Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah wajib disampaikan kehadirat Allah SWT atas petunjuk,
bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Anak 1 ini
bisa diselesaikan. Praktik Laboratorium merupakan salah satu pembelajaran yang harus dilalui
calon perawat sebelum benar-benar melakukan tindakan langsung pada klien.
Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Anak 1 disusun dengan tujuan untuk
membantu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga setelah
menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
pada Mata Kuliah Keperawatan Anak 1.
Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan modul ini, dan
penulis juga menyadari masih banyak kekurangannya sehingga sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan modul ini. Semoga Modul Praktikum
Laboratorium Keperawatan Anak 1 ini bermanfaat ... Aamiin.

Probolinggo, April 2022


Penyusun

Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns.M.Kes

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
1. Foto Terapi ......................................................................................................... 1
2. Pengukuran Tumbang Kembanng dengan Metode DDST ................................ 2
3. Pengukuran Tumbang Kembanng dengan Metode KPSP.................................. 4
4. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin BCG ........................................................ 6
5. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin DPT ......................................................... 8
6. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin Hepatitis B .............................................. 10
7. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin Polio Oral ................................................ 12
8. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin Polio Injeksi............................................. 13
9. Imunisasi Dasar : Pemberian Vaksin Campak ................................................... 15
10. Imunisasi Lanjutan : Pemberian Vaksin DT ...................................................... 17
11. Imunisasi Lanjutan : Pemberian Vaksin TT ...................................................... 19

ii
Jenis Keterampilan Foto Terapi
Pengertian Merupakan metode terapi yang dilakukan dengan menggunakan cahaya dari lampu
fluorescent yang dipaparkan/diberikan pada bayi
Tujuan Untuk mengurangi serum billirubin dan mencegah ikterus
Indikasi  Bayi terlihat kuning pada semua bagian tubuh sebelum 24 jam kelahiran
 Bayi yang kadar billirubinnya meningkat > 5 mg/dL per hari
 Bayi premature
 Kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih,
 Peningkatan bilirubin direk > 2 mg/d atau > 20 % dari BST (Billirubin Serum Total)
Kontraindikasi Hipersensitif lampu fluorescent
Persiapan Alat  Alat / lampu foto terapi (bola lampu biru atau daylight fluorescent tubes 6 – 8
buah)
 Termometer ruangan
 Meja untuk meletakkan bayi atau bisa bayi dalam inkubator
 Kassa steril atau diapers/popok
Persiapan Pasien Tanggalkan semua pakaian klien/bayi
Persiapan Bayi yang akan dilakukan foto terapi dipisahkan ruangannya dengan bayi yang lain
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Siapkan ruangan tempat unit foto terapi ditempatkan, suhu dibawah lampu
30°C - 38°C
2. Nyalakan lampu dan pastikan berfungsi dengan baik (tidak kedip-kedip atau
ada salah satu atau lebih lampu mati
3. Cuci tangan
4. Ambil bayi dan letakkan bayi dibawah sinar foto terapi
5. Letakkan bayi sesuai petunjuk alat (30-60 cm dibawah lampu)
6. Tutup mata dan genetalia bayi dengan kassa steril atau diapers/popok
7. Lakukan penyinaran selama 30 menit dan rubah posisi bayi setiap 2-4 jam
sekali
8. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan (biasanya setiap 3
jam sekali)
9. Pindahkan bayi dari unit foto terapi dan lepaskan penutup mata selama
menyusui, akan tetapi jangan pindahkan bayi dari sinar foto terapi bila bayi
menerima cairan melalui intravena atau makanan/susu melalui OGT/NGT
10. Lakukan evaluasi pada bayi
11. Dokumentasikan tindakan : catat efek samping yang terjadi, misal : letargi/bayi
lemah, dehidrasi, perubahan warna kulit, peningkatan suhu tubuh (ukur suhu
tubuh dan ruangan setiap 3 jam sekali).
NB : matikan sinar/lampu sebentar jika bayi sedang menerima O2 untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbang Anak .Jakarta : Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

1
Jenis Keterampilan Pengukuran tumbuh kembang dengan metode DDST
Pengertian Merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak
Tujuan Untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak.
Indikasi  Bayi sehat (tidak dalam keadaan sakit atau cacat fisik)
 Anak usia 0 bulan sampai 6 tahun
Kontraindikasi  Bayi sakit atau mempunyai cacat fisik
 Bayi/anak mengantuk, capek, lapar, sedih dan sejenisnya
Persiapan Alat  Kerincingan
 Balok kubus berwarna
 Botol plastik
 Bel kecil
 Bola tenis
 Pensil merah
 Boneka
 Cangkir plastik
 Kertas putih

