EARNASTA TARIGAN
NIM 203311010015
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Effendy Pakpahan, S.E., M.M Dr. Elly Romy,S.E., B.A., MTCSOL
NIDN NIDN
Mengetahui
Dengan ini menyatakan bahwa proposal Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri
dan bukan merupakan plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa proposal
Tesis ini adalah plagiat, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar, sehat walafiat, dan
EARNASTA TARIGAN
NIM. 203311010015
Lampiran 3. Abstrak
ABSTRAK
EARNASTA TARIGAN
NIM 203311010015
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal tesis ini. Penelitian ini
bertujuan guna memenuhi salah satu syarat untuk mengikut seminar proposal pada
Indonesia. Adapun judul dalam proposal tesis ini adalah Analisis Pengaruh Tekanan
Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Pada RSU Royal Prima
Medan
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
1. Bapak Dr. dr. I. Nyoman E.L., M.Kes, AIFM, selaku Ketua Pembina Yayasan
2. Ibu Prof. Dr. Chrismis Novalinda Ginting., M.Kes., selaku Rektor Universitas Prima
Indonesia
Universitas Prima Indonesia dan Dosen penguji yang telah banyak memberikan
4. Bapak Dr. Sofiyan Matondang, SE., M.MA, selaku Ketua Program Studi Magister
i
5. Bapak Hendra Jonathan Sibarani, S.ST., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
6. Bapak Dr. Effendy Pakpahan, SE, M.M, sebagai dosen Pembimging I yang sudah
7. Bapak Dr. Elly Romy, S.E., B.A., MTCSOL, sebagai dosen Pembimbing II yang
Peneliti menyadari bahwa penulisan dalam proposal tesis ini masih banyak
kekurangan, dengan segala kerendahan hati diharapkan kritikkan dan koreksi yang
bersifat membangun agar kiranya dapat lebih baik lagi di dalam penyusunan karya
EARNASTA TARIGAN
NIM. 203311010015
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Hasil Penilaian Kinerja Pegawai RSU Royal Prima Medan ............. 2
1.2 Perhitungan Hasil Kuesioner Pra Survei Kinerja Karyawan RSU
Royal Prima .................................................................................... 3
1.3 Persentase Pencapaian Skor Indikator Kepuasan Kerja ................... 7
1.4 Hasil Kuisioner Pra-Survey Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan
RSU Royal Prima Medan ................................................................ 9
1.5 Hasil Kuisioner Pra-Survey Mengenai Motivasi Kerja Karyawan
RSU Royal Prima Medan ................................................................ 11
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 41
3.1 Rencana Jadwal Penelitian .............................................................. 59
3.2 Skor Penilaian Kuisioner ................................................................ 64
3.3 Instrumen Penelitan ........................................................................ 70
iv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
v
0
PROPOSAL TESIS
Oleh:
EARNASTA TARIGAN
203311010015
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan. Rumah sakit
sebagai sarana pengobatan dan perawatan kesehatan bukan hanya sekedar tempat
sebagai suatu organisasi pelayanan jasa yang mempunyai keunikan dalam hal
Daya Manusia Rumah Sakit merupakan hal yang menarik dikaji. Terdapat dua
kelompok besar dalam SDM rumah sakit yakni tenaga medis yang terdiri dari
dokter, perawat, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non-medis yang terdiri dari
tenaga administratif dan tenaga pelaksana lainnya. Kinerja karyawan adalah suatu
hal yang harus terus menerus diperhatikan oleh pimpinan, bila karyawan memiliki
kinerja yang baik akan mampu menciptakan kinerja perusahaan yang baik pula.
guna tujuan organisasi dapat dicapai, maka organisasi atau perusahaan perlu
dari diri karyawan dalam bekerja, kinerja karyawan sangat diperhatikan karena
2
secara keseluruhan.
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi. Dalam menentukan kinerja
pegawai, instansi harusnya memiliki beberapa komponen yang menjadi alat ukur
bulan Maret 2022 dengan bagian personalia diperoleh data mengenai kinerja
karyawan periode tahun 2018 hingga 2021, bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.1
Hasil Penilaian Kinerja Pegawai RSU Royal Prima Medan
No. Unsur yang 2018 2019 2021
dinilai (%) Ket (%) Ket (%) Ket
1. Orientasi 85 Baik 80 Baik 80 Baik
Pelayanan
2. Integritas 83 Baik 81 Baik 78 Baik
3. Komitmen 82 Baik 83 Baik 74 Cukup
4. Disiplin 83 Baik 82 Baik 77 Baik
5. Kerjasama 82 Baik 80 Baik 76 Baik
Jumlah 415 406 385
Rata-rata 83% 81% 77%
Sumber : Bagian Personalia RSU Royal Prima (2022)
3
Berdasarkan data pada tabel 1.1, menunjukkan bahwa selama tiga tahun
terakhir daritahun 2018-2021 meskipun dalam data ini tidak terlihat periode tahun
2020 karena masa pandemi Covid 19. Hasil penilaian menunjukkan terjadi
kinerja karyawan terlihat pada periode tahun 2021 sebesar 77% sangat menurun
dibanding periode tahun 2019 sebesar 81%, persentase ini mengalami penurunan
dari periode tahun 2018 sebesar 83%. Selanjutnya, untuk melihat kinerja
karyawan pada tiap bulannya, bagian personalia melakukan pra-survey pada bulan
Maret 2022 dengan menyebarkan kuisioner sementara, yang terdiri dari indikator
mengenai kepuasan kerja karyawan kepada 51 karyawan Medis dan karyawan non
medis. Hasil penyebaran kuisioner di peroleh data pada tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Perhitungan Hasil Kuesioner Pra Survei Kinerja Karyawan
RSU Royal Prima
Frekuensi
Jumla Persen
No. Indikator SS S KS TS STS hSkor Mean tase (%)
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Kualitas Pekerjaan 20 18 9 4 - 207 4.1 8%
2. Kecepatan 22 16 8 5 - 208 4.1 8%
Pekerjaan
3. Kontribusi Kerja 23 10 10 5 3 198 3.9 7,6%
4. Tanggung Jawab 21 17 7 4 3 205 4.0 7,8%
Pekerjaan
Komunikasi dengan 19 11 17 4 - 198 3.9 7,6%
5. Rekan Kerja
Rata-Rata Kinerja Karyawan 4.0 7,8%
F = Frekuensi
N = Nilai x Skor
Responden = 51 Orang
Mean = Jumlah Skor / Total Responden
Persentase = Jumlah Mean / Jumlah Responden x 100
Sumber : Hasil olah data kuesioner pra survei (2022)
4
saat ini di RSU Royal Prima Medan, hasil perhitungan dari olahan data kuesioner
standar yang diharapkan, dikarenakan ada beberapa indikator yang dibawah rata-
rata penilaian 4,0% yaitu indikator kontribusi kerja dan komunikasi dengan
dimintai laporan yang berkaitan dengan pasien, masih ada yang belum
melaporkan sesuai dengan waktu yang ditentukan, bahkan ada pasien yang
ruangan kamar sehingga terlihat bahwa kerjasama kurang terjalin antara satu
dalam bekerja, salah satu faktornya adalah tekanan pekerjaan. Tekanan pekerjaan
karyawan memiliki harapan yang berbeda yang dipengaruhi oleh harapan orang
lain, yang mana harapan-harapan tersebut dapat berbenturan, dan tidak jelas dan
beberapa karyawan medis dan non medis diperoleh fenomena tekanan pekerjaan
5
lain yang sudah tidak bekerja sehingga kekurangan tenaga kerja, hal ini
menggunakan jasa rumah sakit karena pekerjaan tidak terhandle dengan baik,
Selain itu, beberapa karyawan terlihat kelelahan karena beban kerja yang
over sehingga target kerja yang diberikan tidak tercapai, beberapa karyawan
timbul karena terlalu seringnya campur tangan pihak lain sehingga muncul
Oleh karena itu, sangat penting pimpinan selaku manajer agar mengelola
tekanan pekerjaan yang dialami karyawan agar terus bertumbuh komitmen kerja
karyawan yang memiliki komitmen tinggi yang akan melakukan upaya yang
terbaik demi tercapainya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja merupakan hasil dari
Rumah Sakit Royal Prima Medan, hal ini akan berdampak pada sikap positif pada
Berdasarkan survey awal penelitian pada bulan Maret 2022 dengan bagian
dapat bekerja maksimal sesuai tujuan dengan menaati peraturan yang ada serta
berpikir pindah kerja, bekerja sepenuhnya dan tercapai kepuasan kerja yang
maksimal. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan akan menambah rasa percaya
dimilikinya.
