Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN & PELATIHAN GIZI


KOMPETENSI DAN SKILL YANG DIBUTUHKAN OLEH EDUKATOR GIZI

OLEH KELOMPOK 4:
RAHMAT ZENNY
AZIZAH AINI
ORIZA AURORA
NUR SHELLA
NOVITA MEI SARI

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


KELAS ALIH JENJANG ANGKATAN 3
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah mata kuliah Pendidikan & pelatihan Gizi tentang kompetisi dan
skill yang dibutuhkan oleh edukator gizi. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai salah satu pembelajaran dalam bentuk penugasan kelompok sebagai
mahasiswa.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
pendidikan.

Medan, 2022

Penulis
ABSTRAK
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan
baik sehingga dapat memenuhi keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan dengan pendidikan yang
cukup, seorang akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola
makan bagi dirinya maupun keluarga. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri
atau pengalaman orang lain. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi
mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikannya. Pengetahuan tidak hanya
dapat diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga dapat dari informasi media
masa atau dari hasil pengalaman orang lain
Peran Ahli gizi dalam menyikapi permasalahan gizi yang terjadi pada individu
di keluarga dan masyarakat sebagai pemberi deukasi atau pendidik kepada individu,
keluarga dan komunitas dalam memberikan informasi yang terkait tentang masalah
gizi dengan menanamkan perilaku hidup sehat. Edukasi merupakan tindakan
penting dalam usaha memperbaiki makanan dalam mengubah perilaku sehingga
kebiasaan makan yang baik dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
(Supariasa, 2012).
Edukator adalah orang yang berperan dalam membantu klien untuk meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang akan
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4 (empat) tingkatan
yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan untuk kerja paling rendah.
Tingkatan untuk kerja yang lebih tinggi menggambarkan bahwa tingkatan untuk kerja
yang lebih rendah dianggap telah mampu dilaksanakan
Kunci untuk berubah adalah soft skills. Dalam bidang gizi merubah perilaku terjadi
manakala dimilikinya pengetahuan yang cukup, yang mampu mendorong sikap dan
memunculkan perilaku. Soft skill merupakan motivasi atau daya dorong untuk
berbuat yang terbaik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
ABSTRAK...............................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iv
1. ISI.......................................................................................................................................................1
1.1 Edukator Gizi................................................................................................................................1
1.1.1 Pengertian Edukator Gizi......................................................................................................1
1.2. Kompetensi Edukator Gizi...........................................................................................................2
1.3. Soft skills yang harus dimiliki edukator Gizi................................................................................5
2. PENUTUP.........................................................................................................................................10
2.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................v
1. ISI

1.1 Edukator Gizi


1.1.1 Pengertian Edukator Gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan
pangan dengan baik sehingga dapat memenuhi keadaan gizi yang cukup.
Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan dengan pendidikan yang cukup, seorang akan lebih banyak
memperoleh informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya maupun
keluarga. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat
dengan pendidikannya. Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, namun juga dapat dari informasi media masa atau dari hasil
pengalaman orang lain.
Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh edukator. Edukasi gizi merupakan pendekatan edukatif
untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang diperlukan dalam
peningkatan atau dalam mempertahankan gizi tetap baik (Notoatmodjo,
2014). Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai
kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002)
Edukasi Gizi adalah pendidikan gizi dengan pendekatan yang
menyebarluaskan informasi gizi berdasarkan kaidah – kaidah ilmu gizi berupa
informasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi seperti bagaimana memilih
makanan yang bergizi, gizi seimbang, kebiasaan makan, masalah pantangan
makan, makanan yang berhubungan dengan berbagai penyakit, dan
mempertahankan berat badan ideal (Supariasa, 2012).
Peran Ahli gizi dalam menyikapi permasalahan gizi yang terjadi pada
individu di keluarga dan masyarakat sebagai pemberi deukasi atau pendidik
kepada individu, keluarga dan komunitas dalam memberikan informasi yang
terkait tentang masalah gizi dengan menanamkan perilaku hidup sehat. Edukasi
1
merupakan tindakan penting dalam usaha memperbaiki makanan dalam
mengubah perilaku sehingga kebiasaan makan yang baik dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari. (Supariasa, 2012).
Edukator adalah orang yang berperan dalam membantu klien untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan
yang akan diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. (Aziz, 2013). Permasalahan tentang gizi
masyarakat yang masih rendah akan menjadi tugas untuk para ahli gizi. Oleh
karena itu, mereka memiliki wewenang atau tugas untuk mengedukasi
masyarakat tentang bagaimana pola hidup sehat. (Rizal, 2021)

