Anda di halaman 1dari 21

Afiksasi, Saṁdhi,

Tanda Dirgha, dan Kata Ganti


Oleh: Wasudewa Bhattacarya
AFIKSASI

Afiks adalah imbuhan. Imbuhan adalah morfem terikat yang dapat


dibedakan menurut tempatnya yang melekat pada benduk dasar. Kata
berimbuhan adalah merupakan kata turunan yang dihasilkan melalui
proses morfologis dengan pembubuhan imbuhan (afiks) pada suatu
morfem dasar atau pangkal. Terdapat 4 jenis afiks antara lain.

1. Prefiks yaitu awalan, misalnya a, ma, ka, pa, pi, paka, paha
2. Infiks yaitu sisipan, misalnya in, um, er, el
3. Sufiks yaitu akhiran, misalnya a, en, i, an, aken
4. Konfiks yaitu imbuhan gabungan (awalan dan akhiran, misalnya pa-an,
ka-an, ka-aken.
1. PREFIKS (AWALAN)

Prefiks atau awalan adalah suatu unsur struktural yang ditambahkan di


depan sebuah kata dasar. Kadang-kadang dalam pembentukannya
ditambah dengan bunyi sengau “ny, m, n, ng”
Contoh:
- a + mangan = amangan (memakan)
- Ma + tuha = matuha (berumur)
- Paha + leba = pahaleba (senangkan)
- Pi + singgih = pisinggih (percaya)
- a + ng + doh = angdoh (menjauh)
- Ma + ng + janma = mangjanma (menjelma)
2. INFIKS (SISIPAN)

Infiks atau sisipan adalah suatu unsur yang disipkan pada sebuah kata.
Pada umumnya terletak diantara konsonan dan vokal suku kata pertama.
Namun apabila suatu kata diawali dengan vokal, maka infiks terletak
diawal kata
Contoh:
- Rākṣa + in = rinaksa (dijaga)
- Rākṣa + um = rumaksa (menjaga)
- Gigi + er = gerigi (banyak gigi)
- Tapak + el = telapak (banyak tapak)
3. SUFIKS (AKHIRAN)

Sufiks atau akhiran adalah suatu unsur struktural yang ditambahkan di


belakang suatu kata dasar
Contoh:
- Ratu + a = ratua – ratwa (akan menjadi raja)
- Hurip + en = huripen (hidupkanlah)
- Weh + i = wehi (agar diberi)
- Unggu + an = ungguan – unggwan (yang ditempati)
- Kawaśa + aken = kawaśaken (agar dikuasai)
4. KONFIKS (IMBUHAN GABUNG)

Konfiks atau imbuhan gabungan adalah dua unsur struktural yang yang
dipakai sekaligus pada satu kata dasar. Imbuhan ini pada umumnya
mengalami proses samdhi.
Contoh:
- Pa + malaku + an = pamalakuan – pamalakwan (perjalanan)
- Ka + sura + an = kasurān (keberanian)
- Ma + kabeh + an = makabehan (kesemuanya)
- Pa + ngaji + an = pangajian (tempat berguru)
- Ka + hudan + an = kahudanan (kehujanan)
SAṀDHI SWARA

Apabila pada rangkaian kata dasar dan imbuhan (awalan, sisipan, dan
akhiran) atau dalam rangkaian dua kata terdapat dua buah huruf vokal,
seringkali huruf vokal tersebut luluh. Luluhnya huruf vokal tersebut
disebut dengan saṁdhi. Dengan kata lain, apabila huruf vokal bertemu
dengan huruf vokal yang lain, dapat mengalami penggabungan.
SYARAT – SYARAT SAṀDHI SWARA

1. Dua vokal yang sama dapat menjadi satu, tetapi berubah menjadi
bunyi panjang (dirgha)

a + a = ā i + i = ī u + u = ū
a + ā = ā i + ī = ī u + ū = ū
ā + ā = ā ī + ī = ī ū + ū = ū

Contoh:
- Ma + ajar = mājar (berkata)
- Nguni + ikang = ngunīkang (lebih itu)
- prabhu + uttama = prabhūttama (raja utama)
SYARAT –SYARAT SAṀDHI SWARA

2. Bunyi “ê” di belakang vokal lain selalu hilang serta yang tertinggal
hanya vokal yang mendahuluinya
a + ê = o
i + ê = i
u + ê = u
ö + ê = ö
Contoh:
- Wawa + ên = wawan (bawakanlah)
- Weli + ên = welin (belikanlah)
- Tuju + ên = tujun (arahkanlah)
- Rengö + ên = rengön (dengarkanlah)
SYARAT –SYARAT SAṀDHI SWARA

3. Bunyi “a” bila diikuti oleh bunyi “u” atau “i”

a + u = o
a + i = e

Contoh:
- a + umah = omah (rumah)
- Maha + uttama = mahottama (maha utama)
- Kapa + ingin = kapengin (tertarik/ terpikat)
- Naga + indra = nagendra (naga Indra)
SYARAT – SYARAT SAṀDHI SWARA

