NET Evaluation
Diterbitkan Oleh
CV Karya Mandiri Pratama
Jln. Kramat Raya IV No. 22, Jakarta Pusat
Telp. (021) 460007, Faks. (021) 460007
ii
Kata Pengantar
Penerbit
iii
Prakata
Penulis
iv
Daftar Isi
Pendahuluan ................................................................. 1
vi
Pendahuluan
Kebutuhan gizi seseorang dapat diperoleh dari makanan yang
kita konsumsi sehari-hari. Setiap keluarga menginginkan
seluruh anggota keluarganya sehat, dinamis, dan sejahtera.
Manusia yang sehat jiwa dan raganya dapat meningkatkan
produktivitasnya di segala bidang.
Sumber: www.idon.acidblog.net
Sumber: www.hotelog.sakura.net
Sumber: www.dekap.com
Pendahuluan 3
Sumber: www.seagrantumn.edu
Pendahuluan 5
Sumber: www.pikiran-rakyat.com
2. Kebiasaan Makan
Ditinjau dari kebiasaan makannya, nila gift termasuk jenis
ikan omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan-hewan
kecil. Kebiasaan makan ini sangat menguntungkan peternak
karena mudah mencari makanan tersebut.
Pada saat larva atau benih, nila gift memiliki kebiasaan
mencari makan di perairan yang dangkal. Jenis makanan yang
paling disukai larva adalah zooplakton, seperti algae tunggal,
zat-zat renik yang melayang-layang di dalam air dan udang-
udang kecil. Ikan nila dewasa atau induk pada umumnya
mencari makan di tempat yang dalam. Jenis makanan yang
disukai oleh ikan nila dewasa adalah fitoplakton, seperti algae
berfilamen, tumbuh-tumbuhan air, dan organisme renik yang
melayang-layang dalam air.
Sumber: www.trubus-online.com
4. Syarat Hidup
Nila gift hidup pada suhu sekitar 14°C–38°C. secara alami
ikan ini dapat memijah pada suhu 22°C–37°C. Namun, suhu
yang baik untuk perkembangannya, yaitu sekitar 25°C–30°C.
Pada suhu kurang dari 14°C atau lebih dari 38°C, kehidupannya
akan terganggu.
Selain suhu, nila gift sangat toleran terhadap derajat keasaman
(pH) dari air. Kisaran pH yang masih dapat ditoleransi ikan
ini antara 5–11. Agar pertumbuhan dan perkembangannya
optimal, sebaiknya pH air berada pada kisaran 7– 8. Selain hal
tersebut, nila gift toleran pada kadar garam yang cukup tinggi,
asalkan prosesnya bertahap. Namun, toleransi terhadap kadar
B. Ikan Mas
1. Ciri-Ciri Ikan Mas
Ikan mas menurut sejarahnya berasal dari daratan Cina dan
Rusia. Ikan mas memiliki bentuk badan agak memanjang pipih
ke samping. Mulut berada di ujung tengah, dapat disembulkan
dan lunak. Memiliki kumis dua pasang, kadang-kadang
memiliki mulut satu pasang. Untuk membedakan ikan mas
koki dari jenis ikan hias dengan ikan mas adalah adanya kumis.
Jari-jari sirip punggung yang kedua mengeras, seperti gergaji,
sedangkan letak antara kedua sirip, punggung, dan perut
berseberangan. Sirip dada terletak di belakang tutup insang.
dari jenis ikan mas yang lainnya. Gerakannya lamban, jika diberi
makanan suka berenang pada permukaan air. Perbandingan
panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2 : 1.
Sumber: www.dkp.banten.go.id
3. Kebiasaan Makan
Ikan mas termasuk pemakan segala. Pada umur muda
(ukuran 10 cm), ikan mas senang memakan bangkai hewan
atau tumbuhan yang hidup di dasar perairan/kolam, misalnya,
chironomidae, olighicoeta, tubificidae, epimidae, trichoptera, dan
molusca. Selain itu memakan juga protozoa dan zooplakton seperti
copepoda dan cladocera. Hewan-hewan tersebut disedot bersama
lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkan dan sisanya
dikeluarkan melalui mulut.
5. Syarat Hidup
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan
berada pada ketinggian antara 150 – 1.000 meter di atas
permukaan laut, suhu air antara 20°C – 25°C dengan pH air
antara 7 – 8°C.
Pembenihan
A. Ikan Nila Gift
1. Penyiapan Induk
Benih merupakan salah satu faktor terpenting berhasilnya
usaha budi daya ikan. Oleh sebab itu, benih harus tersedia dalam
jumlah cukup dengan kualitas baik. Selain itu, ketersediaan
benih harus murah dan tepat waktu. Benih yang baik dapat
menyebabkan pertumbuhan cepat, bentuk badan normal, serta
tahan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan.