NB : menyesuaikan dengan usia bayi/anak


Persiapan Pasien  Membina hubungan dengan anak dan orang tua
 Membantu anak senyaman mungkin saat dilakukan test
 Sebelum dilakukan test, jelaskan ke orang tua :
1. Tes ini untuk menentukan perkembangan anak saat ini
2. Tes ini bukan test IQ
3. Anak tidak harus lulus semua tes yang akan diberikan
Persiapan Berikan lingkungan yang aman dan nyaman pada bayi/anak
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Hitung usia anak (tanggal, bulan dan tahun)
NB : bila usia anak ≤ 15 hari, maka tidak dianggap 1 bulan, jika usia anak > 15
hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan
2. Membuat garis lurus sesuai dengan usai anak
3. Menentukan tes yang akan dilakukan
4. Lakukan tes sesuai dengan yang dilewati garis usia
5. Lakukan interpretasi/penilaian dari tes

PERHATIAN :
 46% dari skrining tes ini didapat dari hasil bertanya ke orang tua (verbal report)
 Mengamati/observasi langsung/melakukan langsung sangat dianjurkan

MENILAI TES PERKEMBANGAN/DDST :


 P (Pass/Lulus) = anak sukses melakuan
 F (Failure/Gagal) = anak tidak bisa melakukan
 R (Refusal/Menolak) = anak tidak mau/menolak untuk melakukan
 NO (No Opportunity) = anak tidak dapat mempunyai kesempatan untuk
melakukan

INTERPRETASI DDST :
 Abnormal :
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
2
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS
1 sektor atau lebih dg 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dg garis vertical usia
 Meragukan/Suspec :
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pd sector yg
sama tdk ada yg lulus pd kotak yg berpotongan dengan garis vertical usia
 Normal :
a. Semua yang tidak tercantum dalam criteria tersebut diatas
 Tidak Dapat di Tes
a. Apabila terjadi penolakan dalam jumlah banyak pada unsur tes, yang
menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Frankonburg, WK et al.(1992). Denver II : Denver Developmental Materials
Incorporated. Training Manual : Colorado
2. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
3. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
4. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
5. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Jenis Keterampilan Pengukuran tumbuh kembang dengan metode KPSP


Pengertian Kuesioner yang berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
3
telah dicapai anak
Tujuan Untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak.
Indikasi  Bayi sehat (tidak dalam keadaan sakit atau cacat fisik)
 Anak usia 0-72 bulan
Kontraindikasi  Bayi sakit atau mempunyai cacat fisik
 Bayi/anak mengantuk, capek, lapar, sedih dan sejenisnya
Persiapan Alat  Kuesioner ( daftar pertanyaan ) sesuai umur anak 2
 kertas, pensil
 Bola karet atau plastic seukuran bola tenis
 Kerincingan
 Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah
 Benda-benda kecil seperti kismis / potongan biscuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm

NB : menyesuaikan dengan usia bayi/anak


Persiapan Pasien  Membina hubungan dengan anak dan orang tua
 Membantu anak senyaman mungkin saat dilakukan test
 Sebelum dilakukan test, jelaskan ke orang tua :
1. Tes ini untuk menentukan perkembangan anak saat ini
2. Tes ini bukan test IQ
3. Anak tidak harus lulus semua tes yang akan diberikan
Persiapan Berikan lingkungan yang aman dan nyaman pada bayi/anak
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Hitung usia anak (tanggal, bulan dan tahun)
NB : bila usia anak ≤ 15 hari, maka tidak dianggap 1 bulan, jika usia anak > 15
hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan
2. Buka kuesioner KPSP sesuai dengan umur anak
3. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan atau melaksanakan perintah sesuai KPSP

INTERPRETASI KPSP :
 Hitung jawaban YA (Bila dijawab bisa atau sering atau kadang- kadang )
 Hitung Jawaban TIDAK ( Bila jawaban belum pernah atau tidak pernah )
 Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
 Bila Jawaban YA =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
 Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja

Untuk anak dengan Perkembangan SESUAI ( S )


 Orangtua / pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik
 Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak
 Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari
yang terarah
 Ikutkan anak setiap ada kegiatan posyandu

Untuk anak dengan Perkembangan Meragukan ( M )


 Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan
lebih sering
 Lakukan stimulasi insentif selama 2 minggu untuk mengejar ketinggalan anak

4
 Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter / dokter anak.
tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya
 Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama
pada saat anak pertama dinilai
 Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak
 Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi
 Bila setelah 2 minggu insentif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang

Untuk anak dengan PENYIMPANGAN ( P )


 Segera rujuk ke Rumah Sakit
 Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (misalnya : gerak kasar,
halus, bicara dan bahasa, sosial dan kemandirian)
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Frankonburg, WK et al.(1992). Denver II : Denver Developmental Materials
Incorporated. Training Manual : Colorado
2. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
3. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
4. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
5. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin BCG


Pengertian Merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris.
Tujuan Pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis (TBC)
5
Indikasi  Bayi sehat
 Bayi usia 1 bulan
Kontraindikasi  Bayi sakit
 Lebih dari usia yang dianjurkan
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,05 ml)
3. Menentukan lokasi tusukan (disuntikan secara Intrakutan/IC dilengan kanan
atas (muskulo Deltoideus)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 5° – 15°
6. Memasukkan obat perlahan-lahan
7. Mencabut jarum
8. Tidak dilakukan pengurutan
9. Membereskan alat-alat
10. Mencuci tangan
11. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

PERHATIAN :
 BCG hanya diberikan 1x
 Efek samping biasanya berupa daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula) yang semakin lama semakin besar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2-4 bulan kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan
jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
 Efek samping tersebut muncul biasanya 2–6 minggu setelah imunisasi BCG
 Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
 Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia

3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :


Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.

