Geopolitik,
Geostrategi,
Geoekonomi
Editor:
Juniawan Priyono, S.Si., M.Si (Han) dan
Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D.
Unhan Press
Bogor
Geopolitik, Geostrategi, Geoekonomi
Editor: Juniawan Priyono, S.Si., M.Si (Han)
Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D.
Hak Cipta © J. Priyono & P. Yusgiantoro, 2017
Diterbitkan oleh:
Universitas Pertahanan (Unhan Press)
Kawasan IPSC, Desa Tangkil, Sentul, Bogor,
Jawa Barat
Telp. (021) 87951555, 87954555
Fax. (021) 87953757
ii
Tribute to Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (1890-1949)
seorang aktivis, publisis, guru (bangsa), pejuang, anggota dewan,
gubernur, futurolog, dan pahlawan nasional yang telah menulis
gagasan besar dalam bidang geografi politik/ekonomi: Indonesia in
den Pacific. Kernproblemen van den Aziatischen Pacific (1937).
Buku ini menginspirasi penulis.
iii
iv
KATA SAMBUTAN
REKTOR UNIVERSITAS PERTAHANAN
v
Atas dasar pemikiran tersebut, kepada Tim Penulis dan
khususnya penulis utama Saudara Juniawan Priyono, S.Si., M.Si
(Han) yang merupakan Alumni dan sekarang menjadi Dosen di
Universitas Pertahanan, perkenankan saya mengucapkan apre-
siasi dan terima kasih atas ide-ide segar dan dedikasinya me-
lalui buku ini. Saya berharap karya anda tidak berhenti hanya
pada penerbitan buku ini, namun terus meneliti, berkarya, dan
berkontribusi untuk kemajuan Ilmu Pertahanan di masa men-
datang.
Mengakhiri kata sambutan ini, saya mengharapkan kepa-
da seluruh sivitas akademika, dosen, dan mahasiswa Univer-
sitas Pertahanan untuk menjadikan buku ini sebagai bacaan
penting sekaligus inspirasi dalam rangka pengembangan Tri-
dharma Perguruan Tinggi berdasarkan Visi dan Misi Universitas
Pertahanan yang dijiwai oleh semangat identitas, nasionalisme,
dan integritas. Hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita per-
sembahkan karya dan pengabdian. Teriring doa, semoga buku
ini mendatangkan manfaat positif bagi pengembangan keilmu-
an pertahanan dan kecerdasan bangsa pada umumnya.
vi
PRAKATA EDITOR
vii
memahami keilmuan geostrategi secara sempit. Geostrategi
dipahami sebagai posisi ataupun keunggulan strategis wilayah
Indonesia. Hal ini perlu diluruskan untuk menghindari kesalah-
an perujukan ilmiah. Apa yang tertulis dalam buku ini merupa-
kan hasil penelitian ilmiah dengan kaidah ilmiah sehingga hasil-
nya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, meskipun ma-
sih sebatas mengulik sisi epistemologi. Satu hal yang pasti, da-
patlah ditarik pelajaran berharga agar belajar sesuatu tidak me-
nelannya begitu saja, akan tetapi perlu dicari rujukan aslinya.
Untuk menyelesaikan penelitian skripsi dan tesisnya, pe-
nulis dipaksa elajar er agai disipli il u: geografi politik,
geografi ekonomi (baru), geopolitik, geostrategi, geoekonomi,
strategi, geografi strategi, pertahanan, geografi regional, mana-
jemen strategi, perencanaan wilayah, hubungan internasional,
ekonomi politik, ekonomi pembangunan, dan (tidak ketinggal-
an) filsafat ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk melakukan
kajian. Namun demikian, dalam Bab 1 hanya dihantarkan oleh
Juniawan dan M. Musiyam dengan satu bidang keilmuan Geo-
grafi Politik. Geostrategi, geoekonomi, dan geobudaya merupa-
kan subbidang geopolitik yang utama, sementara geopolitik
adalah subbidang geografi politik. Geografi politik merupakan
cabang dari human geography.
Pada Bab 2 diringkaskan keilmuan geopolitik dalam alur
sejarah perkembangan, kebangkitan, dan tamsilan geopolitik
baru oleh Juniawan dan Herman. Sumber yang dijadikan ru-
jukan utama adalah buku The Geopolitics Reader (1998) karya
Gearóid Ó Tuathail dan jurnal berjudul The Revival of Geo-
viii
politics (1986) karya Leslie W. Hepple. Mula diciptakan oleh
Rudolf Kjellén, geopolitik memiliki sejarah panjang pada abad
ke-20. Definisi geopolitik pun sulit ditarik karena konsep geo-
politik cenderung berubah mengikuti perubahan tatanan dunia.
Geopolitik awalnya dipahami sebagai konflik antarnegara da-
lam konteks imperialisme. Bertahun semenjak Perang Dingin,
geopolitik menggambarkan kontestasi global antara AS dan Uni
Soviet atas pengaruh politik dan penguasaan sumber daya stra-
tegis dunia. Dalam tatanan dunia baru masa kini, tamsilan
geopolitik baru memunculkan konsep geoekonomi (Edward N.
Luttwak) dan ekopolitik (Al Gore). Sementara itu, Presiden RI
ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono menginisiasi geopolitics of
cooperation yang menekankan perlunya kerja sama jangka pan-
jang berlandaskan kepentingan bersama.
Pada Bab 3, Juniawan dan Purnomo berupaya menyusun
Epistemologi Geostrategi karena secara akademis belum di-
tuliskan oleh para sarjana. Dengan meminjam kerangka pikir
Mo htar Mas oed dalam Epistemologi Ekonomi-Politik Inter-
nasional (1994), epistemologi geostrategi dituliskan secara
runtut dalam: makna dan ruang lingkup geostrategi, mengapa
diperlukan pendekatan geostrategi, sejarah perkembangan,
perkembangan intelektual yang mewarnai geostrategi, takso-
nomi teori-teori yang berkembang dalam kajian geostrategi,
pengetahuan yang telah dihasilkan oleh studi geostrategi, dan
tantangan geostrategi di masa mendatang.
Sebagai bahan kajian adalah pendapat dari para ahli
geostrategi. Merujuk Soedjono Dirdjosisworo dalam Pengantar
ix
Epistemologi dan Logika: Studi Orientasi Filsafat Ilmu Penge-
tahuan (1985), opini orang-orang yang sudah sangat terlatih
dan telah mencapai tingkat keberhasilan di bidang spesialisasi
tertentu dianggap sebagai suatu bukti yang bisa diterima. Para
spesialis ini dipandang memiliki otoritas atau kewenangan yang
dapat diandalkan karena sangat memahami dan menguasai
mata pelajaran tertentu. Mereka tidak dapat disangkal mampu
berpikir dengan cermat mengenai hal-hal yang dianggap se-
bagai bidang keahliannya sehingga pendapat dan usulnya di-
hargai serta pernyataan mereka diterima sebagai kriteria ke-
benaran.
Pencarian metode penelitian yang tepat untuk menguji
kebenaran konsepsi Ketahanan Nasional sebagai geostrategi
Indonesia mengharuskan adanya penggantian dari Analisis
Wacana Kritis menjadi deskriptif analitik hingga kemudian me-
nemukan metode kualitatif interpretif fenomenologi deduktif
yang didasari pemikiran Karl Popper. Sebuah metode penelitian
asi g dala studi geografi dan/atau ilmu pertahanan dite-
mukan dari buku Metodologi Keilmuan: Paradigma Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed (2007) karya Prof. Noeng Muhadjir. Pada
prinsipnya, analisis filsafat fenomenologi berlandaskan data
interpretif, analisis interpretif, dan kesimpulan interpretif.
Data, analisis, dan kesimpulan yang dibuat bersifat holistik dan
berdasar kebenaran esensial. Kebenaran moral fenomenologi
menjadi acceptable karena validitasnya diuji dengan triangulasi
untuk memperoleh truth-worthiness sehingga hasilnya bukan-
lah interpretif subjektif.
x
Uji falsifikasi—di mana hasilnya dituliskan oleh Juniawan,
Herman, dan Purnomo dalam Bab 4—dilakukan untuk me-
ngumpulkan bukti-bukti pada perifer mana berlaku dan tidak
berlakunya geostrategi pada konsepsi Ketahanan Nasional,
bukan untuk menolak konsepsi tersebut. Pengujian falsifikasi
Popper akan memudahkan dalam menajamkan daerah keber-
lakuan grand-theory, di mana ditemukan kawasan benar dan
salah dari grand-theory yakni geostrategi.
Ada empat hal yang menjadikan model filsafat Popper—
berbeda dengan positivis logik—digunakan yaitu: (1) teori
probabilistik tidak dipakai untuk epistemologi induktif, tetapi
untuk epistemologi deduktif; (2) bangunan silogismenya be-
rangkat dari konsep deduktif kebenaran universal sebagai pre-
mis mayor sedangkan kasus diposisikan sebagai premis minor;
(3) tidak menggunakan pisau analisis matematik objektif, tetapi
menggunakan pisau analisis fenomenologi interpretif; (4) tidak
membuat uji verifikasi seperti para ahli pada umumnya, me-
lainkan uji falsifikasi. Popper mengubah struktur epistemologi,
di mana probabilistik bukan untuk pembuktian induktif, tetapi
untuk pembuktian deduktif. Teori kebenaran semesta univer-
sal, baik universal substantif maupun universal esensial tidak
diposisikan mengikuti logika kategorik Aristoteles ataupun
logika aksiomatik Euclides, melainkan diposisikan mengikuti
logika deduktif set theory. Posisi setiap kasus—sebagai premis
minor—akan terkait pada kondisi, situasi, atau konteks kasus
terkait terhadap premis mayor untuk menetapkan kesimpulan
kebenaran probabilistiknya (lihat Muhadjir, 2007).
xi
Berdasarkan hasil pengujian bahwa konsepsi Ketahanan
Nasional di luar perifer geostrategi, meskipun ditemukan bukti
yang menunjukkan keberlakuan geostrategi. Bukti yang me-
nunjukkan ketidakberlakuan geostrategi, pertama, berbeda
dengan pendekatan kekuatan nasional, konsepsi Ketahanan
Nasional tidak memberikan penekanan pada strategi (militer).
Kedua, mengutamakan pengaturan kehidupan nasional de-
ngan mendahulukan keadaan dalam negeri untuk mencapai
Tujuan Nasional dan tidak menunjukkan perencanaan strategi,
upaya politik/diplomasi, atau upaya militer. Ketiga, motivasi
dan dorongan ke dalam untuk meningkatkan keuletan dan ke-
tangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan guna menghadapi ancaman, tidak aktif memenga-
ruhi politik-strategi. Keempat, merupakan Pola Dasar Pemba-
ngunan Nasional yang dilakukan secara berlanjut sehingga
perubahan terjadi dalam jangka waktu lama. Kelima, defensif
mengutamakan sikap konsultasi dan kerja sama dengan meng-
andalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa. Bukti yang
menunjukkan keberlakuan geostrategi yaitu merumuskan
Tujuan Nasional yakni memperkuat keamanan dan kemakmur-
an, serta mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografi
wilayah dan geopolitik.
Para peneliti, termasuk penulis, sering terlena meng-
gumuli berbagai aspek teknis pengetahuan ilmiah tanpa me-
nyadari dengan benar apa yang sebenarnya sedang dipelajari.