1.2. Kompetensi Edukator Gizi


Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4 (empat)
tingkatan yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan untuk kerja
paling rendah. Tingkatan untuk kerja yang lebih tinggi menggambarkan bahwa
tingkatan untuk kerja yang lebih rendah dianggap telah mampu dilaksanakan.
a. Membantu : melakukan kegiatan secara independent dibawah
pengawasan atau berpartisipasi (berperan serta) : mengambil bagian
kegiatan tim
b. Melaksanakan : mampu memulai kegiatan tanpa pengawasan langsung
atau Melakukan : mampu melakukan kegiatan secara mandiri
c. Mendidik : Mampu melaksanakan fungsi – fungsi khusus yang nyata:
aktivitas yang di delegasikan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
atau pekerjaan, dll atau Menyelia/ mengawasi/ memantau : mampu
mengamati kegiatan sehari – hari satu unit termasuk SDM, penggunaan
sumber daya, masalah – masalah lingkungan atau mampu
mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan dan pekerjaan tim.
d. Mengelola : Mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
suatu organisasi.
Kompetensi Ilmu Gizi terdiri atas 5 aspek utama, kompetensi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Mampu mengambil keputusan yang tepat pada penilaian status gizi dan
ketahanan pangan individu, kelompok dan masyarakat
(nutritional assessment skill) 
2
 Mampu melakukan penilaian status gizi dengan metode antropometri
dan dietetic
 Mampu melakukan penilaian status gizi dengan metode biokimia dan
klinis
 Mampu melakukan penilaian ketahanan pangan pada level individu,
rumah tangga dan wilayah

2. Mampu melaksanakan pelayanan dan intervensi gizi bagi individu,


kelompok dan masyarakat melalui kerjasama lintas sector, lintas disiplin
dan lintas profesi untuk memecahkan masalah gizi (nutrition intervention
and food services skill) 
 Mampu menyusun diet seimbang untuk hidup sehat sesuai kebutuhan
kelompok umur dan kondisi fisiologis yang ada pada daur hidup
 Mampu merancang formulasi makanan untuk penanggulangan
(intervensi) masalah pangan dan gizi
 Mampu merencanakan dan mempersiapkan diet untuk kondisi penyakit
infeksi dan defisiensi
 Mampu merencanakan dan mempersiapkan diet untuk kondisi penyakit
degeneratif
 Mampu melakukan pendidikan gizi dengan menggunakan media dan
metode sesuai karakteristik  sasaran
 Mampu merancang industri pelayanan makanan dan gizi serta mampu
mengelola sumberdaya manusia, sarana fisik dalam produksi makanan
yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya terima klien
 Mampu memberikan konsultasi dietetik terkait dengan masalah
kesehatan dan atau kebutuhan gizi masyarakat perkotaan
 Mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan di bidang pangan dan gizi
dalam kegiatan wirausaha

3. Mampu melaksanakan penelitian dan memutakhirkan diri dalam


perkembangan ilmu dan teknologi bidang gizi (research and appraisal skill)
 Mampu melaksanakan penelitian secara mandiri dan menyusun skripsi
sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.