Berhasilnya usaha pembenihan nila gift sangat dipengaruhi
oleh keadaan induk. Jika induk bagus, benih yang dihasilkan
pun akan banyak dan kualitasnya akan baik. Sebaliknya, jika
induk kurang baik, hasil benih akan sedikit dan kualitasnya
jelek. Oleh karena itu, induk yang digunakan harus diperoleh
dari instansi perikanan atau pihak yang ditunjuk sebagai
penyedia induk. Hal tersebut harus dilakukan agar keaslian
jenis dapat dipertahankan. Jumlah induk yang harus disediakan
bergantung target produksi yang direncanakan.
Jenis kelamin nila gift dapat dibedakan dari tanda pada
tubuh bagian luar, yaitu bentuk, warna, dan alat kelamin.
Jantan memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih membulat,
warna lebih cerah, dan memiliki satu lubang kelamin berbentuk
memanjang. Lubang kelamin digunakan sebagai tempat
mengeluarkan sperma dan air seni. Sementara betina bertubuh
lebih rendah atau lebih memanjang, warna lebih gelap, dan
21
2. Sistem Pembenihan
Benih merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.
Namun, dalam memilih benih ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. bentuk benih normal;
b. benih harus berasal dari induk yang jelas asal usulnya;
c. terasa lembut jika dipegang yang berarti benih tersebut masih
muda dan jika dipelihara dapat tumbuh dengan cepat;
d. benih harus tersedia secara kontinyu sesuai kebutuhan.
Untuk mendapatkan benih yang baik, dapat ditempuh
melalui tiga sistem pembenihan berikut, yang sudah berhasil
dikembangkan.
a. Pembenihan Sistem Ekstensif
Sistem pembenihan ekstensif memiliki ciri khas tersendiri,
terutama dari konstruksi kolam dan cara panennya. Kolam
yang digunakan untuk pemijahan seluas 500-1000 m2. Bentuk
kolam empat persegi panjang dengan lebar pematang bagian
atas 1-1,5 m. Dasar kolam terdiri atas beberapa bagian yaitu
pelataran, kemalir dan kobakan. Dari ketiga bagian tersebut,
kobakan merupakan ciri khasnya. Kobakan ini dibuat dua buah,
satu untuk menangkap benih dan satunya untuk menampung
induk. Kobakan untuk menampung induk dibuat di dekat
pintu pengeluaran air. Kobakan ini perlu ditembok agar tidak
mudah rusak. Ukuran panjangnya 4 m, lebar 3 m dan tinggi
40 cm. Adapun kobakan untuk menangkap benih terletak
di bagian depan kobakan induk. Kobakan ini tidak perlu
Pembenihan 23
b. Pembenihan Semi-Intensif
Pembenihan semi-intensif merupakan cara mendapatkan
benih ikan yang tidak hanya bergantung pada alam, tetapi ada
campur tangan manusia. Panen benih pada sistem ini berupa
Pembenihan 25
Pembenihan 27
c. Pembenihan Intensif
Pembenihan intensif merupakan cara mendapatkan benih
yang sebagian besar pengelolaannya dilakukan oleh manusia.
Dalam sistem pembenihan intensif sudah banyak dilakukan
manipulasi lingkungan sehingga dengan sistem ini tidak
memerlukan lahan yang luas. Hasil panen pada sistem ini
berupa telur yang diambil dari induk yang sedang mengeram.
Proses pemijahannya lebih cepat dan hasilnya lebih tinggi
dengan benihnya tunggal kelamin. Lahan yang digunakan
hampir empat kali lebih sempit dari lahan yang digunakan
pada sistem semi-intensif. Benih yang ditebarkan bisa mencapai
1000 ekor/m2 dengan lama pemijahan hanya 10 hari. Nila
gift memiliki kebiasaan mengerami telurnya di dalam mulut
sehingga induk tidak dapat makan mengakibatkan terhambat
nya proses pertumbuhan. Oleh karena itu, telur yang sedang
dierami tersebut diambil sehingga induk dapat makan kembali
dan tumbuh normal untuk melakukan pemijahan berikutnya.
Biasanya benih larva yang dihasilkan pada sistem pembenihan
intensif bisa mencapai 60–70% daya tetasnya.
Sistem pembenihan intensif dilakukan beberapa tahap,
yaitu sebagai berikut:
1) Tahap Pematangan Gonad
Tahap ini merupakan suatu proses untuk mempercepat dan
memperoleh kualitas telur yang baik agar daya tetasnya
tinggi. Pematangan gonad dilakukan pada bak beton dengan
luas lahan antara 20–30 m2. Selain di bak beton, juga dapat
dilakukan di hapa yang berukuran panjang 6 m, lebar 4 m,
Pembenihan 29
Pembenihan 31
Jika kondisi air baik dan suhu optimal, telur akan menetas
dalam waktu 5–7 hari. Larva yang baru menetas berukuran
panjang 8–10 mm dan berat 0,02–0,05 gram. Larva ini akan
berenang ke permukaan air dan terbawa aliran air melalui
lubang pengeluaran air pada corong penetasan. Akibatnya
larva tertampung dalam penampungan larva.