Hal ini menyebabkan ketimpangan dalam upaya menguasai
ilmu dengan sedalam-dalamnya. Sejalan dengan hal itu, pada
xii
Bab 5, Juniawan dan Musiyam mengurai diskursus strategi
pembangunan ekonomi sebagaimana diwacanakan oleh Bung
Sinyo Sarundajang, termasuk geostrategi atau disiplin keilmu-
an lain sehingga tidak terjadi kekeliruan penerapan atau peru-
jukan ilmiah. Bagian ini secara tersirat juga mengenalkan kem-
ali pa da ga Eko o i-Politik futurolog I do esia, “a
Ratulangi tentang konstelasi negara-negara di tepian Pasifik
yang sampai saat ini masih tetap aktual.
Strategi pembangunan ekonomi untuk mewujudkan
Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di Kawasan
Asia Pasifik lebih tepat sebagai studi geoekonomi. Bukti me-
nunjukkan, pertama, mendasarkan pada ruang lingkup dan
batas-batas pengetahuan geostrategi, kajian tersebut di luar
perifer geostrategi. Kedua, diperkuat pendapat para ahli bah-
wa kajian tersebut menunjukkan disiplin ilmu geoekonomi.
Ketiga, konten buku karya Sarundajang bisa direinterpretasi ke
dalam sepuluh elemen geoekonomi Søilen.
Pada saat mereinterpretasikan strategi pembangunan
ekonomi berbasis geostrategi Sam Ratulangi-a ya g di a a-
nakan Sarundajang menjadi konsep geoekonomi digunakan
pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach)
dengan analisis keterkaitan sistem di dalam wilayah Indonesia
dan antarwilayah (Indo-Pasifik, dunia). Pendekatan ini terma-
suk salah satu penciri studi geografi, selain pendekatan spasial
(spatial approach) dan pendekatan ekologis (ecological appro-
ach). Pendekatan kompleks wilayah mengintegrasikan pende-
katan keruangan dan pendekatan ekologis sedemikian rupa se-
xiii
hingga analisis wilayah yang dilakukan menunjukkan atau men-
cerminkan analisis yang menyatu antara analisis keruangan dan
analisis ekologis.
Buku ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
penulis untuk bisa mengakses semua referensi ilmiah terkait
dan semakin gayutnya ilmu ekonomi, politik, geografi, dan
pertahanan. Meskipun demikian, pe aria ja a a ke e-
ara dua per asalaha pe elitia dala skripsi da tesis,
telah coba dituliskan dalam buku ini dengan segala kekurang-
an/kelebihannya. Sebagai catatan, buku ini belum mengikut-
sertakan doktrin geopolitik Wawasan Nusantara agar tidak
bias; dibutuhkan penelusuran tersendiri tentang hal ini.
Akhirnya, editor mewakili tim penulis mengharapkan
masukan dari sidang pembaca demi kesempurnaan karya kecil
ini. Semoga buku ini dapat menambah khazanah keilmuan
geografi sosial dan pertahanan—khususnya geopolitik, geostra-
tegi, dan geoekonomi.
Juniawan Priyono
Purnomo Yusgiantoro
xiv
DAFTAR ISI
xv
5. Geoekonomi .................................................... 255
oleh Juniawan Priyono dan Muhammad Musiyam
Geoekonomi versus Geopolitik/Geostrategi.................... 261
Logika Geoekonomi .......................................................... 268
Studi Strategi dan Intelijen dalam Geoekonomi .............. 274
Geoekonomi Globalisasi ................................................... 278
Tren Geoekonomi ............................................................. 281
Daftar Pustaka ....................................................................... 313
xvi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
xvii
xviii
1. Geografi Politik: Suatu Pengantar
oleh Juniawan Priyono & Muhammad Musiyam
1
1. Geografi Politik
2
Priyono & Musiyam
3
1. Geografi Politik
4
Priyono & Musiyam
5
1. Geografi Politik
6
Priyono & Musiyam
7
1. Geografi Politik
8
Priyono & Musiyam
9
1. Geografi Politik
10
Priyono & Musiyam
11
1. Geografi Politik
12
Priyono & Musiyam
13
1. Geografi Politik
14
2. Geopolitik
oleh Juniawan Priyono & Herman
15
2. Geopolitik
Sejarah Geopolitik
Dua puluh tiga a ad se elu kata geopolitik di ipta-
kan, Aristoteles dalam Politics membahas banyak pertanyaan
yang dapat digolongkan sebagai geopolitik. Beberapa pan-
dangan Aristoteles tentang hal ini, sebelumnya telah diutara-
kan oleh Plato. Keduanya kelihatan meminjam dari Hippocra-
tes yang mengaitkan iklim dengan sifat fisik dan intelektual
manusia. Ia menganggap lingkungan alam dari sudut pandang
dampaknya terhadap karakter manusia dan implikasinya bagi
keperluan ekonomi dan militer negara yang ideal. Penduduk
sebuah negara ideal harus berguna; dan menurutnya ada tiga
hal yang membuat manusia bersifat baik dan berbudi luhur:
alam, kebiasaan, dan pendirian rasional (Kristof, 1960:17).
Geopolitik menjadi istilah yang banyak dipakai oleh para
penulis, pengamat, dan praktisi politik internasional. Mereka
menggunakannya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau
menganalisis isu dan masalah kebijakan luar negeri yang
spesifik. Begitu seringnya dipakai sehingga mengabaikan fakta
bahwa geopolitik sebagai metode analisa hubungan internasi-
16
Priyono & Herman
17
2. Geopolitik
18
Priyono & Herman
19
2. Geopolitik
20
Priyono & Herman
Kebangkitan Geopolitik
Pembaruan atensi pada skala global telah membangkit-
kan kembali minat para ahli geografi politik dalam geopolitik.
Terbebas dari kebuasan sebelumnya dan terkubur oleh perang
Jerman, geopolitik menjadi cabang hidup (eksis) geografi poli-
tik; menganalisis cara di mana negara berhubungan satu sama
lain membentuk kelompok-kelompok kepentingan yang ko-
heren dalam dunia yang semakin global dan mendunia (Ó
Tuathail dan Dalby, 1998:1).
Selama bertahun-tahun semenjak Perang Dingin, geopo-
litik digunakan untuk menggambarkan kontestasi global anta-
ra AS dan Uni Soviet akan pengaruh dan kontrol atas negara dan
sumber daya strategis di dunia. Mantan Sekretaris Negara AS,
Henry Kissinger, menghidupkan kembali istilah tersebut pada
tahun 1970-an, menggunakannya sebagai sinonim untuk per-
mainan adidaya politik imbangan kekuatan yang terbentang di
atas peta politik dunia (Hepple, 1986:25-26). Sekarang geopo-
litik digunakan secara bebas untuk menyebut fenomena se-
perti: sengketa perbatasan internasional, struktur keuangan
global, pola geografis hasil pemilu (Agnew, 2003:5). Geopolitik
juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam men-
dorong pemahaman sistem perdagangan bebas internasional
yang menjadi jantung ekonomi pasar global modern (Agnew
dan Corbridge, 1995 dalam Blacksell, 2006:10).
Dalam tatanan dunia baru masa kini, menurut Ó Tuathail
(1998c:2), spesifikasi hubungan pasca-Perang Dingin antara
geografi, kekuatan, dan tatanan dunia bervariasi sebagai kha-
21
2. Geopolitik
22
Priyono & Herman
23
2. Geopolitik
24
Priyono & Herman
25
2. Geopolitik
26
Priyono & Herman
27
2. Geopolitik
28
Priyono & Herman
29
2. Geopolitik
30
Priyono & Herman
31
2. Geopolitik
32
Priyono & Herman
33
2. Geopolitik
34
Priyono & Herman
35
2. Geopolitik
36
Priyono & Herman
37
2. Geopolitik
38
3. Geostrategi
oleh Juniawan Priyono & Purnomo Yusgiantoro
39
3. Geostrategi
40
Priyono & Yusgiantoro
41
3. Geostrategi
42
Priyono & Yusgiantoro
43
3. Geostrategi
44
Priyono & Yusgiantoro
45
3. Geostrategi
46
Priyono & Yusgiantoro
47
3. Geostrategi
48
Priyono & Yusgiantoro
49
3. Geostrategi
50
Priyono & Yusgiantoro
51
3. Geostrategi
Signifikansi Geostrategi
Hugh White dalam The Geo-strategic Implications of
Chi a s Gro th (2009) menuliskan bahwa geostrategi adalah
kata yang masih relatif asing, pertama kali digunakan di akhir
tahun 1930-an hingga awal 1940-an oleh para sarjana yang
berbasis di AS. Sebagian besar sarjana tersebut merupakan
pengungsi baru yang menyelamatkan diri dari ancaman Nazi
52
Priyono & Yusgiantoro
53
3. Geostrategi
54
Priyono & Yusgiantoro
55
3. Geostrategi
56
Priyono & Yusgiantoro
57
3. Geostrategi
58
Priyono & Yusgiantoro
59
3. Geostrategi
60
Priyono & Yusgiantoro
61
3. Geostrategi
Perkembangan Historik
Sejak kemunculannya, geostrategi telah mengalami per-
kembangan sebagaimana pembuat kebijakan luar negeri, ne-
garawan, pemimpin perang, analis strategi, dan akademisi telah
bersusah payah dalam mempertimbangkan dinamika peta
politik dunia. Fase perkembangan tersebut dapat diidentifikasi
dan dikelompokkan ke dalam masa pramodern dan imperialis,
masa keemasan, masa perang dingin, pascaperang dingin, dan
era abad ke-21.
62
Priyono & Yusgiantoro
63
3. Geostrategi
64
Priyono & Yusgiantoro
65
3. Geostrategi
66
Priyono & Yusgiantoro
67
3. Geostrategi
68
Priyono & Yusgiantoro
69
3. Geostrategi
70
Priyono & Yusgiantoro
71
3. Geostrategi
72
Priyono & Yusgiantoro
73
3. Geostrategi
74
Priyono & Yusgiantoro
75
3. Geostrategi
76
Priyono & Yusgiantoro
77
3. Geostrategi
78
Priyono & Yusgiantoro
79
3. Geostrategi
80
Priyono & Yusgiantoro
81
3. Geostrategi
82
Priyono & Yusgiantoro
Pasca-Perang Dingin
Berakhirnya Perang Dingin merupakan saat penting bagi
perkembangan blok perdagangan seperti Uni Eropa (UE) dan
perkembangbiakan etnis serta pergerakan regional di negara
mapan, namun menurut John Agnew dalam Geopolitics: Re-
visioning World Politics (2003) merusak kearifan konvensional
jantung imajinasi geopolitik modern. Pandangan dunia bipolar
di antara AS-Uni Soviet dan kebijakan terkait Containment yang
menyokong kebijakan luar negeri AS menjadi semakin tidak
fokus dengan dunia yang terus berubah. Dekolonisasi, bangkit-
nya nasionalisme Dunia Ketiga (dan belakangan fundamentalis-
me Islam), revolusi Kuba dan tumbuhnya gerakan revolusioner
di tempat lain, keretakan hubungan Sino-Soviet, dan banyak
lainnya; menajam ke pertumbuhan multipolaritas dan kom-
pleksitas dalam politik internasional selama akhir 1950-an dan
tahun 1960-an. Hal ini disertai pertumbuhan kekuatan militer
dan AL Soviet dengan beberapa kemampuan untuk mempro-
yeksikan diri jauh melampaui daratan Eurasia—misalnya Laksa-
mana Gorshkov de ga lue ater a y (Hepple, 1986:24).