3
 Mampu mendemonstrasikan analisis zat gizi sesuai prosedur yang
tepat.
 Mampu mendemonstrasikan HACCP secara lengkap dan benar dalam
pelayanan makanan dan gizi
 Mampu berpikir dengan landasan ilmiah yang benar
 Mampu mengkaji permasalahan bioetika yang sesuai dengan
perkembangan
 Mampu menggunakan software statistik dan gizi dalam menganalisis
data sesuai prosedur
 Mampu melakukan presentasi hasil penelitian tentang materi dan
kasus gizi dengan menggunakan bahasa Inggris
 Mampu menyajikan karya ilmiah yang diperoleh dari hasil lapangan
dalam bentuk tertulis pada jurnal ilmiah baik di tingkat nasional
maupun internasional

4. Mampu melakukan kegiatan advokasi dalam menangani masalah


gizi (advocacy skill) 
 Mampu mengevaluasi program gizi terkait masalah gizi utama di
Indonesia (Kekurangan Energi Protein, Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium, anemia, dan Kekurangan Vitamin A)
 Mampu menghubungkan antara faktor ekonomi dan gizi dalam
program perbaikan gizi dan mampu menghitung cost
effectiveness proyek/program gizi
 Mampu melakukan komunikasi yang efektif tentang materi dan kasus
gizi dalam berbagai media komunikasi

5. Mampu bertanggungjawab atas hasil kerja mandiri atau kelompok dalam


berkarya bidang gizi serta bersikap kritis dan empati pada klien dan tim
kerja pada tingkat internal serta eksternal organisasi
 Mampu melaporkan penelaahan masalah gizi yang akurat dalam
bentuk laporan atau kertas kerja
 Mampu berkolaborasi dengan sesama profesi kesehatan dalam
memberikan pelayanan gizi yang terintegrasi kepada masyarakat

4
1.3. Soft skills yang harus dimiliki edukator Gizi
Kunci untuk berubah adalah soft skills. Dalam bidang gizi merubah
perilaku terjadi manakala dimilikinya pengetahuan yang cukup, yang mampu
mendorong sikap dan memunculkan perilaku. Soft skill merupakan motivasi atau
daya dorong untuk berbuat yang terbaik. Manakala soft skill melekat dengan
aspek yang dipelajari akan semakin menguatkan semangat untuk lebih
mendalami obyek belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian Bowel (tth: 1 &10)
menunjukkan bahwa pembelajaran terintegrasi memberi indikasi pada
meningkatnya motivasi.
Dengan melekatnya soft skills dengan obyek soft skills maka akan
semakin mempercepat perubahan perilaku kearah positip. Beberapa soft skills
penting sebagai sumber kekuatan adalah:
Keterampilan komunikasi, keterampilan berfikir kritis dan pemecahan
masalah, keterampilan membangun kerjasama, kemampuan belajar sepanjang
hayat dan komitmen dan tanggung jawab. Keterampilan komunikasi diperlukan
ibu ketika beriinteraksi dengan anggota keluarga. Kemampuan ini merupakan
intinya pendidikan gizi. Ibu harus dapat membangun komunikasi yang tepat
dengan siapa saja, termasuk dengan anak, suami, ataupun anak yang sudah
remaja. Isi komunikasi harus mudah difahami, sehingga ibu harus memiliki
kemampuan untuk mengelola isi komunikasi dengan cermat dan tepat.
Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah diperlukan
ibu sebagai upaya untuk menemukan masalah-masalah yang berdampak pada
gangguan gizi keluarga. Ibu harus memiliki kemampuan kritis mencermati
sumber masalah terutama adanya perubahan dan pengaruh budaya makan,
perkembangan kulinary, perubahan preferensi, perkembangan teknologi bidang
makanan. Karenanya ibu sebagai orang sentral penentu masuknya pangan
dalam keluarga harus dapat memilih, memilah dan memberi solusi berbagai
persoalan pangan yang dapat menurunkan tingkat kesehatan keluarga.
Keterampilan membangun kerjasama penting dilakukan ibu agar
anggota keluarga dapat berperan aktif menangkal gangguan gizi yang
dapat melemahkan atau menurunkan tingkat kesehatan keluarga. Ibu
harus dapat memberi warna pada perilaku gizi setiap anggota
keluarga dengan menyediakan makanan yang beragam, memenuhi
kebutuhan anggota keluarga dan yang mampu meningkatkan selera.
5
Setiap anggota keluarga harus memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya
kaitan makan dengan kesehatan. Kesadaran ini semakin baik manakala diikuti
oleh perilaku sadar gizi dan diwujudkan pada perilaku konsumsi makan baik
ketika makan di rumah dan diluar rumah.
Kemauan untuk selalu belajar merupakan kemauan belajar
sepanjang hayat. Keadaan ini merupakan pendorong bagi orang untuk
mendapatkan berbagai informasi bagi penguatan pengetahuan gizi.
Penguatan informasi sangat diperlukan untuk memperbaiki perilaku
ataupun membentuk perilaku baru. Banyak terjadi saat seseorang Seminar
Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” Jurusan PTBB FT UNY, 9 Nopember
2014 185 dihadapkan dengan permasalahan kesehatan, ataupun perilaku
konsumsi makan yang merugikan, namun tidak berusaha untuk belajar dari
pengalaman masa lalu ataupun untuk memperbaiki diri. Keadaan ini
menunjukkan bahwa kemauan untuk belajar merupakan kekuatan untuk
berkembang. Orang dengan soft skills ini mampu mendapatkan dan
memenejemen berbagai informasi yang relevan. Mudah menerima ide-ide baru
yang menguatkan perilakunya.
Komitmen dan tanggung jawab adalah wujud dari kesanggupan
untuk menjaga janji bahwa makan bukan hanya memenuhi rasa lapar
tetapi untuk mencapai derajat kesehatan yang baik. Makan adalah
investasi masa depan, sehingga buruknya perilaku makan saat ini akan
berdampak pada 10-15 tahun kedepan. Demikian halnya kesadaran akan
tanggung jawab. Karena setiap tanggung jawab terkandung resiko atau akibat
manakala tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Orang
dewasa harusnya lebih sadar akan konsekuensi dari perbuatannya. Kesadaran
akan konsekuensi ini akan memunculkan rasa tanggung jawab yang besar.
Ketika orang dewasa tidak menginginkan dirinya atau anggota keluarga sakit
atau terganggu kesehatannya maka akan memunculkan tanggung jawab untuk
menjaga kesehatannya dengan perilku konsumsi makan yang memenuhi sarat
kesehatan. (Seminar nasional 2014, Jurusan PTBB FT UNY, 2014)

