Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

“KERIPIK PISANG”

Disusun Oleh:

DWI FEBRIANA

1711020167

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keripik pisang adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan
digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan. Buah pisang yang akan dibuat
menjadi keripik dipilih yang matang, dipilih jenis pisang olahan seperti pisang Kepok,
Tanduk, Nangka, Kapas dan jenis pisang olahan lainnya. Manfaat pengolahan pisang
menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan memperpanjang
kemanfaatan buah pisang, selain itu keripik pisang juga memiliki nilai gizi yang cukup
tinggi sehingga baik untuk dijadikan camilan.

Di karangnanas industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak dikembangkan


dalam bentuk usaha kecil, salah satunya usaha kecil yang berkembang di desa Karangnanas
adalah usaha kecil “ keripik pisang” milik ibu Maryati. Industri ini berawal dari ibu Maryati
yang ingin membantu suaminya untuk kebutuhan sehari-harinya, dan kemudian ibu Maryati
membuat keripik pisang karena permintaan tetangga dan penjual di warung-warung kecil
yang cukup banyak sehingga membuat Ibu Maryati tertarik untuk membuat sebuah industri
kecil yaitu Keripik pisang dengan harga relatif murah bagi semua kalangan masyarakat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor bahaya, kemungkinan penyakit, dan kebersihan sanitasi


di usaha “Keripik Pisang”.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bahaya fisik di usaha “Keripik Pisang”.
b. Untuk mengetahui bahaya biologi di usaha “Keripik Pisang”.
c. Untuk mengetahui bahaya kimia di usaha “Keripik Pisang”.
d. Untuk mengetahui bahaya psikologi di usaha “Keripik Pisang”.
e. Untuk mengetahui bahaya ergonomi di usaha “Keripik Pisang”.

BAB II
HASIL AUDIT

A. Faktor Bahaya
1. Hazards Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar (Darisa, 2012).

a. Kebisingan

Kebisingan merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi kenyamanan

dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik, sedangkan

operator (karyawan yang mengoperasikan peralatan pabrik) merupakan komponen

lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan

(Sasongko, 2000).

Dari hasil kunjungan wawancara kepada pekerja, tidak ada kebisingan karna

pemotongannya masih menggunakan alat manual.

b. Pencahayaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan

adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan

ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan


Berdasarkan hasil kunjungan untuk pencahyaan di usaha “Keripik

Pisang”kurang karena hanya terdapat ventilasi dan pencahayaan mengandalkan

lampu.

c. Getaran

Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear (atas – bawah), maju

mundur, kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu

titik. Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan antar bagian

mesin atau putaran mesin (Anna, 2013).

Dari hasil kunjungan di usaha “Keripik Pisang”tidak terdapat getaran – getaran

mesin yang menggangu.

d. Radiasi

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel

atau gelombang. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara

perambatan energi dari sumber energi ke lingkungan tanpa membutuhkan medium

(Abidin, 2008).

Berdasarkan hasil kunjungan tidak terdapat sumber radiasi di usaha “Keripik

Pisang”

e. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan

udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja

sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011).


Dari hasil kunjungan sumber ventilasi di usaha “Keripik Pisang”dapat

dikatakan kurang dan saat berada di dalam ruangan suhunya cukup panas karena

ventilasi yang kurang.

2. Hazards Biologi

Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor mahkluk

hidup biasanya hazards biologi berada di lingkungan yang tidak bersih,kotor, dll (Arif,

2011).

Berdasarkan hasil kunjungan usaha “Keripik Pisang”dapat dikatakan kotor

terdapat pada debu karena area kerja yang jarang dibersihkan, dan di lingkungan kerja

yang kurang bersih.

3. Hazards Kimia

Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk

padat, cair, maupun gas (Arif, 2011).

Berdasarkan hasil kunjungan wawancara usaha “Keripik Pisang”tidak terdapat

bahaya kimia.

4. Hazards Psikologi

Merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang ada di

tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada dilingkungan

kerja dimana kemudian dapat membuat seseorang mengalami stress hingga efek-efek

buruk lainnya dari stress (Darisa, 2012).


Dari hasil kunjungan wawancara terhadap pekerja, tidak terdapat tekanan dalam

pekerjaan seperti tertekan target produksi.

5. Hazards Ergonomi

Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain kerja (job,

task, environtment) dengan kapasitas tubuh pekerja sehingga menimbulkan rasa tidak

nyaman di tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot, tulang dan sendi, dll (Dariasa, 2012).

Dari hasil kunjungan saya, sikap tenaga kerja di usaha “Keripik Pisang”posisi

duduk dan pekerja sering mengalami pegal – pegal dan kadang kesemutan.

