Puji syukur Alhamdulillah wajib disampaikan kehadirat Allah SWT atas petunjuk,
bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Anak 1 ini
bisa diselesaikan. Praktik Laboratorium merupakan salah satu pembelajaran yang harus dilalui
calon perawat sebelum benar-benar melakukan tindakan langsung pada klien.
Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Anak 1 disusun dengan tujuan untuk
membantu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga setelah
menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
pada Mata Kuliah Keperawatan Anak 1.
Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan modul ini, dan
penulis juga menyadari masih banyak kekurangannya sehingga sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan modul ini. Semoga Modul Praktikum
Laboratorium Keperawatan Anak 1 ini bermanfaat ... Aamiin.
i
DAFTAR ISI
ii
Jenis Keterampilan Foto Terapi
Pengertian Merupakan metode terapi yang dilakukan dengan menggunakan cahaya dari lampu
fluorescent yang dipaparkan/diberikan pada bayi
Tujuan Untuk mengurangi serum billirubin dan mencegah ikterus
Indikasi Bayi terlihat kuning pada semua bagian tubuh sebelum 24 jam kelahiran
Bayi yang kadar billirubinnya meningkat > 5 mg/dL per hari
Bayi premature
Kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih,
Peningkatan bilirubin direk > 2 mg/d atau > 20 % dari BST (Billirubin Serum Total)
Kontraindikasi Hipersensitif lampu fluorescent
Persiapan Alat Alat / lampu foto terapi (bola lampu biru atau daylight fluorescent tubes 6 – 8
buah)
Termometer ruangan
Meja untuk meletakkan bayi atau bisa bayi dalam inkubator
Kassa steril atau diapers/popok
Persiapan Pasien Tanggalkan semua pakaian klien/bayi
Persiapan Bayi yang akan dilakukan foto terapi dipisahkan ruangannya dengan bayi yang lain
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Siapkan ruangan tempat unit foto terapi ditempatkan, suhu dibawah lampu
30°C - 38°C
2. Nyalakan lampu dan pastikan berfungsi dengan baik (tidak kedip-kedip atau
ada salah satu atau lebih lampu mati
3. Cuci tangan
4. Ambil bayi dan letakkan bayi dibawah sinar foto terapi
5. Letakkan bayi sesuai petunjuk alat (30-60 cm dibawah lampu)
6. Tutup mata dan genetalia bayi dengan kassa steril atau diapers/popok
7. Lakukan penyinaran selama 30 menit dan rubah posisi bayi setiap 2-4 jam
sekali
8. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan (biasanya setiap 3
jam sekali)
9. Pindahkan bayi dari unit foto terapi dan lepaskan penutup mata selama
menyusui, akan tetapi jangan pindahkan bayi dari sinar foto terapi bila bayi
menerima cairan melalui intravena atau makanan/susu melalui OGT/NGT
10. Lakukan evaluasi pada bayi
11. Dokumentasikan tindakan : catat efek samping yang terjadi, misal : letargi/bayi
lemah, dehidrasi, perubahan warna kulit, peningkatan suhu tubuh (ukur suhu
tubuh dan ruangan setiap 3 jam sekali).
NB : matikan sinar/lampu sebentar jika bayi sedang menerima O2 untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbang Anak .Jakarta : Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
1
Jenis Keterampilan Pengukuran tumbuh kembang dengan metode DDST
Pengertian Merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak
Tujuan Untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak.
Indikasi Bayi sehat (tidak dalam keadaan sakit atau cacat fisik)
Anak usia 0 bulan sampai 6 tahun
Kontraindikasi Bayi sakit atau mempunyai cacat fisik
Bayi/anak mengantuk, capek, lapar, sedih dan sejenisnya
Persiapan Alat Kerincingan
Balok kubus berwarna
Botol plastik
Bel kecil
Bola tenis
Pensil merah
Boneka
Cangkir plastik
Kertas putih
PERHATIAN :
46% dari skrining tes ini didapat dari hasil bertanya ke orang tua (verbal report)
Mengamati/observasi langsung/melakukan langsung sangat dianjurkan
INTERPRETASI DDST :
Abnormal :
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
2
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS
1 sektor atau lebih dg 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dg garis vertical usia
Meragukan/Suspec :
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pd sector yg
sama tdk ada yg lulus pd kotak yg berpotongan dengan garis vertical usia
Normal :
a. Semua yang tidak tercantum dalam criteria tersebut diatas
Tidak Dapat di Tes
a. Apabila terjadi penolakan dalam jumlah banyak pada unsur tes, yang
menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Frankonburg, WK et al.(1992). Denver II : Denver Developmental Materials
Incorporated. Training Manual : Colorado
2. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
3. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
4. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
5. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
INTERPRETASI KPSP :
Hitung jawaban YA (Bila dijawab bisa atau sering atau kadang- kadang )
Hitung Jawaban TIDAK ( Bila jawaban belum pernah atau tidak pernah )
Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
Bila Jawaban YA =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja
4
Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter / dokter anak.
tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya
Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama
pada saat anak pertama dinilai
Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak
Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi
Bila setelah 2 minggu insentif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang
PERHATIAN :
BCG hanya diberikan 1x
Efek samping biasanya berupa daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula) yang semakin lama semakin besar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2-4 bulan kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan
jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Efek samping tersebut muncul biasanya 2–6 minggu setelah imunisasi BCG
Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
6
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PERHATIAN :
DPT diberikan 3x (rentang interval pemberian 4 minggu)
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
PERHATIAN :
Hepatitis B diberikan 1x
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar
tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
10
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine/OPV)
Pengertian Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan
Tujuan Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Indikasi Bayi sehat
Bayi usia 1 – 4 bulan
11
Kontraindikasi Bayi sakit
Penderita Immune Deficiency
Persiapan Alat 1. Obat/vaksin
2. Alat tulis
3. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien Identifikasi pasien
Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat
3. Membuka mulut bayi
4. Memasukkan/meneteskan obat (2 tetes/dosis)
5. Membereskan alat-alat
6. Mencuci tangan
7. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA
PERHATIAN :
Diberikan 4x dengan interval setiap dosis 4 minggu
Apabila muntah dalam 30 menit, segera diberi dosis ulang
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi
Jenis Keterampilan Imunisasi Dasar : Pemberian vaksin Polio Injeksi (Inactive Polio Vaccine/IPV)
Pengertian Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan
Tujuan Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Indikasi Individu/bayi yang kontra indikasi vaksin polio oral
Kontraindikasi Bayi sakit (demam akibat infeksi akut, penyakit akut/kronis progresif)
Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya
12
Alergi terhadap Streptomycin
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien Identifikasi pasien
Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA
PERHATIAN :
Mulai diberikan pada usia 2 bulan
Diberikan 4x dengan interval setiap dosis 4 minggu
IPV dapat diberikan setelah usia 6, 10 dan 14 bulan sesuai dengan
rekomendasi WHO
Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi IPV dapat diberikan 2x suntikan
berturut – turut dengan interval 1 atau 2 bulan
EFEK SAMPING :
Reaksi lokal penyuntikan : Nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak dalam
waktu 48 jam, dan bisa bertahan selama 1 – 2 hari
Penanganan efek samping :
Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi memberat dan menetap lebih 2 hari, bawa bayi ke dokter
Sikap Perawat 1. Teliti
2. Sabar
3. Hati – hati
4. Tanggap terhadap reaksi pasien
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
13
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
14
Penderita Leukimia, limfoma
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien Identifikasi pasien
Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Sub Cutan lengan kiri atas atau
antero lateral paha)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan 45°
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA
EFEK SAMPING :
15% mengalami reaksi lokal penyuntikan : Nyeri, kemerahan, indurasi dan
bengkak selama 3 hari, dan dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.
Referensi 1. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
2. Bowdeen and Greenberg.(2010). Children and their families : the continuum of
care. Vol.2. Philadelpia
3. Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :
Gramedia
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
15
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
16
Persiapan Alat 1. Spuit dan Jarum steril
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat/buku KIA
Persiapan Pasien Identifikasi pasien
Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA
EFEK SAMPING :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
18
2. Kapas alcohol 70 %
3. Obat injeksi/vaksin
4. Bengkok
5. Alat tulis
6. Kartu obat
Persiapan Pasien Identifikasi pasien
Berikan posisi yang nyaman
Persiapan Berikan lingkungan yang tenang
Lingkungan
Langkah Kerja 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan dosis obat (0,5 ml)
3. Menentukan lokasi injeksi (disuntikan secara Intra Muscular atau Sub Cutan)
4. Menghapus hamakan lokasi tusukan
5. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 90° (IM) atau 45° (SC)
6. Melakukan aspirasi
7. Memasukkan obat perlahan-lahan
8. Mencabut jarum
9. Melakukan pengurutan di daerah injeksi
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan/mencatat pada buku KIA
EFEK SAMPING :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam.
4. Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
5. Gde Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2014). Buku Ajar
Imunisasi. Cetakan II. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
19
20