang wajar. Tindakan gratifikasi
juga marak terjadi pada perhelatan Pemilu dan Pilkada, sehingga ASN KPU sebagai
2. ASN KPU Provinsi Papua Barat mengimplementasi nilai-nilai dasar ASN sebagai upaya dalam
pencegahan gratifikasi. Namun, implemtasi nilai-nilai dasar ASN tersebut masih dihadapkan
pada beberapa hambatan baik faktor internal ASN itu sendiri maupun faktor eksternal terutama
kurangnya komitmen dan ada program berkelanjutan dalam rangka pencegahan gratifikasi di
3. Optimalisasi implentasi nilai-nilai dasar ASN sebagai upaya pencegahan gratifikasi pada
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat dapat dibagi menjadi dua yaitu
pembentukan program kerja berkelanjutan dan pemberian insentif sebagai apresiasi atas
39
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diusulkan penulis terkait implementasi nilai-nilai dasar
ASN sebagai upaya pencegahan gratifikasi pada Sekretariat KPU Provinsi Papua Barat adalah
sebagai berikut:
1. Seluruh Pimpinan KPU Provinsi Papua Barat sebaiknya segera membentuk Unit Pengendalian
Gratifikasi mengingat tahapan Pemilu dan Pilkada Serentak Tahun 2024 akan dimulai pada
tahun 2022;
2. Perlu adanya rapat untuk membahas program kerja berkelanjutan dengan jangka waktu tertentu
3. Dibutuhkan sosialisasi berkali serta sistem pengingat atau reminder berupa slogan khas terkait
nilai-nilai dasar ASN dan gtatifikasi yang bisa ditampilkan di tempat-tempat tertentu yang
40
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arief Amrullah, Korupsi, Politik dan Pilkadal (Dalam Perspektif Pemberantasan Korupsi di
Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan I/II dan III.
Jakarta
Marwan. Mas. 2014. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Bogor: Penerbit Ghalia.
Mirzaqon. T, A dan Budi Purwoko. 2017. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan
Panggabean, Mutiara S, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Komisi
Pemilihan Umum
41
Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
http://hileud.co/kpk-definisi korupsi
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/343365/kpk-ingatkan-pilkada-harus-bersih-dari-
suap-dan-gratifikasi
https://www.kpk.go.id/id/pilkada-berintegritas/pilkada-berintegritas-utama
42