puas akan cenderung menjadi lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. Kepuasan kerja merupakan
pada bulan Maret 2022, job satisfaction karyawan RSU Royal Prima Medan
seperti pekerjaan menjadi beban karena over, teamwork yang tidak kompak dan
pengembangan karir yang jarang. Penilaian kepuasan kerja karyawan pada Rumah
Sakit Royal Prima Medan menggunakan pengukuran Rating Scale dan sebaran
merasa puas atau tidak puas. Persentase pencapaian skor indikator kepuasan kerja
Berdasarkan data pada tabel 1.3 diperoleh data kepuasan kerja karyawan
karyawan pada triwulan I dengan skor 80,80%, penilaian kepuasan karyawan dari
penurunan dengan skor 78,40%, dan penilaian kepuasan menurun pada triwulan
sementara, yang terdiri dari indikator mengenai kepuasan kerja karyawan kepada
Tabel 1.4
Hasil Kuisioner Pra-Survey Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan
RSU Royal Prima Medan
Jawaban (%) Jumlah Target
No Pernyataan Ya Tidak karyawan (%)
1 Gaji yang di terima sudah sesuai 60,0 40,0 30 100
dengan Kesepakatan
2 Menyukai penugasan yang diberikan oleh 23,3 76,7 30 100
perusahaan
3 Suasana kerja yang terjalin dengan baik 66,7 33,3 30 100
dan Kekeluargaan
4 Perlakuan atasan yang selalu 43,3 56,7 30 100
memberikanbimbingan dan pengarahan
5 Kesempatan untuk naik jabatan 70,0 30,0 30 100
6 Keadaan ruangan kerja baik dan nyaman 26,7 73,3 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuisioner Sementara (2022)
Prima Medan secara keseluruhan belum sesuai dengan yang diharapkan hal ini
tidak. Berdasarkan data tersebut, terlihat bila karyawan RSU Royal Prima Medan
merasa bila gaji yang diberikan bukan satu-satunya faktor yang dapat memberikan
kepuasan kerja bagi karyawan, selain itu juga masih banyak karyawan yang tidak
suka terhadap penugasan yang diberikan, kemudian, atasan di divisi kerja kurang
karyawan bagian administrasi juga kurang bersahabat kepada pasien dan keluarga,
selain itu, beberapa karyawan terlihat nongkrong di kantin saat jam kerja.
10
yang dialami oleh karyawan. Motivasi mempunyai arti penting bagi karyawan
dalam perusahaan.
Motivasi yaitu suatu hal yang menjadi penyebab, penyalur, dan pendukung
perilaku manusia agar mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil kerja
untuk mengendalikan diri sendiri maupun orang lain agar melaksanakan kegiatan
atau pekerjaan yang telah ditentukan hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Februari 2022, bahwa motivasi kerja karyawan RSU Royal Prima Medan masih
rendah seperti kurangnya semangat kerja karyawan medis dan non medis, terlihat
beberapa perawat kurang semangat, ekspresi wajah yang kurang ramah terhadap
pasien dan keluarga, tingkat ketepatan waktu masuk kerja yang rendah, masih ada
perawat yang datang terlambat, karyawan non medis meninggalkan ruangan saat
jam kerja, kurangnya kerja sama dengan teman sejawat, beberapa karyawan
seminar.
11
sementara, yang terdiri dari indikator mengenai motivasi kerja karyawan kepada
30 karyawan non medis dan karyawan medis. Hasil penyebaran kuisioner tersebut
Tabel 1.5
Hasil Kuisioner Pra-Survey Mengenai Motivasi Kerja Karyawan
RSU Royal Prima Medan
Jawaban (%) Jumlah Target
No Indikator Pernyataan Ya Tidak karyawan dalam
%
1 Adanya kebutuhan berprestasi 63,33 36,66 30 100
2 Adanya kebutuhan kekuasaan 46,67 53,33 30 100
3 Adanya kebutuhan afiliasi 53,33 46,67 30 100
4 Adanya kebutuhan akan status 56,67 43,33 30 100
5 Adanya kebutuhan pengakuan/dihargai 60,00 40,00 30 100
6 Adanya kebutuhan akan rasa aman 46,67 53,33 30 100
Sumber: Hasil olah data Kuisioner Sementara (2022)
Berdasarkan pada Tabel 1.5, kondisi motivasi kerja karyawan RSU Royal
Prima Medan secara keseluruhan belum sesuai dengan yang diharapkan hal ini
tidak. Berdasarkan data tersebut, terlihat bila karyawan RSU Royal Prima Medan
afiliasi karyawan yang rendah sebesar 53,33%, kebutuhan akan status juga masih
rendah sebesar 56,67%, kebutuhan akan pengakuan atau dihargai juga masih
rendah sebesar 60,00% dan kebutuhan akan rasa aman dalam kategori yang paling
motivasi sebagai variabel moderasi pada karyawan RSU Royal Prima Medan
sebagai berikut:
diharapkan
karyawan,
12. Karyawan bagian administrasi juga kurang bersahabat kepada pasien dan
keluarga,
C. Batasan Masalah
maka penelitian ini dibatasi hanya pada variabel Tekanan pekerjaan, Komitmen
D. Rumusan Masalah
pentingnya pemberian motivasi bagi karyawan RSU Royal Prima Medan untuk
Prima Medan?