5) Tahap Pengubahan Jenis Kelamin
Betina dibutuhkan terutama untuk kegiatan pembenihan
yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada jantan.
Padahal dalam sekali pemijahan, jumlah betina hanya
30%–35%. Sementara jantan dianggap penting karena
pertumbuhannya lebih cepat, warna lebih menarik, lebih
respons terhadap pakan dan rendemen (bagian daging) lebih
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, jantan berumur 6 bulan
dapat mencapai rata-rata 300 gram, sedangkan betina hanya
mencapai rata-rata 250 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan jantan 20% lebih cepat dibandingkan dengan
betina. Terjadinya perbedaan pertumbuhan ini disebabkan
oleh sifat genetik dan sistem reproduksi. Ukuran gonad
betina lebih besar dibandingkan dengan jantan sehingga
proses pembentukannya memerlukan zat makanan yang
lebih banyak, demikian pula proses pembentukan telur.
Dengan berbagai kelebihan tersebut, nila jantan akan lebih
memungkinkan dipelihara secara monosekskultur (sistem
pemeliharaan satu jenis kelamin). Artinya, sistem budi
daya yang menguntungkan adalah dengan memelihara
jenis kelamin jantan saja. Ini disebabkan jumlah produksi
dalam satu periode pemeliharaan lebih tinggi.
Pembenihan 33
Pembenihan 35
3. Panen Benih
Memilih waktu panen benih harus tepat. Waktu yang
kurang tepat dapat menyebabkan benih menjadi stres, terutama
akibat sinar matahari. Oleh karena itu, panen harus dilakukan
saat hari teduh, umumnya pagi hari. Pagi hari biasanya
suhu air masih rendah dan matahari tidak terlalu panas.
Kalau waktunya sudah tidak memungkinkan lagi, sebaiknya
pemanenan dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya.
Namun, kolam harus dialiri kembali, meskipun tidak penuh.
Saat panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga
mencapai ketinggian 20–30 cm. Pemanenan harus dilakukan
hati-hati agar tubuh benih tidak lecet. Untuk itu, sebaiknya
panen dilakukan dua tahap, yaitu panen awal dan panen
total dengan menggunakan waring (alat panen). Panen awal
dilakukan saat menunggu air surut. Sementara panen total
dilakukan setelah air surut.
Benih yang dipanen dimasukkan ke dalam ember dan
ditampung dalam hapa besar. Hapa ini dipasang tidak jauh dari
lokasi panen. Air harus tetap mengalir dalam hapa, tetapi bukan
air dari kolam yang sedang dipanen agar benih tidak stres.
Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh
karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus.
Jika menggunakan waring, bahannya harus dari kain. Adapun
B. Ikan Mas
1. Penyiapan Induk
Memilih induk yang baik merupakan salah satu cara
meningkatkan produksi benih. Oleh karena itu, pemilihan calon
induk atau induk yang akan dijodohkan harus dilakukan dengan
baik dan benar. Seleksi terhadap calon induk ikan mas meliputi
hal-hal sebaai berikut.
Sumber: www.trubus-online.com
a. Umur
Sebagai patokan, umur induk yang pantas dikawinkan
berkisar antara 1,5–2 tahun bagi betina. Seumur ini berat ikan
dapat mencapai 2 kg lebih/ekor. Adapun ikan mas pejantan
Pembenihan 37
c. Kepala
Bagian kepala induk ikan mas relatif lebih kecil daripada
bagian badannya. Tutup insang normal, tidak terlalu tebal
sehingga berkesan mengembung. Panjang kepala minimal
sepertiga dari panjang badan. Jika tidak sama, mungkin
terjadi pelengkungan atau pemendekan tulang punggung.
Hal tersebut harus dihindarkan. Jika bagian insang dibuka,
tidak terdapat bercak putih. Setiap sisi ujung moncong mulut
bibir atas memiliki dua buah kumis. Perlu diperhatikan lagi
adalah matanya. Jika induk ikan mas diletakkan telentang atau
dimiringkan, biasanya matanya digerakkan atau berputar-
putar, lensa mata akan tampak jernih.
Pembenihan 39
d. Sisik
Sisik induk yang baik tersusun secara teratur dan
ukurannya relatif besar. Sisik yang terlihat kusam atau tidak
cerah menandakan ia kurang baik atau terlalu tua.
e. Pangkal Ekor
Pangkal ekor yang baik harus normal dan kuat, tidak
memendek atau melengkung. Perbandingan panjang pangkal
ekor dengan lebar atau tingginya harus lebih panjang. Induk ikan
mas yang menandakan pangkal ekornya kurang normal (tinggi
melebihi panjang) sebaikya disingkirkan dari penyeleksian.
