“KERIPIK PISANG”
Disusun Oleh:
DWI FEBRIANA
1711020167
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keripik pisang adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan
digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan. Buah pisang yang akan dibuat
menjadi keripik dipilih yang matang, dipilih jenis pisang olahan seperti pisang Kepok,
Tanduk, Nangka, Kapas dan jenis pisang olahan lainnya. Manfaat pengolahan pisang
menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan memperpanjang
kemanfaatan buah pisang, selain itu keripik pisang juga memiliki nilai gizi yang cukup
tinggi sehingga baik untuk dijadikan camilan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bahaya fisik di usaha “Keripik Pisang”.
b. Untuk mengetahui bahaya biologi di usaha “Keripik Pisang”.
c. Untuk mengetahui bahaya kimia di usaha “Keripik Pisang”.
d. Untuk mengetahui bahaya psikologi di usaha “Keripik Pisang”.
e. Untuk mengetahui bahaya ergonomi di usaha “Keripik Pisang”.
BAB II
HASIL AUDIT
A. Faktor Bahaya
1. Hazards Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
a. Kebisingan
dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik, sedangkan
(Sasongko, 2000).
Dari hasil kunjungan wawancara kepada pekerja, tidak ada kebisingan karna
b. Pencahayaan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan
lampu.
c. Getaran
Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear (atas – bawah), maju
mundur, kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu
titik. Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan antar bagian
d. Radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel
atau gelombang. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara
(Abidin, 2008).
Pisang”
e. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
dikatakan kurang dan saat berada di dalam ruangan suhunya cukup panas karena
2. Hazards Biologi
Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor mahkluk
hidup biasanya hazards biologi berada di lingkungan yang tidak bersih,kotor, dll (Arif,
2011).
terdapat pada debu karena area kerja yang jarang dibersihkan, dan di lingkungan kerja
3. Hazards Kimia
Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk
bahaya kimia.
4. Hazards Psikologi
Merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang ada di
tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada dilingkungan
kerja dimana kemudian dapat membuat seseorang mengalami stress hingga efek-efek
5. Hazards Ergonomi
Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain kerja (job,
nyaman di tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot, tulang dan sendi, dll (Dariasa, 2012).
Dari hasil kunjungan saya, sikap tenaga kerja di usaha “Keripik Pisang”posisi
duduk dan pekerja sering mengalami pegal – pegal dan kadang kesemutan.
adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dalam
pekerjaan, yang umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang diakui. Beberapa faktor
1. Faktor Fisik
2. Faktor Kimia
disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-
paru).
3. Faktor Biologi
- Misalkan bibit penyakit antraks atau brucella (penyakit yang disebarkan dari hewan
ke manusia).
4. Faktor Psikologi
- Hubungan kerja atau hubungan industrial dapat menyebabkan deprsi atau penyakit
psikosomatis.
5. Faktor Ergonomi
- Sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang
Hygiene lingkungan kerja merupakan ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian
pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stres yang muncul di tempat
kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
lingkungan kerja yaitu menerapkan teknologi di lingkungan kerja, sehingga paparan zat
berbahaya baik kimia, fisika, biologik atau ergonomik bisa diperkecil atau diminimalkan.
Sanitasi tempat kerja merupakan usaha dari kesehatan masyarakat yang ditujukan pada
masyarakat pekerja. Sanitasi tempat kerja sama halnya dengan sanitasi lingkungan
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Keripik pisang yaitu pisang
Ambon nangka, garem, minyak. secara umum sudah ditangani dengan baik sesuai
dengan standar sanitasi dan hygiene. Menurut Lobura (2010), bahan baku merupakan
faktor penting dalam menentukan produk akhir karena mutu produk akhir ditentukan
pula oleh mutu bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang masuk kebagian produksi
diteliti mutunya.
2. Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan
Ditinjau dari segi sanitasnya, bahan-bahan tambahan dalam produk keripik pisang
Air yang digunakan usaha “Keripik Pisang”sudah cukup bagus dan sesuai standar.
Hal tersebut dikarenakan air yang berasal dari pompa cukup memenuhi standar air
untuk minum atau juga pengolahan bahan pangan. Purnawijayanti (2001) berpendapat
bahwa syarat air yang digunakan dalam pengolahan makanan antara lain bebas dari
bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi, bersih dan jernih, tidak
Pada unit usaha pengolahan “Keripik Pisang”ini dikerjakan oleh 2 orang tenaga
pekerja yang menggunakan baju khusus atau celemek untuk bekerja saat pembuatan
Kripik pisang.
Hal ini disebabkan pengolahan keripik pisang ini dilakukan secara sederhana dan
tradisional sehingga mereka menganggap lebih praktis menggunakan baju yang dipakai
sehari- hari. Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan kontak langsung dengan
bahan baku sangat penting, sebagian pekerja ada yang mencuci tangan sebelum
Dari hasil wawancara ada pekerja yang sudah mengetahui pentingnya mencuci
tangan sedangkan ada juga yang kurang memperhatikan pentingnya mencuci tangan
sebelum bekerja karena beranggapan tangan mereka tidak terkontaminasi atau sudah
mencuci tangan.Kondisi tempat yang sempit dan suasana yang panas menyebabkan
terkontaminasi oleh kotoran yang berasal dari pekerja. Dari pengamatan ada pekerja
yang menggunakan sarung tangan kain akan tetapi sarung tangan tersebut terlihat kotor
dan sering dipakai berulang, sehingga menyebabkan kontaminasi silang pada proses
Sanitasi udara pada ruang produksi pembuatan keripik pisang cukup memenuhi
syarat. Ditinjau dari sirkulasi udara di dalam ruang produksi kurang lancar. Hal ini
dikarenakan ventilasi di dalam ruang produksi kurang sehingga udara didalam tidak
dapat cepat berganti namun terhindar dari debu dan kotoran dari luar ruangan.
Sementara sanitasi bangunan dan lantai ruang produksi serta efektivitas bangunan
dikeramik. Berdasarkan pengamatan Letak lokasi usaha “Keripik Pisang”, berada dekat
dari perkampungan penduduk, lingkungan sudah cukup bersih, dan berada pada daerah
Pada produk akhir pengolahan keripik pisang sanitasi dan hygienitas produk
dirasa cukup.Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perlakuan akhir produksi dan
1. Pencahayaan
Pencahayaan yang kurang, sangat berbahaya untuk pekerja karena alat yang dapat
menyebabkan luka pada pekerja dan pencahayaan yang kurang dapat merusak mata pekerja.
2. Debu
Debu merupakan salah satu masalah yang terdapat di tempat industri ini karena debu dengan
partikel kecil dapat menyebabkan mudah terbang dan terbawa angin. Hal ini bisa saja debu
Jam kerja pada tempat industri ini yaitu dimulai dari jam 07.00 pagi sampai jam 15.00 sore.
Meskipun terdapat istirahat dijam 12 samapai 12.30 tetapi para pekerja mengeluh kelelahan.
Pekerjaan ini tetap mereka kerjakan karena kebutuhan hidup. Solusi bagi masalah ini yaiut
menambah jam istirahat yaitu dari jam 12 sampai jam 13.00 sehingga pekerja memiliki
4. Ergonomi
Posisi kerja yang selalu duduk dan sesekali berdiri.Posisi tersebut dapat menyebabkan
mereka kurang nyaman dalam bekerja. Hal ini dapat juga menyebabkan rematik dan
kekakuan sendi kaki. Kelelahan pada sikap duduk biasanya disebabkan karena tidak adanya
sandaran punggung. Solusi dari masalah ini yaitu menaikkan tinggi meja dan kursi hingga
BAB IV
KESIMPULAN
Keselamatan kerja merupakan salah satu cara untuk melingdungi pekerja dari potensi
bahaya yang berakibat celaka. Keselamatan kerja ada hubungannya dengan tenaga kerja,
peralatan kerja, lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi dan sosial) yang harus diperhatikan saat
bekerja, agar kondisi aman dan nyaman dirasakan pekerja di tempat kerja.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan karena menyangkut
Abidin Z, Tjiptono TW, Dahlan I, 2008.Hubungan Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan Dosis Radiasi pada Pekerja Reaktor Kartini.Seminar ;15:67–76.
Anna Okta P.N.S.A.2013. Hubungan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Umum Pada
Pekerja Gerinda Bagian Welding 2 P.T. Inka (Persero) Madiun. Universitas Negeri
Sebelas Maret, Skripsi.
Arif Muhammad, 2011. Faktor Lingkungan Kerja Kimia Biologi. Prodi Kesehatan Masyarakat
Peminatan K3. Universitas Esa Unggul.
Darisa, A. 2012.Identifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard
Identification Risk Assessment Control (HIRAC) di PT. Campina Ice Cream Industry
Surabaya.[Skripsi]. Surabaya: Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Qoni Mulia Sagita, dkk. 2017. Analisis Higiene Dan Sanitasi Lingkungan Kerja Pada Pekerja
Rumahan Industri Sepatu Di Kabupaten Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal)Volume 5, Nomor 5. (ISSN: 2356-3346).
Sasongko D.P, A. Hadiarto, Sudharto P Hadi, Nasio A.H, A. Subagyo. 2000. Kebisingan
Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang.
Triana Izzati dan Y. Denny Ardyanto W, Analisis Tingkat Kelelahan Subyektif Berdasarkan
Sikap Kerja.The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 3
September-Desember: 291–299.
DOKUMENTASI