14
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Peneliti,
Indonesia Medan,
Manusia terkait peningkatan Kinerja karyawan pada RSU Royal Prima Medan
4. Peneliti selanjutnya,
Sebagai bahan referensi dalam mengkaji masalah yang akan diteliti mengenai
variabel selanjutnya.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja karyawan sebagai suatu hasil olah
pikir dan tenaga dari seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
dapat berujud, dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil
olah pikiran dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan
suatu persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya serta kuantitas, kualitas dan waktu
yang digunakan dalam menjalankan tugas1. Kinerja adalah hasil dari suatu peroses
yang mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan
1
Sutrisno Edy. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke tujuh. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Hal. 42
16
17
mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam
Defenisi kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau
kelompok orang sesuai dengan wewenang atau tanggung jawab masing- masing
prestasi kerja karyawan. Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil
perilaku kerja, dan hasil kerja seseorang tenaga kerja atau karyawan (pekerja dan
2
Edison Emron. dkk. 2016 Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta. Hal. 41
3
Stepen P. Robbins. 2016. Prilaku Organisasi. Jakarta: Kelompok Gramedia. Hal. 124
4
Pabundu Tika. 2014. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Karyawan. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal. 121
5
Riniwati Harsuko. 2016. Manajemen Sumber Daya Mnusia Aktivitas Utama dan Pengembangan
SDM). Malang: UB Press. Hal. 77
6
Handoko. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 34
7
Munandar. 2016. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Hal. 287
18
pikir dan tenaga dari seorang karyawan terhadap pekerjaan, kesediaan karyawan
yang menjadi tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan selama
periode tertentu.
8
Gaffar Hulaifah. 2012. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar. Skripsi Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin
9
Mangkunegara A.A. Prabu. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Hal. 38
19
karakteristik karyawan dengan kinerja yang baik meliputi: rorientasi pada prestasi
yang didukung percaya diri dan pengendalian diri, adanyta kompetensi, persisten,
memiliki tanggung jawab pribadi yang tingg, keberanian dalam mengambil dan
menanggung resiko yang ada, memiliki tujuan yang realistis dan rencana kerja
dicapai seorang karyawan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam waktu
20
tertentu didukung dengan indikasi yang digunakan untuk mengukur. Menurut ahli
10
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Edisi Ke-5. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 85
11
Mathis Robert L dan John H. Jackson. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 1, Alih
Bahasa: Jimmy Sadeli dan Bayu. Prawira Hie. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 378.
12
Sudarmanto. 2015. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. edisi tiga. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal. 74.
21
Untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima indikator yang
a. Kualitas kerja, diukur dari prestasi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
b. Kuantitas, merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c. Ketepatan Waktu, merupakan tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain
d. Efektivitas, merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang, teknologi dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan
hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian, merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Tingkatan pemahaman
seseorang dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan
tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
dalam penelitian ini adalah 1). Kuantitas, merupakan jumlah yang dihasilkan
dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, 2). Kualitas, adalah ketaatan dalam
pekerjaan yang disyaratkan, 4). Kehadiran, adalah keyakinan akan masuk kerja
setiap hari dan sesuai dengan jam kerja dan 5). Kemampuan bekerja sama yaitu
13
Stepen P. Robbins. 2016. Op,Cit.. hal. 124.
22
beratnya persaingan serta tuntutan hidup dan tuntutan kerja yang semakin besar
dan yang terus semakin meningkat dapat mengakibatkan tekanan kerja. Tekanan
itu bersifat positif atau negatif tergantung pada tingkat toleransi individu yang
bersangkutan. Orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap situasi yang dari
Tekanan pekerjaan adalah keadaan yang menekan diri dan jiwa seseorang
diluar batas kemampuannya, sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi
maka ini akan berdampak pada kesehatannya. 15 Tekanan bekerja sebagai suatu
perasaan gemuruh dan hilangnya daya. Tekanan kerja adalah suatu kondisi
14
Luthans Fred & Jonathan P. Doh. 2014. Manajemen Internasional: Budaya, Strategi, dan
Perilaku. Edisi Ke-8. Buku Ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 138
15
Fahmi Irham. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Alfabeta. Hal. 32
23
lingkungan.16
individu-individu yang melaksanakan pekerjaan itu. Tekanan dalam hal ini adalah
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi
seseorang. Apakah ketegangan itu bersifat positif atau negatif tergantung pada
Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap situasi yang dari
luar nampaknya menyebabkan tuntutan fisik dan psikologis yang sama. Beberapa
individu menanggapi secara positif sebagai motivasi dan tanggung jawab yang
negatif, malahan mencari jalan keluar lain seperti alkoholik dan menggunakan
menyebabkan tekanan.
pekerjaan adalah suatu keadaan yang menekan diri dan jiwa di luar batas
dan hilangnya daya yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis
dengan segera dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang
16
Veithzal Rivai. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 64
24
dalam menghadapi lingkungan dan bila dibiarkan tanpa ada solusi akan
atau tidak itu susah, tetapi dengan mempelajari dan mengetahui gejala-gejala
mengalami tekanan atau tidak. Tekanan emosi atau ketegangan yang dialami
seseorang dan abstrak gejalanya, oleh para ahli dikelompokan menjadi tiga
kategori yaitu:17
karna karyawan yang mengalami tekanan tersebut akan lebih waspada dalam
ketidakpuasan kerja dari karyawan tersebut karena karyawan tersebut akan merasa
17
Marihot Tua Efendi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grafindo. Hal. 36
25
tegang, tidak tenang saat bekerja, sehingga kalau tekanan ini berlangsung dengan
cukup lama maka bisa saja akan menimbulkan penurunan motivasi dari pekerja
3. Dampak Tekanan
menjadi stres kerja. Tekanan dalam suatu pekerjaan dapat memberikan dampak
positif maupun negatif. Dampak positif yang muncul, yaitu dapat memacu
karyawan untuk berprestasi, disisi lain tekanan juga berdampak negatif, baik bagi
individu yang terkena tekanan maupun bagi organisasinya. Hal tersebut senada
Adanya tekanan kerja tidak dengan sendirinya menyiarkan kinerja yang lebih
rendah. Bukti menunjukan bahwa tekanan dapat berpengaruh secara positif atau
negatif bagi kinerja karyawan. Bagi banyak orang tingkat tekanan yang rendah
sampai sedang, memungkinkan mereka melakukan pekerjaannya dengan lebih
baik, dengan meningkatkan kewaspadaan, kemampuan bereaksi, tetapi jika
tingkat tekanannya tinggi atau bahkan tingkat sedang namun berkepanjangan,
akhir-akhirnya kinerja akan merosot.