Pembenihan 41
Sumber: www.ranesi.com
hari 400–800 gram atau dua kali lipat. Jika diberikan makanan
tambahan, diusahakan kandungan lemaknya sedikit. Dapat
pula diberi makanan lain berupa dedak jagung atau menir
beras. Induk yang telah dipijahkan sebaiknya dipelihara di
kolam induk supaya sewaktu-waktu dapat dipijahkan kembali
setelah istirahat antara 2–3 bulan.
Pembenihan 43
3. Memasang Kakaban
Kakaban biasanya terbuat dari ijuk. Fungsi dari kakaban
adalah untuk penempel telur karena sifat dari telur-telur
ikan mas ini menempel. Ukuran kakaban yang digunakan
bervariasi 1×0,4 m, 1,5×0,4, m atau 2×0,4 m bergantung pada
persediaan ijuk yang ada. Cara membuat kakaban, yaitu ijuk
terlebih dahulu harus disisir menggunakan sikat kawat untuk
mendapatkan ijuk yang halus. Adapun yang kasar atau tajam
sebaiknya disingkirkan karena mengenai badan ikan bisa
4. Proses Pemijahan
Setelah proses pemasangan kakaban selesai, induk-induk
yang akan dipijahkan siap untuk dimasukkan ke dalam kolam.
Biasanya waktu yang tepat untuk induk-induk itu dimasukkan
Pembenihan 45
5. Memindahkan Kakaban
Setelah terjadi proses pemijahan saat telur ikan mas menempel
di kakaban, proses selanjutnya adalah memindahkan kakaban.
Biasanya kakaban diangkat dari kolam pemijahan pukul
05.00–06.00 pagi hari. Kakaban kemudian dipindahkan ke kolam
penetasan telur. Untuk menghindari tumbuhnya jamur, kakaban
tersebut harus direndam terlebih dahulu selama 10–15 menit
dengan larutan malachite green dengan dosis 1 gram/m3 air.
6. Penetasan Telur
Setelah dilakukan perendaman, kakaban dimasukkan ke
dalam hapa pada kolam penetasan. Hapa yang biasa digunakan
terbuat dari kain terilin berukuran 2×1×1 m, berbentuk
persegi panjang dibentangkan kurang lebih 2 meter dari pintu
pemasukan. Penetasan telur yang dilakukan di hapa sangat
baik karena selain memudahkan pengontrolan juga mencegah
kemungkinan munculnya hama predator seperti ular, belut,
dan sebagainya masuk ke dalam kolam. Kakaban harus diatur
sedemikian rupa pada sebatang bambu utuh kurang dari 2
meter dan di atasnya, sebelah kanan, dan kiri diberi bambu
belah. Kemudian, palangkan papan agar tenggelam dibawah
permukaan air 10 cm dan di atas papan diberi pemberat.
Selama proses penetasan, diusahakan sirkulasi air berjalan
dengan baik dan air yang masuk lewat pemasukan berjalan
secara perlahan. Untuk menghindari air hujan turun sewaktu-
waktu, sebaiknya diberi peneduh. Biarkan sampai telur-telur ikan
menetas menjadi benih dalam waktu kurang lebih 2–3 hari.
Setelah telur menetas semua dalam tempo 2–3 hari, tindakan
selanjutnya sebagai berikut:
a. Ngeprik
Ngeprik adalah mengangkat kakaban di dalam hapa satu
per satu. Pengangkatan harus dilakukan dengan hati-hati
agar kualitas air tetap baik.
Pembenihan 47
b. Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas belum perlu diberi makanan sebab
masih memiliki cadangan makanan berupa kantong kuning
telur. Setelah persediaan cadangan makanan ini habis, kawanan
benih dapat diberi makanan berupa rotifera atau kuning telur
rebus. Caranya, sebutir telur ayam matang diambil bagian
kuningnya saja, kemudian dihancurkan atau diremas-remas
dan dilarutkan dalam 250 cc air bersih. Setelah terbentuk
suspensi, masukkan ke dalam alat penyemprot yang biasa
digunakan menyemprot serangga atau nyamuk. Pemberian
pakan dilakukan lima kali sehari, dengan menyemprotkan
di atas permukaan air. Sebutir kuning telur cukup untuk
100.000 ekor benih. Perawatan larva hingga berumur 4–5
hari atau paling lama 7 hari. Selanjutnya benih dapat di
lepas dari hapa. Dari percobaan yang telah dilakukan,
jumlah benih lepas hapa yang dihasilkan dari 1 kg induk
betina mencapai 40.000–60.000 ekor.