Kekakuan penangkal nuklir ketika berhadapan dengan
permasalahan regional, menurut Hepple juga menjadi lebih
jelas; dan ancaman nuklir—secara gamblang bersandar pada
superioritas AS—menghilang di tahun 1970-an. Perubahan
politik, militer, dan strategi juga disertai dengan perubahan
ekonomi, seperti kenaikan harga energi dan munculnya OPEC,
yang juga tercermin dari menurunnya kekuatan AS secara
relatif dalam perekonomian dunia.
83
3. Geostrategi
84
Priyono & Yusgiantoro
85
3. Geostrategi
86
Priyono & Yusgiantoro
87
3. Geostrategi
88
Priyono & Yusgiantoro
89
3. Geostrategi
90
Priyono & Yusgiantoro
91
3. Geostrategi
92
Priyono & Yusgiantoro
93
3. Geostrategi
94
Priyono & Yusgiantoro
95
3. Geostrategi
Perkembangan Intelektual
Menurut Flint (2006:17), pengetahuan geopolitik adalah
pengetahuan situasional. Para teoretikus geopolitik memba-
96
Priyono & Yusgiantoro
1. Mahan: Seapower
Teoretikus pertama yang terkenal dari AS dalam bidang
strategi/geopolitik adalah Alfred Thayer Mahan (1840-1914).
Mahan adalah produk waktu dan kelas pada masanya. Sebagian
besar hidupnya dihabiskan di kompi perwira militer profesi-
onal. Lahir sebagai sulung dari enam bersaudara, putra Dennis
Hart Mahan seorang instruktur rekayasa di West Point. Ia lulus
dari Akademi AL AS di Annapolis tahun 1859, kemudian men-
jalani tugas sebentar di laut dan selanjutnya mengajar di Naval
War College yang baru didirikan. Pada tahun 1890, ia mener-
bitkan The Influence of Sea Power upon History, 1660-1783.
Sejak dipublikasikan, karya tersebut telah menjadi subjek per-
debatan ilmiah yang intens dan berkelanjutan dan tetap men-
jadi bacaan wajib bagi siapa saja yang tertarik dengan kekuatan
laut (Walters, 2000:85).
Mahan yang kemudian menjadi Presiden U.S. Naval War
College, menuliskan tentang pentingnya geografi fisik—wila-
yah luas dan kenampakan fisikal terkait dengan lautan—bagi
pengembangan kekuatan laut untuk perluasan negara (Ó Tua-
thail, 2003:4). Mahan berpendapat akan pentingnya supre-
masi kekuatan laut lebih dari kekuasaan daratan dan bahwa
keunggulan AL adalah prinsip fundamental dan basis bagi ke-
97
3. Geostrategi
98
Priyono & Yusgiantoro
99
3. Geostrategi
2. Ratzel: Lebensraum
Di antara banyak nama besar di bidang geografi politik,
ahli geografi Jerman, Friedrich Ratzel (1844-1904), yang me-
nulis Politische Geographie (1897) dan paper Laws on the Spa-
tial Growth of States (1896) meletakkan dasar-dasar konkret
dalam geografi politik. Ratzel mengembangkan teori organik
negara, yang memperlakukan negara sebagai bentuk biologis
organisme—wilayah sebagaimana tubuh—dan menganggap
bahwa negara berperilaku dan hidup sesuai hukum biologis
(Gokmen, 2010:23; Hagan, 1943:478).
Inti dari geografi politik adalah negara. Menurut Ratzel,
negara adalah sebuah fragmen umat manusia pada sejengkal
tanah. Fragmen atau pecahan umat manusia diatur dan terikat
kepada tanahnya oleh ikatan yang mengambil karakter dari
suatu organisme. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa tindakan
politik masyarakat dalam banyak cara sama seperti tingkah laku
individu. Konsepsi ini merupakan teori organik negara dan sifat
istimewanya terletak dalam hubungannya dengan wilayah; ia
lebih suka menyebutnya sebagai ruang (raum).
Negara tidak bisa ada tanpa wilayah atau ruang, yang saat
itu sangat penting dalam kehidupan politik. Melalui teori
organik sebagai tulang punggung analogi, pertumbuhan nega-
ra digambarkan lewat ekspansinya. Kerusakan dan kematian
100
Priyono & Yusgiantoro
101
3. Geostrategi
3. Mackinder: Heartland
Pada tahun 1887, Halford J. Mackinder menulis makalah
On the Scope and Methods of Geography, sebuah dokumen
klasik dalam sejarah perkembangan geografi Inggris. Dalam
makalah tersebut, ia berpendapat bahwa geografi politik yang
rasional dibangun atas dan akibat geografi fisik. Di a a-
a a, tulis ya, soal politik aka terga tu g pada hasil pe-
yelidika fisik. Fu gsi geografi politik adalah untuk melacak
interaksi antara manusia dan lingkungannya. Mackinder men-
jelaskan bahwa lingkungan itu termasuk bentuk permukaan
bumi, kondisi iklim dan cuaca, serta ada tidaknya sumber daya
alam (Sempa, 2000).
102
Priyono & Yusgiantoro
103
3. Geostrategi
104
Priyono & Yusgiantoro
105
3. Geostrategi
106
Priyono & Yusgiantoro
4. Kjellén: Geopolitics
Penjelasan atas spasialisasi sejarah dalam tradisi geo-
politik adalah agenda politik imperialis normatif. Menurut Ó
Tuathail (1996:33-34), tulisan Mackinder termotivasi oleh mi-
natnya atas reformasi dan restrukturisasi Kerajaan Inggris
sendiri supaya bisa lebih efektif dan efisien dalam mengatasi
transformasi sosial, ekonomi, dan transportasional di awal
abad ke-20. Keasyikannya yang tiada henti adalah memikirkan
pertumbuhan kekuatan Jerman di benua Eropa. Di daerah ke-
kuasaan Jerman, tulisan dan filosofi imperialis Friedrich Ratzel
menginspirasi generasi kedua teoretikus geopolitik. Ironisnya,
ilmuwan politik Swedia, Rudolf Kjellén yang memainkan peran
kunci mengentalkan pernyataan geografis yang sensitif dalam
politik internasional ke dalam apa yang kemudian diakui se-
bagai pendekatan geopolitik dalam politik internasional di
Jerman. Karyanya menemui peminat yang lebih reseptif di Jer-
man daripada di Swedia, di mana ia mengabdi untuk sementara
waktu sebagai anggota sayap kanan Partai Konservatif Swedia.
Politik Kjellén merupakan bagian dari reaksi konservatif di
dalam negeri Swedia untuk menekan gerakan nasionalis Nor-
wegia memperjuangkan kemerdekaannya pada tahun 1890-an.
107
3. Geostrategi
108
Priyono & Yusgiantoro
109
3. Geostrategi
110
Priyono & Yusgiantoro
111
3. Geostrategi
112
Priyono & Yusgiantoro
113
3. Geostrategi
6. Spykman: Rimland
Nicholas Spykman adalah imigran Belanda di AS, yang
memulai karirnya sebagai koresponden asing dalam berbagai
persoalan di Timur Dekat (1913-1916), Timur Tengah (1916-
1919), dan Timur Jauh (1919-1920). Pada tahun 1923, ia mem-
peroleh gelar doktor dari University of California, menulis tesis
dan buku di bawah arahan Georg Simmel. Ia menjabat sebagai
instruktur dalam ilmu politik dan sosiologi di UC (1923-1925)
sebelum pergi ke Yale, di mana pada tahun 1935, ia menjadi
Ketua Departemen Hubungan Internasional dan Direktur Insti-
tute of International Studies. Meskipun pada awalnya seorang
114
Priyono & Yusgiantoro
115
3. Geostrategi
116
Priyono & Yusgiantoro
117
3. Geostrategi
7. Kennan: Containment
George F. Kennan, seorang pejabat AS di Uni Soviet pada
akhir PD II, dalam bukunya yang terkenal Long Telegram
(dikirim) dari Moskow dan artikel Mr X yang diterbitkan dalam
Foreign Affairs (1947), berpendapat bahwa Uni Soviet benar-
118
Priyono & Yusgiantoro
119
3. Geostrategi
120
Priyono & Yusgiantoro
121
3. Geostrategi
122
Priyono & Yusgiantoro
123
3. Geostrategi
124
Priyono & Yusgiantoro
125
3. Geostrategi
126
Priyono & Yusgiantoro
127
3. Geostrategi
128
Priyono & Yusgiantoro
129
3. Geostrategi
130
Priyono & Yusgiantoro
131
3. Geostrategi
132
Priyono & Yusgiantoro
133
3. Geostrategi
134
Priyono & Yusgiantoro
135
3. Geostrategi
136
Priyono & Yusgiantoro
137
3. Geostrategi
138
Priyono & Yusgiantoro
Taksonomi Teori
Geopolitik sebagai bentuk kekuasaan/pengetahuan, me-
nurut Ó Tuathail (1998:15) lahir di era persaingan imperialis
antara dekade 1870 hingga 1945, tatkala kerajaan yang ber-
saing bentrok dan bertengkar di banyak peperangan. Dua di
antaranya adalah Perang Dunia yang sejak semula menghasil-
kan, mengatur, dan kemudian mengubah serta merevisi garis
kekuasaan yang merupakan batas peta politik dunia. Sebuah
era yang ditandai dengan ekspansionisme kolonial ke luar
negeri dan modernisasi industri di dalam negeri merupakan
masa pencapaian teknologi yang luar biasa, pergolakan sosial,
dan transformasi budaya. Struktur imperialis yang dominan
pada masa itu adalah Kerajaan Inggris. Kekuatan imperial be-
sar lain adalah Rusia, Perancis, Italia, AS, Jerman, dan bela-
kangan Jepang; menjadi saingan dan berusaha untuk menda-
patkan keuntungan dari berbagai kesulitan dan kemerosotan
relatif lawan. Masing-masing negara imperialis menghasilkan
intelektual negarawan terkemuka yang mengembangkan sen-
diri varian budaya geopolitik khas mengentalkan pengetahuan
geografis dan strategi kekuatan imperialis.
Hingga pertengahan tahun 1990-an, para analis geopo-
litik terkemuka masih memperdebatkan apakah kekuatan da-
139
3. Geostrategi
ratan lebih penting daripada kekuatan laut dan apa yang spe-
sifik dengan wilayah Eurasia sehingga sangat penting untuk
memperoleh kontrol atas seluruh benua (Brzezinski, 1997:37).
Sementara itu, merujuk Hillen, Noonan, dan Tyner (1988 da-
lam Chaudary dan Chaudary, 2009:95), para sarjana membagi
geostrategi ke dala dua alira pe ikira : Teori Orga ik Ne-
gara Jer a ya g u ik da geostrategi Anglo-Amerika yang
luas.
140
Priyono & Yusgiantoro
141
3. Geostrategi
142
Priyono & Yusgiantoro
143
3. Geostrategi
144
Priyono & Yusgiantoro
145
3. Geostrategi
146
Priyono & Yusgiantoro
Agenda ke Depan
Sempa (2002:4) mengingatkan tidak ada alasan untuk
percaya bahwa abad ke-21 hanya akan menjadi sedikit ber-
beda. Persoalannya, sudah ada tanda-tanda bahwa Tiongkok
147
3. Geostrategi
148
Priyono & Yusgiantoro
149
3. Geostrategi
150
Priyono & Yusgiantoro
151
3. Geostrategi
152
Priyono & Yusgiantoro
153
3. Geostrategi
154
Priyono & Yusgiantoro
155
3. Geostrategi
156
Priyono & Yusgiantoro
157
3. Geostrategi
158
Priyono & Yusgiantoro
159
3. Geostrategi
160
Priyono & Yusgiantoro
peran yang sangat penting. Wilayah milik Iran diambil alih oleh
Turki yang menghapus dan mengganti semua elemen berbau
Iran. Sesuai persetujuan, pendatang baru ini mendirikan kebu-
dayaan dan peradaban Persia, yang selanjutnya menjadi Turki
Persia. Asia Tengah adalah tanah yang terletak di jantung Asia
yang berakhir di Laut Kaspia dari sebelah barat, berbatasan
dengan Tiongkok di timur, membatasi DAS cekungan sungai
Ural-Irtysh dan dataran sebelah selatan Rusia di utara, serta
berbatasan dengan Iran dan Afghanistan di selatan (Amirahma-
dian, 2011).