Lebih lanjut beberapa dampak negatif yang timbul dari tekanan, baik
18
Stepen P. Robbins. 2016. Op.Cit., Hal. 206
26
19
Agoes Sukrisno. 2017. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 55
20
Ibid., Hal. 40-41
27
6) Konflik kerja
Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah-
masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi. Konflik kerja
ini dibedakan menjadi konflik dalam diri individu. Konflik antar individu.
7) Perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan dalam kerja.
Perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan yang mengalami tekanan
dalam kerja ini meliputi penyelesaian selisih faham yang terjadi dengan
atasan, ketidak cocokan sistem kerja yang diberikan, dan kenyamanan dengan
gaya kepemimpinan atasan.
dalam penelitian ini adalah 1) Waktu yang mendesak, 2) Gaji atau upah yang
organisasi yang ada dan tertanam dalam diri karyawan tersebut. Karyawan dengan
karyawan.
tujuan. Perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk
pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu.23
sejati organisasi. 24
21
Khaerul Umam. 2012. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 258.
22
Ibid. 259.
23
Kharis Indra. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Karyawan
Bank Jatim Cabang Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)Vol. 3 No. 1 Maret 2015.
Universitas Brawijaya Malang. Hal. 14
24
Moorhead G dan Griffin R.W. 2014. Perilaku Organisasi. Terjemahan D. Angelica. Jakarta:
Salemba Empat. Hal. 134
25
Putu Ni Ayu Krisnawati, dan I Wayan Suartana. 2017. Pengaruh Kompetensi Karyawan,
Motivasi Kerja, Komitmen Organisasi, Kemampuan Teknik Personal Terhadap Kinerja
Sistem Informasi Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.21.3.
Desember (2017): p.2539-2566,ISSN: 2302-8556. Hal. 13
26
Adolfina. 2014. Analisis KeterkaitanAntara Kepuasan Kerja, Dan Komitmen Organisasi
Dengan Kinerja Individu. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September. Hal.864-871.
29
dengan keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan
nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi dan
tingkat sampai sejauh mana karyawan itu tetap ingin menjadi anggota organisasi.
bagi perusahaan. Berikut ini adalah manfaat komitmen organisasi bagi organisasi
atau perusahaan:27
27
Wibowo. 2017. Op.Cit., Hal. 54
30
bagian tetap organisasi, memberikan yang terbaik dan senantiasa menjaga nama
1. Kemauan Karyawan
Kemauan karyawan adalah rasa peduli atau bersedianya seorang karyawan
dalam memegang komitmen dalam sebuah organisasi. Kemauan karyawan itu
timbul bisa dilatar belakangi seperti rasa cinta mereka terhadap organisasi,
teman sepekerjaan ataupun faktor lain yang mendukung karyawan tersebut
untuk berkomitmen dalam organisasi.
2. Kesetiaan Karyawan
Kesetiaan karyawan terhadap tempat mereka bekeja merupakan suatu hal yang
sangat diinginkan oleh pihak perusahaan, dikarenakan dengan memiliki rasa
setia pada setiap diri para karyawannya akan menimbulkan sikap loyalitas dan
pastinya akan terus memegang komitmen dalam organisasi tersebut sekalipun
mereka telah ditawarkan di perusahaan lain.
3. Kebanggan karyawan pada organisasi
Rasa bangga pada suatu organisasi merupakan tujuan dalam berorganisasi
karena rasa bangga yang timbul berawal dari rasa cinta dan setia kepada
organisasi serta didukung dengan sikap tanggung jawab terhadap apa yang
dikerjakan dan perlahan-lahan proses itu mencapai suatu keberhasilan dan rasa
bangga akan timbul dalam organisasi tersebut.
28
Julistia M. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasional Pada Kinerja
Karyawan Bagian Toko. Jurnal Manajemen Bisnis. 2015. Hal. 138-144
29
Kharis Indra. Op. Cit., Hal. 14
31
Kesetiaan karyawan terhadap tempat mereka bekeja merupakan suatu hal yang
sangat diinginkan oleh pihak perusahaan dan 3) Rasa bangga pada suatu
menyenangi pekerjaan itu sehingga pada akhirnya akan tumbuh kesadaran dari
adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka dapat imbalan yang setimpal dari
dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima”. 31 Kepuasan kerja
30
Sutrisno Edy. 2015. Op. Cit.. Hal. 68
31
Robbin & Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta. Salemba Empat
32
sikap kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasaan kerja
adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang bersal dari penialian
pekerajaan atau pengalaman kerja seorang33. Kepuasaan kerja adalah hasil dari
yang dinilai penting.34 Kepuasaan kerja sebagai penilaian atau cerminan dari
perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif
kerjanya35
penilaian atau cerminan, seberapa baik pekerjaan memberikan hal yang dinilai
penting, yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif, dan evaluatif dan
keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
32
Badriyah Mila. 2015. Manajemen Sumber daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia
33
Luthans Fred. 2016. Perilaku Organisasi. Edisi 12, Terjemahan Vivian A Yuwono. Yogyakarta:
Andi Offset. Hal. 243
34
Kaswan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi.
Jakarta: Graha Ilmu. Hal. 61
35
Husain Umar. 2015. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Hal. 78
33
yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada
beberapa orang yang lain. Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan
orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja, pada
dasarnya teori-teori tentang kepuasan kerja, lazim dikenal ada tiga teori yaitu:36
36
Rivai Veithzal. Op.Cit., Hal. 79
34
Selanjutnya ahli lain menyatakan bahwa ada lima aspek dalam kepuasan
kerja, yaitu:37
a. Pekerjaan itu sendiri. Aspek ini mengacu bagaimana suatu pekerjaan memiliki
daya tarik untuk dikerjakan dan diselesaikan. Pekerjaan tersebut juga bisa
dijadikan sebagai kesempatan untuk belajar dan mengemban tanggungjawab.
b. Pengawas (supervisi). Aspek ini menunjukkan sejauh mana kemampuan
penyelia dalam menunjukkan kepedulian pada karyawan seperti memberikan
bantuan teknis dan dukungan perilaku.
c. Rekan kerja. Sumber kepuasan kerja yang paling sederhana ialah memiliki
rekan kerja yang kooperatif. Rekan kerja maupun tim kerja yang
menyenangkan dan mendukung akan membuat pekerjaan menjadi efektif.
d. Kesempatan promosi. Berkaitan dengan kesempatan karyawan untuk lebih
maju dalam organisasi. Promosi atas dasar senioritas akan memberikan
kepuasan berbeda bila dibandingkan promosi atas dasar kinerja.
e. Gaji merupakan imbalan yang diperoleh berdasarkan hasil/ usaha kerja yang
dilakukan. Gaji digunakan karyawan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya termasuk sandang, pengan, dan papan. Kebutuhan hidup yang
tercukupi akan dapat memberikan kepuasan dalam diri karyawan.