Pendederan
A. Ikan Nila Gift
49
1. Sistem Monokultur
Sistem monokultur merupakan sistem pemeliharaan satu
jenis ikan dalam satu wadah. Dalam sistem monokultur, ada dua
macam yang dapat diterapkan, yaitu monosekskultur jantan
dan monosekskultur betina. Monosekskultur jantan bertujuan
memperoleh tingkat pertumbuhan maksimal karena memang
jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan betina. Adapun,
monosekskultur betina bertujuan memperoleh calon induk.
Agar pemeliharaan secara monokultur ini berhasil, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor tersebut antara
lain tempat pemeliharaan, ukuran benih, padat penebaran, dan
lama pemeliharaan. Tempat pemeliharaan biasanya berbentuk
kolam. Sebelum digunakan, kolam harus disiapkan di antaranya
dengan pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah
dasar, pengapuran, dan pemupukan.
Ukuran benih harus sama agar tidak timbul persaingan
makanan. Biasanya benih ukuran besar berpeluang memperoleh
makanan lebih banyak dibandingkan dengan ukuran kecil. Jika hal
ini terjadi, ikan besar akan lebih cepat tumbuh, sedangkan ikan kecil
akan lambat tumbuhnya. Padat penyebaran sangat dipengaruhi
oleh ukuran benih, jenis makanan, dan lama pemeliharaan. Jumlah
benih ukuran kecil lebih banyak dibandingkan dengan ukuran
besar. Namun, jangan sampai kolam terlalu padat sehingga
ruang gerak benih semakin sempit. Hal ini dapat menyebabkan
ketersediaan oksigen dalam air semakin sedikit.
Pendederan 51
2. Sistem Polikultur
Sistem polikultur merupakan sistem pemeliharaan dua atau
lebih jenis ikan dalam satu wadah. Syarat utama yang harus
dipenuhi dalam sistem polikultur adalah kebiasaan makan dan
jenis makanan masing-masing jenis berbeda. Tujuan peme
liharaan secara polikultur adalah untuk memanfaatkan semua
jenis makanan yang ada dalam kolam. Biasanya dalam suatu
kolam terdapat berbagai jenis makanan, seperti tumbuhan dan
hewan. Dengan pemeliharaan secara polikultur, semua jenis
makanan tersebut dapat dimanfaatkan.
1. Mas 60 40 50
2. Nila Gift 25 40 50
3. Gurame 15 20 –
Pendederan 53
3. Sistem Terpadu
Sistem terpadu memadukan beberapa jenis komoditas
pertanian seperti ikan dan padi, atau ikan dan ayam. Memang
masih banyak komoditas pertanian yang dapat dipadukan
pemeliharaannya dengan ikan. Namun, pada bagian ini hanya
dijelaskan pemeliharaan terpadu antara ikan dan padi, serta
ikan dan ayam. Tujuan pemeliharaan ikan terpadu, yaitu untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Dengan adanya dua atau
lebih komoditas, peluang untuk meraih keuntungan semakin
besar. Bahkan jika salah satu komoditas mengalami kegagalan,
komoditas lainnya dapat menutupi kerugian tersebut.
a. Minapadi
Sistem minapadi merupakan sistem pemeliharaan terpadu
antara ikan dan padi. Umumnya jenis ikan yang dipelihara
pada sistem minapadi adalah ikan mas. Namun, tidak menutup
kemungkinan untuk nila gift. Pemeliharaan nila gift bersama
padi relatif masih baru, tetapi sudah cukup berhasil.
Pemeliharaan nila gift bersama padi memberi beberapa
keuntungan di antaranya dapat meningkatkan produktivitas
lahan, dan tanah lebih subur karena kotoran ikan dapat
berfungsi sebagai pupuk, serta hama dan penyakit padi dapat
dijadikan makanan ikan.
Pendederan 55
Pendederan 57
b. Longyam
Longyam dapat diartikan sebagai tempat pemeliharaan ikan
dan ayam dalam satu lokasi. Umumnya ayam yang dipelihara
adalah ayam petelur. Konstruksi tempat pemeliharaan diatur
dengan posisi kolam berada di bawah kandang. Ada dua
keuntungan yang dapat diperoleh dalam sistem ini, yaitu ikan
tidak perlu diberi makanan dan pupuk. Sisa-sisa pakan ayam
yang terbuang dapat dijadikan makanan ayam, dan kotoran
ayam dapat dijadikan pupuk. Pemeliharaan ikan dalam kolam
dapat dilakukan secara monokultur atau polikultur.
Berikut hal yang harus diperhatikan sebelum membuat
longyam.
1) Pematang kolam untuk menempatkan kandang harus
kokoh agar dapat menahan beban kandang. Lebar pematang
minimal 1 m. Jika perlu, pematang sebaiknya ditembok.