3. Bunyi “u”, “i”, dan “o” diikuti bunyi lain, tetapi bukan e maka menjadi:

u + an = w
i + aken = y
o + aken = w
Contoh:
- Sinusu + an = sinuswan (disusui)
- Manguni + aken = mangunyaken (mendahului)
- Inaso + aken = inaswaken (diberikan)
JENIS SAṀDHI SWARA

Saṁdhi dalam Saṁdhi luar


Suatu persandian yang
terjadi pada dua kata atau
Suatu persandian yang
lebih yang mana kata
terjadi dalam satu kata
pertama diakhiri vokal dan
akibat proses afiksasi
kata berikutnya diawali
vokal.
- Pa + ajar = pajar - Sira + aburu = sirāburu
- Ka + ucap = kocap - Maha + iśwara = Maheśwara
- Ma + inget = menget - Purusa + uttama = purusottama
Nama Orang Berjenis Kelamin
Perempuan

Menunjukkan Per-samdhi-an

FUNGSI
Untuk menyatakan huruf ‘r’ yang
TANDA luluh
DIRGHA
Untuk menyatakan kepemilikan

Untuk menyatakan pasang pageh


1. Untuk menyatakan jenis kelamin perempuan

Tanda dirgha yang terdapat pada nama orang dapat berfungsi untuk
menujukkan jenis kelamin perempuan. Tanda dirgha ini terletak pada akhir
kata.

Contoh:
- Kośalyā
- Sumitrā
- Kaikeyī
- Sitā
- Draupadī
2. Untuk menyatakan “Samdhi”

Tanda dirgha dapat digunakan ketika terdapat swara samdhi dengan huruf
yang sama baik dalam satu kata maupun dua kata.

Contoh:
- Ka + ajar = kājar (diajar)
- Prabhu + uttama = Prabhūtama (raja utama)
- Hari + iśwara = Harīśwara (Sang Hyang Wisnu)
3. Untuk menyatakan huruf “r” yang luluh

Tanda dirgha dapat digunakan untuk menggantikan huruf “r” yang


mengalami peluuhan pada satu kata.

Contoh:
- Ikur – ikū (ekor)
- Rarah – rāh (darah)
- Rarat – rāt (darat/dunia)
4. Untuk menyatakan kepemilikan

Tanda dirgha dapat digunakan untuk menyatakan mempunyai atau


memiliki sesuatu.

Contoh:
- Śrengga – srenggī (mempunyai tanduk)
- Tantra – tantrī (mempunyai kekuatan)
- Śaśa – śaśī (mempunyai bulan)
5. Untuk menyatakan pasang pageh

Tanda dirgha dapat digunakan untuk menyatakan pasang pageh atau kata-
kata yang memang demikian adanya tanpa ada rumusan tertentu

Contoh:
- Tumūt (ikut)
- Strī (isteri)
- Ādi (pertama)
- Astā (anak panah)
KATA GANTI ORANG
PERSONA KATA GANTI ORANG KATA GANTI MILIK

aku -ku, -ngku


PERTAMA kami mami
kita -ta, -nta
ko, nyu -nyu
KEDUA kamu -mu
kita -ta, -nta
ya -nya, -ya
KETIGA
sira -ira, nira
KATA GANTI ORANG

PERSONA KATA ORANG TIDAK SEBENARNYA

nghulun, ni nghulun, ngwang, ni ngwang,


Pertama
sanghulun, piangkanghulun, dll

Rakryan, rahadyan sanghulun, mpu,


Kedua mpungku, mpungkulun, maharaja, maharsi,
dll

Ketiga Pwangkulun, maharaja, haji, dll


KATA GANTI PENUNJUK
KATA GANTI KATA GANTI
ARTI ARTI
PENUNJUK PENUNJUK
Iki, ike Ini (menujuk orang/barang yang mangke Sekarang, pada saat ini
dekat dengan orang yang
mangko Sekarang, demikian (kata ini
berbicara)
jarang dipakai)
Iku, iko Itu (menunjuk orang/barang
mangkā Demikian, begitulah
yang dekat dengan orang yang
diajak berbicara) mangkana Demikianlah, begitulah
Ika, ikana Itu (menunjuk orang/ brang samangkana Waktu itu, ketika itu, sedemikian
yang dekat dengan orang yang itu
dibicarakan samangkā Yang demikian, maka pada
Nihan Inilah, beginilah atau disinilah waktu itu
Nahan Itulah, begitulah atau disanalah kumwa Demikianlah, begitulah
ngke Disini, sekaranng ini, atau disini kwa Demikian (dipakai pada
Ngkā, ngkana Sana, disana, demikian ungkapan) “yan kwa linganta”

Anda mungkin juga menyukai