merupakan suatu beban yang harus dikerjakan. Keadaan terbebani seperti kondisi
pekerjaaan yang dikerjakan tidak memberikan hasil yang maksimal, sesuai dengan
harapan dan tujuan dari perusahaan. Indikator bagi perusahaan yang memilki
37
Schermerhorn. 2015. Organizational Behaviour. Hoboken: John Wiley and Son. diterjemahkan
oleh M. Purnama Putranta dan Surya Dharma. Perilau Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat Pp. 228
38
Widodo Suparno Eko. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal. 73
35
berikut:39
dalam penelitian ini adalah 1). Kepuasan dengan gaji, 2). Kepuasan dengan
2.1.5 Motivasi
1. Pengertian Motivasi
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan
kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau daya penggerak. Motivasi
Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang atau
aktifitas dengan keikhlasan, senang hati dan sungguh-sungguh sehingga hasil dari
Selanjuntya motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan
imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif
atau negatif.43
organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian
41
Fahmi Irham. Op. Cit. 2017. Hal. 57
42
Afandi P. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan Indikator). Riau: Zanafa
Publishing. Hal. 23
43
Winardi. 2016. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
37
dorongan yang membuat seorang karyawan itu mampu dan rela untuk
Suatu faktor yang mendorong seseoang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu,
oleh karena itu motivasi sering kali diartikan sebagai faktor pendorong perilaku
seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu
faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Faktor pendorong dari seseorang untuk
melakukan suatu akivitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta
keinginan orang tersebut. Kebutuhan dan keinginan seseorang berbeda dengan
kebutuhan dan keinginan orang lain. Perbedaan kebutuhan dan keinginan
seseorang itu terjadi karena proses mental yang terjadi dalam diri orang tersebut.
Proses mental itu merupakan pembentukan persepsi pada diri orang yang
bersangkutan dan proses pembentukan persepsi diri pada hakikatnya merupakan
proses belajar seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya dari
lingkungan yang ada di sekitarnya”.
44
Siagian Sondang. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 138
45
Mathis Robert L dan John H. Jackson, 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 1, Alih
Bahasa: Jimmy Sadeli dan Bayu. Prawira Hie. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 89
46
Hamali Arif Yusuf. 2018. Pemahaman Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Buku Seru. Hal.
133
47
Griffin Jill. 2016. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan.
Alih Bahasa Dwi Kartini Yahya. Jakarta: Erlangga. Hal. 44
38
akan berperilaku sesuai dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari
perilaku.48
motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang atau individual
atau berbagai usaha karena terinspirasi, faktor yang mendorong seseoang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu yang akan dilakukan manusia untuk dapat
dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu mengubah tingkah laku
individu untuk menuju pada hal yang lebih baik. Motivasi mempersoalkan
adalah:49
48
Ibid., hal. 45
49
Hasibuan Malayu. S.P. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.62
39
karyawan dalam suatu perusahaan. Motivasi kerja dapat memacu karyawan untuk
kinerja para karyawan dengan memberikan teknik-teknik motivasi yang tepat dan
50
Kadarisman. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rajawali Pers.
Hal. 294
51
Sofyandi dan Garniwa. 2015. Perilaku Organisasional. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hal. 37
40
1) Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari
kematian.
2) Kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama
terpenuhi yaitu keselamatan dan keamanan diri.
3) Kebutuhan hubungan sosial.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain.
4) Kebutuhan penghargaan.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan
serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
5) Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan luar biasa.
aktualisasi diri.
52
Sutrisno Edy. Op. cit.. Hal. 74
41
faktor yang mempengaruhi yaitu tekanan pekerjaan, komitmen organisasi dan job
satisfaction yang dimoderasi motivasi kerja berkaitan erat dan mendasari adanya
atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau
Tekanan Pekerjaan H1
(X1)
H3
Job Satisfaction H4
(X3) H5
H6
Motivasi Kerja
(Z)
2.5. Hipotesis
Medan.
Kontribusi karyawan pada organisasi akan menjadi penting jika dilakukan dengan
53
Notoatmodjo Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 68
45
tindakan efektif dan berperilaku secara benar. Kinerja yang lebih tinggi
lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada seorang
karyawan dalam suatu organisasi. Kinerja ialah prestasi yang dicapai oleh
Tekanan dalam kerja penting dilakukan kepada karyawan karena hal ini
akan membantu melatih kecepatan dan karyawan agar berprestasi tetapi dapat
berperan sebagai salah atau yang merusak kinerja. Secara sederhana hal ini berarti
pelaksanaan kerja, bila tidak ada tekanan maka tantangan kerja juga tidak ada dan
kinerja cenderung rendah. Tekanan kerja yang tidak teratasi pasti berpengaruh
terhadap kinerja. Pada tingkat tertentu tekanan kerja itu perlu, apabila tidak ada
tekanan dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan
akibat bahwa kinerja akan menjadi rendah55. Sebaliknya dengan adanya tekanan
berprestasi tinggi dan dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
haruslah dikaitkan dengan apakah tekanan kerja tersebut masih dalam keadaan
wajar. 56
54
Sandy Martha dan Muhammad. 2015. “Karakteristik Pekerjaan dan Kinerja Dosen Luar Biasa
UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Moderating”. Tesis di Universitas Widayatama Bandung. Hal. 11
55
Sedarmayanti. 2018. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV.Mandar
Maju. Hal. 118
56
Ibid. hal. 119
46
karyawan dengan nilai probabilitas (sig) 0,023 < 0,05 dan nilai koefisien
determinasi (Rsquare) 0,453 atau 45,30% bahwa variabel tekanan kerja berpengaruh
faktor lain di luar penelitian. Selanjutnya hasil penelitian Yuliana Yamin (2020),
hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
Medan.
berprestasi dan etos kerja keras, dan tidak kalah pentingnya adalah mempunyai
komitmen kuat pada organisasi. Oleh karena itu, diharapkan sumber daya manusia
57
Aliska Ramdayani (2017). Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (studi kasus
pada BRI Syariah Kota Palopo). Skripsi. Program Studi Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Untitled.pdf
(iainpalopo.ac.id)
58
Yuliana Yamin. (2020). Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV.
Sentosa Di Bandar Lampung. EKOMBIS Sains. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 5
Nomor 02 Desember 2020. E-ISSN: 2502-1708; P-ISSN: 2527-4198
47
sasaran yang menjadi beban tugasnya. Kinerja dipandang sebagai suatu proses
yang diinginkan. Kinerja yang baik dapat tercapai pada saat karyawan dalam
kondisi yang baik pula. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
dan terlibat dengan organisasinya dan atau tidak ingin meninggalkannya 60 Komitmen
psikologis: (1) Komitmen yang kuat untuk tetap menjadi karyawan organisasi
dimana ia bekerja, (2) Keinginan untuk bekerja keras demi organisasinya dan (3)
organisasi. 61
59
Prawirosentono Suyadi dan Primasari, Dewi. 2017. Manajemen Sumber Daya Manausia Kinerja
dan Motivasi Karyawan Membangun Organisasi Kompetitif Era Perdagangan Bebas
Dunia. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Hal. 11.