2) Kandang ayam dibuat di atas kolam dengan jarak dari
permukaan air kolam ke dasar kandang minimal 1 m. Tujuannya
agar kondisi kandang tidak lembap akibat pengaruh air
kolam. Kandang yang lembap dapat menyebabkan nafsu
makan ayam berkurang dan mudah terserang penyakit.
3) Luas kandang maksimal 10% dari luas kolam. Tujuannya
agar bagian kolam yang tertutup kandang tidak terlalu
banyak sehingga sinar matahari dapat masuk ke kolam.
4) Posisi kandang harus menghadap ke timur agar sinar
matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang sehingga
tidak lembap.
Pendederan 59
B. Ikan Mas
Pendederan pada ikan mas biasanya menggunakan lahan
kolam seluas 200–500 m2. benih dilepas dalam hapa (umur
5–7 hari) dalam pemeliharaan atau wadah penetasan yang
relatif sempit itu pasti tidak akan dapat menampung bagi per
tumbuhan larva dalam waktu lama. Pendederan ini dilakukan
dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Pertama
Sebelum benih dimasukkan, tempat pendederan harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan tersebut sebagai berikut.
a. Tempat pendederan dikeringkan dan dasarnya diolah
dengan cara dicangkul atau di bajak. Pengeringan bertujuan
memperbaiki kualitas kolam agar gas-gas beracun yang
terdapat di dalamnya hilang/menguap, memberantas hama
dan penyakit. Lama pengeringan dasar kolam cukup 2–3
hari. Pencangkulan bertujuan memperbaiki struktur tanah.
Untuk pengungsian ikan pada saat air surut atau panen perlu
dibuat kemalir dengan kedalaman tidak kurang dari 20 cm,
lebarnya antara 30–40 cm.
Pendederan 61
2. Tahap Kedua
Salah satu usaha ekstensifikasi budidaya air tawar yang
cukup potensial adalah pemeliharaan ikan di sawah. Pendederan
di sawah ini dikenal dengan dua kelompok yaitu minapadi dan
ikan sebagai palawija.
a. Minapadi
Minapadi adalah pemeliharan ikan bersama tanaman padi
di sawah. Sebelum penebaran ikan dilakukan. Langkah-langkah
persiapan yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1) Pematang sawah yang bocor diperbaiki agar kokoh dan
tidak terjadi kebocoran.
2) Petakan sawah dibuatkan kemalir (saluran) dengan ukuran
lebar 40 cm dan kedalaman tidak kurang dari 20 cm
dapat dibuat secara mengelilingi petakan, diagonal, atau
kombinasi keduanya.
3) Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan
saringan untuk mencegah hewan liar, juga untuk menghindari
dari benih yang lolos dari petakan.
Penebaran benih dilakukan lima hari setelah padi ditanam.
Penebaran dilakukan pagi hari. Kalau penebaran tidak dapat
dilakukan pagi hari dapat pula dilakukan pada sore hari. Padat
penebaran benih berukuran 2–3 cm sebanyak 4–6 ekor/m2. Jika
benih yang digunakan lebih besar misalnya 3–5 cm, kepadatan
dikurangi menjadi 3–5 ekor/m2. Jika sawah luasnya 300 m2
penebaran benih masing-masing 1200–1800 dan 900–1500 ekor.
Ukuran ikan yang dapat dicapai selama pemeliharaan
kurang lebih 4 minggu atau 30 hari adalah 3–5 cm dan 5–8 cm.
Pemberian makanan tambahan berupa dedak halus ditaburkan
ke permukaan air di atas kemalir.
Pendederan 63
Pembesaran
di Kolam Air Deras
A. Kolam Air Deras
Kolam air deras merupakan salah satu wadah pemeliharaan
ikan secara intensif yang dibuat dari tembok atau beton. Ada dua
bentuk yang dapat digunakan, yaitu bentuk segi tiga dan bentuk
kapsul. Jika jumlah kolam banyak, sebaiknya dipilih bentuk
kapsul karena mudah dibuat berderet dan tampak rapat.
Kolam dibuat tidak terlalu luas. Walaupun tidak luas,
kolam dapat menampung ikan dengan kepadatan tinggi.
Ukuran kolam yang umum dibuat adalah panjang 7 meter,
lebar 3 meter, dan tinggi 180 cm.
Sumber: www.trubus-online.com
65
ikan. Jika air terlalu deras ikan akan terbawa arus atau lebih
banyak diam di bagian hulu. Jika ikan tampak seperti itu, debit
airnya segera dikurangi.
Setelah tampak segar dan kuat, benih dapat segera diberi
pakan tambahan. Pemberiannya tidak sekaligus banyak, tetapi
dimulai sedikit demi sedikit untuk mengajari benih memakan
pakan tambahan berupa pelet.