No Soft Skills Elemen soft Skills Contoh perilaku


6
Pesan gizi
disampaikan
sesuai dengan
Kemampuan untuk
umur, mudah
1 Keterampilan komunikasi menyampaikan
dipahami,
pesan secara jelas
dibedakan anaka,
remaja, dewasa
awal
Kemampuan
berdiskusi dengan
Secara efektif dan
anak dengan
bertanggung jawab
memberikan
terhadap isi pesan
alternatif jawaban
yang disampaikan
pilihan gizi yang
benar
Tidak selalu
Kemampuan menuruti keinginan
mendengarkan dan anak, dengan
memberi respon memberi alasan
secara tepat yang mudah
dipahami
Kemampuan
Dapat
menemukan
Keterampilan berfikir dan mengidentifikasi
2 masalah dan
pemecahan masalah secara tepat
bukan masalah gizi
permasalahan
dalam keluarga
Mampu
Dapat
menemukan sebab
menganalisis
– sebab masalah
masalah – masalah
gizi yang menimpa
yang sulit
keluarga
Mampu

7
menangkap
permasalahan gizi
dari interaksi
lingkungan atau
budaya
Dapat menciptakan Mampu memberi
ide – ide untuk solusi yang inovatif
memecahkan dengan resep atau
masalah menu yang tepat
Mampu
Mampu
menciptakan kata
membangun
Keterampilan membangun kerja sepakat dalam
3 interaksi yang
sama memberikan
efektif dengan
pendidikan gizi
orang lain
antara orang tua
Ibu mampu
Dapat menjadi
memberi dorongan
pemimpin yang
dan kekuatan
dapat
kepada anggota
menggerakkan
keluarga untuk
pengikut
berubah
Kemampuan untuk
Mampu mencari
mendapatkan,
Kemampuan belajar sepanjang berbagai sumber
4 menggunakan
hayat informasi gizi dan
informasi, dari
menggunakannya
berbagai sumber
Mampu untuk
Mampu untuk
selalu belajar baik
selalu
dari kesalagan
memperbaharui
ataupun hal – hal
informasi
yang baru
5 Komitmen dan tanggung jawab Kemampuan Mampu
memegang janji mewujudkan misi