60
Wibowo. 2017. Op.Cit., Hal. 85
61
Evelio Antonnio de Sousa, “Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Komitmen
Organisasional Serta Dampaknya Pada Kualitas Layanan (Studi pada Rumah Sakit Referral
Maubessi, Timor Leste)”, 2017, hal 2621-2622
62
Eddy M. Sutanto (2015). Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan Karakteristik Individual. Bisma Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 9, No. 1
Januari 2015 Hal. 56 - 70
48
kinerja karyawan adalah sebesar 37,90%, sementara itu sisanya, yaitu 62,10%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Nilai Adjusted RSquare sebesar 0,351. hal
ini berarti 35,1% variabel komitmen organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Sedangkan sisanya 64,9% dijelaskan oleh variabel lain
di luar model.
Medan.
tersebut mampu menghasilkan hasil kerja yang sama atau melebihi dari standar
karyawan dikatakan tidak memiliki kinerja apabila hasil kerja kurang dari standar
atau kriteria yang telah ditetapkan bersama. Karyawan akan mampu memberi
peran terhadap organisasinya karena didorong oleh adanya rasa kepuasan kerja
terkait dengan gaji yang sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya, menerima
Kinerja bisa dikatakan sebagai hasil dari proses kerja yang sudah dilewati
dan menjadi gambaran bagaimana proses kerja yang dilakukan, bila proses kerja
sesuai standar atau aturan kerja yang sudah dilakukan maka kinerja atau hasil
kerja akan sesuai target. Kinerja yang tidak sesuai dengan target dapat menjadi
proses kerja.
pekerjaan. Hal ini berarti bahwa kinerja pegawai dalam sebuah organisasi
ditentukan oleh sikap dan perilaku pegawai terhadap pekerjaannya dan orientasi
pekerjaan dalam situasi pekerjaan, kepuasan kerja berkaitan dengan sikap pekerja
atas pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan aspek
64
Pasolong, Harbani. 2016. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Hal. 178
65
Sinambela Lijan Poltak. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakakarta: Bumi Aksara.
Hal. 302
50
kinerja karyawan dan Kepuasan kerja juga ditemukan berpengaruh secara positif
organisasional.
koefisien determinansi (R2 ) yang diperoleh dari pengolahan data adalah sebesar
0,500 yang artinya konstribusi atau sumbangan pengaruh kepuasan kerja mandor
(X) terhadap variasi naik turunnya kinerja mandor PT.Rafi Kemajaya Abadi
adalah sebesar 50,0% (0,500 x 100%), sedangkan sisanya yang sebesar 50,0%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari penelitian ini. Nilai F hitung dan F tabel
tersebut, maka dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (70,980 >
3,98) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
66
Dian Kristianto (2011) Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan
Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi pada RSUD Tugurejo
Semarang) JURNAL BISNIS STRATEGI l Vol. 20 No. 2 Desember 2011
67
Candra Irawan (2021) Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Rafi
Kemajaya Abadi. Jurnal Manajemen MOTIVASI. Hal. 13
51
Tekanan kerja memiliki dua pengaruh yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Dampak positif dari rendahnya tingkat stres adalah pada pekerjaan dalam
karyawan, sedangkan dampak negatif dari tingkat stres yang lebih tinggi adalah
penurunan kinerja karyawan. Oleh karena itu, pada dasarnya mungkin untuk
mengelola tekanan kerja secara tepat dan menjadi penggerak (motivator) kerja. 68
telah ditentukan oeh instansi kepada karyawan sesuai dengan job, yang diberikan
Tentunya ketika karyawan lebih termotivasi untuk bekerja maka akan berdampak
baik bagi perusahaan, namun jika karyawan kurang termotivasi pasti akan
68
Zainal, V. R., Ramly, H. M., Mutis, T., & Arafah, W. 2019. Manajemen sumber daya manusia
untuk perusahaan dari teori ke praktik. Hal. 36
69
Kartono. 2017. Personality, Employe Engagement, Emotional Intellegence, Job Burnout
Pendekatan Dalam Melihat Turnover Intention. Yogyakarta: Deepublish,
70
Larasati, S. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Deepublish. Hal. 37
71
Ibid., hal. 42
52
sebesar 38,569 dan nilai ttabel sebesar 2,020 dengan nilai sig < 0,05 sehingga ada
pengaruh yang positif dan signifikan antara tekanan kerja terhadap kinerja
karyawan yang dimoderasi oleh motivasi kerja pada CV. Trimulya. Hasil R 2
sebesar 0,974, artinya ada pengaruh tekanan kerja terhadap kinerja karyawan
kinerja.
72
Alma H. Buchari. 2018. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta.
Hal. 46
73
Usnawati. (2019). Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. Trimulya Di
Bandar Lampung. Jurnal Manajemen Mandiri Saburai Vol. 03, No.04, 2019
74
Siti Komara (2020) Tekanan Pekerjaan Berdampak Pada Motivasi Dan Kinerja Karyawan.
/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Januari 2020, 1(1), 23- 36. Available online at
http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
53
yang diharapkan.75 Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu. Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat
kinerja karyawan dan Kepuasan kerja juga ditemukan berpengaruh secara positif
organisasional.
75
Mulyadi. 2017.Sistem Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 337
76
Simanjuntak Payaman.. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Depok: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia.
77
Dian Kristianto (2011) Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan
Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi pada RSUD Tugurejo
Semarang) JURNAL BISNIS STRATEGI l Vol. 20 No. 2 Desember 2011
54
bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,575 yang berarti korelasi yang
dihasilkan cukup kuat, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,331 yang berarti
motivasi, dan interaksi antara kepuasan kerja dengan motivasi sebesar 33,1%. Ada
signifikan terhadap kinerja karyawan (Sig. < 0,05) dengan nilai kontribusi sebesar
positif antara motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja
karyawan (Sig. < 0,05). Namun hasil sebaliknya ditunjukkan oleh komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi sebesar 0,847 yang
jauh diatas 0,05. Selain itu, dari uji ANOVA atau F test didapat nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang menyatakan variabel komitmen organisasi, motivasi kerja, dan
terhadap Kinerja karyawan dengan nilai kontribusi sebesar 30,6%. Dari hasil
penelitian ini, kepuasan kerja diketahui memiliki pengaruh yang paling besar
78
Hartiwi Prabowo (2013) Peran Motivasi Kerja Dalam Memoderasi Pengaruh Kepuasan Kerja
Karyawan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero)
Binus Business Review Vol. 4 No. 1 Mei 2013: 331-348
55
kerjanya. Pekerja dengan kepuasan kerja yang tinggi mengalami perasaan positif
ketika dia berfikir tentang tugas dia atau mengambil bagian dalam aktivitas tugas.