B. Kemungkinan Penyakit Akibat Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1998.Penyakit akibat kerja

adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dalam

pekerjaan, yang umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang diakui. Beberapa faktor

penyebab penyakit akibat kerja, antara lain:

1. Faktor Fisik

- Suara bising mengakibatkan ketulian.

- Pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan kelainan mata.

2. Faktor Kimia

- Debu dapat menyebabkan pneumoconiosis(penyakit saluran pernapasan yang

disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-

paru).

3. Faktor Biologi

- Misalkan bibit penyakit antraks atau brucella (penyakit yang disebarkan dari hewan

ke manusia).
4. Faktor Psikologi

- Hubungan kerja atau hubungan industrial dapat menyebabkan deprsi atau penyakit

psikosomatis.

5. Faktor Ergonomi

- Sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang

menimbulkan kelelahan fisik.

C. Kebersihan dan Sanitasi Industri

Hygiene lingkungan kerja merupakan ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian

pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stres yang muncul di tempat

kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau

menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungannya Hygiene

lingkungan kerja yaitu menerapkan teknologi di lingkungan kerja, sehingga paparan zat

berbahaya baik kimia, fisika, biologik atau ergonomik bisa diperkecil atau diminimalkan.

Sanitasi tempat kerja merupakan usaha dari kesehatan masyarakat yang ditujukan pada

masyarakat pekerja. Sanitasi tempat kerja sama halnya dengan sanitasi lingkungan

perumahan untuk memenuhi kebutuhan pokok pekerja..

1. Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Keripik pisang yaitu pisang

Ambon nangka, garem, minyak. secara umum sudah ditangani dengan baik sesuai

dengan standar sanitasi dan hygiene. Menurut Lobura (2010), bahan baku merupakan

faktor penting dalam menentukan produk akhir karena mutu produk akhir ditentukan

pula oleh mutu bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang masuk kebagian produksi

diteliti mutunya.
2. Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan

Ditinjau dari segi sanitasnya, bahan-bahan tambahan dalam produk keripik pisang

tersebut sudah cukup baik.

3. Sanitasi dan Hygiene Air

Air yang digunakan usaha “Keripik Pisang”sudah cukup bagus dan sesuai standar.

Hal tersebut dikarenakan air yang berasal dari pompa cukup memenuhi standar air

untuk minum atau juga pengolahan bahan pangan. Purnawijayanti (2001) berpendapat

bahwa syarat air yang digunakan dalam pengolahan makanan antara lain bebas dari

bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi, bersih dan jernih, tidak

berwarna dan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi.

4. Sanitasi dan Hygiene Pekerja

Pada unit usaha pengolahan “Keripik Pisang”ini dikerjakan oleh 2 orang tenaga

kerja.Ditinjau dari sanitasi dan hygiene pekerja nampaknya masih kurang

memperhatikan kebersihan terhadap produk yang ditangani.Dari pengamatan tidak ada

pekerja yang menggunakan baju khusus atau celemek untuk bekerja saat pembuatan

Kripik pisang.

Hal ini disebabkan pengolahan keripik pisang ini dilakukan secara sederhana dan

tradisional sehingga mereka menganggap lebih praktis menggunakan baju yang dipakai

sehari- hari. Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan kontak langsung dengan

bahan baku sangat penting, sebagian pekerja ada yang mencuci tangan sebelum

menyentuh bahan baku dan sebagian pekerja tidak mencuci tangan.

Dari hasil wawancara ada pekerja yang sudah mengetahui pentingnya mencuci

tangan sedangkan ada juga yang kurang memperhatikan pentingnya mencuci tangan
sebelum bekerja karena beranggapan tangan mereka tidak terkontaminasi atau sudah

mencuci tangan.Kondisi tempat yang sempit dan suasana yang panas menyebabkan

pekerja banyak mengeluarkan keringat sehingga kemungkinan besar produk

terkontaminasi oleh kotoran yang berasal dari pekerja. Dari pengamatan ada pekerja

yang menggunakan sarung tangan kain akan tetapi sarung tangan tersebut terlihat kotor

dan sering dipakai berulang, sehingga menyebabkan kontaminasi silang pada proses

pengolahan keripik pisang.

5. Sanitasi dan Hygiene Ruang Pengolahan dan Lingkungan

Sanitasi udara pada ruang produksi pembuatan keripik pisang cukup memenuhi

syarat. Ditinjau dari sirkulasi udara di dalam ruang produksi kurang lancar. Hal ini

dikarenakan ventilasi di dalam ruang produksi kurang sehingga udara didalam tidak

dapat cepat berganti namun terhindar dari debu dan kotoran dari luar ruangan.