Sejak merdeka dari Uni Soviet, lima negara republik di
Asia Tengah: Kyrgyzstan, Kazakhstan, Tajikistan, Turkmenistan,
dan Uzbekistan telah menawarkan diri sebagai daerah yang
menarik bagi kemajuan diplomatik dan ekonomi bagi India dan
Pakistan. Dua negara di Asia Selatan yang saling bersaing ini
melihat Asia Tengah sebagai tawaran kesempatan untuk me-
majukan kepentingan regional dan domestik mereka. Keduanya
kini terkunci dalam persaingan atas perjanjian perdagangan,
pakta pertahanan, dan pengaruh di Asia Tengah dalam tiga
bidang kompetisi utama: (i) gas dan deposit minyak di Asia
Tengah menjanjikan bagi kedua negara di Asia Selatan akses ke
sumber daya energi yang besar bagi perekonomian mereka,
terutama untuk perkembangan industri India; (ii) Asia Tengah
menawarkan titik keuntungan geostrategis bagi kedua negara
yang bersaing dalam hubungan dengan Rusia dan Tiongkok;
dengan menonjol di Asia Tengah, setiap negara mencoba untuk
memperluas jangkauan internasionalnya dengan mengorban-
161
3. Geostrategi
kan yang lain; (iii) India dan Pakistan ingin menggunakan pe-
ngaruh mereka di Asia Tengah untuk menaikkan kepentingan
mereka berkaitan dengan lembah Kashmir (Akbarzadeh, 2003:
219-220).
Satu set kepentingan geostrategis yang kompleks, me-
nurut Akbarzadeh ikut bermain di Asia Tengah, jauh lebih
kompleks daripada The Great Game di abad ke-19 antara dua
kerajaan kolonial Inggris dan Rusia. Jumlah pemain dalam per-
mainan pun telah meningkat dan hal ini menciptakan jaringan
faktor-faktor yang saling terkait. Baik Pakistan dan India melihat
wilayah itu sebagai penawaran kesempatan untuk mendapat-
162
Priyono & Yusgiantoro
163
3. Geostrategi
164
Priyono & Yusgiantoro
165
3. Geostrategi
mitra dengan NATO dan UE, antara lain: Federasi Rusia, Ukra-
ina, Rumania, Bulgaria, dan (bahkan) Turki. Sebagai jalan per-
lintasan bagi tentara Amerika menuju zona perang di Afganis-
tan dan Irak, peran Laut Hitam menjadi semakin penting, ter-
utama setelah serangan teroris 9/11; dan sekarang dapat di-
katakan bahwa daerah ini cenderung menjadi fokus politik glo-
bal. Kepentingan ekonomi khusus berasal dari hubungan yang
disadari antara daerah kaya SDA minyak dan gas alam—seperti
Laut Kaspia—dan daerah yang merupakan konsumen besar
energi seperti Eropa; sehingga siapapun yang memiliki kontrol
atas wilayah ini memiliki kontrol atas energi (Onetiu, 2012:239).
Onetiu menggambarkan wilayah Laut Hitam sebagai pe-
nuh peluang dan risiko; berada di antara dua sumbu strategis:
Laut Hitam - Laut Mediterania—di sisi selatan NATO, wilayah
penting strategis bagi Aliansi Atlantik Utara terutama risiko
lintas perbatasan—dan Laut Hitam - Kaukasus - Laut Kaspia—
merupakan ruang transit sumber daya energi dari Asia Tengah,
dipengaruhi oleh ketidakstabilan subregional di Asia Tengah.
Dapat diamati bahwa wilayah Laut Hitam merupakan daerah
yang memusatkan semua kepentingan para pemain interna-
sional yang besar. Di sinilah pertempuran berlangsung untuk
energi, bagi siapapun yang memiliki energi memiliki kekuatan.
166
Priyono & Yusgiantoro
167
3. Geostrategi
168
Priyono & Yusgiantoro
169
3. Geostrategi
170
Priyono & Yusgiantoro
171
3. Geostrategi
172
Priyono & Yusgiantoro
173
3. Geostrategi
174
Priyono & Yusgiantoro
175
3. Geostrategi
176
Priyono & Yusgiantoro
177
3. Geostrategi
178
Priyono & Yusgiantoro
179
3. Geostrategi
180
Priyono & Yusgiantoro
181
3. Geostrategi
182
Priyono & Yusgiantoro
183
3. Geostrategi
184
4. Geostrategi Indonesia
oleh Juniawan Priyono, Herman & Purnomo Yusgiantoro
185
4. Geostrategi Indonesia
186
Priyono, Herman & Yusgiantoro
187
4. Geostrategi Indonesia
188
Priyono, Herman & Yusgiantoro
189
4. Geostrategi Indonesia
190
Priyono, Herman & Yusgiantoro
191
4. Geostrategi Indonesia
Uji Falsifikasi
Kebenaran konsepsi Ketahanan Nasional sebagai geostra-
tegi Indonesia diuji secara epistemologis dengan uji falsifikasi
Popper untuk menunjukkan bukti-bukti pada perifer mana
geostrategi berlaku dan tidak berlaku dalam konsepsi Keta-
hanan Nasional. Berdasarkan karakteristik geostrategi, uji falsi-
fikasi ditekankan pada enam bahasan utama: (1) unsur strategi;
(2) tujuan akhir geostrategi dan cara untuk mencapai tujuan;
(3) terkait kebijakan luar negeri dan outward-looking; (4) per-
timbangan faktor geografis dan geopolitis; (5) pola perubahan;
dan (6) karakter agresif-ofensif geostrategi.
192
Priyono, Herman & Yusgiantoro
1. Unsur Strategi
Berbeda dengan geopolitik yang sulit untuk didefinisikan
secara spesifik karena maknanya cenderung berubah mengikuti
periode sejarah dan perubahan tatanan dunia (lihat Ó Tuathail,
1998c:1), terminologi geostrategi tidak mengalami banyak
perubahan. Sejak Frederick Lewis Schuman merujukkan istilah
ini sebagai terjemahan dari Wehrgeopolitik atau geopolitik
perang yang berkembang di Jerman, makna dan ruang lingkup
keilmuan ini tidak banyak berubah.
Menurut Gray (2007:284), akar kata strategi dala geo-
strategi mengikuti definisi Clausewitz yang mengacu pada
pemanfaatan penggunaan kekuatan dan ancaman kekuatan
untuk tujuan akhir kebijakan. Fokus strategi memastikan bahwa
perhatian utama akan adanya bantuan perantara berupa ke-
kuatan militer. Strategi merupakan jembatan yang menghu-
bungkan kebijakan dengan kekuatan militer. Pada dekade se-
sudahnya, ketika faktor militer telah bercampur dengan faktor
politik, ekonomi, dan psikologis; muncul-lah istilah grand stra-
tegy atau strategi raya. Menurut Matloff, strategi raya berarti
seni memanfaatkan semua sumber daya suatu bangsa atau ke-
lompok bangsa untuk mencapai sasaran perang dan damai
(Salusu, 1996:86)
Konsepsi Ketahanan Nasional membahas perihal strategi
dalam wujud gatra pertahanan keamanan. Menurut Lem-
hannas, falsafah dan pandangan tentang pertahanan keaman-
an negara Indonesia tercermin dalam Pembukaan UUD 1945
dan Batang Tubuh UUD 1945. Bangsa Indonesia cinta damai
193
4. Geostrategi Indonesia
194
Priyono, Herman & Yusgiantoro
195
4. Geostrategi Indonesia
196
Priyono, Herman & Yusgiantoro
197
4. Geostrategi Indonesia
198
Priyono, Herman & Yusgiantoro
199
4. Geostrategi Indonesia
200
Priyono, Herman & Yusgiantoro
201
4. Geostrategi Indonesia
202
Priyono, Herman & Yusgiantoro
203
4. Geostrategi Indonesia
204
Priyono, Herman & Yusgiantoro
205
4. Geostrategi Indonesia
5. Pola Perubahan
Salah satu cara untuk mengonsepkan geografi, geopolitik,
dan geostrategi adalah dengan memeriksa pola perubahannya
(lihat Tabel 4). Menurut Grygiel (2006:22-23), ada tiga ting-
katan yang berbeda dari perubahan, mulai dari tektonik (tidak
ada perubahan) dalam hal geografi berpotensi mengubah ke-
cepatan permasalahan geostrategi. Perubahan geografis diukur
dalam usia geologi ribuan tahun. Geopolitik berubah dengan
kenaikan dan penurunan pusat sumber daya dan pergeseran
rute; terjadi secara perlahan, sering tanpa disadari, dan biasa-
nya mencakup puluhan tahun hingga berabad. Geostrategi
adalah yang paling fleksibel; dapat berubah dengan cepat da-
lam beberapa minggu atau bulan mengikuti proses birokrasi
atau perubahan dalam kepemimpinan.
Menurut Lemhannas (1997a:10), fungsi konsepsi Keta-
hanan Nasional berdasarkan tuntutan penggunaannya sebagai
doktrin nasional adalah sebagai Pola Dasar Pembangunan Na-
sional, Metode Pembinaan Kehidupan Nasional, dan sebagai
Sistem Kehidupan Nasional Indonesia. Sebagai Pola Dasar Pem-
bangunan Nasional, konsepsi Ketahanan Nasional pada hakikat-
nya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan Pem-
bangunan Nasional yang dilakukan secara bertahap dan ber-
206
Priyono, Herman & Yusgiantoro
207
4. Geostrategi Indonesia
208
Priyono, Herman & Yusgiantoro
6. Karakter Agresif-Ofensif
Sebagaimana rujukannya Wehrgeopolitik yang dikem-
bangkan oleh Karl Haushofer, geostrategi juga memiliki karak-
ter agresif dan ofensif. Tiga bukti berikut menunjukkan hal ini.
Pertama, strategi dan taktik Blitzkrieg yang digagas oleh salah
satu pengikut Haushofer yang paling penting dalam Wehr-
geopolitik, Profesor Ewald Banse, di mana ia mengembangkan
rencana invasi ke Inggris dan menyekat Polandia beraliansi de-
ngan Rusia, menyarankan cara menerobos Garis Maginot (lihat
Gyorgy, 1943:350).
209
4. Geostrategi Indonesia
210
Priyono, Herman & Yusgiantoro
211
4. Geostrategi Indonesia
212
Priyono, Herman & Yusgiantoro
213
4. Geostrategi Indonesia
214
Priyono, Herman & Yusgiantoro
215
4. Geostrategi Indonesia
216
Priyono, Herman & Yusgiantoro
217
4. Geostrategi Indonesia
218
Priyono, Herman & Yusgiantoro
219
4. Geostrategi Indonesia
220
Priyono, Herman & Yusgiantoro
221
4. Geostrategi Indonesia
222
Priyono, Herman & Yusgiantoro
223
4. Geostrategi Indonesia
224
Priyono, Herman & Yusgiantoro
225
4. Geostrategi Indonesia
226
Priyono, Herman & Yusgiantoro
227
4. Geostrategi Indonesia
228
Priyono, Herman & Yusgiantoro
229
4. Geostrategi Indonesia
230
Priyono, Herman & Yusgiantoro
231
4. Geostrategi Indonesia
232
Priyono, Herman & Yusgiantoro
sendiri yang luar biasa dan unik itu merupakan tujuan geo-
strategi tersembunyi dan mendalam serta sasaran jangka pan-
jang AS.