Pada awal pemeliharaan, pelet yang diberikan berdiameter
kecil, yaitu 2 mm. Setelah beberapa minggu, ukuran pelet lebih
besar, sekitar 3–4 mm. Jumlahnya tidak mutlak. Jika ikan masih
ingin makan, pakan dapat terus diberikan walaupun hingga
malam hari. Namun, biasanya jumlah pakan yang diberikan
setiap hari rata-rata sekitar 5–6% dari berat ikan.
Sumber: www.worldofcolour.com
C. Ikan Mas
Kolam air deras biasanya berukuran relatif kecil, antara
20–100 m2, debit air dan kualitasnya cukup baik dan padat
penebaran persatuan luas kolam dapat dilakukan lebih banyak.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan ikan
mas sistem air deras ini, yaitu:
1. debit air minimal 25 lt/detik, optimal 50-100 lt/detik;
2. kandungan zat asam (oksigen) terlarut cukup memadai
antara 6–8 ppm;
3. konstruksi bangunan kolam seluruhnya harus kuat, kokoh,
dan diplester, baik pematang, dasar kolam, maupun saluran
pemasukan dan pengeluaran air, kedalaman air antara
100–150 cm;
4. pakan harus bergizi baik dan kandungan protein antara
25–30%;
D. Panen Ikan
Panen ikan di kolam air deras dapat dilakukan setelah
pemeliharaan selama 2–3 bulan. Cara panennya pun lebih
mudah dibandingkan di kolam atau tambak. Hal ini disebabkan
kolam air deras dapat dikeringkan dengan cepat. Waktu panen
sebaiknya disesuaikan dengan harga. Walaupun jumlah yang
dibutuhkan banyak, tetapi harganya murah, sebaiknya panen
ditunda hingga harganya menguntungkan.
Ikan yang baru dipanen ada yang dapat langsung dijual dan
ada yang harus ditangani lebih lanjut. Penanganan hasil panen ini
dilakukan untuk memenuhi standar permintaan pasar, ikan yang
memenuhi standar dapat dijual dengan harga menguntungkan.
Berikut kegiatan penanganan hasil panen ikan.
1. Seleksi
Dalam satu periode pemeliharaan biasanya ukuran ikan sangat
beragam. Untuk itu, ikan perlu diseleksi dan dipisahkan menurut
ukuran. Ikan yang berukuran kecil atau tidak memenuhi standar,
pasar sebaiknya dipelihara kembali dalam kolam pembesaran.
2. Penimbangan
Sebelum dijual, ikan yang sudah diseleksi perlu ditimbang
untuk mengetahui bobot ikan dari satu periode pemeliharaan.
Berdasarkan bobot tersebut dapat diketahui pendapatan dan
keuntungan yang dapat diperoleh.
3. Pemberokan
Pemberokan dapat diartikan sebagai kegiatan penyimpanan
sementara sebelum ikan dipasarkan dengan tujuan untuk
membuang kotoran dalam tubuhnya. Pemberokan harus
dilakukan terutama ikan konsumsi yang akan diangkut ke daerah
lain. Cara ini dapat menyebabkan air dalam wadah tidak kotor.
4. Pengangkutan
Ikan konsumsi dapat diangkut dengan berbagai cara,
bergantung tujuan pasar. Pasar lokal, pasar luar daerah,
ataupun pasar internasional. Pasar lokal bertujuan memenuhi
kebutuhan masyarakat di sekitar lokasi pemeliharaan, seperti
pasar kecamatan atau pasar kabupaten. Pasar luar daerah untuk
memenuhi kebutuhan daerah atau provinsi lain. Sementara
pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan negara lain
dengan adanya pasar internasional diharapkan keuntungannya
akan lebih besar dan dapat menambah devisa negara.
1. Penyakit Ikan
Penyakit ikan, terutama disebabkan oleh adanya parasit dan
bakteri, salah satu penyakit ikan yang pernah mengganas, yaitu
Lernea cyprinaceae yang disebabkan oleh parasit kelas crustaceae.
Parasit kelas ini hidup menempel di badan ikan dan kepala
parasit ini membenam ke dalam jaringan kulit daging ikan.
2. Hama ikan
Hama ikan adalah semua binatang yang dapat mencaplok
ikan, baik sebagian maupun seluruhnya. Hama ini dapat berupa
kodok, ular, burung, dan lingsang. Untuk menanggulanginya,
harus secara rajin mengunjungi dan membersihkan kolam.
F. Analisis Usaha
Budi daya ikan biasanya dilakukan dalam tiga kegiatan
yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran, tetapi pada
pelaksanaannya petani biasanya hanya melakukan salah atu
dari tiga kegiatan tersebut.
Sebagai gambaran sederhana, pembesaran secara polikultur
antara ikan mas dan ikan nila gift di kolam seluas 1000 m2
(setahun tiga kali kegiatan) memberikan keuntungan layak.