Sementara sanitasi bangunan dan lantai ruang produksi serta efektivitas bangunan

kurang baik.Dinding bangunan sudah terbuat dari tembok.Lantainya sebagian belum

dikeramik. Berdasarkan pengamatan Letak lokasi usaha “Keripik Pisang”, berada dekat

dari perkampungan penduduk, lingkungan sudah cukup bersih, dan berada pada daerah

yang dekat dengan jalan raya.

6. Sanitasi dan Hygiene Produk Akhir

Pada produk akhir pengolahan keripik pisang sanitasi dan hygienitas produk

dirasa cukup.Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perlakuan akhir produksi dan

pengemasan yang terencana.Setelah pengolahan keripik pisang selesai kemudian di

kemas dengan plastik secara rapi.


BAB III

ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN

Beberapa masalah dari usaha “ Keripik Pisang “yaitu :

1. Pencahayaan

Pencahayaan yang kurang, sangat berbahaya untuk pekerja karena alat yang dapat

menyebabkan luka pada pekerja dan pencahayaan yang kurang dapat merusak mata pekerja.

Solusi dari masalah tersebut sebaiknya ruangan yang diberi lampu.

2. Debu

Debu merupakan salah satu masalah yang terdapat di tempat industri ini karena debu dengan

partikel kecil dapat menyebabkan mudah terbang dan terbawa angin. Hal ini bisa saja debu

menempel pada keripik pisang.

3. Jam kerja terlalu panjang

Jam kerja pada tempat industri ini yaitu dimulai dari jam 07.00 pagi sampai jam 15.00 sore.

Meskipun terdapat istirahat dijam 12 samapai 12.30 tetapi para pekerja mengeluh kelelahan.

Pekerjaan ini tetap mereka kerjakan karena kebutuhan hidup. Solusi bagi masalah ini yaiut

menambah jam istirahat yaitu dari jam 12 sampai jam 13.00 sehingga pekerja memiliki

istirahat yang lebih dan untuk menjalankan ibadah mereka.

4. Ergonomi
Posisi kerja yang selalu duduk dan sesekali berdiri.Posisi tersebut dapat menyebabkan

mereka kurang nyaman dalam bekerja. Hal ini dapat juga menyebabkan rematik dan

kekakuan sendi kaki. Kelelahan pada sikap duduk biasanya disebabkan karena tidak adanya

sandaran punggung. Solusi dari masalah ini yaitu menaikkan tinggi meja dan kursi hingga

posisi kaki senyaman mungkin.

BAB IV

KESIMPULAN

Keselamatan kerja merupakan salah satu cara untuk melingdungi pekerja dari potensi

bahaya yang berakibat celaka. Keselamatan kerja ada hubungannya dengan tenaga kerja,

peralatan kerja, lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi dan sosial) yang harus diperhatikan saat

bekerja, agar kondisi aman dan nyaman dirasakan pekerja di tempat kerja.

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan karena menyangkut

usaha dan pekerjanya.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z, Tjiptono TW, Dahlan I, 2008.Hubungan Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan Dosis Radiasi pada Pekerja Reaktor Kartini.Seminar ;15:67–76.

Anna Okta P.N.S.A.2013. Hubungan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Umum Pada
Pekerja Gerinda Bagian Welding 2 P.T. Inka (Persero) Madiun. Universitas Negeri
Sebelas Maret, Skripsi.

Arif Muhammad, 2011. Faktor Lingkungan Kerja Kimia Biologi. Prodi Kesehatan Masyarakat
Peminatan K3. Universitas Esa Unggul.

Darisa, A. 2012.Identifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard
Identification Risk Assessment Control (HIRAC) di PT. Campina Ice Cream Industry
Surabaya.[Skripsi]. Surabaya: Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peraturan Menteri Kesehatan (MENKES) Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002.Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 (PER.13/MEN/X/2011).

Qoni Mulia Sagita, dkk. 2017. Analisis Higiene Dan Sanitasi Lingkungan Kerja Pada Pekerja
Rumahan Industri Sepatu Di Kabupaten Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal)Volume 5, Nomor 5. (ISSN: 2356-3346).

Sasongko D.P, A. Hadiarto, Sudharto P Hadi, Nasio A.H, A. Subagyo. 2000. Kebisingan
Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang.
Triana Izzati dan Y. Denny Ardyanto W, Analisis Tingkat Kelelahan Subyektif Berdasarkan
Sikap Kerja.The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 3
September-Desember: 291–299.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai