NPP : 29.1215
Kelas/Absen : A1/20
IPDN/STPDN. Tentu saja hal tersebut tidaklah salah. Pamong praja dilihat dari
sejarahnya yang dikutip dari buku “Pangreh Praja dalam Perspektip Sejarah” pada
bagian Humas Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dimulai dari zaman kolonial
yang disebut Pangreh Praja. Pada saat itu pangreh praja menjadi alat pemerintah
menghilangkan citra negatif maka nama pangreh praja diubah menjadi pamong praja.
(mbombong), serta harus bekerja dengan prinsip tanpa pamrih (rame ing gawe sepi ing
pamrih).
Pamong Praja berasal dari kata “Pamong” berasal dari bahasa Jawa “among”
membimbing atau orang yang mendidik. Serta kata “Praja” berasal dari bahasa Jawa
kuno yang diartikan kerajaan atau negara atau pemerintah. Jadi kata Pamong Praja
memiliki arti orang yang mengasuh, membimbing mengurus serta menjalankan suatu
Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur berdasarkan
Presiden Soekarno dan saat itu, hampir di tiap provinsi terdapat APDN. Di era
Agustus 1992 berdasarkan Kepres No. 42 Tahun 1992 dilebur dan diganti namanya
menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Pada era reformasi
memiliki visi & misi untuk mendidik dan mencetak kader pamong yang memiliki
pemerintahan umum itu dilaksanakan oleh seorang pejabat yang dikenal sebagai
pamongpraj arnakadewasa ini tugas-tugas itu dilaksanakan oleh para kepala wilayah
yang merupakan pejabat pemerintah pusat yang berada di daerah yang melaksanakan
Tahun 1965 ditentukan secara tegas tugas-tugas yang tidak diserahkan kepada daerah
pusat.
tentu memiliki visi sesuai dengan yang dijalankan oleh Kementerian Dalam Negeri. Visi
keberdayaan masyarakat yang partisipatif dengan didukung sumber daya aparatur yang
tersebut pamongpraja memiliki peran sebagai aparatur yang professional salah satunya
dalam mewujudkan sistem politik yang demokratis. Kaitannya dalam system politik,
seorang Pamong praja memang tidak dapat terlibat dalam politik secara langsung
namun pamong praja dapat ikut terlibat dalam mewujudkan sistem politik Indonesia
dengan memberikan Pendidikan politik, sosialisasi politik yang baik sehingga adanya
masyarakat yang partisipatif dalam politik serta pembangunan NKRI sebagai negara
yang demokratis.
Tidak hanya secara formal saat bertugas seorang pamong praja harus dapat
mewujudkan sistem politik yang demokratis, namun juga saat menjadi masyarakat.
Seorang pamong praja harus menjadi contoh dalam kegiatan politik seperti misalnya
ikut dalam proses pemilihan umum sehingga dapat menjadi tauladan serta perangsang