situasi dan kondisi kerja, tangapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif)
atau tidak puas (negatif). Bila secara emosional puas berarti kepuasan kerja
tercapai dan sebaliknya bila tidak maka berarti karyawan tidak puas, kepuasan
yang dia harapan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang
dalam bahasa inggris adalah perfomance, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan
79
Sopiah & Sangadji, Elta Mamang. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
Terjemahan Prabantini, Edisi pertama. Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 170
80
Abdullah, M. 2014. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan. Yogyakarta : Penerbit Aswaja
Pressindo
56
koefisien korelasi (R) sebesar 0,575 yang berarti korelasi yang dihasilkan cukup
kuat, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,331 yang berarti variabel kinerja
interaksi antara kepuasan kerja dengan motivasi sebesar 33,1%. Ada pengaruh
terhadap kinerja karyawan (Sig. < 0,05) dengan nilai kontribusi sebesar 4,5%,
positif antara motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja
karyawan (Sig. < 0,05). Namun hasil sebaliknya ditunjukkan oleh komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi sebesar 0,847 yang
jauh diatas 0,05. Selain itu, dari uji ANOVA atau F test didapat nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang menyatakan variabel komitmen organisasi, motivasi kerja, dan
terhadap Kinerja karyawan dengan nilai kontribusi sebesar 30,6%. Dari hasil
penelitian ini, kepuasan kerja diketahui memiliki pengaruh yang paling besar
81
Hartiwi Prabowo (2013) Peran Motivasi Kerja Dalam Memoderasi Pengaruh Kepuasan Kerja
Karyawan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero)
Binus Business Review Vol. 4 No. 1 Mei 2013: 331-348
57
perhitungan uji t (t-test) diketahui nilai t variabel insentif sebesar 2,086 dengan
signifikansi (sig) sebesar 0,041. Oleh karena sig sebesar 0,041 <0,05, maka
inferensi yang diambil adalah menerima H1, yang artinya kepuasan kerja
70–2 = 68 adalah sebesar 2,00, sehingga t-hitung sebesar (0,708) < t-tabel
(2,00), sehingga inferensi yang diambil adalah pengaruh kepuasan kerja terhadap
variabel kinerja karyawan bersifat langsung, dalam arti tidak dintervening oleh
sebesar 2,00, sehingga t-hitung sebesar (2,208) > t-tabel (2,00), sehingga
memoderasi.
82
Widya Ariska Sudrajat (2016) Diponegoro Journal Of Management Volume 5, Nomor3,
Tahun 2016, Halaman 1-9. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr. ISSN(Online):
2337-3792
58
BAB III
METODE PENELITIAN
yang beralamat di Jalan Ayahanda No.68A, Sei Putih Tengah, Kec. Medan
bulan terhitung dari bulan Maret hingga Juni 2022, dengan rencana jadwal
berikut:
59
60
3.2.1 Populasi
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan 83. Populasi
dapat dimaknai sebagai seluruh kelompok orang (manusia), kejadian, atau hal-hal
penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap baik karyawan medis maupun
karyawan non medis yang bekerja di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan
sebanyak 692 orang yang terdiri dari pegawai non medis sebanyak 301 orang,
3.2.2 Sampel
sama dengan populasi. 85 Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang
adalah sebagian dari populasi atau yang mewakili populasi yang telah diketahui.87
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
83
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 4
84
Sekaran & Bougie, 2016. Research Methods for Businesss: A Skill Building Approach. Seventh
Edition. United States of America: Wiley. p.243
85
Arikunto Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal. 112
86
Ibid, hal. 122
87
Sekaran Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan
Pengembangan-Keahlian. Edisi 6, Buku 2. Jakarta Selatan: Salemba Empat. Hal. 123
61
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. 88
Mempertimbangkan jumlah populasi lebih dari 100 orang maka untuk mendapat
𝑁
𝑛=
1 + (𝑁. 𝑒 2 )
dimana:
n = Ukuran sampel
N = Popolasi
sampai yang masih dapat ditolerir dalam penelitian ini adalah 10% (0,10)
Dengan demikian jumlah responden yang akan diteliti dalam penelitian ini
sebanyak 87 orang.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
88
Arikunto Suharsimi. Op.Cit., Hal. 112
89
Sugiyono. Op.Cit., Hal. 152
62
salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan
karyawan serta motivasi sebagai variabel moderating pada RSU Royal Prima
Medan.
90
Ibid., Hal. 154
91
Ibid. Hal. 155
63
ini adalah karyawan Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan, dengan
juga memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini
penelitian tentang suatu variabel yang diteliti. 92 Jenis kuisioner yang digunakan
karyawan RSU Royal Prima Medan pada masing-masing unit kerja langsung ke
pertanyaan tertutup..
Skala yang digunakan adalah skala interval, pada skala ini dicirikan pula
oleh jarak antar interval bernilai sama tetapi tidak memilki nilai nol yang
sesungguhnya. Nilai nol yang terdapat pada skala ini hanya menunjukan
kemungkinan yang dapat dicapai. Tipe skala pengukurannya melalui skala likert
yang telah disediakan. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. 93 Dengan
skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-
92
Azuar Juliandi dan Irfan. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis.
Bandung: Cipta Pustaka
93
Sinulingga Sukaria. 2014. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Hal. 73
94
Ibid., Hal. 74
95
Sugiyono. Op.Cit., Hal. 152
65
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan
dalam bentuk angka.96 Data Kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-
kata atau verbal. Cara memperoleh data kualitatif dapat di lakukan melalui
wawancara. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran
obyek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan karyawan, keadaan ruangan,
karyawan.
b. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara
informasi yang di dapatkan dalam bentuk angka. Dalam bentuk angka ini maka
juga di analisis dengan sistem statistik. Dalam hal ini data kuantitatif yang
96
Sugiyono. Op.Cit. Hal. 149
97
Ibid., Hal. 150.
66
1) Data Primer
Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara
maupun kelompok. Jadi data yang di dapatkan secara langsung. Data primer
observasi. Metode survey ialah metode yang pengumpulan data primer yang
kepada para karyawan Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan untuk
terhadap aktivitas dan kejadian tertentu yang terjadi. Jadi penulis datang ke
aktivitas yang terjadi pada karyawan tersebut untuk mendapatkan data atau
informasi yang sesuai dengan apa yang di lihat dan sesuai dengan
kenyataannya.