Orang-orang yang sekarang meninjau geostrategi baru
Pemerintahan Obama terhadap Asia, mudah untuk mendapat-
kan fakta bahwa Presiden AS ini benar-benar menyiratkan
hu u ga atural tak terpisahkan antara AS dan Asia. Apa
yang diupayakan AS tidak hanya kehadiran permanen, tetapi
juga dominasi yang tak tertandingi di Asia. Ini adalah apa yang
Preside Pasifik e ar-benar maksudkan dan target strategis
yang dicari AS; dan ini juga merupakan pemikiran strategis dan
logika Amerika bahwa orang-orang dari luar tidak dapat me-
mahami dan menyesuaikan (Qiang, 2011:30).
Sejak awal, fokus Pemerintahan Obama di Asia menurut
Qiang telah menempatkan semua kebijakan pendahulunya ke
arah yang berseberangan. Sebanyak lebih dari tiga puluh kun-
jungan telah dilakukan ke Asia oleh petinggi pemerintah AS dan
pejabat militer dalam waktu kurang dari dua tahun. Hal ini
jarang terlihat dalam sejarah hubungan AS-Asia. Seringnya kun-
jungan tingkat tinggi ini direncanakan dan diatur oleh peme-
rintah menunjukkan bahwa fokusnya adalah Asia Timur Laut,
Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Ketiga wilayah tersebut meru-
pakan kunci bagi implementasi geostrategi baru Pemerintah AS
terhadap Asia.
Sejak pemerintahan Obama mengambil alih kantor ke-
presidenan, Amerika telah mengadopsi geostrategi baru ter-
hadap Asia, memberikan perhatian yang lebih besar kepada
233
4. Geostrategi Indonesia
Spektrum Ancaman
Dalam kajian hubungan internasional, terdapat beberapa
teori yang menjelaskan tentang definisi ancaman. Menurut
Buzan dan Waever (dalam Burgess, 2007:5-6), ancaman dalam
kerangka keamanan sosietal terbagi menjadi dua: ancaman
horisontal dan ancaman vertikal. Ancaman horisontal yaitu
234
Priyono, Herman & Yusgiantoro
235
4. Geostrategi Indonesia
236
Priyono, Herman & Yusgiantoro
237
4. Geostrategi Indonesia
238
Priyono, Herman & Yusgiantoro
239
4. Geostrategi Indonesia
240
Priyono, Herman & Yusgiantoro
241
4. Geostrategi Indonesia
242
Priyono, Herman & Yusgiantoro
243
4. Geostrategi Indonesia
Diplomasi Pertahanan
Fakta yang tak terbantahkan bahwa di masa yang akan
datang, masalah perbatasan dan kegiatan perdagangan serta
transportasi internasional melalui SLOC dan SLOT di perairan
yang berada di kawasan Asia Tenggara akan terus meningkat
dan bergerak cepat. Peningkatan dan perluasan tersebut tidak
lepas dari peran kawasan Asia Pasifik, di mana Asia Tenggara
berada sebagai mesin pertumbuhan (powerhouse) ekonomi
dunia di abad ke-21 menggantikan kawasan Atlantik yang kini
terus mengalami resesi ekonomi berkepanjangan. Sebagai me-
sin pertumbuhan ekonomi dunia, kawasan Asia Pasifik mem-
butuhkan stabilitas keamanan sebagai prasyarat utama (Marse-
tio, 2014:54).
Posisi geografis Indonesia merupakan keunggulan kom-
petitif dibandingkan dengan negara-negara lain, baik dari segi
geoekonomi, geopolitik, maupun geostrategi. Meski Indonesia
mendapatkan keuntungan yang sangat potensial dari letak geo-
grafisnya, menurut Marsetio bahwa Indonesia juga dalam po-
sisi yang rentan akan ancaman keamanan maritim. Hal itu di-
sebabkan karena meningkatnya jumlah arus pelayaran yang
melintasi perairan Indonesia, yang akan berdampak terhadap
masalah lingkungan hidup, sumber daya alam, dan ancaman
keamanan maritim itu sendiri.
244
Priyono, Herman & Yusgiantoro
245
4. Geostrategi Indonesia
Geostrategi Pangan
George Hiscock dalam Earth Wars (2012) berpesan jaga-
lah pasokan empat kebutuhan pokok (makanan, air, energi, dan
logam), sediakan udara bersih serta pengaturan yang harmonis,
dan—ketiadaan bencana besar ala film Hollywood 2012—maka
dunia pun akan damai selamanya. Namun, tentu saja itu hanya-
lah teori di atas kertas untuk sekedar membangun optimisme
di abad ke-21. Pada kenyataannya, kesinambungan pasokan ke-
246
Priyono, Herman & Yusgiantoro
247
4. Geostrategi Indonesia
248
Priyono, Herman & Yusgiantoro
249
4. Geostrategi Indonesia
250
Priyono, Herman & Yusgiantoro
251
4. Geostrategi Indonesia
252
Priyono, Herman & Yusgiantoro
253
4. Geostrategi Indonesia
254
5. Geoekonomi
oleh Juniawan Priyono & Muhammad Musiyam
255
5. Geoekonomi
256
Priyono & Musiyam
257
5. Geoekonomi
258
Priyono & Musiyam
259
5. Geoekonomi
260
Priyono & Musiyam
261
5. Geoekonomi
262
Priyono & Musiyam
263
5. Geoekonomi
264
Priyono & Musiyam
265
5. Geoekonomi
266
Priyono & Musiyam
267
5. Geoekonomi
Logika Geoekonomi
Bagi Søilen (2012:10), logika geoekonomi adalah proses
di mana negara-bangsa tidak mengontrol di dunia Barat kare-
na itu semua bergerak maju terutama oleh inisiatif ekonomi
sektor swasta pada skala internasional. Di bagian lain dunia,
268
Priyono & Musiyam
269
5. Geoekonomi
270
Priyono & Musiyam
urusan mereka seperti perusahaan saat ini. Hal ini benar terjadi
pada periode awal Venice, juga Amsterdam dan kota-kota lain-
nya. Para pedagang diorganisasikan dalam serikat dan diletak-
kan di bawah pengawasan ketat meritokratis. Pada prinsipnya,
masyarakat adalah organisme harmonis yang diatur oleh ke-
pedulian terhadap pertumbuhan ekonomi, setidaknya sampai
diserang oleh negara lain. Kiatnya adalah membangun tentara
yang kuat, tetapi tidak pernah menggunakannya kecuali bisa
memastikan kemenangan. Strategi tersebut bekerja kurang
baik tatkala negara-bangsa menjadi lebih kuat, seperti yang
digambarkan pada abad ke-20 dengan dua Perang Dunia.
Sekarang di abad ke-21 dengan keberadaan senjata yang
lebih mematikan, konsekuensi bencana perang antara negara-
negara kuat telah menjadi lebih jelas lagi. Hal ini dapat men-
cegah negara adidaya di masa depan untuk terlibat dalam
perang berskala besar satu sama lain. Sayang memang karena
tampaknya mereka akan memiliki lebih dari kekuasaan yang
cukup untuk menangkal dan mengintervensi konflik militer di
negara-negara yang lebih kecil. Sekarang ini, hanya karena
televisi, telah membuat penderitaan manusia lebih transparan
dan karenanya menciptakan perhatian publik secara langsung.
Sebagaimana televisi bergeser ke internet, demikian juga tek-
nologi internet 4G telah menyebar, ternyata tekanan politik
untuk ikut campur tangan cenderung meningkat.
Baik geoekonomi dan geopolitik, menurut Søilen mem-
pelajari kekuatan yang berasal dari pengelolaan SDA. Jadi hasil
akhir bagi negara-bangsa adalah sama dalam kedua kasus.
271
5. Geoekonomi
272
Priyono & Musiyam
273
5. Geoekonomi
274
Priyono & Musiyam
275
5. Geoekonomi
276
Priyono & Musiyam
277
5. Geoekonomi
Geoekonomi Globalisasi
Torreblanca dan Prislan dalam artikel berjudul The Omi-
nous Rise of Geoeconomics (2012) menyatakan demokrasi dan
pasar bebas saling menguatkan. Pasar terbuka mengarah ke
demokrasi yang lebih baik dan pada gilirannya demokrasi me-
majukan perdagangan yang lebih terbuka. Inilah yang disebut
glo alisasi atau ahka akhir dari sejarah . Perusahaan dan
individu menjadi pelaku utama dalam dunia multilateral, di-
atur oleh kaidah ekonomi umum. Negara berkedudukan pen-
ting untuk menjaga sistem tetap berjalan, akan tetapi mereka
bukanlah aktor dominan. Seiring perubahan, globalisasi telah
dibajak oleh aktor-aktor negara dan persoalan keamanan na-
sional. Dipicu tanggapan terhadap krisis ekonomi yang men-
cengkeram Eropa, sekarang kita hidup di zaman geoekonomi.
Dunia sekarang terlihat semakin multipolar, bukan multi-
lateral. Negara-negara—setidaknya beberapa dari mereka—
kembali dan bukannya mempromosikan pasar, mereka meng-
gunakan pasar sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan re-
278
Priyono & Musiyam
279
5. Geoekonomi
280
Priyono & Musiyam
Tren Geoekonomi
Di Eropa
Kemunculan geoekonomi—atau le ih tepat ya a -
pura dari logika ko flik da etode perdaga ga seperti
yang dijelaskan oleh Luttwak—sekarang menjadi tren yang
berlaku dalam kebijakan luar negeri dari berbagai negara ang-
gota UE. Tren ini secara jelas mengalami peningkatan dan se-
makin mendominasi pengambilan keputusan. Sebagaimana
Hans Kundnani berpendapat bahwa Jerman telah menjadi con-
toh yang paling jelas dalam hal geoekonomi menguasai kebijak-
an luar negeri suatu negara.
Pada tahun 2011, Jerman abstain bersama dengan BRICs
sebagai pilihan dalam pemungutan suara bersama mitra Eropa
mereka di Dewan Keamanan PBB untuk mendukung intervensi
militer di Libya. Tindakan ini dianggap oleh banyak orang se-
281
5. Geoekonomi
282
Priyono & Musiyam
283
5. Geoekonomi
284
Priyono & Musiyam
285
5. Geoekonomi
286
Priyono & Musiyam
287
5. Geoekonomi
288
Priyono & Musiyam
289
5. Geoekonomi
Di Asia
Dalam kebangkitan dari krisis keuangan, negara-negara
anggota UE proaktif terhadap Asia. Akan tetapi pendekatan
keseluruhan UE lemah, terjebak oleh inkoherensi, serta ku-
rangnya koordinasi dan strategi jauh ke depan. Hal ini tidak
sanggup mengadaptasi kebijakan ekonomi, politik, dan ke-
amanan bagi benua Asia yang sangat luas dan beragam. Blok
secara keseluruhan terus menghantam bagian bawah bobot-
nya (Khandekar, 2011:63).
Asia tidak akan lagi berada di sana, begitu mudah untuk
bertindak. Benua Asia menurut Khandekar sedang reintegrasi
dan Eropa sekarang harus bersaing untuk Asia dengan Asia
290
Priyono & Musiyam
291
5. Geoekonomi
292
Priyono & Musiyam
293
5. Geoekonomi
Di Indonesia
Perang Dunia I telah mengakibatkan perpindahan modal
secara hebat. Amerika dan Jepang bukan lagi negara yang un-
tuk keperluan uang di bidang pemerintahan maupun swasta
harus mendatangi pasar uang Eropa. Selama dan karena PD I,
kedua negara telah menjadi kreditur berkat perkembangan
294
Priyono & Musiyam
295
5. Geoekonomi
296
Priyono & Musiyam
297
5. Geoekonomi
298
Priyono & Musiyam
299
5. Geoekonomi
300
Priyono & Musiyam
301
5. Geoekonomi
302
Priyono & Musiyam
303
5. Geoekonomi
304
Priyono & Musiyam
305
5. Geoekonomi
306
Priyono & Musiyam
307
5. Geoekonomi
308
Priyono & Musiyam
309
5. Geoekonomi
310
Priyono & Musiyam
311
5. Geoekonomi
312
Daftar Pustaka
313
mics: Assessing the Interplay of Economic and Politi al ‘isk .
23-25 March. pp. 1-11.
Blacksell, Mark. (2006). Political Geography. Oxon: Routledge.
Blouet, Brian W. (2004). The Imperial Vision of Halford Mac-
kinder. The Geographical Journal. 170(4), 322-329.
Brzezinski, Zbigniew. (1986). Game Plan: a Geostrategic Frame-
work for the Conduct of the U.S.-Soviet Contest. Boston: The
Atlantic Monthly Press.
Brzezinski, Zbigniew. (1997). The Grand Chessboard: American
Primacy and Its Geostrategic Imperative. New York: Basic
Books.
Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revi-
si. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Burgess, Peter J. (2007). Non-military Security Challenges.
retrieved on November 2, 2015. from http://ww3.comsats.
edu.pk/cps/NewsArticles/Burgess%20Non-Traditional%20S
ecurity.pdf
Changhee Park. (2008). Why China Attacks: China's Geostrate-
gic Vulnerability and Its Military Intervention. Korean Journal
of Defense Analysis. 20(3), 263-282.
Chaudary, M. A. & Chaudary, G. (2009). Global Encyclopaedia
of Political Geography. New Delhi: Global Vision Publishing
House.
Ciuriak, Dan. (2004). The Laws of Geoeconomic Gravity Fulfill-
ed? China's Move toward Center Stage. Asian Affairs. 31(1),
3-28.
Cohen, Saul Bernard. (2003). Geopolitics: The Geography of
International Relations. Maryland: Rowman & Littlefield.
Cowen, D. and N. Smith. (2009). After Geopolitics? From the
Geopolitical Social to Geoeconomics. Antipode. 41(1), 22–48
314
DCDC. (2013). Global Strategic Trends - Out to 2040. Fourth
Edition. Wiltshire: Development, Concepts and Doctrine
Centre, Ministry of Defence - United Kingdom.
de Haas, Marcel (ed.). (2006). Geo-strategy in the South Cauca-
sus: Power Play and Energy Security of States and Organi-
sations. The Hague: Netherlands Institute of International
Relations Clingendael.
Dikshit, Ramesh Dutta. (2006a). Geographical Thought: A Con-
textual History of Ideas. New Delhi: Prentice-Hall of India.
Dikshit, Ramesh Dutta. (2006b). Political Geography: The Spa-
tiality of Politics. 3rd edition. Patel Nagar, New Delhi: Tata
Mc-Graw Hill.
Dirdjosisworo, Soedjono. (1985). Pengantar Epistemologi dan
Logika: Studi Orientasi Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bandung:
Penerbit Remadja Karya CV.
Dodds, Klaus. (2005). Global Geopolitics: A Critical Introduction.
Essex: Pearson Education Limited.
Efimenco, N. Marbury. (1957). World Political Geography. 2nd
edition. New York: Thomas Y. Crowell Company.
Ehteshami, Anoushiravan. (2007). Globalization and Geopolitics
in the Middle East: Old Games, New Rules. Abingdon, Oxon:
Routledge.
Ervianto, Toni. (2015). Mengukur Kekuatan Tiongkok Alias
China: Calon Bos Dunia. diakses 11 Juni 2016. dari http://ne
ws.detik.com/kolom/2936068/mengukur-kekuatan-tiongko
k-alias-china-calon-bos-dunia.
Etzler, Tomas. (2013). Fishermen Caught Out by Politics of South
China Sea. CNN. 2 March 2013.
Fauver, R. C. and D. T. Stewart. (2003). U.S.-Japan Comprehen-
sive Economic Partnership Agreement: Cementing a Geo-
315
strategic Economic Relationship. SAIS Review: a Journal of
International Affairs. 23(2), 23-39.
Fettweis, Christopher. (2003). Revisiting Mackinder and Angell:
The Obsolescence of Great Power Geopolitics. Comparative
Strategy. 22(2), 109-129.
Flint, Colin. (2006). Introduction to Geopolitics. New York: Rout-
ledge.
Fontaine, R. and K. M. Lord. (2012). Introduction: Debating
A eri a s Future. in R. Fontaine and K. M. Lord (Vol. Ed.).
A eri a s Path: Gra d “trateg for the Ne t Ad i istratio .
Washington, DC: Center for American Security. pp. 5-11.
GIGS. (2013). Why study Geoeconomics? retrieved on Novem-
ber 10, 2013. from http://geopolitics-geneva.ch/Why%20
study%20Geoeconomics%3F.
Gökmen, Semra Ranâ. (2010). Geopolitics and the Study of
International Reations. Thesis for the degree of Doctor of
Philosophy. The Graduate School of Social Science of Middle
East Technical University.
Goswami, Namrata. (2013). What is the Meaning of Geoecono-
mics and Geostrategy? retrieved on November 9, 2013. from
http:// idsa.in/askanexpert/geo-economicandgeo-strategy.
Gray, Colin S. (1977). The Geopolitics of The Nuclear Era: Heart-
land, Rimlands and the Technological Revolution. New York:
Crane, Russak & Company, Inc.
Gray, C S. (1999a). Inescapable Geography. Journal of Strategic
Studies. 22(2-3), 161-177.
Gray, Colin S. (1999b). Modern Strategy. Oxford: Oxford Univer-
sity Press.
Gray, Colin S. (2007). War, Peace and International Relations -
An Introduction to Strategic History. Abingdon: Routledge.
316
Grevi, Giovanni. (2011). Geo-economics and Global Governan-
ce. in A. Martiningui and R. Youngs (Vol. Ed.). Challenges for
European Foreign Policy in 2012: What Kind of Geo-economic
Europe? Madrid: FRIDE. pp. 27-36.
Grover, Bernie. (1993). The Geo of U ited “tates Natio al
Strategy. GeoJournal. 31(2): 141-148.
Grygiel, Jakub J. (2006). Great Powers and Geopolitical Change.
Baltimore: The Johns Hopkins University Press.
Gyorgy, Andrew. (1943). The Geopolitics of War: Total War and
Geostrategy. The Journal of Politics. 5(4), 347-362.
Hagan, Charles B. (1942). Geopolitics. The Journal of Politics.
4(4), 478-490.
Harsono, T. D. (2009). Economic Defense dan Arah Kebijakan
Pembangunan TNI: Mempertanyakan Komitmen Negara.
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.
Haryomataram, G. P. H. S. (1970). Mengenal Tiga Wajah Keta-
hanan Nasional. dalam Panitia Lemhannas (Vol. Ed.). Bunga
Rampai Ketahanan Nasional, Buku I: Konsepsi & Teori. Jakar-
ta: PT Ripres Utama. hlm. 249-256.
Haryomataram, G. P. H. S. (1976). Percobaan untuk Merumus-
kan Perbedaan Antara Ketahanan Nasional dan National
Power. dalam Panitia Lemhannas (Vol. Ed.). Bunga Rampai
Ketahanan Nasional, Buku I: Konsepsi & Teori. Jakarta: PT
Ripres Utama. hlm. 359-374.
Hepple, Leslie W. (1986). The Revival of Geopolitics. Political
Geography Quarterly. 5(4), 21-36.
Hiscock, George. (2012). Earth Wars: Pertempuran Mempere-
butkan Sumber Daya Global. (H. Prasetyo, Trans.). Jakarta:
Esensi.
Joesoef, Daoed. (2012, 26 Nov). Geopolitik Indonesia. Kompas.
317
Joesoef, Daoed. (2014). Studi Strategi: Logika Ketahanan dan
Pembangunan Nasional. Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.
Jones, M., R. Jones and M. Woods. (2004). An Introduction to
Political Geography: Space, Place and Politics. London: Rout-
ledge.
Khandekar, Gauri. (2011). Asia as a Geo-economic Hub. in A.
Martiningui and R. Youngs (Vol. Ed.). Challenges for Euro-
pean Foreign Policy in 2012: What Kind of Geo-economic
Europe? Madrid: FRIDE. pp. 63-71.
Kristof, Ladis K. D. (1960). The Origins and Evolution of Geo-
politics. The Journal of Conflict Resolution. 4(1), 15-51.
Kubarych, Roger M. (2004). Geo-economics Injects New Uncer-
tainties into Troubled Markets. retrieved on Oct 11, 2013.
from http://www.cfr.org/international-finance/geo-econo
mics-injects-new-uncertainties-into-troubled-markets/p703
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun. (2012). Menerawang Indonesia Pa-
da Dasawarsa Ketiga Abad Ke-21. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Kurečić, Petar. (2010). The New Great Game: Rivalry of Geostra-
tegies and Geoeconomies in Central Asia. Hrvatski Geograf-
ski Glasnik. 72(1), 21-4.
Lachininskii, Sergey S. (2012). Modern Trends in Geoeconomic
Studies in Rusia. Regional Research of Russia. 2(1), 91-97.
Lampiran Permenhan No. 23 Tahun 2015 tentang Buku Putih
Pertahanan Indonesia 2015.
Le Billon, Philippe. (2005). The Geopolitical Economy of Resour-
ce Wars. in P. Le Billon (Vo. Ed.). The Geopolitics of Resource
Wars: Resource Dependence, Governance and Violence. Mil-
ton Park, Abingdon: Frank Cass. pp. 1-28.
Lemhannas. (1983). Kewiraan untuk Mahasiswa. Cetakan ke-5.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
318
Lemhannas. (1997a). Ketahanan Nasional. Cetakan ke-2. Jakar-
ta: PT. Balai Pustaka dan Lemhannas.
Lemhannas. (1997b). Wawasan Nusantara. Jakarta: PT. Balai
Pustaka dan Lemhannas.
Lim Joo-Jock. (1979). Geostrategy and the South China Sea
Basin: Regional Balance, Maritime Issues, Future Patterns.
Singapore: Singapore University Press.
Mahbubani, Kishore. (2011). Asia Hemisfer Baru Dunia: Perge-
seran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan. (T. B.
Murtianto, Trans.). Jakarta: Penerbit Buku Kompas. (Original
Work Published © 2008).
Malik, Hasan Yaser. (2012). Strategic Importance of Gwadar
Port. Journal of Political Studies. 19(2), 57-69.
Marini, Adelina. (2013). 2013 Will be the Year of Geoecono-
mics. retrieved on September 28, 2013. from http://www.eu
inside.eu/en/forecasts/2013-will-be-the-year-of-geoecono
mics-eurasia-group.
Marsetio. (2014). Sea Power Indonesia. Jakarta: Universitas
Pertahanan.
Mas oed, Mohtar. (1994). Ekonomi-Politik Internasional dan
Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhadjir, Noeng. (2007). Metodologi Keilmuan: Paradigma
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. edisi V revisi. Yogyakarta:
Rake Sarasin.
Murray, Williamson. (2011). Thoughts on Grand Strategy. in W.
Murray, R. H. Sinnreich, and J. Lacey (Vol. Ed.). The Shaping
of Grand Strategy: Policy, Diplomacy and War. Cambridge:
Cambridge University Press.
Mustopadidjaja, A. R. (1990, Oktober). Konsep-Konsep Dasar
Pembangunan Nasional. Pengantar Uraian Pada Kursus Staf
319
Senior TNI AD. Bandung.
Nagy, Viktor. (2012). The Geostrategic Struggle in Cyberspace
between the United States, China and Russia. AARMS. 11(1),
13-26.
Naumann, K., J. Shalikashvili, T. L. Inge, J. Lanxade, H. van den
Breemen, B. Bilski and D. Murray. (2007). Towards a Grand
Strategy for an Uncertain World: Renewing Transatlantic
Partnership. Lunteren: Noaber Foundation.
Notosusanto, Nugroho (1970). Sejarah Ketahanan Nasional.
dalam Panitia Lemhannas (Vol. Ed.). Bunga Rampai Ketahan-
an Nasional, Buku I: Konsepsi & Teori. Jakarta: PT Ripres
Utama. hlm. 79-83.
Ó Tuathail, G. and Dalby, S. (1998). Introduction: Rethinking
Geopolitics: Towards a Critical Geopolitics. in G. Ó Tuathail
& S. Dalby (Vol. Ed.). Rethinking Geopolitics. London: Rout-
ledge. pp. 1-16.
Ó Tuathail, Gearóid. (1996). Critical Geopolitics: The Politics of
Writing Global Space. London: Routledge.
Ó Tuathail, G. (1998a). Introduction. in Ó Tuathail, G., Dalby, S.
& Routledge, P. (Vol. Ed.). The Geopolitics Reader. London:
Routledge. pp. 15-25.
Ó Tuathail, Gearóid. (1998b). New World Order Geopolitics:
Introduction. in Ó Tuathail, G., Dalby, S. & Routledge, P. (Vol.
Ed.). The Geopolitics Reader. London: Routledge. pp. 103-
112.
Ó Tuathail, Gearóid. (1998c). Thinking Critically About Geopo-
litics. in Ó Tuathail, G., Dalby, S. & Routledge, P. (Vol. Ed.).
The Geopolitics Reader. London: Routledge. pp. 1-12.
Oetama, Jacob. (1970). Ketahanan Nasional: Beberapa Masalah
Kini, Harus Dicegah Alienasi. dalam Panitia Lemhannas (Vol.
320
Ed.). Bunga Rampai Ketahanan Nasional, Buku I: Konsepsi &
Teori. Jakarta: PT Ripres Utama. hlm. 7-10.
Onetiu, Anda Nicoleta. (2012). Geopolitical and Geostrategic
Dimensions within the Black Sea Basin. International Journal
of Academic Research in Accounting, Finance and Manage-
ment Sciences. 2(1), 238-242.
Overholt, William H. (2008). Asia, America and the Trans-
formation of Geopolitics. New York: Cambridge University
Press.
Palat, Ravi Arvind. (2004). Capitalist Restructuring and the
Pacific Rim. London: Routledge Curzon.
Pant, H. V. (2012). U dersta di g I dia s i terest i the “outh
China Sea: Getting into the seaweeds. retrived March 7,
2013. from http://csis.org/publication/understanding-indias
-interest-south-china-sea-getting-seaweeds.
Parker, Geoffrey. (1998). Not Glass but Diamond: An Evaluation
of the Geopolitical World View of Saul B. Cohen. Geopolitics.
3(2), 113-124.
Perpres No. 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan Umum Perta-
hanan Negara Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara RI No.
200 Tahun 2015) beserta Lampirannya.
Perwita, A. A. B. dan Yani, Y. M. (2005). Pengantar Ilmu Hubung-
an Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Polelle, Mark. (1999). Raising Cartographic Consciousness: the
Social and Foreign Policy Vision of Geopolitics in the Twen-
tieth Century. Lexington Books.
Posen, B. R. and A. L. Ross. (1996). Competing Visions for U.S.
Grand Strategy. International Security. 21(3), 5-53.
Priyono, Juniawan. (2014). Kajia I terpretif Geostrategi Pro-
vinsi Sulawesi Utara Sebagai Pintu Gerbang Indonesia di
321
Kawasan Pasifik Karya “. H. “aru daja g. Skripsi. Fakultas
Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Priyono, Juniawan. (2016). Kajian Interpretif Konsepsi Ketahan-
an Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia. Tesis. Prodi Stra-
tegi Perang Semesta, Universitas Pertahanan. Bogor.
Priyono, J. dan M. Musiyam. (2014, November). Kajian Inter-
pretif Geostrategi Provinsi Sulawesi Utara Sebagai Pintu
Gerbang Indonesia di Kawasan Asia Pasifik Karya “arun-
dajang. Prosiding PIT IGI ke- Pote si Geografi I do esia
Menuju Abad 21 Asia , Yogyakarta. FI“-Universitas Negeri
Yogyakarta.
Qiang, Shen. (2011). How to Assess Obama Administration's
New Geostrategy toward Asia. International Strategic Stu-
dies. 3(101), 29-38.
Ratulangi, G. S. S. J. (1982). Indonesia di Pasifik: Analisa Masa-
lah-Masalah Pokok Asia Pasifik. (S. I. Poeradisastra, trans.).
Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Retaillé, Denis. 2000. Geopolitics in History. Geopolitics. 5(2),
35-51.
Rifai, Nila. (2014). Evaluasi Kebijakan Ekonomi Ekspor Minyak
Sawit dan Produk Turunannya ke Pasar AS. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rodrigue, Jean-Paul. (2004). Straits, Passages and Chokepoints:
A Maritime Geostrategy of Petroleum Distribution. Cahiers
de Géographie du Québec. 48(135), 357-374.
Rogers, J. and Simón, L. (2010). Think Again: European Geo-
strategy. retrieved December 11, 2015. from http://europe
angeostrategy.deasoneurope.eu/2010/03/14/think-again-
european-geostrategy/.
Rogers, James. (2010). To Rule The Waves: Why a Maritime
Geostrategy is Needed to Sustain European Union. Eg o t s
322
Grand Strategy Project #6. Brussels: EGMONT Royal Institute
for International Relations.
Rogers, James. (2011). A New Geography of European Power?
Egmon Paper 42. Gent: Academia Press.
Rosière, Sebastien. (2001). Géographie Politique, Géopolitique
et Géostratégie: Distinctions Opératoires. L'information géo-
graphique. 65(1), 33-42.
Russell, Bertrand. (2002). Akal Sehat dan Ancaman Nuklir (I. P.
Rini, Trans.). Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Orga-
nisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo.
Sanggar Strategi Lemhannas. (1970). Konsepsi Ketahanan Nasi-
onal dalam Pertumbuhan Masyarakat Samudra Indonesia.
dalam Panitia Lemhannas. (Vol. Ed.). Bunga Rampai Keta-
hanan Nasional, Buku I: Konsepsi & Teori. Jakarta: PT. Ripres
Utama. hlm. 11-74.
Sarundajang, Sinyo Harry. (2011). Geostrategi Sulawesi Utara
Menuju Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik. Jakarta: Kata
Hasta Pustaka.
Schnitzer, Ewald W. (1955). German Geopolitics Revived. The
Journal of Politics. 17(3), 407-423.
Scott, David. (2012). Conflict Irresolution in the South China
Sea. Asian Survey. 52(6), 1019-1042.
Seiple, Chris. (2006). Revisiting the Geopolitical Thinking of Sir
Halford John Mackinder: United States-Uzbekistan Relations
1991-2005. Dissertation. The Fletcher School of Law and Di-
plomacy, Tufts University. unpublished.
Sempa, Francis P. (2000). Mackinder s World. retrieved June 1,
2013. from http://www.unc.edu/depts/diplomat/AD_Issues
/amdipl_14 /sempa_mac1.html.
323
Sempa, Francis P. (2002). Geopolitics: From the Cold War to the
21st Century. New Brunswick, New Jersey: Transaction
Publishers.
Sheth, J. N. and R. S. Sisodia. (2006). The Geoeconomic Realign-
ment of Globalizing Markets. New Delhi: Response Books.
Simón, L. and J. Rogers. (2011). British Geostrategy for a New
European Age. RUSI Journal. 156(2), 52-58.
Snyder, C. A. (1999). Contemporary Security and Strategy. New
York: Routledge.
Soekarno. (1965). Pertahanan Nasional Dapat Berhasil Maksi-
mal Jika Berdasarkan Geopolitik. Persepsi. 1992, 99-111.
Soewarso. (1984). Tinjauan Masalah Perang. dalam Soeharto &
N. Mastra. (Vol. Ed.). Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasi-
onal, Keamanan Nasional. Cetakan ke-4. Jakarta: Penerbit
Genep Jaya. hlm. 11-22.
Søilen, Klaus Solberg. (2012). Geoeconomics. Ventus Publishing
ApS.
Solbes, Pedro. (2011). The Euro Crisis and EU Geo-economics.
in A. Martiningui and R. Youngs (Vol. Ed.). Challenges for
European Foreign Policy in 2012: What Kind of Geo-economic
Europe? Madrid: FRIDE. pp 19-25.
Sparke, Matthew. (2007). Geopolitical Fears, Geoeconomic
Hopes, and the Responsibilities of Geography. Annals of the
Association of American Geographers. 97(2), 338-349.
Sunardi, R. M. (2004). Pembinaan Ketahanan Bangsa dalam
Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jakarta: PT. Kuaternita Adidarma.
Suradinata, E. dan Dinuth, A. (2001). Geopolitik dan Konsepsi
Ketahanan Nasional: Pemikiran Awal, Pengembangan, dan
Prospek. Jakarta: PT. Paradigma Cipta Yatsigama.
324
Suradinata, Ermaya. (2005). Hukum Dasar Geopolitik dan Geo-
strategi dalam Kerangka Keutuhan NKRI. Jakarta: Suara
Bebas.
Syafputri, Ella. (2012). Sengketa Laut China Selatan Sarat Ke-
pentingan. diakses pada tanggal 8 Juni 2013. dari http://
www. antaranews.com/berita/337036/sengketa-laut-china-
selatan-sarat-kepenting an.
Taylor, Peter J. (2000). Geopolitics, Political Geography and
Social Science. in K. Dodds and D. Atkinson (Vol. Ed.).
Geopolitical Traditions: A Century of Geopolitical Thought.
London: Routledge. pp. 375-379.
Torreblanca, J. I. and N. Prislan. (2012). The Ominous Rise of
Geoeconomics. retrieved on December 2, 2013. from
http://ecfr.eu/content/entry/commentary_the_ominous_ri
se_of_geoeconomics.
Turner, Ralph. (1943). Technology and Geopolitics. Military
Affairs. 7(1), 5-15.
Usman, Wan. (1997). Pembangunan dan Ketahanan Nasional.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Vlad, L. B., A. Josan, and G. Vlasceanu. (2010). Active Geo-
strategic Players, Geopolitical Pivots and the Changing
Balance of Power in Eurasia. Revista Româna de Geografie
Politica. 12(1), 116-125.
VOVWorld. (2014). Panglima Komando Pasifik AS Menyatakan
Kecemasan Mendalam Atas Ketegangan di Laut Timur. di-
akses pada tanggal 11 Mei 2016. dari http://vovworld.vn/id-
id/Berita/Panglima-Komando-Pasifik-AS-menyatakan-kece
masan-mendalam-atas-ketegangan-di-Laut-Timur/241023.
Walters Jr., William D. (2000). The Context of Mahan's De at-
a le )o a . The Geographical Bulletin. 42(2), 84-93.
325
Weigert, H. W., H. Brodie, E. W. Doherty, J. R. Fernstrom, E.
Fischer and D. Kirk. (1957). Principles of Political Geography.
New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Welch, Ivan Burl. (2012). Geography: Critical Factors in the
Analysis of Complex Systems. Dissertation for the Degree of
Doctor of Philosophy in Geography. Graduate Faculty of the
University of Kansas. unpublished.
White, Hugh. (2009). The Geo-strategi I pli atio s of Chi a s
Growth. in R. Garnaut, L. Song and W. T. Woo (Vo. Ed.).
Chi a s Ne Pla e i a World i Crisis: E o o i , Geopoliti al
and Environmental Dimensions. Canberra: ANU E Press. pp.
89-102.
Wirjosaputro, I. S. (1970). Ketahanan Nasional. dalam Panitia
Lemhannas (Vol. Ed.). Bunga Rampai Ketahanan Nasional,
Buku I: Konsepsi & Teori. Jakarta: PT Ripres Utama. hlm. 3-5.
Youngs, Richard. (2011). Geo-economic Futures. in A. Marti-
ningui and R. Youngs (Vol. Ed). Challenges for European
Foreign Policy in 2012: What Kind of Geo-economic Europe?
Madrid: FRIDE. pp. 13-17.
Yudhoyono, Susilo Bambang. (2012a). An Architecture for
Durable Peace in the Asia-Pacific. Shangri-La Dialogue 2012
Keynote Address by President of the Republic of Indonesia.
International Institute for Strategic Studies (IISS). pp. 1-8.
Yudhoyono, Susilo Bambang. (2012b). Geopolitik Kawasan Asia
Tenggara: Perspektif Maritim. diakses pada tanggal 12
Desember 2015, dari http://binkorpspelaut.tnial.mil.id/inde
x.php?option=coom_docman&task=doc_download&gid=5
&Itemid=22.
326
Indeks
327
Geografi Manusia, 1, 2, 3, 5, 8, 9, Gyorgy, 39, 40, 41, 72, 74, 144,
16, 18, 51 196, 203, 209, 317
Geografi Politik, 3, 5, 6, 7, 8, 20, Hagan, 15, 100, 101, 108, 109,
21, 36, 40, 43, 50, 53, 72, 100, 317
102, 110, 122, 137, 143, 146, Haryomataram, 195, 215, 217,
334 226, 227, 317
Geografi Sosial, 3, 33 Haushofer, 20, 23, 71, 73, 74,
Geopolitics, 1, 17, 18, 20, 25, 30, 108, 110, 111, 112, 113, 114,
39, 40, 54, 63, 65, 81, 82, 83, 142, 143, 209
107, 122, 123, 147, 313, 314, Heartland, 23, 102, 105, 116,
315, 316, 317, 318, 320, 321, 142, 264, 272, 316
322, 323, 324, 325 Hoogerwerf, 3
Geopolitik, 15, 16, 17, 19, 20, 21, intelijen, 157, 184, 260, 264,
23, 29, 30, 42, 43, 44, 45, 60, 274, 275, 276, 277
72, 77, 103, 106, 110, 112, introversif, 221
113, 139, 142, 143, 146, 203, inward-looking, 189, 191, 202,
206, 215, 216, 261, 264, 267, 226
313, 317, 324, 325, 326 JMSDF, 154
Geostrategi, 35, 39, 40, 41, 42, Joesoef, 185, 224, 231, 317, 318
43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, Kaspia, 148, 156, 161, 166, 280,
52, 59, 62, 71, 73, 75, 77, 87, 281
97, 135, 137, 138, 140, 147, Kennan, 23, 79, 80, 81, 118, 119,
181, 186, 187, 188, 189, 191, 120, 121, 127
192, 193, 196, 198, 199, 202, Kepentingan Nasional, 66, 190,
203, 206, 209, 210, 213, 216, 199, 201, 202, 205, 212, 222,
224, 230, 232, 233, 261, 265, 223, 243
299, 300, 301, 333 Ketahanan Nasional, 186, 187,
Golden Age, 71 189, 190, 191, 192, 193, 194,
Gorshkov, 83 195, 196, 197, 198, 199, 200,
Grand Chessboard, 132, 133, 314 201, 202, 203, 204, 206, 207,
grand strategy, 42, 75, 193, 256 209, 212, 213, 215, 216, 217,
Gray, 17, 54, 82, 193, 228, 316 218, 219, 220, 221, 222, 224,
Great Game, 157, 162, 318 226, 227, 235, 236, 317, 319,
Grover, 86, 88, 89, 90, 92, 317 320, 324, 325, 326
Grygiel, 43, 45, 46, 47, 48, 105, keuletan, 188, 194, 196, 200,
192, 196, 199, 203, 206, 209, 202, 214, 215, 221
223, 317 Kissinger, 21, 129, 130, 131, 132
GSO, 205 Kjellén, 4, 15, 66, 67, 107, 108,
Gwadar, 155, 156, 157, 158, 319 109, 110, 142
328
koalisionis, 84 Marsetio, 241, 242, 243, 244,
kompetitif, 27, 36, 37, 89, 118, 245, 246, 319
210, 258, 262, 264, 269, 272, mawas, 190, 201
276, 277, 280, 284, 293, 305 Montesquieu, 4, 6, 64
Lachininskii, 32, 33, 34, 35, 36, Mr X, 79, 81, 118
265, 318 Mustopadidjaja, 207, 208, 209,
lage, 101 319
Laut Hitam, 160, 164, 165, 166 Nareland, 264, 273
LCS, 26, 82, 153, 166, 167, 169, National Power, 195, 226
170, 171, 172, 173, 174, 175, Nazi, 20, 52, 72, 75, 111, 115
176, 177, 178, 179, 180, 181, Ó Tuathail, 15, 21, 23, 30, 31, 61,
238 71, 77, 86, 100, 103, 104, 106,
Lebensraum, 23, 72, 100, 113, 111, 112, 113, 114, 115, 116,
144 120, 127, 139, 140, 142, 143,
Lemhannas, 186, 187, 188, 189, 145, 146, 193, 255, 265, 313,
191, 194, 197, 200, 204, 205, 320
206, 207, 211, 213, 215, 216, Obama, 170, 232, 233, 234, 322
218, 219, 220, 221, 223, 225, ofensif, 40, 52, 59, 191, 192, 209,
226, 235, 317, 318, 319, 320, 213, 230
323, 326, 333 outward-looking, 52, 191, 192,
Liddell-Hart, 42 202
Luttwak, 23, 30, 81, 86, 255, 256, Pacifist, 73
281 pangan, 247, 249, 264, 287, 289,
lynchpin states, 49 311
Machtpolitik, 73 Pasifik, 10, 24, 98, 116, 146, 148,
Mackinder, 23, 53, 54, 55, 65, 153, 154, 171, 172, 173, 188,
67, 68, 69, 70, 71, 75, 76, 77, 204, 231, 232, 233, 237, 238,
78, 102, 103, 104, 105, 106, 239, 244, 245, 295, 296, 297,
107, 109, 112, 113, 116, 120, 298, 299, 301, 302, 303, 308,
128, 131, 140, 141, 142, 143, 309, 322, 323, 325
144, 145, 146, 316, 323 peaceful rise, 151
Mahan, 23, 39, 65, 78, 97, 98, Perang Dingin, 21, 23, 28, 38, 70,
99, 109, 115, 131, 140, 141, 77, 78, 81, 83, 86, 87, 93, 95,
148, 325 96, 119, 124, 132, 141, 150,
Mahbubani, 95, 96, 150, 151, 158, 165, 171, 239, 256, 258,
319 274
maritime, 42, 153, 154, 173, 319, perifer, x, xi, xii, 192, 196, 198,
322, 241 202, 206, 209, 213, 214, 299,
maritimis, 84, 85 300, 301
329
pertahanan, 40, 47, 73, 89, 93, Sishankamrata, 211, 212
161, 171, 173, 174, 176, 181, site, 10
183, 185, 187, 191, 193, 194, SLOC, 153, 154, 155, 171, 172,
195, 204, 211, 212, 215, 217, 177, 244, 252
219, 220, 221, 222, 223, 228, Soeharto, 219, 220, 324
229, 230, 231, 232, 236, 255, Soekarno, 15, 187, 216, 324
256, 264, 294, 301, 333 Søilen, 26, 31, 32, 36, 37, 38,
Pivot, 70, 71, 113 257, 260, 262, 264, 266, 267,
Plato, 16 268, 270, 271, 272, 273, 275,
Political Geography, 5, 18, 20, 276, 277, 299, 300, 301, 302,
313, 314, 315, 317, 318, 325, 308, 324
326 Soviet, 23, 74, 75, 78, 79, 80, 83,
poros, 20, 53, 69, 70, 71, 75, 105, 84, 118, 119, 121, 122, 130,
106, 210 133, 163, 165, 256, 314
post-modernisme, 1 spasial, xii, 1, 2, 7, 8, 11, 33, 34,
Priyono, 1, 15, 39, 185, 255, 299, 35, 77, 82, 91, 124, 131, 147,
321, 322, 333 255, 305
ranah maya, 181, 182, 183 Spratly, 167, 172, 178
Ratzel, 23, 55, 66, 100, 101, 102, Spykman, 23, 53, 76, 78, 114,
107, 108, 109, 110, 113, 142, 115, 116, 117, 118, 128, 131,
143 210
Realpolitik, 53, 130 Strategic Geography, 103
Rimland, 76, 114, 116, 117, 120, Sun Tzu, 6, 256, 260, 278
264, 272 supremasi, 66, 140, 143, 146,
Sam Ratulangi, 10, 295, 298, 299, 157
303, 308, 309, 311 Teori Organik, 100, 102, 113
Sarundajang, vi, xii, 298, 299, titik Sumbat, 138, 154, 245
300, 301, 302, 304, 322, 323 tous asimuths, 44
Schnitzer, 20, 72, 74, 192, 196, Trigatra, 203, 204
323 Turgot, 5
Schuman, 40, 53, 75, 147, 193 Turner, 17, 55, 56, 57, 325
Sea Power, 39, 97, 237, 241, 319 UNCLOS, 172, 176, 178, 229
security, 47, 182, 235, 314 Uni Eropa, 83, 251, 334
semesta, 35, 74, 194, 195, 253 Uni Soviet, 21, 28, 75, 77, 78, 79,
Sempa, 16, 17, 55, 67, 78, 79, 93, 81, 83, 84, 85, 86, 89, 91, 94,
102, 103, 116, 117, 118, 120, 105, 113, 118, 119, 120, 121,
140, 142, 147, 210, 323, 324 122, 125, 127, 131, 132, 133,
siber, 182, 183, 184 151, 161, 239, 273
Sino, 28, 83, 84 upgrading, 306
330
Versailles, 41, 72, 76, 105, 112, Weigert, 5, 6, 53, 147, 326
113, 142 World-Island, 105, 142
war máteriel, 56 Yudhoyono, 22, 24, 152, 153,
Wawasan Nusantara, xiii, 185, 154, 177, 251, 326
186, 223, 319, 324 ZEE, 167, 176, 177, 178, 229
Wehrgeopolitik, 53, 73, 75, 144, Zeitschrift, 17, 72, 112
193, 209 zona perdebatan, 65, 99
331
332
Biografi Penulis