Hal ini dapat dilihat pada analisis usaha seperti berikut:
A. Modal Awal
1. Sewa kolam Rp 300.000,-
2. Peralatan Rp 75.000,-
3. Biaya variabel Rp 687.875,
per musim +
Jumlah Rp 1.062.875,-
B. Biaya Operasional per Tahun
1. Benih ikan mas 3× 100 Kg @Rp 2.000,- Rp 600.000,-
ukr. 100 gram
2. Benih ikan nila 3× 3000 ekor @Rp 15,- Rp 135.000,-
gift ukr. 10gram
3. Kotoran ayam 3× 500 Kg @ Rp 25,- Rp 37.500,-
4. Urea dan TSP 3× 25 Kg @ Rp 135,- Rp 10.125,-
5. Kapur 3× 50 Kg @ Rp 100,- Rp 15.000,-
6. Makanan 3× 14 Zak @ Rp 23.000,- Rp 966.000,-
7. Tenaga kerja 1× 12 bln @ Rp 25.000,- Rp 300.000,-
+
Jumlah Rp2.063.625,-
C. Biaya Tetap
1. Penyusutan alat- 80%× Rp75.000,- Rp60.000,-
alat perikanan
2 Sewa tanah Rp300.000,-
3 Bunga Modal 12%× Rp1.062.875,- Rp127.545,-
+
Jumlah Rp487.545,-
D. Total Biaya Produksi
B+C Jumlah Rp2.551.170,-
E. Pendapatan
1. Ikan mas 3× 95%×1000×0.5 Kg @ Rp2000,- Rp2.850.000,-
2. Ikan Nila Gift 3× 75%×3000× 0,15 Kg @ Rp1200,- Rp1.215.000,-
+
Jumlah Rp4.065.000,-
F. Keuntungan
E - D +
Jumlah Rp1.513.830,-
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Agnes, Trimariani. Penuntun Ilmu Parasit dan Penyakit Ikan.
Bandung: Fakultas Pertanian UNPAD.
Ardiwinata, R.O. 1981. Pemeliharaan Ikan Mas. Bandung: Sumur
Bandung.
Fisheris Information System. 1990. Petunjuk Teknik Budidaya
Ikan Nila. Jakarta: Indonesia.
Husein, Muhammad. 1994. Produksi Benih Tunggal Kelamin.
Jakarta: Sinar Tani.
Lingga, Pinus. 1987. Ikan Mas Kolam Air Deras (Cetakan II). Ja
karta: Penerbit Penebar Swadaya.
Soeseno, Slamet. 1984. Dasar-Dasar Perikanan Umum untuk SPP.
Jakarta: Yasaguna.
Wahyu Sukoco, Triyanto. 1995. Manipulasi Seks Si Nirah. Jakarta:
Sinar Tani.
Zonneveld, N. 1991. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Zangkaru, Z. 1984. Pemeliharaan Ikan dalam Kolam Air Deras
(Cetakan I). Jakarta: CV Yasaguna.
Departemen Perikanan. 2002. Budidaya Ikan di Air Tawar.
Sumber Majalah
Trubus, No. 416 Juli 2004
Sumber Internet
www.trubus-online.com
www.deptan.go.id
Glosarium
longyam : tempat pemeliharaan ikan dan ayam dalam
satu lokasi, umumnya ayam yang dipelihara
adalah ayam petelur, konstruksi tempat
pemeliharaan diatur dengan posisi kolam
berada di bawah ladang
keramba : keranjang pengangkut atau tempat ikan,
bentuknya lonjong, terbuat dari anyaman
bambu dengan kerangka kayu, biasanya
berlapis supaya kedap air
gonad : bio organ hewan yang menghasilkan gamet-
gamet atau kelenjar kelamin
pematang : jalan kecil yang agak ditinggikan (di sawah,
di tempat yang berpaya-paya)
larva : serangga (berupa ulat) yang belum dewasa
yang baru keluar dari telurnya
hormon : zat yang dibentuk oleh bagian tubuh tertentu
dalam jumlah kecil dan dibawa ke jaringan
tubuh lainnya, serta memiliki pengaruh khas
kakaban : ijuk yang dijepit dengan bambu dibelah dua
memanjang, dipakai untuk melindungi telur-
telur ikan di dalam empang
pendederan : penebaran benih (bibit) atau pengembang
biakan
Indeks
G
gonad 28, 29, 33, 80
H
hormon 34, 35, 80
K
kakaban 20, 44, 45, 46, 47, 80
keramba 5, 80
L
larva 9, 10, 12, 18, 22, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 34, 35, 48, 60,
80
longyam 6, 58, 59, 60, 80
P
pematang 18, 23, 24, 26, 43, 50, 55, 56, 58, 59, 71, 80
pendederan 49, 60, 49, 60, 72, 77, 80
Lampiran
Kandungan (%)
No. Jenis Ikan Protein Lemak Kadar Air