2) Data Sekunder
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (di peroleh atau dicatat
67
oleh pihak lain). Data sekunder itu berupa bukti,catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip atau data dokumenter. Penulis mendapatkan
data sekunder ini dengan cara melakukan permohonan izin yang bertujuan
Rumah Sakit Umum dan buku yang di gunakan untuk pencatatan transaksi
setiap harinya.
independen adalah Tekanan pekerjaan (X1), Komitmen organisasi (X2) dan Job
Satisfaction (X3) dan variabel moderat adalah Motivasi (Z). Adapun definisi
hasil olah pikir dan tenaga dari seorang karyawan terhadap pekerjaan, kesediaan
dengan yang menjadi tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan
menekan diri dan jiwa di luar batas kemampuan, beban, konflik, keletihan
yang digunakan untuk mengukur tekanan pekerjaan dalam penelitian ini yaitu:
yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk
bekerja demi organisasi dan tingkat sampai sejauh mana karyawan itu tetap
memberikan hal yang dinilai penting, yang meliputi reaksi atau sikap kognitif,
afektif, dan evaluatif dan keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang
merupkan keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang atau individual atau
melakukan suatu aktivitas tertentu yang akan dilakukan manusia untuk dapat
1) Kebutuhan fisiologis,
2) Kebutuhan rasa aman,
3) Kebutuhan hubungan sosial,
4) Kebutuhan penghargaan dan
5) Kebutuhan aktualisasi diri
70
Analisis data yang digunakan pada penilitian ini dengan metode Structural
telah lolos uji. Metode SEM dibantu dengan aplikasi software Lisrel 8.80 yang
akhir dari penelitian ini. Namun, jenis variabel juga menentukan konstruk apa
Berdasarkan teori dari metode SEM, jenis variabel yang digunakan pada
penelitian ini terdiri, jenis variabel endogen dan jenis variabel eksogen. Variabel
pada metode SEM tahapan pertama (first order construct), pengolahan data
dilakukan dengan model pengukuran (measurement model), yaitu uji validitas dan
72
mempengaruhi indikator atau first order. Tahapan ini adalah lanjutan dari data
yang telah lolos uji yang masing-masing diambil 3 (tiga) peringkat tertinggi dari
variabel first order, yang kemudian diolah kembali dengan model pengukuran
(measurement model) yaitu dengan uji goodness of fit sehingga didapatkan hasil
a. Uji Validitas
diukur”.98. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Kriteria atau syarat suatu item
dinyatakan valid adalah “bila korelasi tiap faktor tersebut bernilai positif dan
besarnya 0,60 ke atas.99 Hasil pengolahan data yang dilakukan tidak ada data
yang missing (tidak dikenal) sehingga data merupakan data akurat, dapat
a. Jika rhitung positif atau r hitung > r table, maka pertanyaan tersebut valid.
b. Jika rhitung positif atau r hitung < r table, maka pertanyaan tersebut tidak valid.
98
Ibid., Hal. 174
99
Ibid., Hal. 174
73
b. Uji Reliabilitas
pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara
konsisten dari waktu ke waktu, uji reliabilitas adalah cara untuk mengetahui
dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar
a. Jika r alpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel.
b. Jika r alpha positif atau lebih kecil dari rtabel maka dinyatakan tidak reliabel.
a. Uji Normalitas
100
Ghozali. 2018. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP. Hal. 164
101
Ibid., Hal. 165
102
Ibid. Hal. 161
74
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
b. Uji Multikolinearitas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.103 Model regresi yang baik
mengetahui akankah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum
> 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10.0. 104.
103
Ibid., Hal. 66
104
Ibid., Hal. 67
75
c. Uji Heteroskedastisitas
heteroskedastisitas, dalam penelitian ini digunakan grafik plot antara nilai prediksi
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel
dependen (terikat) dengan residualnya. Apabila grafik yang ditunjukan dengan
titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi
heteroskedastisitas dan apabila polanya acak serta tersebar, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.106. Selanjutnya deteksi adanya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat kurva heteroskedastisitas atau diagram pencar (chart),
dengan dasar pemikiran yaitu:107
a) Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang
beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi
heteroskedostisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik dibawah atau
diatas 0 ada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
(MRA). MRA merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, dimana
tujuan dari MRA adalah untuk menerangkan akibat pengaruh variabel sebagai
105
Ibid., Hal. 145
106
Ibid., Hal. 164
107
Ibid., Hal. 166
76
yang di moderasi oleh variabel lain. Moderated Regretion Analysis (MRA) atau
uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam
satisfaction terhadap variabel kinerja karyawan Rumah Sakit Umum Royal Prima
dimana :
Y = Kinerja karyawan
a = Konstanta
b1,2, = Koefisien regresi
X1 = Tekanan pekerjaan
X1 = Komitmen Organisasiona
X2 = Job Satisfaction
e = Standard error
sendiri pengaruh variabel bebas (X) berupa Tekanan pekerjaan (X1), Komitmen
Organisasional (X2) dan Job Satisfaction (X3) Terhadap Kinerja karyawan (Y)
pada RSU Royal Prima Medan. Jika kita menggunakan analisis Regresi Linear,
maka untuk pengujian dua arah, dan menggunakan signifikan sebesar 5% maka
besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.109 Dalam penelitian ini,
dan Job Satisfaction (X3), terhadap variabel terikat yaitu Kinerja karyawan (Y)
pada Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan. Koefisien determinasi berkisar
antara nol sampai dengan satu (0 < R² < 1). Jika R² semakin besar (mendekati
satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas berupa Tekanan
terhadap variabel terikat yaitu Kinerja karyawan (Y) pada Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan adalah besar. Sebaliknya, jika R² semakin kecil (mendekati
nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas berupa Tekanan
terhadap variabel terikat yaitu Kinerja karyawan (Y) pada Rumah Sakit Umum
dikembangkan oleh uji sobel (sobel test). Uji sobel digunakan untuk mengetahui
dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji
Sobel110. Uji sobel dilakukan untuk menguji pengaruh tidak langsung variabel X
ke Y melalui M. 111
Dalam penelitian iniu Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan
melalui variabel Moderating (M), dimana pada penelitian ini adalah pengaruh
job satisfaction terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Royal Prima
Keterangan:
Sa = Standar error koefisien a
Sb = Standar error koefisien b
b = Koefisien variabel mediasi
a = Koefisien variabel bebas
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu
110
Ghozali. Op.Cit., Hal. 178
111
Ghozali. Op.Cit., Hal. 178
79
𝑎𝑏
t=
𝑆𝑎𝑏
Nilai thitung dibandingkan dengan nilai nilai t tabel, jika nilai thitung > nilai ttabel
besar dari 1,96 (standar nilai z mutlak) maka terjadi pengaruh mediasi. Uji Sobel
memerlukan jumlah sampel yang besar, jika sampelnya kecil, pengujian Sobel ini
112
Herlina. E & Darna, N., 2018. Implementasi rumus sobel pada web dengan topik regresi linier
menggunakan variabel intervening. Jurnal Algoritma Logika Dan Komputasi 1 (1), hal.
19-24.
113
Ghozali, 2018. Op.Cit., Hal. 178
80
DAFTAR PUSTAKA
80
81
Veithzal Rivai. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 64
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Edisi Ke-5. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 54
Widodo Suparno Eko. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 73
Winardi, 2016. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa.
Zainal, V. R., Ramly, H. M., Mutis, T., & Arafah, W. 2019. Manajemen sumber
daya manusia untuk perusahaan dari teori ke praktik. Hal. 36