Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Made Asthi Hendrawan Satria Wibawa

NPP : 29.1215

Kelas/Absen : A1/20

Mata Kuliah : Partisipasi Politik

STATUS DAN PERAN PAMONG PRAJA DALAM PARTISIPASI POLITIK

Mendengar istilah pamong praja, biasanya yang terlintas dipikiran masyarakat

adalah Satpol PP mungkin sebagian lainnya terlintas mengenai pemerintah ataupun

IPDN/STPDN. Tentu saja hal tersebut tidaklah salah. Pamong praja dilihat dari

sejarahnya yang dikutip dari buku “Pangreh Praja dalam Perspektip Sejarah” pada

bagian Humas Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dimulai dari zaman kolonial

yang disebut Pangreh Praja. Pada saat itu pangreh praja menjadi alat pemerintah

kolonial untuk menindas masyarakat dan mengeksploitasi kekayaan Nusantara.

Setelah kemerdekaan, pangreh praja tetap menjalankan tugas-tugas

pemerintahan yang berbeda yaitu bekerja untuk kepentingan Indonesia. Untuk

menghilangkan citra negatif maka nama pangreh praja diubah menjadi pamong praja.

Perbedaan keduanya Pangreh Praja bersifat mengendalikan dan memperdaya rakyat

sedangkan Pamong Praja bersifat mengayomi (ngemong), membimbing, membina,

mengarahkan, menuntut (momong), memberdayakan, memberi semangat atau motivasi

(mbombong), serta harus bekerja dengan prinsip tanpa pamrih (rame ing gawe sepi ing

pamrih).
Pamong Praja berasal dari kata “Pamong” berasal dari bahasa Jawa “among”

atau “emong” yang artinya adalah mengasuh atau membimbing atau mendidik. Pamong

atau pengamong atau pengemong artinya orang yang mengasuh atau orang yang

membimbing atau orang yang mendidik. Serta kata “Praja” berasal dari bahasa Jawa

kuno yang diartikan kerajaan atau negara atau pemerintah. Jadi kata Pamong Praja

memiliki arti orang yang mengasuh, membimbing mengurus serta menjalankan suatu

pemerintahan atau negara.

Untuk mencetak kader-kader pemerintah yang memiliki sifat kepamongprajaan

maka dibentuk Lembaga Pendidikan kepamongprajaan yaitu Akademi Pemerintahan

Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur berdasarkan

SK Mendagri No.Pend. 1/20/565 tanggal 24 September 1956 dan diresmikan oleh

Presiden Soekarno dan saat itu, hampir di tiap provinsi terdapat APDN. Di era

pemerintahan mantan Presiden Soeharto, semua institusi pendidikan tersebut pada 14

Agustus 1992 berdasarkan Kepres No. 42 Tahun 1992 dilebur dan diganti namanya

menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Pada era reformasi

STPDN berubah namanya menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). IPDN

berlokasi di Lembah Manglayang Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. IPDN

memiliki visi & misi untuk mendidik dan mencetak kader pamong yang memiliki

kecerdasan, keterampilan, kepribadian, dan ketakwaan serta berwawasan kebangsaan.

Keberadaan pamongpraja tidak lepas dengan tugas-tugas pemerintahan

umum, yakni pengawasan, pembinaan dan koordinasi.Jika dahulu tugastugas

pemerintahan umum itu dilaksanakan oleh seorang pejabat yang dikenal sebagai

pamongpraj arnakadewasa ini tugas-tugas itu dilaksanakan oleh para kepala wilayah
yang merupakan pejabat pemerintah pusat yang berada di daerah yang melaksanakan

tugas-tugas berdasarkan azas dekonsentrasi. Namun, jika menelusuri UU No. 18

Tahun 1965 ditentukan secara tegas tugas-tugas yang tidak diserahkan kepada daerah

dan dijadikan tugas pokok dari pamongpraja, yaiit sebagai berikut:

1. Memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisionil di daerahnya, dengan

mengindahkan wewenang-wewenang yang ada pada pejabat pejabat yang

bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menyelenggarakan koordinasi antara jawatan-jawatan pemerintah pusat di

daerah dan antara jawatan tersebut dengan pemerintah daerah.

3. Melakukan pengawasan atas jalannya pemerintah daerah.

4. Menjalankan tugas-tugas lain yang diserahkan kepadanya oleh pemerintah

pusat.

Peran pamong praja dalam partisipas politik

Pamong praja sebagai aparatur pemerintahan yang dicetak melalui Lembaga

Pendidikan Kepamongprajaan yang berada dalam lingkup kementerian dalam negeri

tentu memiliki visi sesuai dengan yang dijalankan oleh Kementerian Dalam Negeri. Visi

Kementerian Dalam Negeri adalah: "terwujudnya sistem politik yang demokratis,

pemerintahan yang desentraslistik, pembangunan daerah yang berkelanjutan, serta

keberdayaan masyarakat yang partisipatif dengan didukung sumber daya aparatur yang

profesional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia". Berdasarkan visi

tersebut pamongpraja memiliki peran sebagai aparatur yang professional salah satunya

dalam mewujudkan sistem politik yang demokratis. Kaitannya dalam system politik,
seorang Pamong praja memang tidak dapat terlibat dalam politik secara langsung

namun pamong praja dapat ikut terlibat dalam mewujudkan sistem politik Indonesia

yang demokratis. Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi politik masyarakat

dengan memberikan Pendidikan politik, sosialisasi politik yang baik sehingga adanya

masyarakat yang partisipatif dalam politik serta pembangunan NKRI sebagai negara

yang demokratis.

Tidak hanya secara formal saat bertugas seorang pamong praja harus dapat

mewujudkan sistem politik yang demokratis, namun juga saat menjadi masyarakat.

Seorang pamong praja harus menjadi contoh dalam kegiatan politik seperti misalnya

berdiskusi politik dengan sesama masyarakat sambil menyisipkan Pendidikan politik,

ikut dalam proses pemilihan umum sehingga dapat menjadi tauladan serta perangsang

dalam masyarakat untuk meningkatkan partisipasi politik masyarkat.

Anda mungkin juga menyukai