6
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin DPT


Pengertian Vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan
Tujuan Untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), dan infeks
Haemophilus influenzae tipe B secara simultan
7
Indikasi  Bayi sehat
 Bayi usia 2, 3 dan 4 bulan
Kontraindikasi  Bayi sakit
 Kejang atau gejala kelainan otak baru lahir
 Kelainan saraf serius
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular/IM pada sepertiga
paha atas)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90°
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

PERHATIAN :
 DPT diberikan 3x (rentang interval pemberian 4 minggu)
 Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
 Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.

Penanganan efek samping :


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3 – 4 jam (maksimal 6
kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Sikap Perawat 1. Teliti


2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
8
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Hepatitis B


Pengertian virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari
HBsAg
Tujuan Untuk pencegahan terhadap hepatitis B
Indikasi  Bayi sehat
 Bayi usia 0 – 7 hari
9
Kontraindikasi  Bayi sakit
 Penderita infeksi berat yang disertai kejang
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular/IM pada sepertiga
paha atas)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90°
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

PERHATIAN :
 Hepatitis B diberikan 1x
 Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar
tempat penyuntikan.
 Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Penanganan efek samping :


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:

10
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine/OPV)
Pengertian Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan
Tujuan Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Indikasi  Bayi sehat
 Bayi usia 1 – 4 bulan

11
Kontraindikasi  Bayi sakit
 Penderita Immune Deficiency
Persiapan Alat 1. Obat/vaksin
2. Alat tulis
3. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat
3. Membuka mulut bayi
4. Memasukkan/meneteskan obat (2 tetes/dosis)
5. Membereskan alat-alat
6. Mencuci tangan
7. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

PERHATIAN :
 Diberikan 4x dengan interval setiap dosis 4 minggu
 Apabila muntah dalam 30 menit, segera diberi dosis ulang
 Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi

Penanganan efek samping :


 Jika reaksi memberat dan menetap (muntah terus) bawa bayi ke dokter.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Polio Injeksi (Inactive Polio Vaccine/IPV)
Pengertian Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan
Tujuan Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Indikasi  Individu/bayi yang kontra indikasi vaksin polio oral
Kontraindikasi  Bayi sakit (demam akibat infeksi akut, penyakit akut/kronis progresif)
 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya

12
 Alergi terhadap Streptomycin
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

PERHATIAN :
 Mulai diberikan pada usia 2 bulan
 Diberikan 4x dengan interval setiap dosis 4 minggu
 IPV dapat diberikan setelah usia 6, 10 dan 14 bulan sesuai dengan
rekomendasi WHO
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi IPV dapat diberikan 2x suntikan
berturut – turut dengan interval 1 atau 2 bulan

EFEK SAMPING :
 Reaksi lokal penyuntikan : Nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak dalam
waktu 48 jam, dan bisa bertahan selama 1 – 2 hari
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap lebih 2 hari, bawa bayi ke dokter
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
13
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Campak


Pengertian Vaksin virus hidup yang sudah dilemahkan
Tujuan Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
Indikasi  Bayi sehat
 Bayi usia 9 – 11 bulan
Kontraindikasi  Bayi sakit (demam akibat infeksi akut, penyakit akut/kronis progresif)
 Penderita Immune Deficiency

14
 Penderita Leukimia, limfoma
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Sub Cutan lengan kiri atas atau
antero lateral paha)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan 45°
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

EFEK SAMPING :
 15% mengalami reaksi lokal penyuntikan : Nyeri, kemerahan, indurasi dan
bengkak selama 3 hari, dan dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.

Penanganan efek samping :


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap lebih 2 hari, bawa bayi ke dokter.

Sikap Perawat 1. Teliti


2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien

Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
15
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jenis Keterampilan Imunisasi Lanjutan : Pemberian vaksin DT


Pengertian Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat
Tujuan Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak
Indikasi  Anak sehat
 Anak usia 8 tahun ke bawah
Kontraindikasi  Anak sakit (demam akibat infeksi akut, penyakit akut/kronis progresif)
 Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin

16
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

EFEK SAMPING :
 Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.

Penanganan efek samping :


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3 – 4 jam (maksimal 6
kali dalam 24 jam).
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.

2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of


care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
17
Jenis Keterampilan Imunisasi Lanjutan : Pemberian vaksin TT
Pengertian Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas mengandung
toksoid tetanus murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Tujuan Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur
Indikasi  Wanita Usia Subur
 Wanita yang akan menikah
Kontraindikasi  sakit (demam akibat infeksi akut, penyakit akut/kronis progresif)
 Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril

18
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat
Persiapan Pasien  Identifikasi pasien
 Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA

EFEK SAMPING :
 Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam.

Penanganan efek samping :


 WUS dianjurkan untuk minum lebih banyak
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia

4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

19
20

Anda mungkin juga menyukai