8
sehat bagi
keluarga melalui
dan mewujudkan
penyedia makanan
melalui usaha –
baik untuk diri
usaha
sendiri dan
keluarga
Menunjukkan
kesungguhan saat
merancanf menu,
belanja dan
Mampu memasak, atau
bersungguh – bersungguh –
sungguh sungguh saat
mewujudkan janji belanja makanan,
sesuai dengan bersungguh –
tanggung jawabnya sungguh dalam
membawa gerbong
keluarga kearah
derajat kesehatan
yang baik

9
2. PENUTUP

2.1. Kesimpulan
Edukator adalah orang yang berperan dalam membantu klien untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan
yang akan diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. (Aziz, 2013). Permasalahan tentang gizi
masyarakat yang masih rendah akan menjadi tugas untuk para ahli gizi. Oleh karena
itu, mereka memiliki wewenang atau tugas untuk mengedukasi masyarakat tentang
bagaimana pola hidup sehat. (Rizal, 2021)
Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4 (empat)
tingkatan yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan untuk kerja
paling rendah yaitu: Membantu, melaksanakan, mendidik dan mengelola.
Kompetensi Ilmu Gizi terdiri atas 5 aspek utama, kompetensi tersebut adalah
sebagai berikut: Mampu mengambil keputusan yang tepat pada penilaian status gizi
dan ketahanan pangan individu, kelompok dan masyarakat (nutritional assessment
skill), Mampu melaksanakan pelayanan dan intervensi gizi bagi individu, kelompok
dan masyarakat melalui kerjasama lintas sector, lintas disiplin dan lintas profesi
untuk memecahkan masalah gizi (nutrition intervention and food services skill),
Mampu melaksanakan penelitian dan memutakhirkan diri dalam perkembangan ilmu
dan teknologi bidang gizi (research and appraisal skill), Mampu melakukan kegiatan
advokasi dalam menangani masalah gizi (advocacy skill), Mampu bertanggungjawab
atas hasil kerja mandiri atau kelompok dalam berkarya bidang gizi serta bersikap
kritis dan empati pada klien dan tim kerja pada tingkat internal serta eksternal
organisasi
Dalam bidang gizi merubah perilaku terjadi manakala dimilikinya pengetahuan
yang cukup, yang mampu mendorong sikap dan memunculkan perilaku. Soft skill
merupakan motivasi atau daya dorong untuk berbuat yang terbaik. Seperti:
Keterampilan komunikasi, keterampilan berfikir dan pemecahan masalah,
Keterampilan membangun kerja sama, Kemampuan belajar sepanjang hayat,
Komitmen dan tanggung jawab.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyoningsih (2018), Pengaruh Peran Perawat Sebagai Edukator Terhadap


Kecemasan Keluarga Pasien Stroke Di Unit Stroke rumah Sakit Panti Waluya
Malang. https://s1gizi.fkm.unair.ac.id. 5 Mei 2022.
Supariasa, 2012, Pendidikan dan konsultasi gizi. https://onesearch.id. 7 Mei 2022
Rizal, Mochammad, 2021, Mengetahui Pentingnya Peran dan Tugas Ahli Gizi.
https://rizalnutrisionist.com. 8 Mei 2022
Jurusan PTBB FT UNY, Seminar Nasional 2014 “Prospek Vokasi dan Industri Kreatif
Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. 9 Nopember 2014.
https://journal.uny.ac.id. 8 Mei 2022
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/SK/III/2007. Standart Profesi
Gizi. https://persi.or.id. 8 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai